• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.2.2 Analisis Meso

4.2.2.3 Manajemen Organisasi Tribunnews.com

Manajemen Organisasi dalam teori Hirarki Pengaruh, mencakup tujuan ekonomi dalam organisasi media, bagaimana peran dari masing-masing pekerja dalam struktur organisasi, struktur organisasi, policy atau kebijakan yang ditetapkan dalam organisasi, termasuk pekerja dalam divisi bisnis dan marketing dalam menegosiasikan berita seperti apa yang harus diwartakan

135 oleh wartawan, yang akan mendapatkan viewers dan mudah untuk mendapatkan iklan (Shoemaker & Reese, 2014, h.137-154). Dalam penelitian ini penulis akan lebih fokus memaparkan struktur organisasi, komposisi jurnalis laki-laki dan perempuan dalam keredaksian Tribunnews.com, alur pemberitaan dalam Tribunnews.com, dan aturan-aturan atau policy yang berlaku dalam keredaksian, baik secara umum maupun aturan terkait pemberitaan kekerasan terhadap perempuan. Sedangkan, tujuan ekonomi dari Tribunnews.com akan secara khusus dibahas dengan menggunakan Teori

136 Berikut merupakan struktur organisasi yang berlaku di Tribunnews.com

Gambar 4.10

Struktur Organisasi Tribun Group

Sumber: Wawancara dengan General Manager Newsroom

Dalam struktur organisasi Tribun, Direktur membawahi General Manager yang terbagi menjadi dua posisi yaitu General Manager Newsroom dan General Manager Tribunnews.com, kedua posisi ini diisi oleh dua orang yang berbeda. Febby Mahendra sebagai General

Direktur Herman Darmo Editor In Chief Dahlan Dahi Reporter Fotografer Editor Videografer GM Newsroom Febby Mahendra GM Tribunnews.com Dahlan Dahi News Manager Yulis Sulistyawan Manager Content Yulis Sulistyawan

137 Manager Newsroom dan Dahlan Dahi sebagai General Manager Tribunnews.com.

General Manager Tribunnews.com diisi oleh Dahlan Dahi, kemudian membawahi Pemimpin Redaksi secara struktural. Tetapi di Tribunnews.com, Dahlan Dahi berperan sebagai General Manager Tribunnews.com sekaligus Pemimpin Redaksi. Kemudian, Pemimpin Redaksi membawahi Manager Content, yang diisi oleh Yulis Sulistyawan. Yulis tidak hanya berperan sebagai Manager Content tetapi juga News Manager sekaligus. Selanjutnya, Manager Content ini membawahi Editor.

Sedangkan General Manager Newsroom membawahi News Manager, yaitu Yulis Sulistyawan. Lalu, News Manager ini bertanggung jawab untuk membawahi reporter, fotografer, dan videografer. Bentuk organisasi Tribunnews.com yang demikian, karena reporter, fotografer, dan videografer yang ada di Jakarta tidak hanya bekerja untuk Tribunnews.com, tetapi juga untuk koran-koran Tribun di daerah. Sehingga para reporter, fotografer, dan videografer di Jakarta memasok berita nasional dari Jakarta untuk koran-koran di daerah, maupun sebaliknya.

138 Tanggungjawab dari General Manager Newsroom yang diemban oleh Febby Mahendra, yaitu:

1. Mengatur penyediaan konten, baik berupa naskah, foto, maupun video, untuk seluruh Networking Tribun baik yang ada di Jakarta maupun di daerah-daerah.

2. Mengkoordinasikan ketersediaan konten, baik pada platform cetak maupun online, baik di Jakarta maupun di daerah-daerah. Tribunnews mempunyai 22 sites, yang berada di di 22 provinsi, kemudian pada setiap provinsi mempunyai merek tersendiri, mempunyai punya reporter, fotografer, termasuk mempunyai struktur organisasi sendiri. Maka General Manager Newsroom bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan ketersediaan naskah, ketersediaan foto, dan ketersediaan video untuk semua platform.

3. Membuat perencanaan baik itu jangka pendek, menengah, maupun panjang, terkait dengan konten.

Febby mengatakan bahwa peran Pemimpin Redaksi di media online sangat berbeda dengan Pemimpin Redaksi di

139 surat kabar. Pemberitaan di surat kabar membutuhkan approval atau persetujuan dari Pemimpin Redaksi, sedangkan pada media online, berita dapat langsung diunggah.

(…)pemred dalam media online nyaris hanya sebagai istilahnya, polisi lalu lintas saja(…)karena prinsip di media online kan kecepatan. (Wawancara dengan Febby Mahendra, Sabtu, 17 Juni 2017).

Sementara itu, Yulis Sulistyawan menjalankan dua fungsi sekaligus sebagai News Manager dan Manager Content. Sebagai news manager ia membawahi reporter, fotografer, dan videografer, dan bertanggung jawab untuk merancang isu yang akan diliput oleh jurnalis di lapangan, memberi penugasan, controlling, dan melakukan evaluasi. Sedangkan, sebagai manager content, ia membawahi editor. Maka usulan editor untuk reporter, harus melalui Yulis, begitupun sebaliknya.

Secara struktural terlihat jelas bahwa Pimpinan di organisasi Tribunnews.com didominasi oleh laki-laki, yakni: Herman Darmo sebagai Direktur, Febby Mahendra sebagai General Manager Newsroom. Bahkan terdapat dua jabatan yang dipegang oleh satu orang yang sama, yakni Dahlan Dahi yang menjabat sebagai General Manager Tribunnews.com sekaligus menjadi Editor in Chief atau Pemimpin Redaksi. Begitu juga dengan Yulis Sulistyawan

140 yang memegang dua peran yaitu sebagai News Manager dan Content Manager.

Posisi wartawan perempuan dan laki-laki di Tribunnews.com, jika dibuat perbandingannya yakni terdiri dari 70% laki-laki dan 30% perempuan, untuk redaksi di Jakarta sendiri, dari 32orang wartawan, 25 orang diantaranya merupakan wartawan laki-laki. Dari jumlah perbandingan antara jurnalis laki-laki dan perempuan, maka struktur organisasi di Tribunnews.com mengalami ketimpangan.

Berdasarkan keterangan dari Regina sebagai reporter di Tribunnews.com, bahwa reporter ditargetkan menulis berita sebanyak 12 berita perharinya, tetapi jika target itu tidak terpenuhi maka sisa berita yang belum diunggah menjadi tambahan target dihari berikutnya.

(…)kalau target nggak kekejar ya ruginya di kitanya sendiri ya, karena ngaruh ke bonus kinerja kan.. Jadi kalau nggak sesuai kuota ya kita sendiri yang rugi (Wawancara dengan Regina Kunthi Rosary, Selasa, 19 Juni 2017).

Untuk berita-berita yang diunggah dan mendapat viewers sesuai atau lebih dari target, Regina mengatakan bahwa reporter akan mendapatkan reward berupa bonus tambahan.

(…)kalau misalnya berita kita nembus berapa visitor, ada targetnya gitu. Ada bonus sendiri sih. Ada

141 tambahan bonus sendiri (Wawancara dengan Regina

Kunthi Rosary, Selasa, 19 Juni 2017).

Sedangkan untuk aturan pengunggahannya, Febby mengatakan jika reporter diharuskan untuk menulis berita sepuluh menit dari waktu reporter tersebut mendapat berita.

Jadi kami memberi satu batasan reporter itu paling lama harus menuliskan sebuah berita sepuluh menit dari peristiwa dia mendapat berita itu. Paling lama. Jadi, ketika anda mendapatkan berita jeda paling lama dengan anda mengirimkanke basket itu adalah sepuluh menit (Wawancara dengan Febby Mahendra, Sabtu, 17 Juni 2017).

Aturan tersebut diberlakukan karena prinsip dari media online adalah kecepatan. Untuk aturan jam kerja sendiri, Febby mengungkap bahwa tidak ada jam kerja khusus bagi wartawan di Tribunnews.com. Hanya saja, bila wartawan tersebut sudah bekerja selama 12 jam, maka ada kebijakan dari News Manager, yakni Yulis Sulistyawan untuk mengganti wartawan dengan wartawan lain, agar wartawan tersebut dapat beristirahat. Sementara itu, Yulis mengatakan bahwa bagi wartawan perempuan, terdapat ketentuan khusus untuk kembali ke rumah maksimal pukul 22:00 WIB.

Kita punya ketentuan maksimal jam 10 harus pulang, Kita lindungin disitu, ada juga di peraturan perusahaan. Begitu kita memperkerjakan perempuan, ya membantu dia pulang, nganterin dia pulang. Ya repot, nganterin.. Ada Undang- Undangnya tuh, diatas jam 10 malam kita harus nganterin dia sampai rumah. Nah kalau di Jakarta karena perempuannya sedikit, editornya sedikit. Saya kasih privilege mereka, piketnya

142 dari pagi sampai sore lah. Minimal jam 5 udah pulang.

Kalau laki-laki, di Tribun, kan 24 jam tuh. Piket masuk jam 10 malam sampai jam 6 pagi, banyak. Kalau perempuan, ya nggak ada(….)Ada peristiwa gede-gede tuh nggak mungkin kita turunin sampai pagi, nggak ada tuh. “Kalian pulang aja deh.”(Wawancara dengan Yulis Sulistyawan, Jumat, 9 Juni 2017)

Berbeda dengan reporter, editor di Tribunnews.com mendapat shift dalam bekerja, yaitu delapan jam perhari.

Pada rapat rutin yang diadakan oleh Tribunnews, terbagi ke dalam tiga rapat. Pertama, rapat antara reporter, news manager dan manager content, termasuk Pimpinan. Kedua, rapat antara para editor dilakukan sebulan sekali. Ketiga, rapat yang diadakan sehari-hari antar para Pimpinan di Tribunnews.com dan newsroom. Sedangkan pertemuan owner dengan jajaran redaksi hanya berlangsung setahun sekali dalam rangka rapat umum pemegang saham.

Menurut penjelasan dari Febby Mahendra, dalam rapat yang diadakan seminggu sekali, maka yang dibahas antara lain: (1) isu-isu terkini, (2) insight information, kaitannya dengan informasi-informasi yang tidak ter-publish, (3) evaluasi berita, (4) menguatkan kembali konsep Tribun dan kebijakan redaksi yang berlaku, (5) liputan-liputan khusus.

Dalam rapat mingguan yang diadakan dengan para reporter, Yulis menceritakan bahwa dalam rapat tersebut

143 adalah kesempatan bagi para reporter dari bebagai desk untuk sharing knowledge, berbagi informasi dan pengetahuan. Reporter wajib untuk melakukan presentasi dan menjawab pertanyaan layaknya seorang narasumber tentang isu-isu terkini, meskipun isu tersebut bukan dari bidang atau desknya. Hal ini dimaksudkan agar reporter mengetahui keseluruhan informasi. Selain itu pada rapat tersebut juga diisi dengan evaluasi mengenai kinerja berupa produktivitas reporter termasuk kedalaman konten. Dan sesekali para pimpinan pun akan menghadiri rapat mingguan tersebut untuk mempresentasikan tentang insight information.

Sementara itu, untuk aturan pemberitaan Febby selaku General Manager Newsroom menegaskan bahwa Tribunnews.com sebagai media online mengacu pada Kode Etik Jurnalistik, khususnya dalam Pasal 3 ―Wartawan Indonesia tidak menyiarkan berita, tulisan, atau gambar yang menyesatkan, memutarbalikkan fakta, bersifat fitnah, cabul, sadis dan sensasi berlebihan.‖ Pada berita kekerasan seksual terkait pemerkosaan, Febby menekankan aturan pemberitaan di Tribunnews adalah menutup identitas korban (nama, alamat, dan pekerjaan) dan juga menghindari detail proses pemerkosaan. Selain itu Regina sebagai reporter mengatakan dalam meliput peristiwa kekerasan seksual terdapat

aturan-144 aturan khusus.

Ya, pas awal itu pasti dibilangin lah pastinya harus nggak boleh sebut nama, jadi nama pakai inisial gitu kan, kalau dibawah umur fotonya harus diblur, deskripsinya nggak boleh detail banget gitu lah. Terus sebenarnya Tribun tuh harus cita rasanya, cita rasa perempuan. Jadi nggak boleh nulis tuh kasar gitu. Terus jadi gitu sih, dalam memberitakan seperti itu pun bahasanya harus halus (Wawancara dengan Regina Kunthi Rosary, Selasa, 19 Juni 2017).

Dalam wawancara yang terpisah, Febby pun mengungkapkan hal yang sama, bahwa Tribunnews.com mengusung konsep berita dengan woman-taste, berita yang memiliki cita rasa perempuan dengan menghindari 4S, yakni sadisme, seksualitas, sarkasme, dan spiritualitas yang sifatnya klenik. Tetapi kondisi berbeda terlihat dari berita yang diproduksi oleh Tribunnews.com. Saat dimintai konfirmasi terkait kalimat dalam berita berjudul ―Tak Tahan Lihat Bocah SD Pakai Rok, Heri Tega Perkosa Bunga dan Melati‖ seperti berikut:

Diakuinya lagi, saat melakukan aksinya, pertama dia menggunakan jari, dan akhirnya disetubuhi dengan menggunakan kemaluannya

Paragraf 7 Ia mengakui korban Melati juga sempat dicabulinya tiga hari sebelumnya dengan hal yang sama. ―Yang satunya (Melati) sudah tiga hari sebelumnya, tapi hanya pakai jari bae pak,‖ katanya.

Paragraf 9 Febby sebagai General Manager Newsroom, pun mengatakan bahwa berita tersebut masih dalam batas wajar

145 menurut pandangannya, karena detail yang dimaksudkan untuk dihindari adalah kronologi proses pemerkosaan. Menurutnya berita tersebut terhitung layak karena membahasnya tidak secara rinci.

Yah ini, ini menurut kami sih, tidak dalam kondisi detail, kan cuma jadi tidak diterangkan lebih lanjut, tapi detail tidak perlu dijelaskan prosesnya, awalnya dibukain, kan tidak perlu, hanya secara umum saja pengakuannya bagaimana dalam pengertian ini, masalah tafsir yah, jadi menurut tafsir kami para editor, bahwa ini tidak terlalu detail. Jadi menurut kami masih didalam tahap wajar karena tidak menjelaskan secara detail dan kronologikal. Ini hanya disinggung sedikit. Termasuk “menggunakan rok pendek” sependek apa kita juga tidak tahu, tidak menjelaskan, tidak perlu didetailkan, termasuk bagaimana dia melakukan hal-hal yang sebelumnya.

Ini kan peristiwa pemerkosaannya, proses perkosaaannya kan ini yang kita nggak detailkan, prosesnya.

Sekali lagi, kalimat-kalimat yang dipakai disitu tidak ingin menunjukkan sesuatu yang sifatnya detail. Kami, kalau dibandingkan dengan media online lain, didetailkan betul. Bukan merinci sesuatu tetapi kami hanya singgung-singung sedikit, sepintas-sepintas (Wawancara dengan Febby Mahendra, Sabtu, 17 Juni 2017).

Ditemui di tempat terpisah, Yulis selaku News Manager sekaligus Manager Content Gender dan Patriarki mengatakan bahwa idealnya berita pemerkosaan di Tribun adalah memberikan tips dan guidance agar kejadian serupa tidak terjadi lagi. Tetapi menurutnya keberimbangan berita masih sulit diwujudkan karena kondisi di lapangan yang tidak memungkinkan untuk mewawancarai korban.

146 Susah loh wawancara korban(….) Kita mau loh,

ekspos, suruh dia cerita bagaimana peristiwa sebenarnya. Tapi sebagian besar, hampir nggak pernah ada kita dikasih langsung wawancara dengan korban. Kalau diijinkan, seluruh wartawan akan wawancara dengan dia semuanya. Apa dia nggak stress? (Wawancara dengan Yulis Sulistyawan, Jumat, 9 Juni 2017).

Yulis menegaskan bahwa Tribun memang masih melakukan pembenahan untuk berita-berita yang vulgar. Maka yang menjadi batasan-batasannya dalam menentukan berita yang layak adalah berita-berita dengan judul yang santun.

Ya memang peristiwa kan ini.. nggak masalah juga kalau bisa mengemasnya dengan baik. Saya lihat ini sebenarnya makin kesini judulnya udah mulai sopan nih, “Teman Sebaya Sempat Dengar Rintihan Korban” (Salah satu judul berita tahun 2017) Ini pengakuan temannya, kamu lihat nih, udah mulai santun

(Wawancara dengan Yulis Sulistyawan, Jumat, 9 Juni 2017).

Wartawan yang berada pada posisi desk kriminal pun diakui Febby selaku General Manager Newsroom sebagian besar merupakan wartawan laki-laki.

“Biasanya perempuan kan nggak tahan di kriminal, kesono- kemari, harus naik motor(….) lalu bertemu dengan Polisi, dengan penjahat. Itu kan perlu keberanian, selain capek, yakeberanian itu kan, dan keselamatan juga sih. Ya kita beri kesempatan tetapi rata-rata, nggak lama kemudian ya minta ganti. Yang cocok untuk pekerjaan ini akhirnya, kan resiko tinggi ya, kan kejadian kriminal tuh kita tidak tau jam berapa dan dimana(…)Laki-laki kan nggak, ada resiko kan tapi lebih kecil (Wawancara dengan Febby Mahendra, Sabtu, 17 Juni 2017).

147 redaksi Tribun, tidak menutup kemungkinan bagi wartawan perempuan untuk ditempatkan di desk kriminal, hanya saja ia melihat Tribunnews membutuhkan wartawan perempuan untuk meliput desk hiburan.

Kalau laki semua ya repot juga tuh, tastenya laki-laki kalau nulis kan berbeda dengan tastenya perempuan, apalagi yang nulis soal kuliner, soal fashion, lifestyle. Perempuan kan tastenya lebih beda. Lebih hebat disitu.

Wartawan kita yang kuat di Polda Metro Jaya sebelumnya waktu itu ada 2 tahunan, itu jurnalis perempuan(…) Ada beberapa sih yang perempuan liputan seleb, karena kita butuh perempuan itu kan biasanya punya taste yang agak beda tuh, tentang fashion, tentang kuliner(…)

Nah di Solo itu yang paling repot, semuanya tuh perempuan. Sebagian besar perempuan, laki-laki tuh kelompok minoritas. Kita kan pusat digitalnya malah di Solo sana. Ya tapi pimpinannya ya masih laki-laki, karena kan pimpinannya harus kita tentukan (Wawancara dengan Yulis Sulistyawan, Jumat, 9 Juni 2017).

Senada dengan hal ini, Regina sebagai jurnalis perempuan di Redaksi Tribun Jakarta, menyatakan bahwa dari awal masuk ia ditempatkan di desk hiburan, seleb. Selama bekerja selama 1 tahun 9 bulan, ia tidak pernah meliput isu kriminal, selain kriminalitas yang ada hubungannya dengan dunia selebritas.

Regina berpendapat Tribunnews.com mengusung konsep berita dengan woman-taste atau berita bercita rasa perempuan tetapi masih sulit terwujud karena Pimpinan

148 sebagai pemegang keputusan adalah laki-laki, dan didominasi oleh jurnalis laki-laki.

Nah iya, Tribun kan mengusung women-taste ya, ya cuma itu yang masih susah, karena atasannya cowok semua, editor yang cewek cuma dua, reporter yang cewek cuma tujuh, ya iyalah beritanya jadi nggak women-taste. Cuma sebenarnya selalu diingatkan untuk women taste, cuma ya gimana, yang nulisnya aja cowok (Wawancara dengan Regina Kunthi Rosary, Selasa, 19 Juni 2017).

Selain itu, dikalangan pekerja media Tribunnews, pelatihan mengenai gender masih sangat asing. Diakui Regina, ia tidak pernah mendapat pelatihan gender secara khusus, melainkan hanya dibahas pada salah satu sesi pelatihan ketika Regina baru menjadi reporter di Tribunnews.

(…) Jadi ada pelatihan kan, di salah satu sesi dibahas kayak gitu

Aku lupa sih ya, karena itu pelatihannya waktu aku awal-awal masuk, tapi salah satunya yang konsep women-taste itu, dan aturan-aturan kayak nama korban atau alamat yang nggak boleh dipublish. Cuma aku lupa sih.

Iya, pelatihannya kayak waktu aku baru masuk berapa hari gitu

Iya, buktinya aja aku lupa.. (Wawancara dengan Regina Kunthi Rosary,Selasa,19 Juni 2017).

Dokumen terkait