• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.8 Analisis Kondisi Rantai Pasok di Megamendung

4.8.2 Manajemen Rantai Pasok

Manajemen rantai suplai adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi. Manajemen rantai suplai bisa juga berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai. Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan. Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia material mentah. Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran dalam penetapan kepemilikan dan pengiriman (Kalakota, 2000: 198).

Menurut Turban, Rainer, Porter (2004: 321), terdapat tiga (3) macam komponen rantai suplai, yaitu:

1. Rantai suplai hulu/Upstream supply chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur, assembler, atau kedua-duanya) dan koneksinya kepada pada penyalur mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.

2. Manajemen internal suplai rantai/Internal supply chain management Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan pengendalian persediaan.

3. Segmen rantai suplai hilir/Downstream supply chain segment Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi dan after-sales-service.

Manajemen di Poktan Tunas Tani, di koordinasi oleh Ketua kelompok. Koordinasi meliputi distribusi dan jaringan jumlah dan lokasi pemasok, fasilitas produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.) dan pelanggan. Strategi distribusi yang dilakukan adalah sentralisasi, artinya terpusat pada salah satu pemasok saja, yang dalam rantai ini diwakili oleh Ibu Sisca, pemilik outlet dan restoran di Jakarta. Informasi sistem terintegrasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi informasi tentang harga, termasuk permintaan, perkiraan, inventaris dan transportasi, baik antar anggota Poktan maupun Poktan dengan pemasok. Untuk pemasok bibit, maupun pupuk juga saling memberikan informasi kepada Poktan dan sebaliknya.

Manajemen inventaris mencakup kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja dan barang jadi. Hal ini dilakukan oleh Ketua Poktan dibantu oleh pengurus kebun dan pengurus kelompok. Sedangkan aliran dana yang mengatur syarat pembayaran dan metode untuk menukar dana melewati entitas di dalam rantai suplai. Dana untuk pembelian bibit dan pupuk ada yang bersifat kolektif ada pula yang dilakukan sendiri oleh anggota Poktan, begitupun untuk pupuk. Pupuk ada yang dipasok dari produksi kelompok, secara bersama, namun ada pula yang diambil dari pemasok lain oleh masing-masing anggota Poktan. Namun hal ini tidak menjadi kendala dan permasalahan, sebab lokasi kebunnya tidak semua dalam satu hamparan, sehingga meminimalkan biaya transportasi pupuk, dipilih dengan kedekatan pemasok pupuknya.

Manajemen rantai suplai ialah pendekatan antar-fungsi (cross functional) untuk mengatur pergerakan material mentah kedalam sebuah organisasi dan pergerakan dari barang jadi keluar organisasi menuju konsumen akhir. Tujuan dari manajemen rantai suplai ialah meningkatkan

kepercayaan dan kolaborasi di antara rekanan rantai suplai, dan meningkatkan inventaris dalam kejelasannya dan meningkatkan percepatan inventori.

Arus material dan informasi dalam rantai suplai ialah memastikan material terus mengalir dari sumber ke konsumen akhir sejalan dengan informasi yang disalurkan oleh masing-masing anggota rantai pasok. Dalam kajian ini, arah arus tersebut diawali dari Petani sebagai pembudidaya sayuran organik. Petani memberikan informasi tentang kebutuhan pupuk organik kepada pemasok pupuk, pemasok benih dan bibit untuk informasi kebutuhan bibit. Petani akan memperoleh informasi pasar dari bandar, atau pengumpul dalam rantai ini perusahaan perorangan yaitu Ibu Sisca sebagai mitra utama Poktan. Alur distribusi barang yang mendukung manajemen rantai pasok disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Alur distribusi barang

Informasi pasar mencakup permintaan, harga dan ramalan permintaan kedepan, sehingga dapat dijadikan bahan untuk koordinasi budidaya di

Petani Mitra Anggota Poktan Sub Supplier Toko Pertanian Usaha Poktan

Sumber bahan baku : Benih, pupuk, saprotan

Produk sayuran organik

Sortasi, pencucian, pengelompokan, pengepakan, pelabelan dan distribusi Pengumpul

Tujuan Pemasaran - Restoran Korea-Jepang - Supermarket

tingkat Poktan. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pengumpul kepada Poktan adalah langsung bayar ditempat begitu produk sayuran organik diangkut dan dibawa ke Jakarta. Hal ini sangat menguntungkan bagi Petani karena tidak ada pengendapan modal usaha, sehingga usahatani bisa berkelanjutan. Namun demikian untuk pengembangan usaha dan manajemen rantai pasok lebih lanjut diperlukan konsep sistem berorientasi pada pemupukan modal bagi Petani. Dengan demikian maka pengembangan skala usaha bagi Petani dapat mendukung permintaan pasar dan mutu yang diinginkan oleh pasar. Aliran informasi dibutuhkan sebagai pengendali utama untuk keberlanjutan usahatani sayuran organik. Oleh karena itu dalam konsep manajemen rantai pasok ini tidak terlepas dari arus informasi.

Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, Poktan bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialah mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang akurasinya sudah meningkat dapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif berbasis Petani. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai suplai akan meningkatkan ketergantungan, sehingga inventori minimum dan kontinuitas produk Petani bernilai tambah tinggi dapat ditingkatkan, baik dalam skala usaha maupun mutu produknya, yang sesuai dengan harapan dan keinginan pasar. Strategi pengembangan SCM sayuran organik berbasis Petani dan mitra tani disajikan pada Gambar 16. Dalam konsep ini, pemupukan modal berawal dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang dimiliki dan dibentuk oleh Gapoktan, dimana salah satu unit usahanya adalah simpan pinjam.

Gambar 16. Strategi pengembangan SCM sayuran organik berbasis Petani melalui konsep LKM

Yang terlibat dalam LKM ini adalah pengurus (manajer, sekretaris dan bendahara), anggota, Petani mitra, pemasok, bandar dan investor (penanam modal). Anggota LKM adalah anggota Poktan yang mendaftar dan menyertakan simpanan wajib dan sukarela sesuai dengan ketentuan. Investor LKM adalah pribadi, bisa Petani atau mitra tani yang memiliki dana lebih untuk disimpan di LKM, atau bisa berbentuk badan usaha/instansi yang memiliki dana untuk dikembangkan di LKM. Setiap investor berhak mendapatkan pembagian sisa hasil usaha (SHU), yang besarnya sesuai kesepakatan. Arus informasi seiring dengan arus pergerakan barang dan jasa. Permintaan produk sayuran organik diimbangi dengan kapasitas produk yang memadai dan berkelanjutan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar sayuran organik dan menguntungkan Petani.

Petani LKM

(Lembaga Keuangan Mikro)

Petani butuh modal usaha (Jaminkan BPKB)

Produk sayuran organik siap panen

Pemasok/ Pengumpul

Pemasok butuh modal usaha (Jaminkan BPKB) Pemasok bahan baku Pemasok/ Pengumpul Kirim barang

Setiap hari Pasar Modern

(Supermarket, hotel, restoran, dll) Cek/Giro (pencairan ditangguhkan 2-4 mgu) Membawa Cek/Giro (sebagai jaminan pinjaman) Pencairan (1 menit cair)

1. Kesimpulan

a. Berdasarkan hasil identifikasi : (1) faktor internal Poktan di Mega-mendung, kekuatan utama untuk menuju pengembangan pertanian organik melalui strategi pengembangan rantai pasok adalah penerapan JIT dan penjadwalan pengiriman, serta didukung oleh dinamika Poktan. Kelemahan utamanya adalah pasokan dan teknologi produksi benih bermutu masih rendah; (2) faktor eksternal di Megamendung adalah kuota permintaan belum semua terpenuhi dan ancaman utama adalah alih fungsi lahan; (3) posisi Poktan di Megamendung pada Kuadran V (hold and maintain), yaitu memiliki kemampuan internal dan eksternal rataan. b. Alternatif strategi yang tepat dan dapat diterapkan oleh Poktan di

Megamendung adalah :

1) Peningkatan efektivitas rantai pasok untuk pasar terstruktur melalui Sub Terminal Agribisnis (5,448)

2) Perencanaan pola tanam yang lebih baik untuk menghadapi iklim dan cuaca tidak menentu (5,429)

3) Memperbaiki dan meningkatkan efektifitas budidaya dengan mengurangi limbah (5,369)

4) Memperluas akses pasar produk sayur organik (5,368)

c. Usahatani organik lebih menguntungkan dilihat dari nilai R/C ratio lebih tinggi dibandingkan dengan usahatani konvensional. Nilai R/C ratio pada usahatani sayuran organik untuk Bayam, Caisim, Wortel, Tomat dan Lobak berturut-turut 2,33; 2,61; 3,31; 3,61 dan 3,11 (lebih dari 1), yang artinya layak. Sedangkan nilai R/C ratio pada sayuran konvensional untuk Bayam, Caisim, Wortel, Tomat dan Lobak sebesar 1,36; 1,55; 1,59; 2,15 dan 1,89 (lebih dari 1). Nilai ini menunjukkan usahatani secara konvensional layak untuk dikembangkan. Namun bila dibandingkan dengan sistem organik, masih kurang memberikan nilai tambah karena harga jual produk untuk sayuran organik jauh lebih

tinggi. Sayuran organik merupakan alternatif sumbangan yang potensial sebagai sumber dari ekonomi keluarga Petani.

2. Saran

Beberapa saran untuk pengembangan strategi rantai pasok produk sayuran organik berbasis petani di Megamendung adalah :

a. Untuk mendukung pertanian sayuran organik di Megamendung, maka orientasi utama yang perlu dibenahi adalah membuka akses pasar untuk sayuran organik di pasar domestik, maupun internasional.

b. Dinas Pertanian perlu memberikan edukasi/penyuluhan secara intensif dan kontinu kepada Poktan tentang budidaya sayuran organik, pengendalian OPT melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) sayuran.

c. Pemerintah perlu sarana produksi pertanian (Saprotan), disamping bantuan finansial/permodalan bagi Poktan, misalnya pemberian kredit usaha mikro atau bantuan Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), yang dapat mendukung terbentuknya Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA).

d. Perlu penguatan dan perlindungan Poktan di dalam posisi tawar (bargaining position) dan kemampuan petani dalam negosiasi produk sayuran organik, misalnya pada sistem konsinyasi. Keberpihakan terhadap petani dapat menurunkan risiko pasar (marketing) yang selama ini dihadapi oleh Poktan.

e. Perlu penelitian lebih lanjut dalam menganalisa sensitivitas pemetaan matriks IE, yang dapat membandingkan antara keadaan Poktan di lapangan dengan hasil analisa penghitungan. Sehingga dapat mempertajam posisi keberadaan Poktan, guna mendukung penyusunan strategi pengembangan sayuran organik berbasis Petani.

Agustina, L. dan Syekhfani. 2002. Hasil Rumusan Lokakarya Nasional Pertanian Organik, dalam Prosiding Lokakarya Nasional Pertanian Organik, Universitas Brawijaya Malang pada tanggal 7 – 9 Oktober 2002.

David, Fred R. 2010. Manajemen Strategis (Terjemahan). Salemba Empat, Jakarta.

[Deptan] Departemen Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian No. 273/Lpts/OT.160/4/2007, Lampiran1. Penumbuhan dan Pengembangan Kelompoktani dan Gabungan Kelompoktani, Deptan, Jakarta.

Ditjen Hortikultura, Kementerian Pertanian. 2012. Pertumbuhan Produksi, Ekspor dan Impor Hortikultura. Kementan, Jakarta.

Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (PPHP). 2002. Agenda Nasional Pengembangan Pertanian Organik. Deptan, Jakarta.

Hadiguna, R.A. dan Marimin. (2007). Alokasi Pasokan Berdasarkan Produk Unggulan untuk Rantai Pasok Sayuran Segar. Jurnal Teknik Industri. Vol. 9, No.2, p. 85-101.

Hubeis, M. 2009. Prospek Usaha Kecil Dalam Wadah Inkubator Bisnis. Ghalia Indonesia, Jakarta.

Indrajit, R. E. dan R. Djokopranoto. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Grasindo, Jakarta.

Lau, Pang dan Wong. 2002. Methodology for Monitoring Supply Chain Performance: a Fuzzy Logic Approach. Logistics Information Management, Vol. 15, No. 4, pp.271-280.

Manuhutu, M. dan Wiryanta, B. T. 2005. Bertanam Sayuran Organik Bersama Melly Manuhutu. Agromedia Pustaka, Depok.

Marimin dan N. Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.

Palupi, W. 2010. Strategi Pemasaran Pangan Organik pada Kelompok Tani Mega Surya Organik, Megamendung, Bogor. Tesis pada Program Pascasarjana Industri Kecil Menengah, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pracaya, 2010. Bertanam Sayuran Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rohanah, 2010. Peningkatan Produksi Sayural Melalui KHPI. Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Garut. Diakses pada 1 Juni 2012. http://hortikultura-garut.blogspot.com/2010/04/buletin4.html

Saragih, S. E. 2008. Pertanian Organik, Solusi Hidup Harmoni dan Berkelanjutan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Saragih, Sebastian, 2003. Kemerdekaan Petani dan Keberlanjutan Kehidupan. STPN HPS, Yogyakarta.

Setiadharma, N. dan Chrisantine, F. 2006. How To Expand Organics Market. Menghantarkan Indonesia Menjadi Produsen Organik Terkemuka, hal:49-54. Maporina, Jakarta.

Setiawan, A. 2009. Studi Peningkatan Kinerja Manajemen Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi Terpilih di Jawa Barat. Tesis pada Program Pascasarjana Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Siagian, Y.M. 2005. Aplikasi Supply Chain Management Dalam Dunia Bisnis. Gramedia Pustaka, Jakarta.

SNI 6729. 2010. Sistem Pangan Organik. Badan Standardisasi Nasional (BSN), Jakarta.

Soeharto, I. 1999. Manajemen Proyek (Dari Konseptual Sampai Operasional). Erlangga, Jakarta.

Sutanto, R. 2002a. Penerapan Pertanian Organik : Pemasyarakatan dan Pengembangannya. Kanisius, Yogyakarta.

________ . 2002b. Pertanian Organik : Menuju Pertanian Alternatif dan berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta.

Suwantoro, A. A. 2008. Analisis Pengembangan Pertanian Organik Di Kabupaten Magelang, Studi Kasus di Kecamatan Sawangan. Tesis pada Program Pascasarjana Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Umar, H. 2003. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

_______. 1999. Studi Kelayakan Bisnis. Manajemen, Metode dan Kasus. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Wahyudi, 2010. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuan. AgroMedia Pustaka, Jakarta

Wheelen, T. L., and Hunger D. J. 2010. Concepts in Strategic Management and Business Policy. Twelfth Edition. Upper Saddle River, Prentice Hall, New Jersey.

Winarno, FG. 2010. Hambatan Pemasaran Pangan Organik. Http://www.unisexdem.org. [25 Januari 2010]

____________, A.K. Seta dan Surono. 2002. Pertanian dan Pangan Organik,

Sistem dan Sertifikasi. M’Brio Press, Bogor.

Zubair, A. 2003. Analisis Kelembagaan dan Kelayakan Usaha Sistem Kontrak Tani Informal (Contract Farming) pada Tata Niaga Sayuran. Tesis Pada Program Pascasarjana Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Lampiran 1. Tahapan kajian berdasarkan target keluaran Tujuan Kajian Kegiatan Kajian Tipe dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Target Output (Keluaran) Tujuan 1 Mengana-lisis kelayakan sederhana dan potensi usaha tani sayuran organik di Megamen-dung 1. Mengana-lisis kelayakan usaha tani sayuran organik a. Mengana-lisis kelayakan sederhana - Data sekunder melalui telaah literatur - Data Primer dengan wawancara dan survei lapang Pendapatan petani, BEP, R/C ratio dan marjin pemasaran. Kelayakan usaha tani sayuran organik b. Menentu-kan peluang pasar, infrastruk-tur dan SDM - Data sekunder melalui telaah literatur - Data Primer dengan wawancara dan survei lapang Peramalan dan deskriptif Kelayakan non financial usaha tani sayuran organik

Lanjutan Lampiran 1. Tujuan Kajian Kegiatan Kajian Tipe dan Sumber Data Teknik Pengolahan Data Target Output (Keluaran) Tujuan 2 Merumus-kan strategi pengem-bangan rantai pasok (SCM) produk sayuran organik di Megamen-dung 2. Menentukan posisi produk sayuran organik Data primer melalui pengisian kuesioner dan wawancara dengan pakar (Matriks Internal dan Eksternal) Evaluasi faktor internal (IFE) dan eksternal (EFE); penentuan bobot rating Bobot rating faktor internal dan eksternal 3. Merumuskan strategi sesuai dengan posisi produk sayuran organik Hasil pengolahan matriks IFE dan EFE Metode SWOT (alternatif SO, ST, WO dan WT) Beberapa alternatif strategi pengembangan rantai pasok 4. Memilih strategi prioritas dalam pengembang-an rpengembang-antai pasok sayuran organik Hasil pengolahan SWOT (Beberapa alternatif strategi pengembangan rantai pasok) Matriks QSPM Strategi terbaik dalam pengembangan rantai pasok produk sayuran organik di Megamendung, Bogor

Lampiran 2.Kuesioner petani sayuran organik

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SAYURAN ORGANIK

DI MEGAMENDUNG, BOGOR

Oleh : Parwa Oryzanti

Gambaran Ringkas

Survei ini merupakan program penelitian untuk Tesis pada Program Magister Profesional Industri Kecil Menengah (MPI), Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Informasi yang didapatkan dari survei ini akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan akademik. Analisis dan tabulasi akan dilakukan secara gabungan,sehingga informasi setiap responden tidak akan diketahui. Atas kerjasamanya, diucapkan terimakasih.

Lanjutan Lampiran 2.