• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Risiko

Dalam dokumen Sinergi dan Integritas Ciptakan Keunggulan (Halaman 171-173)

Bagi Bank Mega Syariah, manajemen risiko merupakan salah satu prasyarat mutlak yang harus diterapkan dalam pengelolaan bisnis

perbankan. Manajemen risiko yang baik tidak

hanya menciptakan bank yang sehat, tetapi juga menanamkan kepercayaan para pemangku

kepentingan. Prinsip dasar inilah yang menjadi

pondasi Bank Mega Syariah dalam menjalankan

aktivitas usaha.

Bank Mega Syariah melakukan pengelolaan risiko

sesuai dengan ketentuan dalam SE OJK No10/ SEOJK.03/2014 tanggal 11 Juni 2014 tentang

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Bank Mega Syariah

menetapkan peringkat risiko dan melaporkan hasilnya ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terhadap sepuluh jenis risiko yang telah ditentukan, yakni risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko strategi, risiko reputasi, risiko hukum, risiko imbal hasil, dan risiko

investasi.

Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

nomor 8/POJK.03/2014 , peringkat risiko

dikategorikan menjadi lima, yaitu low, low to moderate, moderate, moderate to high, dan high. Mengacu pada peringkat tersebut, hasil penilaian risiko selama tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

1. Uraian Jenis Risiko dan Mitigasi

a. Risiko Kredit

Risiko Kredit adalah risiko yang disebabkan karena kegagalan counterpart dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. Hal ini

dapat timbul dari aktivitas fungsional, yaitu penyediaan dana dan aktivitas investasi

seperti pembelian surat berharga dengan tujuan untuk membentuk secondary reserve, disamping imbalan berupa marjin yang merupakan pendapatan Bank. Tujuan penerapan manajemen risiko Kredit adalah menjaga kualitas pembiayaan agar tetap berada pada kondisi baik, tanpa menghalangi ekspansi pembiayaan yang telah disusun dalam rencana bisnis.

Aktivitas mitigasi risiko Kredit dilakukan dalam seluruh aktivitas pembiayaan

sejak pendekatan kepada nasabah hingga pelunasan pembiayaan.

b. Risiko Pasar

Penilaian risiko pasar Bank Mega Syariah

dilakukan berdasarkan aktivitas bisnis

utama dan portofolio penyaluran dana mayoritas berbentuk pembiayaan. Karakteristik neraca Bank Mega Syariah terdiri atas pembiayaan dan sebagian kecil

investasi dalam bentuk surat berharga

sukuk yang ditujukan sebagai cadangan

likuiditas. Aktivitas trading treasury secara

over the counter dengan tujuan profitt tidak dilakukan, sehingga paparan dan mitigasi risiko pasar. lebih kepada perubahan perilaku dan menjaga loyalitas nasabah penyimpan dana pada saat terjadi kenaikan

suku bunga konvensional di pasar, serta

memadukannya dengan pembiayaan yang kebanyakan bersifat marjin tetap.

c. Risiko Operasional

Risiko Operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan

sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian

eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Bank Mega Syariah telah menyusun kebijakan, prosedur dan proses untuk

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV

Risiko Inhiren 2 2 2 2

mengendalikan atau mengurangi risiko operasional sesuai dengan kompleksitas operasional. Selain itu, dalam rangka pengendalian, dilakukan pemisahan fungsi antara satuan kerja operasional dan satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian, serta penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (KYC) secara konsisten sesuai dengan paparan risiko operasional.

d. Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas adalah potensi timbulnya kerugian akibat ketidakmampuan Bank dalam membayar seluruh kewajiban yang jatuh tempo. Risiko ini juga muncul pada saat Bank tidak dapat mencairkan

atau menjual aset berupa investasi

surat berharga karena pasar tidak dapat menerima. Pengelolaan likuiditas sangat penting karena kekurangan likuiditas dapat mengganggu sistem Perbankan secara keseluruhan. Kebijakan manajemen risiko likuiditas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan operasional serta kebutuhan tak terduga seperti penarikan dana nasabah dalam jumlah signifikan. Kebijakan ini mencakup penetapan strategi likuiditas, pemeliharaan cadangan likuiditas, dan akses pendanaan antar bank.

e. Risiko Kepatuhan

Risiko Kepatuhan terjadi jika Bank tidak

mematuhi dan/atau tidak melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. Profil risiko kepatuhan selama

tahun 2016 berada pada level yang dapat

diterima, sebagaimana terlihat pada indikator CAR, pemenuhan PPAP dan GWM, serta NPF yang berada dibawah ketentuan maksimal Otoritas Jasa Keuangan dan tidak adanya pelampauan maupun pelanggaran BMPK.

f. Risiko Stratejik

Risiko Stratejik adalah risiko akibat

ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau

pelaksanaan suatu keputusan stratejik, serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan

lingkungan bisnis. Untuk memudahkan pengawasan atas implementasi produk dan

aktivitas, mitigasi risiko stratejik dilakukan

sejak tahap perencanaan penerbitan produk

dan aktivitas baru yang dicantumkan dalam

Rencana Bisnis Bank. Pengukuran risiko stratejik dan parameter pengukurannya dilakukan berdasarkan kinerja Bank, yaitu dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan rencana bisnis. Faktor-faktor lain

dalam identifikasi risiko stratejik meliputi

kesesuaian strategi dengan kondisi lingkungan bisnis, keahlian dan posisi bank di pasar, dan kondisi makro ekonomi.

g. Risiko Reputasi

Risiko Reputasi adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya publikasi negatif terkait dengan kegiatan usaha atau persepsi negatif terhadap Bank. Reputasi dan kepercayaan merupakan pondasi penting dalam industri perbankan. Kegagalan menjaga reputasi dan kepercayaan nasabah akan menimbulkan dampak yang signifikan pada kinerja keuangan, dan pemulihan kembali akan membutuhkan biaya yang besar. Pemantauan risiko reputasi dilakukan secara berkala berdasarkan faktor-faktor penyebab timbulnya risiko, meliputi publikasi negatif pemilik bank dan perusahaan terkait, pemberitaan negatif oleh mitra bisnis, pemberitaan negatif di media, dan keluhan nasabah. Mitigasi risiko dilakukan melalui pemantauan pemberitaan negatif Bank dan penyelesaian keluhan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan OJK.

h. Risiko Hukum

Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis. Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan

perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sah kontrak, dan pengikatan agunan yang tidak sempurna. Kelemahan dari setiap perjanjian pembiayaan atau perjanjian- perjanjian dengan pihak ketiga lainnya dapat mengakibatkan adanya tuntutan hukum yang kemudian berdampak pada kinerja keuangan.

i. Risiko Imbal Hasil

Risiko Imbal Hasil (rate of return risk) adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan Bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima Bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga Bank. Hal ini disebabkan oleh perubahan ekspektasi tingkat imbal hasil yang diterima dari Bank akibat faktor internal seperti menurunnya

nilai aset Bank dan/atau faktor eksternal seperti naiknya return/imbal hasil yang

Sistem Pengendalian Internal

Dalam dokumen Sinergi dan Integritas Ciptakan Keunggulan (Halaman 171-173)