• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Ketenagakerjaan

Dalam dokumen bab I II III PERANAN DINAS TENAGA KERJA (Halaman 37-43)

Manajemen tenaga kerja mengkhususkan diritentang hal yang berhubungan dengan faktor produksi manusia dengan segala aktivitasnya, baik dalam saham perorangan, badan usaha, perusahaan, lembaga maupun instansi, sehingga tenaga kerja tersebut dapat berdayaguna dan berhasil guna.

Manajemen tenaga kerja menurut Flippo (Sastrohardiwiryo, 2005: 28) adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, integrasi dan pemeliharaan tenaga kerja untuk tujuan membantu/ menunjang tujuan organisasi, individu dansosial. Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan Flippo terkandung fungsi manajemen, yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan,pemberian kompensasi, integrasi,

dan pemeliharaan tenaga kerja. Manajemen tenaga kerja adalah suatu upaya untuk meningkatkan kontribusi produktif dari sumber daya manusia kepada organisasi.

Dari batasan yang telah dikemukakan diatas terlepas dari sudut pandang para ahli maka dapat didefinisikan bahwa manajemen tenaga kerja adalah upaya pendayagunaan sumber daya manusia sebagai faktor produksi berdasarkan fungsi manajemen yakni perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, integrasi dan pemeliharaan tenaga kerja.

Manajemen ketenagakerjaan juga mempunyai fungsi. Klasifikasi fungsi manajemen tenaga kerja di maksudkan untuk memberikan kemudahan dalam melakukan pembinaan tenaga kerja (Sastrohadiwiryo,2005:36-38). Fungsi manajemen tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Fungsi Administratif (AdministrativeFunction). Fungsi ini merupakan serangkaian kegiatan yang harus dijalankan manajemen tenaga kerja sejalan dengan peraturan sistem administrasi ketatanegaraan Republik Indonesia.

Fungsi administratif manajemen tenaga kerja meliputi: a. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. b. Penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja. c. Pendaftaran organisasi pekerja.

d. Pelaporan dan pemeriksaan kesehatan. e. Jaminan sosial tenaga kerja

2. Fungsi Operasional (Operational Function). Fungsi operasional merupakan serangkaian tindakan yang harus dilakukan manajemen tenaga kerjasejalan dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan fenomena ketenagakerjaan di Indonesia, fungsi-fungsi manajemen tenaga kerja, antara lain analisis pekerjaan, perekrutan tenaga kerja, seleksi tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, induksi dan orientasi, pemberian kompensasi, pendidikan dan pelatihan, penilaian kinerja, mutasi, promosi, pemotivasian, pembinaan moral kerja, pembinaan disiplin kerja, penyeliaan tenaga kerja, serta pemutusan hubungan kerja.

Selain itu juga perlu diketahui juga mengenai tujuan dari pembinaan tenaga kerja. Tujuan dari pembinaan tenaga kerja meliputi:

1. Peningkatan kesetiaan dan ketaatan.

2. Agar tenaga kerja berdaya guna dan berhasil guna.

3. Peningkatan kualitas dan ketrampilan, serta memupuk semangat dan kegairahan kerja.

4. Terwujudnya iklim kerja yang kondusif. 5. Pembekalan dalam rangka distribusi kerja.

Dari fungsi manajemen ketengakerjaan yang telah disebutkan, maka apabila banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam masalah ketenagakerjaan, pemerintah dapat mengambil kebijakan ataupun membuat strategi-strategi untuk mengatasinya.

2.5 Outsourcing

Outsourcing atau alih daya adalah penyerahan wewenang dari suatu perusahaan ke perusahaan lain untuk menjalankan sebagian atau seluruh proses fungsiusaha dengan menetapkan suatu target atau tujuantertentu (Yasar : 2011: 05). Dengan kata lain, adanya pelimpahan kewenangan pekerjaan kepada pihak lain untuk mengerjakan pekerjaanyang di miliki oleh perusahaan pemberi kerja.

Menurut Rekson silaban (2009 :71) Outsourcing merupakan bentuk nyata dari prinsip fleksibelitas pasar kerja dan dapat ditemukan dihampir seluruh bagian dalam rangkaian proses produksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwasanya suatu hal yang wajar apabila suatu perusahaan memberikan pekerjaan kepada perusahaan lain yang dalam hal ini dari banyaknya rangkaian proses produksi untuk menghasilkan suatu barang/jasa yang mana bertujuan untuk efektivitas dan efisiensi.

Menurut Komang Priamda (2008: 12) outsoursing didefinisikan sebagai pengalihan sebagian atau seluruh pekerjaan dan atau wewenang kepada pihak lain guna mendukung strategi pemakaian jasa outsourcing baik pribadi, perusahaan divisi atau pun sebuah unit dalam perusahaan.Dengan kata lain, adanya pelimpahan kewenangan pekerjaan kepada pihak lain untuk mengerjakan pekerjaan yang di miliki oleh perusahaan pemberi kerja.

Menurut Libertus Jehani (2008:1) outsourcing adalah penyerahan pekerjaan tertentu suatu perusahaan kepada pihak ketiga yang di lakukan dengan tujuan membagi resiko dan mengurangi beban perusahaan tersebut. Penyerahaan

pekerjaan tersebut di lakukan atas dasar perjanjian kerjasama operasional antara perusahaan pemberi kerja (principal) dan perusahaan penerima pekerjaan (perusahaan outsourcing).Dengan demikian, adanya suatu keuntungan yang di dapati oleh pihak pemberi kerja yang dalam hal ini memberikan beban kepada pihak perusahaan outsourcing dan membagi resiko apabila terjadi perselisihan hubungan kerja.

Outsourcing (alih daya) adalah pendelegasian operasi dan manajemen harian dari suatu proses bisniskepada pihak luar (perusahaan penyedia jasaoutsourcing). Hal-hal yang didelegasikan dalam Outsourcing adalah suatu fungsi dan proses bisnistertentu untuk disisipkan dalam operasional bisnis perusahaan secara keseluruhan (Suwondo: 2003: 1-2). Dengan demikian dapat di katakan bahwasanya adanya pemindahan tugas dan pekerjaan yang dalam hal ini membantu pihak pemberi kerja untuk lebih focus pada inti dari bisnis perusahaan yakni mendapatkan laba sedangkan untuk operasional bisnis perusahaan di delegasikan tugasnya kepada pihak perusahaan penyedia jasa outsourcing.

Outsourcing didefinisikan sebagai usaha untuk mengontrakkan suatu kegiatan pada pihak luar untuk memperoleh layanan yang dibutuhkan (Indrajit &Djokopranoto, 2003:2). Maksudnya adalah memberikan sebagaian perusahaan (pemakai jasapekerja) pada perusahaan lain (perusahaan penyedia jasa pekerja/ outsourcing provider) untuk mengerjakannya. Outsourcing atau Alih daya dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia diartikan sebagai pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa tenaga kerja.

Dari pengertian tersebut dapat didefenisikan bahwasanya outsourcing adalah menyerahkan aktivitasperusahaan/ organisasi kepada pihak ketiga dengan tujuanuntuk mencapai suatu target tertentu di dalam sebuahorganisasi/ perusahaan yang dilakukan sesuai denganperjanjian kontrak yang ada.Setiap karyawan outsourcing (alih daya)memiliki hak dan kewajiban yang harus dilakukanapabila telah ditempatkan di perusahaan penggunajasanya.

Menurut Iftidar Yasar (2011: 105-106)menyebutkan bahwasannya hak- hak karyawan alihdaya secara umum adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan upah.

2. Peraturan ketenagakerjaan melarang pengusahauntuk melakukan diskriminasi terhadap pekerjabaik karena jenis kelamin, suku, ras, agama,juga status pekerja seperti yang termaktub pada UU No.13/ 2003 pasal 88-89. Oleh sebab itu, upah pekerja alih daya (kontrak) sebenarnya tidak berbeda dari pekerja tetap atau tidak bolehebih rendah daripada peraturan perundang-undangan, dan sebagai acuan penetapan upah, digunakan UMR/UMP sesuai daerah masing-masing.

3. Mendapatkan uang lembur. 4. Mendapatkan hak cuti.

5. Mendapatkan THR (Tunjangan Hari Raya). 6. Mendapatkan perlindungan Jamsostek. 7. Mendapatkan kompensasi PHK.

Semua hak ini akan diperoleh berdasarkanperaturan pemerintah yang berlaku. Perusahaan alihdaya yang baik akan patuh pada peraturan

danmemberikan hak karyawannya sesuai dengan haknyatidak dipotong sedikit pun (Yasar, 2011: 26-27).

Dalam dokumen bab I II III PERANAN DINAS TENAGA KERJA (Halaman 37-43)