• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.3 Produksi Sayuran

Kecamatan Megamendung sebagai salah satu sentra pertanian sayuran unggulan di Jawa Barat memiliki luas lahan 2.140 Ha dengan produksi khusus sayuran mencapai 5.106,7 ton. Data akumulasi produksi dapat

dilihat pada Tabel 14. Namun, data tersebut merupakan data sayuran konvensional, karena dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor belum memiliki data khusus sayuran organik. Sayuran yang diproduksi oleh para Petani di Kecamatan Megamendung saat ini masih beragam. Ada produk sayuran yang aman untuk dikonsumsi dan memenuhi standar kesehatan (Prima III), ada yang sudah menggunakan sistem organik pada beberapa kelompok tani, namun belum memiliki sertifikat organik (Prima I). Selain itu ada perusahaan pembudidaya sayuran organik yang telah bersertifikat organik dan merupakan anak perusahaan asing (Korea) yaitu CV. Sirna Galih Abadi Jaya di desa Sirna Galih. Pertanian Prima III yang diterapkan oleh para Petani merupakan langkah awal dan secara gradual menuju pertanian organik. Penggunaan pestisida dan insektisida merupakan suatu kebutuhan untuk mempertahankan kuantitas produksi dan dosis yang digunakan masih dalam batas normal.

Tabel 14. Luas tanam, luas panen, produktivitas dan produksi tanaman sayuran di Kecamatan Megamendung pada tahun 2011

No Komoditi Luas Tanam (Ha) Luas panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Kw) 1 Bawang Daun 138 149 42,4 5.847 2 Kentang - - - - 3 Kubis - - - - 4 Kembang Kol - - - - 5 Petsai/Caisim 88 112 47,1 4.142 6 Wortel 99 104 53,0 5.250 7 Kacang Merah 71 55 29,2 2.070 8 Kacang Panjang 62 61 107,0 6.634 9 Cabe Besar 42 40 89,3 3.750 10 Cabe Rawit 5 8 56,0 280 11 Tomat 53 44 178,8 9.479 12 Terung 50 42 140,0 6.999 13 Buncis 63 49 105,0 6.616 14 Ketimun - - - - 15 Kangkung - - - -

Lanjutan Tabel 14. No Komoditi Luas Tanam (Ha) Luas panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Kw) 16 Bayam - - - - 17 Labu Siam - - - - 18 Paprika - - - - Jumlah 671 664 51.067

Pedoman budidaya sayuran yang baik Good Agricultural Practices (GAP) sesuai dengan kondisi Indonesia sebagai panduan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang aman dikonsumsi, bermutu dan diproduksi secara ramah lingkungan. Perwujudan penerapan budidaya sayuran yang baik dinyatakan dengan penerbitan nomor registrasi yang diberikan sebagai hasil penilaian kebun atau lahan usaha. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah upaya pengendalian populasi, atau tingkat serangan organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah dan mengurangi timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup. Berikut ini disajikan teknik budidaya dari beberapa komoditas sayuran unggulan di Megamendung.

a. Wortel

Gambar 7. Komoditas sayuran Wortel

Wortel (Gambar 7) pada dasarnya adalah tanaman musim dingin. Pada suhu 150C-200C, Wortel dapat tumbuh secara kondusif untuk pengembangan pertumbuhan maksimum, warna terbaik dan bentuk terbaik.

Suhu yang lebih tinggi membantu dalam produksi Wortel yang pendek dan tebal, sedangkan suhu yang lebih rendah menghasilkan Wortel yang lebih panjang dan ramping. Beberapa varietas asli dan varietas eksotis telah diaklimatisasi di beberapa negara agar dapat tahan terhadap panas. Kelembaban yang diperlukan untuk perkecambahan benih Wortel yang tepat berkisar di tingkat kelembaban 20%, meskipun Wortel dapat berkecambah dalam kondisi cukup kering. Pasokan air harus di jaga terus menerus tersedia untuk menjaga tanah dalam kondisi sukulen. Cuaca kering diikuti oleh cuaca basah kondusif untuk menghasilkan Wortel bermutu tinggi.

Meskipun Wortel dapat tumbuh pada semua jenis tanah, ia tumbuh baik pada tanah, lempung dan gembur. Untuk awal pertumbuhan, tanah lempung berpasir lebih baik, untuk menghasilkan Wortel yang panjang, halus dan akar ramping. Wortel dengan standar mutu tersebut, diinginkan oleh pasar segar dan dihasilkan dari kondisi tanah berdrainase baik. Wortel tumbuh pada tanah berat cenderung lebih kasar daripada yang ditanam di tanah berpasir.

Wortel tidak tumbuh baik pada tanah yang sangat asam. Kondisi pH optimum tanah harus berkisar 6,0-7,0. Benih Wortel yang lambat untuk berkecambah dan tanaman muda sangat halus, sehingga tanah tidak harus memiliki kecenderungan untuk memegang akar tanaman. Persiapan lahan dengan tahapan berikut :

1. Pencangkulan tanah dilakukan hingga kedalaman 40 cm, atau lebih, kemudian dibiarkan kena sinar matahari langsung, tambahkan pupuk kandang 1,5 kg/m2.

2. Buat bedengan dengan tinggi sekitar 15 cm, lebar 100 cm, panjang 10 cm, jarak antar bedengan sekitar 40 cm.

3. Pada bedengan buat beberapa parit dengan lebar 15 cm dan kedalaman 25 cm, serta jarak 40 cm. Isi dengan pupuk kandang sebanyak satu genggam untuk 10 m.

Cara penanaman Wortel adalah :

2. Taburkan pada alur tersebut biji Wortel yang telah dicampur dengan pupuk kandang, agar penebarannya dapat merata dan tidak berhimpitan tumbuhnya.

3. Tutup kembali biji yang dialur dengan pukan setebal satu (1) cm, lalu tutup dengan jerami, atau daun pisang, dibuka setelah tanaman tumbuh. 4. Pupuk pertama pada saat tanam ditaburkan pada alur memanjang dengan

jarak lima (5) cm dari posisi tanam.

Pemeliharaan tanaman Wortel diupayakan sebagai berikut : 1. Penyiraman terus-menerus hingga biji berkecambah.

2. Pengaturan jarak tanam sejauh lima (5) cm dan penyiangan gulma. 3. Pembumbunan pangkal umbi yang kelihatan di permukaan tanah.

4. Tambahkan pemupukan ke dua pada saat tanaman umur 1-1,5 bulan. Terdiri dari urea 50 kg/ha dan KCl 20 kg/ha, dengan dialur lima (5) cm dari tanaman. Untuk tanaman organik, pemupukan menggunakan pupuk kompos organik

Rekomendasi pupuk untuk Wortel pada tanah mineral dengan tingkat kandungan P dan K sedang disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Rekomendasi pupuk untuk tanaman Wortel

Umur Urea ZA SP36 KCI Target pH

Kg/ha/Musim Tanam 6,5

Perplant 249 311 112 -

4 MST 124 56 -

6 MST 124 56 -

Pengendalian hama penyakit tanaman (HPT) dilakukan bila perlu saja, yaitu bila terlihat gejala adanya serangga atau penyakit. Untuk tindakan preventif disemprotkan pestisida setiap minggu setelah tanam dengan insektisida, dosis sesuai anjuran. Insektisida yang digunakan diantaranya Desis, atau Antrakol. Panen pada umumnya sekitar umur 3-4 bulan, tergantung varietasnya. Saat panen yang tepat umbi tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda. Pemanenan dilakukan

secara hati-hati. Sebaiknya tanah digemburkan dahulu lalu umbi dicabut atau dapat juga dengan bantuan garpu. Perlakuan pasca panen sebagai berikut :

1. Setelah dikumpulkan umbi dicuci bersih dengan air yang mengalir, sambil dilakukan seleksi. Kemudian tiriskan diatas para-para hingga kering.

2. Bila tempat penjualan tidak terlalu jauh, umbi diikat dengan daunnya dengan berat sekitar 1,1-1,3 kg.

3. Bila tempat penjualanya jauh, daun dipotong sampai pangkal, deikian juga ujung umbi yang kecil. Dengan tujuan memudahkan dan meringankan saat pengangkutan.

b. Tomat

Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) adalah komoditas hortikultura yang dapat dikonsumsi sebagai sayur, atau buah segar, maupun dikonsumsi dalam bentuk olahan seperti saus Tomat. Tomat (Gambar 8) termasuk tanaman semusim berumur 4 (empat) bulan. Tomat sangat bermanfaat bagi tubuh, karena mengandung vitamin C yang berguna sebagai antioksidan dan mineral yang diperlukan untuk kesehatan. Kandungan nilai gizi (per 100 g) adalah 20 kalori, 1 g protein, 0,3 g lemak, 4,2 g karbohidrat dan 5 mg kalsium. Secara umum Tomat dapat ditanam di dataran rendah sampai dataran tinggi (0-1.250 mdpl). Tomat menghendaki tanah latosol, andosol, aluvial, yang gembur, porus, subur, pH 5,5–6,5 dan curah hujan 750-1.250 mm/tahun serta kelembaban relatif 25%. Suhu udara rataan harian yang optimal untuk pertumbuhan tanaman Tomat 21 0C-28 0C. Teknis budidaya Tomat dapat berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah lain, bergantung kondisi lahan, ketinggian tempat, kondisi agroklimat, kebiasan dan kemampuan Petani bersangkutan, serta pembiayaan yang tersedia.

Produksi Tomat Kecamatan Megamendung pada tahun 2011 mencapai 5.512 ton dengan luas areal 2.403 ha. Desa Megamendung dan Cipayung merupakan daerah utama penghasil Tomat di Kecamatan Megamendung dengan total produksi 1.825 ton dan luas areal 73 ha. Proses produksi Tomat di Kecamatan Megamendung masih tradisional dan belum banyak

menggunakan bantuan mesin. Teknik budidaya Tomat terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

1) Persiapan lahan

Pilih lahan yang gembur dan subur dengan pengairan yang baik. Pilih juga lahan yang sebelumnya tidak ditanami dengan Tomat atau tanaman lain yang masih dalam satu famili Solanaceaeseperti cabai, terong, tembakau atau kentang untuk memutus siklus organisme pengganggu tanaman (OPT). Tanah diolah sempurna, kemudian dibuat bedengan dengan lebar 120-160 cm untuk barisan ganda dan 40-50 cm untuk barisan tunggal. Diantara bedengan dibuat parit dengan lebar 20-30 cm pada kedalaman 30 cm.

2) Persemaian

Pilih benih Tomat dari varietas unggul yang telah direkomendasikan. Varietas yang umum digunakan adalah Permata, Safira dan Swadesi. Kebutuhan benih 200-300 g/ha dan populasi 25.000-26.000 tanaman/ha. Siapkan media tanam yang merupakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1, kemudian masukkan dalam polibag. Masukkan benih satu per satu dalam polibag dan tutup tipis dengan tanah halus. Setelah benih berumur 8-10 hari, pilih bibit yang baik, tegar dan sehat.

3). Teknik Penanaman.

Tanah dicangkul dan dibuat bedeng berukuran dua (2) m, panjang disesuaikan dengan petakan. Tinggi bedeng 30 cm dan jarak antar bedeng 30 cm. Di atas bedeng ditaburi pupuk organik 20 ton/ha, NPK (600 kg/ha), Nitrogen (150 kg/ha), Fosfat (100 kg/ha), Kalium (50 kg/ha). Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 3–4 minggu dengan daun 5-6 helai. Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari.

4) Pemeliharaan Tanaman.

Pupuk organik cair dapat diaplikasikan setiap tujuh (7) hari sekali dengan cara disemprotkan dengan takaran sesuai rekomendasi. Untuk menopang tanaman agar tidak mudah roboh, tanaman yang telah mencapai ketinggian 10–15 cm harus segera diikat pada ajir. Pengikatan diakukan

kembali setiap tanaman bertambah tinggi kurang lebih 20 cm. Tanaman diikat dengan bentuk seperti angka delapan (8) dengan tali plastik (rafia/rumput Jepang), sehingga tanaman tidak rusak tergesek oleh ajir.

Tabel 16. Pengendalian OPT sayuran Tomat

No. OPT Cara Pengendalian

1. Ulat tanah (Agotis ipsilon Hufn)

Sanitasi, memusnahkan larva. 2. Ulat buah (Helicoverpa

Hubn)

Pengaturan waktu tanam dan tumpangsari dengan jagung.

3. Lalat buah (Bactrocera sp) Dimusnahkan dengan cara dibakar atau dikubur alam tanah, penggunaan perangkap atraktan Metil Eugenol 4. Busuk daun atau buah

(Phytophtora infestans)

Desinfeksi permukaan benih dengan air hangat dan fungisida dimusnahkan.

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2010. 5) Panen dan pasca panen

Pemetikan buah Tomat dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 60-100 hari setelah tanam. Penentuan waktu panen hanya berdasarkan umur panen tanaman sering kali kurang tepat karena banyak faktor lingkungan yang memengaruhinya, yaitu keadaan iklim setempat dan tanah. Kriteria masak petik optimal dapat dilihat dari warna kulit buah, ukuran buah, keadaan daun tanaman dan batang tanaman, yaitu :

i. kulit buah berubah, dari warna hijau menjadi kekuning-kekuningan. ii. bagian tepi daun tua telah mengering.

iii. batang tanaman menguning atau mengering.

Waktu pemetikan (pagi, siang dan sore) juga berpengaruh pada mutu yang dipanen. Saat pemetikan buah Tomat yang baik adalah pada pagi, atau sore hari dan keadaan cuaca cerah. Pemetikan yang dilakukan pada siang hari dari segi teknis kurang menguntungkan, karena pada siang hari proses fotosintesis masih berlangsung sehingga mengurangi zat-zat gizi yang terkandung. Disamping itu, keadaan cuaca yang panas di siang hari dapat meningkatkan suhu dalam buah Tomat sehingga dapat mempercepat proses transpirasi (penguapan air) dalam buah.

Keadaan ini dapat dapat menyebabkan daya simpan buah Tomat menjadi lebih pendek.

Cara memetik buah Tomat cukup dilakukan dengan memuntir buah secara hati-hati hingga tangkai buah terputus. Pemutiran buah harus dilakukan satu per satu dan dipilih buah yang sudah matang. Selanjutnya, buah Tomat yang sudah dipetik dapat langsung dimasukkan ke dalam keranjang untuk dikumpulkan di tempat penampungan. Tempat penampungan hasil panen Tomat hendaknya dipersiapkan di tempat yang teduh, atau dapat dibuatkan tenda di dalam kebun. Pemetikan buah Tomat tidak dapat dilakukan sampai 10 kali pemetikan, karena masaknya buah Tomat tidak bersamaan waktunya. Pemetikan buah Tomat dapat dilakukan setiap selang 2-3 hari sekali sampai seluruh Tomat habis terpetik.

Gambar 8. Komoditas sayuran Tomat c. Caisim

Sawi hijau atau Caisim (Brassica sinensis L.) daunnya panjang, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Kandungan gizi yang terdapat pada Caisim adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B dan Vitamin C. Caisim (Gambar 9) akan tumbuh baik bila dibudidayakan di daerah ketinggian 100-500 m dari permukaan laut (dpl), dengan kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainase baik. Sayuran berdaun hijau ini termasuk tanaman yang tahan terhadap air hujan dan dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung dengan musim. Masa panenpun juga terbilang cukup pendek, setelah 40 hari ditanam Caisim sudah dapat dipanen.

Budidaya Caisim akan tumbuh dengan baik pada daerah yang memiliki suhu 15 0C-30 0C dan memiliki curah hujan lebih dari 200 mm/bulan.

Produksi Caisim Kecamatan Megamendung pada tahun 2011 mencapai 4.142 ton dengan luas areal 1.538 ha. Desa Megamendung merupakan daerah utama penghasil Caisim di Kecamatan Megamendung dengan total produksi 1.402 ton dan luas areal 164 ha. Teknik budidaya Caisim terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

a. Pembibitan

Cara bertanam Caisim sebenarnya tidak berbeda jauh dengan budidaya sayuran pada umumnya. Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usahatani. Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang tumbuh dengan bagus. Kebutuhan benih Caisim untuk setiap hektar lahan tanam sekitar 750 g. Tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari dan penanaman Caisim yang akan dijadikan benih terpisah dari tanaman Caisim yang lain.

Pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan tanah untuk penanaman, karena lebih efisien dan benih akan lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya. Ukuran bedengan pembibitan adalah lebar 80–120 cm dan panjangnya 1–3 meter. Curah hujan lebih dari 200 mm/bulan, tinggi bedengan 20–30 cm. Dua (2) minggu sebelum di tabur benih, bedengan pembibitan ditaburi dengan pupuk kandang. Cara melakukan pembibitan ialah benih ditabur, lalu ditutupi tanah setebal 1–2 cm, lalu disiram dengan sprayer, kemudian diamati 3–5 hari benih akan tumbuh setelah berumur 3–4 minggu sejak disemaikan tanaman dipindahkan ke bedengan.

b. Pengolahan media tanam

Pengolahan tanah dilakukan seperti penggemburan dan pembuatan bedengan. Tahap-tahap pengemburan adalah pencangkulan untuk memperbaiki struktur tanah dan sirkulasi udara dan pemberian pupuk dasar untuk memperbaiki fisik serta kimia tanah yang akan

menambah kesuburan lahan yang akan digunakan. Tanah yang hendak digemburkan harus dibersihkan dari bebatuan, rerumputan, semak, atau pepohonan yang tumbuh dan bebas dari daerah ternaungi, karena tanaman Caisim suka pada cahaya matahari secara langsung.

Kedalaman tanah yang dicangkul adalah 20-40 cm. Pemberian pupuk organik sangat baik untuk penyiapan tanah. Sebagai contoh pemberian pupuk kandang yang baik adalah 10 ton/ha. Pupuk kandang diberikan saat penggemburan agar cepat merata dan bercampur dengan tanah yang akan digunakan.

c. Teknik penanaman

Bedengan dengan ukuran lebar 120 cm dan panjang sesuai dengan ukuran petak tanah. Tinggi bedeng 20–30 cm dengan jarak antar bedeng 30 cm, seminggu sebelum penanaman dilakukan pemupukan terlebih dahulu, yaitu pupuk kandang 10 ton/ha, TSP 100 kg/ha dan Kcl 75 kg/ha. Sedang jarak tanam dalam bedengan 40 x 40 cm, 30 x 30 dan 20 x 20 cm.

d. Pemeliharaan tanaman

Pemeliharaan adalah hal yang penting, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap hasil yang didapat. Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah penyiraman. Penyiraman ini tergantung pada musim, bila musim penghujan dirasa berlebih, sehingga perlu melakukan pengurangan air yang ada, tetapi sebaliknya bila musim kemarau tiba harus menambah air demi kecukupan tanaman Caisim yang ditanam. Bila tidak terlalu panas maka penyiraman dilakukan sehari cukup sekali sore, atau pagi hari.

Tahap selanjutnya penjarangan yang dilakukan 2 (dua) minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat dan selanjutnya dilakukan penyulaman. Caranya sangat mudah, yaitu tanaman yang mati, atau terserang hama dan penyakit diganti dengan tanaman yang baru. Penyiangan biasanya dilakukan 2–4 kali selama masa pertanaman

Caisim, disesuaikan dengan kondisi keberadaan gulma pada bedeng penanaman. Biasanya penyiangan dilakukan 1 (satu), atau 2 (dua) minggu setelah penanaman. Apabila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan bersamaan dengan penyiangan. Untuk mencegah hama dan penyakit yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase lahan. OPT utama adalah ulat daun (Plutella xylostella). Pengendalian dapat dilakukan dengan memanfaatkan Diadegma semiclausuma sebagai parasitoid. Pestisida yang aman dan mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida biologi. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar, baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya. e. Panen dan pasca panen

Dalam hal pemanenan penting sekali diperhatikan umur panen dan cara panennya. Umur panen Caisim 40-50 hari (Gambar 9). Cara panen ada 2 (dua) macam, yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah dengan pisau tajam. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pasca panen Caisim adalah pencucian dan pembuangan kotoran, sortasi, pengemasan, penyimpanan dan pengolahan.

d. Lobak

Lobak (Gambar 10) adalah tumbuhan yang termasuk famili Cruciferae. Bentuk umbi Lobak seperti Wortel, tapi isi dan kulitnya berwarna putih. Tanaman Lobak berasal dari negeri Cina, tapi, telah banyak diusahakan di Indonesia. Tanaman mudah ditanam baik di dataran rendah maupun tinggi (pegunungan). Saat ini daerah yang banyak ditanami Lobak adalah dataran tinggi Pangalengan, Pacet, Cipanas dan Bedugul. Luas areal tanaman Lobak di Indonesia saat ini berkisar 15.700 ha.

Tanah yang baik untuk tanaman Lobak adalah tanah gembur, mengandung humus (subur) dan lapisan atasnya tidak mengandung kerikil (batu-batu kecil). Kemudian derajat keasaman tanah 5-6, sementara waktu tanam adalah musim hujan atau awal musim kemarau. Namun kalau menanam pada musim kemarau, tanaman harus cukup air.

Gambar 10. Komoditas sayuran Lobak

Lobak ditanam dari bijinya. Bibit Lobak tidak perlu didatangkan dari luar negeri (impor), cukup dari hasil biji sendiri karena tanaman ini mudah berbunga dan berbiji. Biji-biji tersebut dapat ditanam langsung di kebun tanpa disemai terlebih dulu. Untuk penanaman seluas satu (1) ha diperlukan biji sebanyak lima (5) kg. Menurut teori, untuk lahan seluas satu (1) ha diperlukan empat (4) kg biji dengan daya kecambah 75%. Sebelum biji ditanam, lahan yang akan ditanami diolah terlebih dulu dengan dicangkul sedalam 30-40 cm, kemudian diberi pupuk kandang, atau kompos 10 ton/ha. Setelah tanah diratakan, dibuat alur dengan jarak antaralur 30 cm. Sebaiknya alur tersebut dibuat membujur dari arah Barat ke

Timur agar sinar matahari masuk ke tanaman sebanyak-banyaknya. Selanjutnya biji-biji tersebut ditaburkan tipis merata sepanjang alur, kemudian ditutup tanah dengan tipis-tipis. Biji akan tumbuh setelah empat (4) hari kemudian. Setelah umur 2-3 minggu, tanaman mulai disiang sambil dibuat guludan. Guludan dibuat dengan cara tanah di sepanjang barisan tanaman ditinggikan. Sambil tanah didangir, tanaman diperjarang. Caranya tanaman yang tumbuh kerdil dicabut dan yang subur ditinggalkan.

Setelah diperjarang, jarak tanaman menjadi 10-20 cm. Pada umumnya Petani jarang memberikan pupuk buatan. Akan tetapi agar diperoleh hasil yang memuaskan, tanaman Lobak sebenarnya perlu diberikan pupuk buatan. Pupuk buatan yang perlu diberikan adalah urea, TSP dengan perbandingan 1:2 sebanyak enam (6) g tiap tanaman. Pupuk di kanan-kiri batang tanaman dengan jarak lima (5) cm. Dengan demikian, untuk tanaman seluas satu (1) ha diperlukan 100 kg pupuk urea dan 200 kg TSP. Pupuk sebaiknya diberikan pada waktu tanah didangir. Untuk bertanam secara organik harus diperbanyak pupuk komposnya karena tidak menggunakan pupuk kimia. Kebutuhan rataan pupuk kandang, atau kompos ini adalah 20 ton per hektar, disesuaikan dengan tingkat kesuburan dan kondisi tanahnya.

e. Bayam

Bayam (Gambar 11) memiliki nama latin Amaranthus sp yang dalam bahasa Inggrisnya Amaranth. Beberapa jenis/cultiva yang sering dibudidayakan adalah Kartika, Loli dan Maestro.

Gambar 11. Komoditas Bayam

Bayam merupakan sayuran dataran tinggi tetapi dapat juga hidup di dataran rendah. Bayam menghendaki tanah yang subur dan gembur. pH tanah optimal bagi pertumbuhan Bayam adalah 7, selain itu pada pH yang terlalu

tinggi atau terlalu rendah Bayam tidak dapat tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar, bedengan dibuat dengan ukuran 1×5 m dan dibuat agak tinggi untuk mencegah keluarnya benih Bayam pada saat disiram, diantara bedengan diberi parit untuk memudahkan penyiraman.

Sebelum benih ditabur perlu dicampur dengan abu dengan perbandingan 1:10 bagian abu, penaburan benih dilakukan secara merata dan tidak menumpuk. Benih Bayam dapat ditaburkan pada alur baris sepanjang bedengan dengan jarak antar baris dalam satu bedengan + 20 cm. Benih yang telah ditabur segera ditutup tanah tipis-tipis secara merata kemudian disiram dengan sprayer pagi dan sore, kecuali jika turun hujan.

Penyiraman dan penggemburan serta pengendalian hama dan penyakit sangat penting untuk dilakukan. Penyiangan gulma dan penggemburan dapat dilakukan pada 2 minggu setelah tanam, dan selanjutnya dua minggu sekali. Rekomendasi pupuk untuk Bayam menurut Maynard and Hoomuth (1999) dimuat Tabel 17.

Tabel 17. Pemberian pupuk pada Bayam berdasarkan umur

Umur Urea SP36 ZA KCL Kg/hektar/musim tanam Sebelum Tanam 56 250 90 Tiga (3) Minggu Setelah Tanam 56 90

Pemberian pupuk pada Tabel 5, menunjukkan cara tanam secara konvensional, sedangkan untuk bertanam secara organik, tidak dipakai dosis tersebut. Sebagai penggantinya adalah menggunakan pupuk organik, baik kompos maupun pupuk cair organik dari pengolahan fermentasi hayati. Kebutuhan pupuk kandang atau kompos ini adalah 20 ton per hektar. Penyakit yang sering menyerang antara lain downy mildew yang ditandai dengan bagian atas menguning, daun bagian bawah berwarna hijau keunguan dan pada akhirnya berwarna coklat, sering menyerang pada musim hujan dan dingin.

Penyakit ini dapat diatasi dengan pembuangan daun yang terkena dan dengan penyemprotan fungisida dithane M-45 dengan dosis dua (2) gr/l. Untuk