BAB II LANDASAN TEORI
F. Manajemen Waktu
1. Pengertian Manajemen Waktu
Menurut Atkinson (dalam Moh. Alam Moduto. et al, 2013), manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan
dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan
secara terencana agar individu dapat memanfaatkan waktunya
merencanakan dan menggunakan waktu secara efisien dan efektif
sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dalam kehidupannya.
Perencanaan ini berupa jangka panjang, menengah dan pendek.
Leman (dalam Mustika Dwi Mulyani, 2013), mendefinisikan bahwa
manajemen waktu adalah menggunakan dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya, seoptimal mungkin melalui perencanaan kegiatan
yang terorganisir dan matang. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Taylor (dalam Vika Elvira Akmal, 2013), menyatakan bahwa
manajemen waktu adalah pencapaian sasaran utama kehidupan
dengan cara mengesampingkan kegiatan-kegiatan yang tidak
penting.
Bersumber pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen waktu adalah perencanaan dan pengaturan waktu yang
digunakan setiap hari dalam melaksanakan semua aktivitas yang ada,
berdasarkan pada skala prioritas dan jadwal yang telah ditentukan.
2. Pentingnya Manajemen Waktul
Banyak siswa yang belajar tanpa rencana atau jadwal. Ada
yang belajar kalau pelajaran itu menarik atau kalau hati lagi tergerak.
Ada pula yang belajar musiman, menunda tugas, karena berfikir
masih ada waktu, sampai akhirnya batas waktu yang ditentukan tiba
diambang pintu. Akibatnya bisa diduga yaitu terlambat menyerahkan
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui pentingnya
manajemen waktu menurut Akram (2010:14), yaitu:
a. Untuk menyelesaikan sesuatu yang penting dan melakukan
pekerjaan yang urgent dengan tenaga dan waktu yang seefisien mungkin. Sehingga sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan
untuk proses kreatif lainnya, membuat rencana berikutnya dan
beristirahat mengumpulkan energy dan pikiran.
b. Untuk membatasi skala prioritas dan menyelesaikan tugas-tugas
terpenting dalam hidup kita.
c. Memanfaatkan dan menghargai waktu yang terbuang sebaik-
baiknya.
d. Untuk menghindari kebiasaan over reactive seperti “terlalu keras” atau terlalu santai yang dapat menurunkan efektivitas kegiatan.
Berlandaskan beberapa pendapat di atas dapat diidentifikasi
bahwa tanda-tanda seorang individu yang memiliki manajemen
waktu yang baik adalah individu yang dapat meminimumkan waktu
yang terbuang dengan mengetahui sumber pemborosan waktu dan
berusaha menghindarinya, merencanakan dan menentukan waktu
dari setiap kegiatan yang dilakukan. Manajemen waktu yang buruk
yaitu individu tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan pekerjaan
yang benar-benar penting, menggunakan waktu terlalu banyak untuk
pekerjaan orang lain dengan meninggalkan tugas sendiri, merasa
sangat diperlukan atau tidak tergantikan, sukar mengatasi gangguan
yang ada, membiarkan orang lain mengatur waktu, sering merasa
stres, cemas dan terburu-buru serta jarang menyelesaikan pekerjaan
tepat pada waktunya.
3. Model Proses Manajemen Waktu
Tidak banyak teori mengenai manajemen waktu, hanya
Macan (dalam Iven Kartadinata et al, 2008), yang menyediakan sebuah model mengenai proses memanajemen waktu. Penelitian
yang dilakukan oleh Macan et al (dalam Iven Kartadinata. et al, 2008), dilakukan untuk mengembangkan sebuah pengukuran bagi
perilaku manajemen waktu. Alat ukur ini disebut sebagai Time Management Behavior Scale (TMBS). Hasil analisis faktor pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku manajemen waktu
terdiri atas empat faktor, yaitu:
a. Menetapkan tujuan dan prioritas (setting goals and priorities).
b. Mekanis–perencanaan dan penjadwalan (mechanics–planningand scheduling).
c. Kesukaan terhadap pengorganisasian (preference for organization), dan
Menetapkan tujuan dan prioritas meliputi kegiatan penetapan
tujuan yang diinginkan, kebutuhan yang ingin dicapai, dan
memprioritaskan berbagai tugas untuk mencapai tujuan ini.
Mekanis–perencanaan dan penjadwalan merupakan perilaku yang identik dengan mengatur waktu, misalnya membuat daftar,
merencanakan, dan menjadwalkan.
Kesukaan terhadap pengorganisasian mengacu pada
kecenderungan umum seseorang untuk menerapkan keteraturan, baik
dalam lingkungan pekerjaan maupun pendekatan terhadap tugas.
Persepsi kontrol atas waktu merefleksikan keyakinan
seseorang mengenai kemampuannya memengaruhi waktu yang
dihabiskan.
Studi lebih lanjut yang dilakukan oleh Macan (dalam Iven
Kartadinata. et al, 2008), menunjukkan bahwa orang yang menerapkan tujuan dan prioritas, serta memiliki kesukaan terhadap
pengorganisasian merasa memiliki kontrol atas waktunya.
Gambar 2.2
(Iven Kartadinata, 2008 dalam Indonesian Psychological Journal)
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Waktu
Lebih lanjut Srijanti (dalam Moh. Alam Moduto et al, 2013),
mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen
waktu yaitu :
a. Adanya target yang jelas
b. Adanya prioritas kerja
c. Penundaan pekerjaan
d. Pendelegasian tugas
e. Penataan ruang kerja
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
waktu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: usia, jenis
kelamin, adanya target yang jelas, adanya prioritas kerja, penundaan
pekerjaan, pendelegasian tugas, dan penataan ruang kerja. Oleh
sebab itu manajemen waktu dibutuhkan di dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Hambatan-Hambatan Dalam Manajemen
Menurut Herawati, modulnya (dalam Moh. Alam Moduto et al, 2013), terdapat hambatan-hambatan dalam melakukan manajemen waktu yaitu sebagai berikut:
a. Mendahulukan pekerjaan yang dicintai, baru kemudian
b. Mendahulukan pekerjaan yang mudah sebelum menyelesaikan
pekerjaan yang sulit.
c. Mendahulukan pekerjaan yang cepat penyelesaiannya, sebelum
menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama.
d. Mendahulukan pekerjaan darurat/mendesak, sebelum
meyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang penting.
e. Melakukan aktivitas yang dapat mendekatkan mereka pada
tujuan atau mendatangkan kemaslahatan bagi diri mereka.
f. Menunggu batas waktu (mepet) untuk menyelesaikan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya.
g. Skala prioritas disusun tidak berdasarkan kepentingannya, tetapi
berdasarkan urutannya.
h. Terperangkap pada tuntutan yang mendesak dan memaksa.
Dembo (dalam Moh. Alam Moduto et al, 2013), menemukan
adanya hubungan antara manajemen waktu dan prestasi akademik.
Siswa dengan keterampilan manajemen waktu yang baik cenderung
memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki keterampilan manajemen waktu yang rendah. Tujuan dari
manajemen waktu ialah untuk mempertegas kita dalam melangkapi