• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pencegahan Dan Penyelesaian Hubungan Industrial

Dalam dokumen bab I II III PERANAN DINAS TENAGA KERJA (Halaman 89-113)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Identitas Responden

5.3 Peranan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Dalam Menangani Masalah Outsourcing Di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis

5.3.1 Peran Pencegahan Dan Penyelesaian Hubungan Industrial

1. Terlaksananya Pembinaan Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial Kepala seksi bidang pembinaan hubungan industrial dan jamsostek Dinas Tenaga kerja mempunyai peran yang sangat penting dalam menyiapkan bahan bimbingan, melakukan bimbingan, menyiapkan pedoman dan kebijakan serta petunjuk teknis di bidang pencegahan dan penyelesaiaaan hubungan industrial.

Dengan terlaksananya dengan baik pembinaan pencegahan perselisihan hubungan industrial diharapkan dapat mengurangi terjadinya masalah outsourcing.Dengan berkurangnya masalah outsourcing maka dapat dikatakan telah baiknya peranan pencegahan dan penyelesaian hubungan industrial yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.5 Tanggapan Responden Terhadap Terlaksananya Pembinaan Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

2 36 24 9 12 2,41% 43,37% 28,91% 10,84% 14,46% Jumlah 83 100

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jawaban responden tentang terlaksananya pembinaan pencegahan perselisihan hubungan industrialsebanyak 2 orang (2,41%) responden menjawab sangat baik, 36 orang (43,37%) responden menjawab baik, 24 orang (28,91%) responden menjawab cukup baik, 9 orang (10,84%) responden menjawab tidak baik , 12 orang (14,46%) responden yang menjawab sangat tidak baik.

Berdasarkan data di atas, diketahui lebih banyak jawaban responden tersebut mengatakan baik, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Dinas Tenaga kerja dalam Terlaksananya Pembinaan Pencegahan Perselisihan Hubungan Industrial Indutrial sudah baik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 5.5 yang ternyata responden menjawab sebanyak 36 orang atau 43,37% menjawab baik.

Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara kepada bapak Bobson Simbolon selaku Kepala Bidang Hukum Dan Ham Serikat Buruh Riau Independent untuk menanyakan tentang terlaksananya pembinaan pencegahan perselisihan hubungan industrial dan beliau mengatakan :

“Saya pikir pembinaan pencegahan perselisihan hubungan industrial yang dilakukan oleh dinas tenaga kerja kabupaten bengkalis sudah cukup baik, ini di tandai dengan adanya sosialisasi tentang undang-undang penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang disnaker bengkalis buat pada akhir tahun lalu” (Wawancara Tahun 2015)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwasanya peran dinas tenaga kerja dalam melaksanakan pembinaan pencegahan perselisihan hubungan industrial dapat dikatakan sudah baik dan cukup baik namun masih perlu ditingkatkan menjadi lebih baik lagi agar dengan terlaksananya peran ini dapat

mengurangi masalah outsourcing yang timbul di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis.

Pembinaan pencegahan perselisihan hubungan industrial dapat dikatakan merupakan suatu ujung tombak dalam deteksi dini tentang adanya masalah outsourcing.Ini di karenakan pembinaan pencegahan merupakan suatu langkah antisipatif pertama agar masalah outsourcing dapat dikurangi terjadinya. Terlaksana dengan baiknya pembinaan pencegahan perselisihan hubungan industrial akan berdampak positif terhadap berkurangnya masalah outsourcing yang terjadi.

2. Terlaksananya Koordinasi Dengan Organisasi Pekerja, Pengusaha/Perusahaan Dan Pihak-Pihak Terkait

Dalam pelaksanaan koordinasi dan konsultasi yang dilakukan oleh Dinas tenaga kerja dan transmigrasi sesuai dengan uraian tugas pokok dan fungsinya. Menurut Peraturan Bupati Kabupaten Bengkalis Nomor 78 Tahun 2012 berupa:

1. Menyelenggarakan koordinasi dan kerja sama dengan organisasi pekerja, organisasi pengusaha yaitu tentang Peraturan Perusahaan, dan Kesepakatan Kerja Bersama antara pekerja dan perusahaan dan atau pemberi kerja serta mendata jumlah perusahaan, pekerja dan syarat kerja perusahaan.

2. Panitia pembinaan keselamatn dan kesehatan kerja (P2K3) 3. Dewan latihan kerja Daerah dan Nasional

4. Melaksanakan pembinaan dan koordinasi keanggotaan serikat pekerja/buruh dan menetapkam keanggotaan organisasi pengusaha dalam kelembagaan ketenagakerjaan.

5. Menyelenggarakan kordinasi dengan badan koordiansi pemerintahan yaitu kegiatan Lembaga Kerja Sama (LKS) Tripartit dan Bipartit, lembaga kerjasama bipartit yaitu lembaga yang dibentuk di dalam perusahaan yang anggotanya terdiri dari unsure pengusaha dan pekerja. Sedangkan lembaga tripartid adalah lembaga konsultasi dan komunikasi antara wakil pekerja, pengusaha dan pemerintah untuk memecahkan masalah-masalah dalam ketenagakerjaan.

6. Dewan pengupahan Daerah dan Nasional yaitu melalui rapat anggota dewan pengupahan Kabupaten Bengkalis untuk menentukan Upah Minimum Kabupaten Bengkali sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2004 Tentang Dewan Pengupahan Presiden Republik Indonesia;

1) Pengusulan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan/atau Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota(UMSK); 2) Penerapan sistem pengupahan di tingkat Kabupaten/Kota.

Serta Menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional. Dalam melaksanakan tugasnya, Depekab/Depeko dapat bekerja sama baik dengan instansi Pemerintah maupun swasta dan pihak terkait lainnya jika dipandang perlu.

Dengan terlaksananya dengan baik koordinasi dengan organisasi pekerja, pengusaha/perusahaan dan pihak-pihak terkait tentang masalah outsourcing di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis diharapkan mampu untuk mengurangi masalah Outsourcing yang terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.6 Tanggapan Responden Terhadap Terlaksananya Koordinasi Dengan Organisasi Pekerja, Pengusaha/Perusahaan Dan Pihak- Pihak Terkait

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

4 17 37 14 11 4,82% 20,48% 44,58% 16,87% 13, 25% Jumlah 83 100

Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian Lapangan 2015

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban responden tentang terlaksananya koordinasi dengan organisasi pekerja, pengusaha/perusahaan dan pihak-pihak sebanyak 4 orang (4,82%) responden menjawab sangat baik, 17 orang (20,48%) responden menjawab baik, 37 orang (44,58%) responden menjawab cukup baik, 14 orang (16,87%) responden menjawab tidak baik, 11 orang (13,25%) responden yang menjawab sangat tidak baik.

Berdasarkan data di atas, diketahui lebih banyak jawaban responden tersebut mengatakan cukup baik, maka dari itu dapat dikatakan bahwasanya Dinas Tenaga kerjamelaksanakan koordinasi dengan organisasi pekerja,pengusaha/perusahaan dan pihak-pihak terkait sudah cukup baik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 5.6 yang ternyata responden menjawab sebanyak 37 orang atau 44,58% menjawab cukup baik. Hal ini juga menunjukkan masih

adanya koordinasi yang kurang baik yang terjalin diantara dinas tenaga kerja dan transmigrasi dengan organisasi pekerja, pengusaha/perusahaan dan pihak-pihak terkait. Terjalinnya koordinasi merupakan suatu langkah komunikatif diantara para pihak terkait mengenai menangani masalah outsourcing yang terjadi di Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis dan mesti ditingkatkan lagi koordinasi diantara pihak terkait menjadi lebih baik lagi.

Mengenai hal ini penulis juga melakukan wawancara terhadap bapak Basri Antoni selaku staff kepala Human Resources Department PT. Bosar Alongan Mamora terkait terlaksananya koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis dengan pengusaha/perusahaan mengenai masalah outsourcing dan beliau mengatakan :

“Koordinasi tentunya ada dilakukan disnaker bengkalis untuk mencegah terjadi perselisihan hubungan industrial dan kami selaku perusahaan juga saling berkoordinasi dalam mewujudkan hubungan industrial yang harmonis” (Wawancara Tahun 2015)

Dari kutipan tersebut dapat dikatakan bahwasanya koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis sudah berjalan dengan baik.Ini dapat dikatakan hubungan yang terjalin diantara pengusaha/perusahaan dan Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis terdapat komunikasi yang baik atau koordinasi yang dilakukan baik.

Untuk menguatkan hasil penelitian penulis juga melakukan wawancara terhadap bapak Raden Silalahi selaku Sekretaris Jendral Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Kabupaten Bengkalis menanyakan mengenai koordinasi yang dilakukan

disnaker kabupaten bengkalis dengan organisasi pekerja/buruh terkait penanganan masalah outsourcing dan beliau mengatakan :

“Koordinasi yang dilakukan disnaker kami lihat masih kurang dalam hal penanganan masalah outsourcing.kegiatan koordinasi yang ada masih bersifat seremonial yang dilakukan disnaker bengkalis dan belum kepada hal yang lebih subtantif yang semestinya dilakukan” (Wawancara Tahun 2015)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis dalam melakukan koordinasi dengan organisasi serikat pekerja/buruh telah cukup baik terlaksana dan mesti di tingkatkan lagi koordinasi yang ada agar lebih terlaksanya penanganan masalah Outsourcing di Kecamatan Mandau Oleh Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis.

Berdasarkan hasil dari pengamatan dan wawancara yang penulis lakukan. penulis mengindikasikan bahwa Peran Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Melaksanakan koordinasi dengan lembaga-lembaga pemerintah, Organisasi pengusaha dan organisasi pekerja/buruh ini sudah cukup baik akan tetapi pelaksanaannya belum maksimal. Dalam hal ini terdapat data pendukung yang mengatakan belum terlaksananya dengan baik koordinasi dengan lembaga- lembaga pemerintah, Organisasi pengusaha dan organisasi pekerja/buruh.data pendukung ini merupakan hasil wawancara penulis kepada bapak H. Ramlis SH selaku kepala Seksi Pencegahan Dan Pembinaan Hubungan Industrial dan beliau mengatakan :

“Sampai saat ini masih ada point-point yang belum terlaksana dan di bentuk apabila merujuk ke Peraturan Bupati Kabupaten Bengkalis Nomor 78

Tahun 2012 mengenai koordinasi dengan pengusaha dan serikat buruh diantaranya seperti Panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja (P2K3) dan Dewan latihan kerja Daerah kabupaten bengkalis”. (Wawancara Tahun 2015)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwasanya Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis dalam terlaksananya koordinasi dengan organisasi pekerja/buruh, pengusaha/perusahaan dan pihak- pihak terkait belum cukup baik terlaksana. Ini dapat di lihat dari belum terbentuknya Panitia Pembinaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) dan Dewan Latihan Kerja Daerah kabupaten bengkalis seperti yang diamanatkan oleh peraturan bupati bengkalis Nomor 78 Tahun 2012.

3.Menerima Laporan Pengaduan Kasus Perselisihan Hubungan Industrial

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyediaan pelayanan kepada masyarakat yang dalam hal ini adalah para pekerja/buruh.Maka Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi berperan dalam menerima laporan pengaduan kasus perselisihan hubungan industrial mengenai masalah outsourcing.dalam hal terjadinya pengaduan kasus hendaknya dinas tenaga kerja menjadi pengayom bagi para pekerja/buruh dan melayani laporan pengaduan kasus yang dialami oleh para pekerja/buruh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.7 Tanggapan Responden Terhadap Menerima Laporan Pengaduan Kasus Perselisihan Hubungan Indusrial (Masalah Outsourcing)

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik 8 33 27 12 9,64% 39,76% 32, 53% 14,46%

5. Sangat Tidak Baik 3 3,61%

Jumlah 83 100

Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian Lapangan 2015

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban responden tentang menerima laporan pengaduan kasus perselisihan hubungan indusrial (masalah outsourcing) sebanyak 8 orang (9,64%) responden menjawab sangat baik, 33 orang (39,76%) responden menjawab baik, 27 orang (32, 53%) responden menjawab cukup baik, 12 orang (14,46%) responden menjawab tidak baik, 3 orang (3,61%) responden yang menjawab sangat tidak baik.

Berdasarkan data di atas, diketahui lebih banyak jawaban responden tersebut mengatakan baik, maka dari itu dapat dikatakan bahwasanya Dinas Tenaga kerja menerima laporan pengaduan kasus perselisihan hubungan industrial (masalah outsourcing)sudah baik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 5.7 yang ternyata responden menjawab sebanyak 33 orang atau 39,76% menjawab baik.

Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara terhadap bapak Rahmat Ali Akbar selaku pekerja dari PT. Multi Structure yang pernah melakukan pelaporan pengaduan kasus ke Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis terkait pesangon yang tidak dibayarkan perusahaan kepada pekerja dan beliau mengadakan :

“Disnaker Bengkalis cukup baik dalam menerima pengaduan kasus yang saya alami dan pelayanan yang diberikan cukup ramah “(Wawancara Tahun 2015)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis dalam menerima pengaduan kasus

perselisihan hubungan industrial sudah baik dan sudah seharusnya pelayanan yang diberikan oleh Dinas Tenaga Keja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis harus prima, karena tugas pemerintah untuk selalu memberikan pelayanan kepada masyarakat yang dalam hal ini mereka adalah para pekerja/buruh.

Untuk menguatkan hasil penelitian.penulis juga mendapatkan data pendukung terkait pengaduan kasus yang masuk ke Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.8. Pengaduan Kasus Yang Masuk Pada Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis Tahun 2014

No Pengaduan Kasus Yang Masuk Jumlah kasus

1 Pembinaan Hubungan Industrial 21

2 Pemutusan Hubungan Kerja 38

Jumlah 59 kasus

Sumber : Data Rekapitulasi laporan Pengaduan Kasus Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis tahun 2015.

Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 terdapat 59 kasus yang masuk pada pengaduan kasus Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis.Jumlah pengaduan kasus yang masuk juga dapat mengindentifikasikan bahwasanya dengan banyaknya pengaduan kasus yang masuk ke Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis membuktikan telah baiknya dalam memberikan pelayanan pengaduan kasus ke para pekerja/buruh.

Dinas tenaga kerja dan transmigrasi mempunyai wewenang untuk menindaklanjuti setiap pengaduan kasus yang masuk ke bidang perselisihan hubungan industrial. Ini sudah menjadi anjuran sebagaimana yang di amanatkan oleh undang undang nomor Nomor 2 Tahun 2004. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.9 Tanggapan Responden Dalam Menindaklanjuti Laporan Pengaduan Kasus Perselisihan Hubungan Industrial

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

5 20 15 38 5 6,02% 24,1% 18.07% 45.78% 6,02% Jumlah 83 100 %

Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian Lapangan 2015

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban responden tentang menindaklanjuti laporan pengaduan kasus perselisihan hubungan industrialsebanyak 5 orang (6,02%) responden menjawab sangat baik, 20 orang (24,1%) responden menjawab baik, 15 orang (18.07%) responden menjawab cukup baik, 38 orang (45.78%) responden menjawab tidak baik, 5 orang (6,02%) responden yang menjawab sangat tidak baik.

Berdasarkan data di atas, diketahui lebih banyak jawaban responden tersebut mengatakan tidak baik yaitu sebanyak 38 orang (45.78%). Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara terhadap bapak Rudi yang merupakan pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja dari PT. Mutiara Raaf terkait tindaklanjut dari pengaduan kasus yang telah di laporkan ke dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bengkalis dan beliau mengatakan :

“Tindaklanjut dari pengaduan kasus yang kami laporkan sangat lama proses penyelesaiaannya. bahkan kami sempat bolak balik ke kantor disnaker untuk menanyakan bagaimana kelanjutan proses penyelesaian kasus kami namun pihak disnaker seakan akan memperlambat dan mengulur waktu” (Wawancara Tahun 2015)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwasanya tindaklanjut dari laporan pengaduan kasus yang di laporkan oleh para pekerja/buruh tidak berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis dalam menindaklanjuti proses pengaduan kasus kurang berjalan dengan maksimal dan seakan akan merugikan para pekerja/buruh karena proses penyelesaiaan kasusnya terhambat dan memakan waktu yang lama.

Untuk memperkuat hasil penelitian.penulis juga melakukan wawancara terhadap bapak A.Simanjuntak selaku Kepala Bidang Perselisihan Hubungan Industrial terkait tindaklanjut dari pengaduan kasus perselisihan hubungan industrial dan beliau mengatakan ;

“Setiap pengaduan kasus yang masuk mengenai perselisihan hubungan industrial akan kami tindak lanjuti dan dibantu proses penyelesainnya karena itu sudah ketentuan undang undang penyelesaian perselisihan hubungan industrial, namun terdapat beberapa kendala yang di temui sebelum penyelesaian perselisihan dilakukan seperti bukti-bukti yang kurang lengkap mengenai pelaporan pengaduan kasusnya misalnya slip gaji, bukti kontrak perjanjian kerja waktu tertentu dan lainnya. “(Wawancara Tahun 2015)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwasanya pengaduan kasus yang masuk ke Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis akan di proses penyelesaian perselisihan hubungan industrialnya, namun ada

beberapa masalah bukti administrasi dalam pelaporan pengaduan kasus yang harus di lengkapi oleh para pekerja/buruh.

Mengenai hal ini penulis juga mendapatkan data pendukung terkait tindaklanjut pengaduan kasus perselisihan hubungan industrial yang masih dalam proses penyelesaiannya dan belum memiliki kejelasan mengenai hasil akhir keputusan dari penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang ada .Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.10. Pengaduan Kasus Yang Masih Dalam Proses Penyelesaian Pada Bidang Hubungan Industrial Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis Tahun 2014

N o

Pengaduan Kasus Yang Masuk Jumlah kasus Penyelesaian Kasus

1 Pembinaan Hubungan Industrial 5 Masih Dalam Proses

2 Pemutusan Hubungan Kerja 14 Masih Dalam

Proses

Jumlah 19 kasus

Sumber : Data Rekapitulasi Laporan Pengaduan Kasus Yang Masih Dalam Proses Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis Tahun 2014.

Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa pengaduan kasus yang masih dalam proses penyelesaian dan belum di selesaikan proses penyelesaiannya sampai akhir tahun 2014 terdapat 19 kasus pengaduan yang belum terselesaikan penyelesaian kasusnya. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa peran Disnakertrans Kabupaten Bengkalis dalam menindaklanjuti pengaduan kasus yang masuk mengenai perselisihan hubungan industrial belum berjalan dengan baik dan dapat dikatakan belum maksimal.

5. Memfasilitasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dengan Melakukan Mediasi

Dinas tenaga kerja dan transmigrasi mempunyai wewenang untuk memfasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial. ini sudah menjadi anjuran sebagaimana yang di amanatkan oleh undang undang nomor Nomor 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.11. Tanggapan Responden Dalam Memfasilitasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dengan Melakukan Mediasi

No. Jawaban Responden Frekuensi Persentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik

Sangat Tidak Baik

14 42 15 9 3 16,87% 59,6% 18.07% 10.84% 3,61% Jumlah 83 100 %

Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian Lapangan 2015

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban responden tentang memfasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial Dengan Melakukan Mediasi dengan melakukan mediasisebanyak 14 orang (16,87%) responden menjawab sangat baik, 42 orang (59,6%) responden menjawab baik, 15 orang (18.07%) responden menjawab cukup baik, 9 orang (10.84%) responden menjawab tidak baik, 3 orang (3,61%) responden yang menjawab sangat tidak baik.

Berdasarkan data di atas, diketahui lebih banyak jawaban responden tersebut mengatakan baik, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Dinas Tenaga kerja Memfasilitasi Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dengan Melakukan Mediasi Indutrial sudah baik. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 5.11

yang ternyata responden menjawab sebanyak 42 orang atau 59,6% menjawab baik.

Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara terhadap bapak Rahmat Ali Akbar selaku pekerja dari PT. Multi Structure yang telah melakukan mediasi dalam fasilitasi penyelesaian perselisihan hubungan industrial di dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bengkalis dan beliau mengatakan :

“Saya sangat bersyukur dengan mediasi yang dilakukan oleh disnaker bengkalis dan berharap proses penyelesaian dengan dimediasi oleh disnaker bengkalis dapat meyelesaikan permasalahan pesangon yang saya alami” (Wawancara Tahun 2015)

Dari kutipan wawancara tersebut dapat dikatakan bahwasanya jalur penyelesaian perselisihan hubungan industrial dengan mediasi dapat dikatakan telah terlaksana dengan baik yang dilakukan oleh Mediator dari Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis.Ini diwujudkan dengan harapan besar dari para pekerja/buruh agar Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Bengkalis untuk dapat adil berdasarkan ketentuan undang-undang ketenagakerjaan yang berlaku tentunya dalam menyelesaikan masalah outsourcing diantara para pihak pekerja dan perusahaan. Dimana selama ini para pihak pemerintah yang dalam hal ini adalah dinas tenaga kerja terlihat selalu bermain mata dengan pihak pengusaha/perusahaan sehingga menyebabkan para pekerja/buruh terus di zhalimi dan ditindas.

Mengenai proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial dengan jalur mediasi yang dimediatori oleh mediator yang di tunjuk oleh dinas tenaga kerja setingkat provinsi di wilayah daerah terkait sebenarnya telah diatur

tatalaksananya oleh aturan undang undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Pasal 3 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial, mengatur bahwa perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaiannya terlebih dahulu melalui perundingan Bipartit secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila upaya bipartit gagal, maka salah satu atau kedua belah pihak melakukan pengaduan ke Dinas Ketenagakerjaan yang dalam hal ini adalah dinas tenaga kerja dan transmigrasi kabupaten bengkalis. Penyelesaian secara Bipartit tidak selalu menyelesaikan perselisihan hubungan industrial antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Pekerja/buruh yang masih kurang puas dengan keputusan yang dihasilkan melalui Bipartit dapat mengajukan proses Mediasi ke Dinas Tenaga Kerja kabupaten bengkalis.

Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 yang melakukan Mediasi hubungan industrial disebut mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja (SP) atau serikat buruh (SB) hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator netral. Proses Mediasi ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasimerupakan proses penyelesaian perselisihan hubungan industrial dengan melibatkan pihak ke-3 sebagai penengah dalam menyelesaikan perselisihan hubungan industrial, dimana pihak ke-3 tersebut adalah mediator yang ditunjuk oleh pemerintah menurut peraturan Daerah no.13 tahun 2008 mengenai tugas yang diwakili oleh Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi kabupaten bengkalis dalam menyelesaikan

perselisihan. Mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh mentri, untuk bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antara serikat pekerja atau serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.Penyelesaian melalui mediasi tetap menggunakan mekanisme musyawarah untuk mufakat dan Mediator harus diselesaikannya dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari kerja terhitung sejak Yang Bersangkutan menerima pelimpahan berkas perselisihan.

Proses pelaksanaan mediasi terhadap penyelesaian perselisihan hubungan industrial di Kabupaten Bengkalis adalah pihak yang merasa dirugikan membuat surat permohonan ke Dinas tenaga kerja dan Transmigrasi, surat permohonan tersebut akan di proses di bagian umum Dinas Tenaga Kerja dan transmigrasi, surat tersebut akan diserahkan ke bagian bidang tenaga kerja dan diserahkan ke mediator.Dalam hal ini mediator sebagai pihak ketiga yang netral yang tidak

Dalam dokumen bab I II III PERANAN DINAS TENAGA KERJA (Halaman 89-113)