• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi manajemen waktu belajar matematika dan prestasi belajar matematika siswa kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi manajemen waktu belajar matematika dan prestasi belajar matematika siswa kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016."

Copied!
461
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Anastasia Inda Paulina. 2016. DESKRIPSI MANAJEMEN WAKTU BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XE SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas dalam merencanakan dan mengatur waktu siswa agar dapat belajar matematika, (2) mengetahui kualitas dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika, (3) mengetahui keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu belajar matematika.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 8 orang. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui wawancara, nilai tugas, nilai Ulangan Harian materi Dimensi Tiga, dan nilai Ulangan Kenaikan Kelas materi Dimensi Tiga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kualitas manajemen waktu belajar matematika subjek penelitian ialah cukup, (2) kualitas prestasi belajar matematika subjek penelitian ialah baik, (3) ketika kualitas manajemen waktu belajar matematika siswa baik, siswa tersebut cenderung memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kualitas manajemen waktu belajar matematika yang rendah.

(2)

ABSTRACT

Anastasia Inda Paulina. 2016. The Descriptiveness of Time Menagement of Learning Math and Mathematic Learning Achievement of Class XE Students of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematic Education Study Program. Departement of Math and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This research were aimed to (1) know the quality plan and manage time student to learn mathematics, (2) determine the quality of the results achieved by students in learning math, (3) know the state of the results achieved by students in the learning of mathematics in terms of time management learn math.

The research subject were 8 students of class XE of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta academic year 2015/2016. The research method used in this research was descriptive qualitative method. The data were collected through interview, project score, daily test score of three dimention material, and final score of class exchange of three dimention material.

The result of this research showed that (1) management quality time learning mathematics research subject is enough, (2) the quality of mathematics achievement is good research subject, (3) when the quality of students mathematics learning time management well, the students tend to have an average score higher than students with a quality learning time management low math.

(3)

DESKRIPSI MANAJEMEN WAKTU BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XE SMA STELLA

DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Anastasia Inda Paulina

NIM: 121414124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

DESKRIPSI MANAJEMEN WAKTU BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XE SMA STELLA

DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Anastasia Inda Paulina

NIM: 121414124

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata

kepadamu: “Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” (Yesaya 41:13)

“Aku tidak mau berhenti biarpun hujan deras sedang berlangsung di sepanjang perjalananku”. (Momen: Yogyakarta, 18 Maret 2014)

Dengan penuh syukur dan sukacita, kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang sudah memberikan anugerah,

berkat dan kasihnya untuk anaknya yang nakal ini,

Mama dan Bapak-ku terkasih yang sudah susah payah banting tulang dan

menderita 2x lebih dari penderitaan yang aku rasain,

Kakak-kakak-ku tersayang Mas Eko, Mba Lin, Mba Tri, Mba Tari dan Mas

Carlie yang sudah aku bikin susah karna kelakuanku yang ngotot pengen

kuliah.

Aku minta maaf dan terima kasih banyak untuk semuanya.

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Anastasia Inda Paulina. 2016. DESKRIPSI MANAJEMEN WAKTU BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XE SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas dalam merencanakan dan mengatur waktu siswa agar dapat belajar matematika, (2) mengetahui kualitas dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika, (3) mengetahui keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu belajar matematika.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 8 orang. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui wawancara, nilai tugas, nilai Ulangan Harian materi Dimensi Tiga, dan nilai Ulangan Kenaikan Kelas materi Dimensi Tiga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kualitas manajemen waktu belajar matematika subjek penelitian ialah cukup, (2) kualitas prestasi belajar matematika subjek penelitian ialah baik, (3) ketika kualitas manajemen waktu belajar matematika siswa baik, siswa tersebut cenderung memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kualitas manajemen waktu belajar matematika yang rendah.

(11)

ABSTRACT

Anastasia Inda Paulina. 2016. The Descriptiveness of Time Menagement of Learning Math and Mathematic Learning Achievement of Class XE Students of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematic Education Study Program. Departement of Math and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This research were aimed to (1) know the quality plan and manage time student to learn mathematics, (2) determine the quality of the results achieved by students in learning math, (3) know the state of the results achieved by students in the learning of mathematics in terms of time management learn math.

The research subject were 8 students of class XE of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta academic year 2015/2016.The research method used in this research was descriptive qualitative method. The data were collected through interview, project score, daily test score of three dimention material, and final score of class exchange of three dimention material.

The result of this research showed that (1) management quality time learning mathematics research subject is enough, (2) the quality of mathematics achievement is good research subject, (3) when the quality of students mathematics learning time management well, the students tend to have an average score higher than students with a quality learning time management low math.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan

rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Deskripsi

Manajemen Waktu Belajar Matematika Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,

penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Program Studi

Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika, Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah

(13)

5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar membimbing

penulis hingga selesainya skripsi ini.

6. Ibu Dra. Haniek Pratini, M.Pd. dan Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M.Si.,

selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran kepada penulis.

7. Ibu Dra. Rosalia Tuti Ratnaningsih, selaku Kepala SMA Stella Duce 2

Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

8. Ibu Yohana Krisdian D, S.Pd.Si., selaku guru bidang studi matematika SMA

Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis selama

penelitian.

9. Para siswa kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah membantu

penulis sebagai subjek penelitian.

10.Segenap dosen JPMIPA, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan

Matematika yang telah mendidik, membagi pengetahuan, dan pengalaman

yang sangat bermanfaat kepada penulis.

11.Segenap karyawan sekretariat JPMIPA atas segala bantuan, keramahan, dan

kerjasamanya selama penulis menempuh kuliah hingga selesainya skripsi ini.

12.Ibu dan Bapak tercinta, Maria Mujilah dan Theodorus Peo P. atas doa, cinta,

kasih sayang, perhatian, nasihat dan semangat yang telah diberikan selama ini.

Semoga skripsi ini dapat menjadi hadiah kecil yang membanggakan.

13.Teman-teman Kos Putri Flamboyan, Jeje, Agnes, Vina Nahla yang selalu

(14)

14.Semua teman-teman P.Mat 2012 serta semua pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, segala saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan demi

perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan serta pembaca.

Yogyakarta, 30 Agustus 2016

Penulis,

Anastasia Inda Paulina

(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Batasan Istilah ... 5

(16)

G. Manfaat Penelitian ... 6

H. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Terminologi Matematika ... 9

B. Prestasi Belajar Matematika ... 10

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 11

D. Tanggung Jawab Keluarga ... 25

E. Sekolah Berasrama ... 29

F. Manajemen Waktu ... 30

G. Penilaian Pendidikan ... 37

H. Tujuan atau Fungsi Penilaian ... 38

I. Alat Evaluasi ... 40

J. Materi Pembelajaran ... 45

K. Kerangka Berpikir ... 61

BAB III METODE PENELITIAN ... 63

A. Jenis Penelitian ... 63

B. Subjek Penelitian ... 64

C. Objek Penelitian ... 64

D. Jenis dan Sumber Data ... 64

E. Metode Pengumpulan Data ... 66

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 68

G. Keabsahan Data ... 69

(17)

I. Prosedur Pelakasanaan Penelitian ... 77

J. Tempat dan Waktu Penelitian ... 77

K. Analisis Data ... 78

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 82

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 82

B. Analisis Data ... 83

1. Analisis Siswa 1 ... 83

2. Analisis Siswa 2 ... 88

3. Analisis Siswa 3 ... 95

4. Analisis Siswa 4 ... 100

5. Analisis Siswa 5 ... 104

6. Analisis Siswa 6 ... 109

7. Analisis Siswa 7 ... 113

8. Analisis Siswa 8 ... 118

C. Analisis Penelitian dan Pembahasan ... 123

D. Keterbatasan Penelitian ... 126

BAB V PENUTUP ... 127

A. Kesimpulan ... 127

B. Saran ... 127

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Range Nilai Kualitas Manajemen Waktu ... 75

Tabel 3.2 Nilai Kualitas Rata-Rata Prestasi Belajar Matematika ... 75

Tabel 3.3 Kriteria Kualitas Manajemen Waktu dan Hasil Belajar Matematika ... 76

Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Penelitian ... 82

Tabel 4.6.1 Analisis Manajemen Waktu F ... 85

Tabel 4.6.2 Analisis Prestasi Belajar Matematika F ... 88

Tabel 4.6.3 Analisis Manajemen Waktu D ... 90

Tabel 4.6.4 Analisis Prestasi Belajar Matematika D ... 94

Tabel 4.6.5 Analisis Manajemen Waktu Si ... 97

Tabel 4.6.6 Analisis Prestasi Belajar Matematika Si ... 99

Tabel 4.6.7 Analisis Manajemen Waktu I ... 101

Tabel 4.6.8 Analisis Prestasi Belajar Matematika I ... 104

Tabel 4.6.9 Analisis Manajemen Waktu L ... 105

Tabel 4.6.10 Analisis Prestasi Belajar Matematika L ... 108

Tabel 4.6.11 Analisis Manajemen Waktu Se ... 110

Tabel 4.6.12 Analisis Prestasi Belajar Matematika Se ... 112

Tabel 4.6.13 Analisis Manajemen Waktu T ... 114

Tabel 4.6.14 Analisis Prestasi Belajar Matematika T ... 117

(19)

Tabel 4.6.16 Analisis Prestasi Belajar Matematika C ... 122

Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Manajemen Waktu dan Prestasi Belajar Matematika ... 123

Tabel 4.8 Kriteria Kualitas Manajemen Waktu Belajar Matematika ... 123

Tabel 4.9 Kriteria Kualitas Hasil Belajar Matematika ... 124

Tabel L.C.1 Hasil Perhitungan Statistik Range Nilai Kualitas Manajemen Waktu ... 366

Tabel L.D.1 Perhitungan Reliabilitas Soal UH ... 413

Tabel L.D.2 Perhitungan Reliabilitas Soal UKK Pilihan Ganda ... 418

Tabel L.D.3 Perhitungan Reliabilitas Soal UKK ... 421

Tabel L.D.4 Hasil Rangkuman Analisis Data Siswa ... 425

Tabel L.D.5 Kriteria Kualitas Manajemen Waktu Belajar Matematika Siswa Kelas XE ... 426

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar . 12

Gambar 2.2 Bagan Perilaku Manajemen Waktu ... 34

Gambar 2.3 Contoh Titik ... 46

Gambar 2.4 Contoh Garis ... 46

Gambar 2.5 Contoh Bidang ... 47

Gambar 2.6 Titik Terletak pada Garis ... 48

Gambar 2.7 Titik di Luar Garis ... 48

Gambar 2.8 Titik Terletak pada Bidang dan di Luar Bidang ... 48

Gambar 2.9 Dua Garis Berpotongan ... 49

Gambar 2.10 Dua Garis Sejajar ... 49

Gambar 2.11 Dua Garis Bersilangan ... 50

Gambar 2.12 Garis Terletak pada Bidang ... 51

Gambar 2.13 Garis Sejajar Bidang ... 51

Gambar 2.14 Garis Memotong atau Menembus Bidang ... 51

Gambar 2.15 Dua Bidang Sejajar ... 52

Gambar 2.16 Dua Bidang Berpotongan ... 52

Gambar 2.17 Jarak Titik ke Garis ... 53

Gambar 2.18 Kubus ABCD.EFGH ... 54

Gambar 2.19 Kubus ABCD.EFGH ... 54

(21)

Gambar 2.21 Jarak Titik ke Bidang ... 56

Gambar 2.22 Balok ABCD.EFGH ... 57

Gambar 2.23 Sudut Antara Garis dan Bidang ... 58

Gambar 2.24 Kubus ABCD.EFGH ... 59

Gambar 2.25 Sudut Antara Dua Bidang ... 60

Gambar 2.26 Kubus ABCD.EFGH ... 61

Gambar L.C.1 Kubus ABCD.EFGH Untuk Soal 1-3 ... 371

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Halaman

Pedoman Wawancara Sampel Penelitian ... 132

Rekaman I F dan D ... 134

Rekaman II F ... 152

Rekaman II Triangulasi P (F) ... 155

Rekaman III F ... 158

Rekaman III Triangulasi Re (F) ... 161

Rekaman IV F ... 163

Rekaman IV Triangulasi Ra (F) ... 167

Rekaman V F ... 168

Rekaman II D ... 170

Rekamana II Triangulasi (Ag) D ... 174

Rekaman III D ... 176

Rekaman III Triangulasi Bu As (D) ... 177

Rekaman IV D ... 178

Rekaman IV Triangulasi (Ar) D ... 182

Rekaman V D ... 183

Rekaman V Triangulasi (Ar) D ... 186

Rekaman I Si ... 188

Rekaman II Si ... 195

(23)

Rekaman IV Si ... 201

Rekaman IV Triangulasi (An) Si ... 204

Rekaman V Si ... 206

Rekaman V Triangulasi (Be) Si ... 209

Rekaman I I ... 210

Rekaman II I ... 218

Rekaman II Triangulasi (O) I ... 220

Rekaman III I ... 222

Rekaman III Triangulasi (Ir) I ... 224

Rekaman IV I ... 226

Rekaman IV Triangulasi (Ir) I ... 228

Rekaman V I ... 230

Rekaman V Triangulasi (Ir) I ... 232

Rekaman I L ... 233

Rekaman IV L ... 242

Rekaman V L ... 245

Rekaman V Triangulasi Mama L ... 248

Rekaman I Se ... 251

Rekaman II Se ... 260

Rekaman IV Se ... 262

Rekaman V Se ... 266

Rekaman V Triangulasi Mama Se ... 269

(24)

Rekaman II T ... 282

Rekaman II Triangulasi Mama T ... 284

Rekaman IV T ... 286

Rekaman V T ... 288

Rekaman V Triangulasi Mama T ... 291

Rekaman I C ... 296

Rekaman II C ... 313

Rekaman II Triangulasi Mama C ... 316

Rekaman IV C ... 318

Rekaman V C ... 322

Rekaman V Triangulasi Mama C ... 325

LAMPIRAN B

Kisi-Kisi Tugas ... 327

Tugas I ... 332

Daftar Nilai Tugas I ... 336

Tugas I F ... 338

Tugas I D ... 342

Tugas I Si ... 346

Tugas I I ... 350

Tugas I L ... 354

Tugas I T ... 358

(25)

LAMPIRAN C

Perhitungan Statistik Range Nilai Kualitas Manajemen

Waktu Belajar Matematika ... 365

Kisi-Kisi Ulangan Harian ... 367

Lembar Soal Ulangan Harian ... 370

Kunci Jawaban Soal dan Penilaian Ulangan Harian ... 371

Daftar Nilai UH Kelas XE ... 373

Ulangan Harian Si ... 375

Kisi-Kisi Ulangan Kenaikan Kelas ... 376

Lembar Soal Ulangan Kenaikan Kelas ... 387

Kunci Jawaban Soal dan Penilaian Ulangan Kenaikan Kelas ... 398

Daftar Nilai UKK Semua Soal ... 410

LAMPIRAN D

Perhitungan Validitas Soal Uraian UH ... 412

Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Uraian UH ... 413

Perhitungan Validitas Soal UKK ... 416

Perhitungan Reliabilitas Butir Soal UKK ... 418

Perhitungan Kualitas Manajemen Waktu dan Hasil Belajar Matematika .... 425

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak

yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali,

mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan

aspirasi (cita-cita). Pendidikan membuat manusia untuk berpikir,

menganalisa, serta memutuskan, dengan adanya pendidikan, manusia

dapat mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan sumber daya manusia

yang tinggi. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan

efisien akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa

yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan

pencerdasan kehidupan bangsa kita yang sesuai dengan tujuan nasional

seperti dalam alinea ke-IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

Salah satu cara untuk melihat tercapai atau tidaknya tujuan dari

suatu pendidikan, dapat dilihat dari hasil belajar atau prestasi belajar

siswa. Para pelaku pendidikan (siswa, orang tua dan guru) tentunya

menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena

prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan

proses belajar (tujuan pendidikan tercapai). Pada kenyataannya tidak

(27)

dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa,

antara lain: faktor internal (faktor dari dalam siswa); faktor eksternal

(faktor dari luar siswa); dan faktor pendekatan belajar.

Manajemen waktu merupakan salah satu unsur dari faktor

pendekatan belajar. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara

atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan

efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Berdasarkan pengalaman

peneliti, manajemen waktu sangat membantu peneliti dalam melaksanakan

segala kegiatan peneliti, membuat peneliti menjadi lebih tertib, dapat

menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, serta membantu

memperbaiki tingkat prestasi belajar peneliti sebagai mahasiswa di

Universitas Sanata Dharma.

Berdasarkan hasil wawancara, ada siswa yang menyukai

matematika dan menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan

pelajaran yang menyenangkan karena matematika itu menggunakan

logika. Adapula beberapa siswa yang menganggap bahwa pelajaran

matematika itu sulit bahkan tidak suka dengan pelajaran matematika serta

guru matematikanya. Aljabar, hitung-hitungan ditambah tidak termotivasi

dan merasa berada bukan pada bidang yang dikuasainya, hal tersebut

semakin membuat mereka kurang menyukai pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap

sulit oleh sebagian siswa sehingga membutuhkan strategi-strategi khusus

(28)

mengikuti bimbingan belajar atau les privat matematika diluar jam

sekolah, terutama ketika menjelang Ujian Akhir Nasional. Hal tersebut

dilakukan tentunya agar mereka memperoleh nilai yang cukup bagus

dalam pelajaran matematika.

Wali kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mengatakan bahwa

pada umumnya anak-anak sudah aktif dalam pelajaran matematika dan ada

usaha untuk mengerjakan tugas matematika setiap kali diberi tugas.

Dalam menghadapi ujian matematika, ada beberapa siswa yang

belajar dari jauh-jauh hari dan adapula yang memakai sistem kebut

semalam. Dalam hal ini, keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk

kebiasaan belajar siswa.

Berdasarkan keadaan di atas, peneliti melakukan penelitian di

SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk mengetahui keadaan dari hasil yang

dicapai siswa dalam belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu

belajar maatematika. Peneliti memilih SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

karena sekolah tersebut merupakan sekolah berasrama namun tidak

mewajibkan semua siswanya untuk tinggal di asrama, menyebabkan

adanya peluang manajemen waktu siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

(29)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, ada beberapa hal yang

dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Perbedaan latar belakang dan lingkungan tempat tinggal

mempengaruhi kebiasaan belajar siswa.

2. Beberapa siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran

yang sulit, salah satu contohnya adalah materi dimensi tiga. Hal

tersebut membuat siswa tidak memberikan waktu untuk belajar

matematika.

3. Setiap siswa memiliki menajemen waktu belajar matematika yang

berbeda-beda.

C. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari adanya penafsiran yang menyimpang dari

permasalahan sebenarnya, maka adanya beberapa batasan, antara lain:

1. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XE di SMA Stella Duce 2

Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.

2. Penelitian difokuskan pada manajemen waktu siswa untuk belajar

matematika dan prestasi belajar matematika siswa kelas XE SMA

(30)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, didapatkan

rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kualitas manajemen waktu siswa agar dapat belajar

matematika?

2. Bagaimana kualitas prestasi belajar matematika siswa?

3. Apa yang dapat dikatakan mengenai prestasi belajar siswa ditinjau dari

manajemen waktu belajar matematikanya?

E. Batasan Istilah

Beberapa batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Manajemen waktu adalah perencanaan dan pengaturan waktu yang

digunakan setiap hari dalam melaksanakan semua aktivitas yang ada,

berdasarkan pada skala prioritas dan jadwal yang telah ditentukan.

2. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa dalam

belajar matematika. Prestasi belajar matematika diukur dengan skor

yang dicapai atau diperoleh dalam tes prestasi belajar matematika.

3. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang

fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang

pendidikan.

4. Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa

(31)

Berdasarkan batasan istilah, makna dari judul penelitian yang

peneliti lakukan adalah untuk mengetahui keadaan dari hasil yang dicapai

siswa dalam belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu belajar

maatematika berdasarkan pada skala priotitas dan jadwal yang telah

ditentukan. Penelitian dilaksanakan di kelas XE, SMA Stella Duce 2

Yogyakarta.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah mengetahui:

1. Kualitas dalam merencanakan dan mengatur waktu siswa agar dapat

belajar matematika.

2. Kualitas dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika.

3. Keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika

ditinjau dari manajemen waktu belajar maatematika.

G. Manfaat Penelitian

Dengan diketahuinya keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam

belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu belajar matematika,

maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, guru bidang

studi matematika, pihak sekolah, pihak fakultas maupun pihak-pihak yang

(32)

1. Bagi peneliti

Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan

yang berguna, serta bekal bagi peneliti untuk terjun ke dunia

pendidikan.

2. Bagi guru bidang studi matematika

Penelitian ini dapat dijadikan masukan atau pengetahuan sebagai

pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar mangajar.

3. Bagi pihak sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika

ditinjau dari manajemen waktu belajar maatematika sehingga dapat

dijadikan sebagai evaluasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi Fakultas

Melalui hasil penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan

dapat bermanfaat sebagai khasanah ilmu pengetahuan.

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab I Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi

masalah yang ditemukan, pembatasan masalah, rumusan

masalah, batasan istilah, serta tujuan dan manfaat dari

penelitian.

(33)

peneliti.

Bab III Berisi tentang jenis penelitian, penjelasan tentang subjek

dan objek penelitian, metode pengumpulan data yang

digunakan, cara mengabsahkan data, prosedur pelaksanaan

penelitian, tempat dan waktu penelitian, data penelitian,

serta penjelasan tentang analisis data kualitatif.

Bab IV Berisi tentang pelaksanaan penelitian, penyajian data,

analisis data, pembahasan dari data yang diperoleh dan

keterbatasan dari penelitian.

(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Terminologi Matematika

Secara bahasa (lughowi), kata “matematika” berasal dari bahasa

Yunani yaitu “mathema” atau mungkin juga “mathematikos” yang

artinya hal-hal yang dipelajari. Bagi orang Yunani matematika tidak

hanya meliputi pengetahuan mengenai angka dan ruang, tetapi juga

mengenai musik dan ilmu falak (astronomi). Orang Belanda, menyebut

matematika dengan “wiskunde”, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan

orang arab, Abdusyukur (dalam Siti Mahfudzoh, 2011), menyebut

matematika dengan ‘ilmu al hisab, artinya ilmu berhitung.

Secara istilah, sampai saat ini belum ada definisi yang tepat

mengenai matematika. Para ahli filsafat dan ahli matematika telah

mencoba membuat definisi matematika, tetapi sampai sekarang belum

ada yang menyatakan bahwa jawabannya adalah terakhir. Belum ada

definisi yang disepakati matematika itu apa. Diantara definisi-definisi

yang dibuat para ahli matematika adalah sebagai berikut:

1. Matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang

2. Matematika adalah ilmu tentang besaran (kuantitas)

3. Matematika adalah ilmu tentang hubungan (relasi)

(35)

5. Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif

6. Matematika adalah tentang struktur-struktur yang logik.

Definisi-definisi yang ada semuanya benar, berdasar sudut

pandang tertentu. Matematika dikenal karena keabstrakannya di samping

sedikit bentuk yang berangkat dari realita lingkungan manusia.

Matematika banyak berkembang ketika ia diperlukan oleh teknologi.

Maka, perlu bagi setiap orang untuk mengenal matematika, memahami

peran dan manfaat matematika ke depan.

B. Prestasi Belajar Matematika

Poerwanto (dalam Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, 2011),

memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh

seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam

raport”. Selanjutnya Winkel (dalam Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina,

2011), mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti

keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan

kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan

menurut Nasution, S (dalam Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, 2011),

prestasi belajar adalah “kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam

berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila

memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya

dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu

(36)

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi

belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam

menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh

dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan

tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang

dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah

mengalami proses belajar mengajar.

Pengertian prestasi belajar matematika dalam penelitian yang

dilaksanakan ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajar

matematika. Prestasi belajar matematika siswa dapat diketahui setelah

diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang

tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Noehi Nasution dan kawan-kawan (dalam buku Psikologi

Belajar, karya Syaiful Bahri Djamarah, 2011:175), memandang belajar

itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Noehi Nasution dan

kawan-kawan mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi

proses dan hasil belajar tersebut secara lebih luas seperti terlihat pada

(37)

Gambar 2.1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Selanjutnya uraian berikut akan menguraikan berbagai faktor

yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang digambarkan pada

bagan di atas. Unsur

Luar

Lingkungan

Alami

Sosial Budaya

Insrumental

Kurikulum

Program

Sarana & Fasilitas

Guru

Dalam

Fisiologis

Kondisi Fisiologis

Kondisi Panca-indra

Psikologis

Minat

Kecerdsasan

Bakat

Motivasi

(38)

1. Faktor Lingkungan

Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari

lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua

lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan

anak didik. Keduanya mempunyai pengaruh cukup signifikan

terhadap belajar anak didik di sekolah. Oleh karena kedua

lingkungan ini akan dibahas satu demi satu dalam uraian berikut.

a. Lingkungan Alami

Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak

didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan

hidup merupakan malapetakan bagi anak didik yang hidup di

dalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat

mengganggu pernapasan. Udara yang terlalu dingin

menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu udara yang terlalu

panas menyebabkan anak didik kepanasan, pengap, dan tidak

betah tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, keadaan suhu dan

kelembaban udara berpengaruh terhadap belajar anak didik di

sekolah. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik

hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan

pengap. Berdasarkan kenyataan yang demikian, orang cenderung

berpendapat bahwa belajar di pagi hari akan lebih baik hasilnya

daripada belajar pada sore hari. Kesejukan udara dan ketenangan

(39)

kondusif untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang

menyenangkan.

b. Lingkungan Sosial Budaya

Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa

melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk

mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma

sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.

Demikian juga halnya di sekolah. Ketika anak didik berada di

sekolah, maka dia berada dalam sistem sosial di sekolah.

Peraturan dan tata tertib sekolah harus anak didik taati.

Pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan

sanksi sesuai dengan jenis dan berat ringannya pelanggaran.

Lahirnya peraturan sekolah bertujuan untuk mengatur dan

membentuk perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan

belajar di sekolah.

2. Faktor Instrumental

Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan

tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke

arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk

dan jenisnya. Semua dapat diberdayagunakan menurut fungsi

masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh

guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah

(40)

Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya

agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak

didik di sekolah.

a. Kurikulum

Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan

unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan

belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang

harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru

programkan sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata

pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran

yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik. Setiap guru

harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam

program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat

diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar

mengajar yang telah dilaksanakan.

b. Program

Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program

pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan.

Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya

program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan

disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga,

(41)

c. Sarana dan Fasilitas

Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.

Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu

persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan

gedung sekolah yang di dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala

sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang

tata usaha, auditorium, dan halaman sekolah yang memadai.

Semua bertujuan untuk memberikan kumudahan pelayanan anak

didik.

d. Guru

Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan.

Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada

anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi

kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jangankan ketiadaan guru,

kekurangan guru saja sudah merupakan masalah.

Sebagai tenaga profesional yang sangat menentukan jatuh

bangunnya suatu bangsa dan Negara, guru seharusnya menyadari

bahwa tugas mereka sangat berat, bukan hanya sekadar

menerima gaji setiap bulan atau mengumpulkan kelengkapan

administrasi demi memenuhi angka kredit kenaikan pangkat atau

golongan dengan mengabaikan tugas utama mengajar. Dengan

(42)

kompetensi melalui self study. Kompetensi yang harus

ditingkatkan menyangkut tiga kemampuan, yaitu kompetensi

personal, profesional, dan sosial. Ketiganya mempunyai peranan

masing-masing yang menyatu dalam diri pribadi guru dalam

dimensi kehidupan di rumah tangga, di sekolah, dan di

masyarakat.

3. Kondisi Fisiologis

Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh

terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan

segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam

keadaan kelelahan. Noehi Nasution dkk (dalam Syaiful Bahri

Djamarah, 2011:189), berpendapat bahwa anak-anak yang

kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak

yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk,

dan sukar menerima pelajaran.

Menurut Noehi (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:189),

hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata,

hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat

untuk melihat dan telinga sebagai alat untuk mendengar. Sebagian

besar yang dipelajari manusia (anak) yang belajar berlangsung

dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan observasi,

mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru,

(43)

diskusi dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan

pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan formal orang

melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara

penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar.

4. Kondisi Psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh

karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja

mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri

sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari

dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja

merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar

seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis

tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh

karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan

kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama

mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Demi jelasnya,

kelima faktor ini akan diuraikan satu demi satu berikut ini.

a. Minat

Minat, menurut Slamento (dalam Syaiful Bahri Djamarah,

2011:191), adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada

(44)

sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat

hubungan tersebut, semakin besar minat.

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan

yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal

daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui

partisipasi dalam suatu aktivitas. Menurut Slamento (dalam

Syaiful Bahri Djamarah, 2011:191), anak didik memiliki minat

terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian

yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat yang besar

terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk

mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu.

Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain

karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau

memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan

bahagia. Menurut Dalyono (dalam Syaiful Bahri Djamarah,

2011:191), minat belajar yang besar cenderung menghasilkan

prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan

menghasilkan prestasi yang rendah.

Slamento (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:191),

berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk

membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah

dengan menggunakan minat-minat anak didik yang telah ada.

(45)

raga balap mobil. Sebelum mengajarkan percepatan gerak, guru

dapat menarik perhatian anak didik dengan menceritakan sedikit

mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian

sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang

sesungguhnya.

b. Kecerdasan

Seorang ahli seperti Raden Cahaya Prabu (dalam Syaiful

Bahri Djamarah 2011:194), berkeyakinan bahwa perkembangan

taraf inteligensi sangat pesat pada masa umur balita dan mulai

menetap pada akhir masa remaja. Taraf inteligensi tidak

mengalami penurunan, yang menurun hanya penerapannya saja,

terutama setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka yang alat

indranya mengalami kerusakan.

Karena inteligensi diakui ikut menentukan keberhasilan

belajar seseorang, maka orang tersebut seperti M. Dalyono

(dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:194), misalnya secara

tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki inteligensi

baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun

cenderung baik. Sebaliknya, orang yang inteligensinya rendah,

cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir,

sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Karenanya Walter B.

Kolesnik (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:194), mengatakan

(46)

one’s IQ, and his scholastic success. Usually, the higher the

grades he receives. Oleh karena itu, kecerdasan mempunyai

peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil dan tidaknya

seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program

pendidikan dan pengajaran. Menurut Noehi Nasution (dalam

Syaiful Bahri Djamarah, 2011:194), orang yang lebih cerdas pada

umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang

cerdas.

c. Bakat

Di samping inteligensi (kecerdasan), bakat merupakan

faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar

seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa

belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar

kemungkinan berhasilnya usaha itu.

Banyak sebenarnya bakat bawaan (terpendam) yang dapat

ditumbuhkan asalkan diberikan kesempatan dengan

sebaik-baiknya. Di sini tentu saja diperlukan pemahaman terhadap bakat

apa yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Sunarto dan Hartono

(dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:197), bakat memungkinkan

seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan

tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan

(47)

d. Motivasi

Menurut Noehi Nasution (dalam buku Psikologi Belajar

karya Syaiful Bahri Djamarah, 2011:200), motivasi adalah

kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan

sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis

yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan

penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya

meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Hal ini

dipandang masuk akal, karena seperti dikemukakan oleh Ngalim

Purwanto (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:200), bahwa

banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya

motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang

tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai

hasil-hasil yang semula tidak terduga. Bahkan menurut Slamento

(dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:200), seringkali anak didik

yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki

motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Berbagai

faktor bisa saja membuatnya bersikap apatis. Misalnya, karena

keadaan lingkungan yang mengancam, perasaan takut diasingkan

oleh kelompok bila anak didik berhasil atau karena kebutuhan

untuk berprestasi pada diri anak didik sendiri kurang atau

(48)

diri anak didik cukup mempengaruhi kemampuan intelektual

anak didik agar dapat berfungsi secara optimal.

e. Kemampuan Kognitif

Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang

sangat dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah

kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan

kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk

dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini

menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.

Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai

jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif,

yaitu persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah proses

yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak

manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat

indranya, yaitu indra penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan

pencium.

Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang

menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau

berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa yang lampau.

Terdapat dua bentuk mengingat yang paling menarik perhatian,

yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat kembali

(49)

dengan suatu objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek

itu pernah dijumpai di masa yang lampau. Dalam mengenal

kembali, aktivitas mengingat ternyata terikat pada kontak

kembali dengan objek, seandainya tidak ada kontak, juga tidak

terjadi mengingat. Dalam mengingat kembali (reproduksi),

dihadirkan suatu kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu

tanggapan atau gagasan, tetapi hal yang diingat itu tidak hadir

pada saat mengingat kembali seperti terjadi pada mengenal

kembali. Pada waktu mengingat kembali, orang memproduksikan

apa yang pernah dijumpai, tanpa kontak dengan hal yang pernah

dijumpai itu. Kegiatan mengingat kembali (reproduksi) ini

merupakan kegiatan yang terbanyak dilakukan anak didik di

sekolah. Materi pelajaran yang bersifat hafalan sangat

memerlukan kegiatan mengingat kembali ini.

Di kalangan ahli Ilmu Jiwa Asosiasi menurut Abror

(dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:204), menganggap bahwa

berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai

dengan sikap pasif dari subjek yang berpikir. Tetapi menurut

Garrett (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:204), berpikir

adalah tingkah laku yang sering implicit dan tersembunyi dan

biasanya dengan menggunakan simbol-simbol

(gambaran-gambaran, gagasan-gagasan, dan konsep-konsep). Tingkah laku

(50)

seluruh tubuh. Di sini ternyata harus diakui bahwa berpikir

murupakan kegiatan mental yang bersifat pribadi. Dan berpikir

itu sendiri mempunyai tingkatan. Frohn (dalam Syaiful Bahri

Djamarah, 2011:204), berpendapat ada tiga tingkat berpikir

manusia, yaitu berpikir kognitif, berpikir skematis, dan berpikir

abstrak.

D. Tanggung Jawab Keluarga

Kewajiban mendidik diarahkan pada ruang lingkup pendidikan,

yaitu:

1. Pendidikan dalam keluarga

2. Pendidikan di sekolah

3. Pendidikan di lingkungan masyarakat

Dalam keluarga, ayah berkewajiban mendidik anak-anaknya,

sedangkan ibu wajib mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya.

Suami menjadi teladan bagi istrinya, menjadi pemimpin yang

mengayomi keluarganya, sedangkan istri harus taat dan berbakti kepada

keluarganya dengan dasar agama dan nilai-nilai budaya yang positif.

Berbagai tanggung jawab yang paling menonjol dan mendapat

perhatian besar dalam pendidikan adalah tanggung jawab pendidik

terhadap individu yang berwenang memberikan pengarahan, pengajaran,

dan pendidikan. Semua tanggung jawab itu dipikul oleh keluarga sebagai

(51)

perkembangan anak-anak merupakan tanggung jawab keluarga, terutama

membina, melatih, dan mendidiknya agar siap menghadapi pendidikan

formal dan hidup bermasyarakat.

Dilihat dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap

anaknya, tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidik

selain orang tua adalah pelimpahan tanggung jawab dari orang tua yang

karena satu hal atau lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan

anaknya secara sempurna.

Pada intinya menurut Tatang S (2012:81), tanggung jawab orang

tua terhadap anak adalah memberikan hikmah berikut:

1. Memberikan kesadaran kepada orang tua bahwa anak-anak adalah

amanah

2. Anak-anak adalah ujian yang berat dari Allah SWT. dan orang tua

tidak boleh berkhianat

3. Pendidikan anak harus diutamakan

4. Mendidik anak harus menggunakan strategi dan kiat-kiat yang dapat

diterima oleh akal anak

5. Orang tua tidak memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak

6. Menjaga anak untuk tetap menunaikan shalat dan berbuat kebajikan

7. Hubungan orientasional antara perintah mendidik bagi orang tua

terhadap anak-anaknya dengan pendidikan, terlihat dalam implikasi

(52)

sikap (afeksi), dan perilaku (motorik) manusia yang sesuai dengan

paradigma pendidikan.

Sehubungan dengan tanggung jawab orang tua di atas, sebaiknya

orang tua mengetahui apa dan bagaimana cara mendidik anak.

Pengetahuan itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun dan

rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya kepada anak.

Menurut Kartono (dalam Tatang S, 2012:85), orang tua

merupakan orang pertama dan utama yang mampu, serta berhak

menolong keturunannya dan mendidik anaknya. Peranan orang tua

dalam keluarga sangat penting karena dapat menciptakan ikatan

emosional dengan anak, menciptakan suasana aman di rumah sehingga

orang tua dan rumah merupakan tempat anak untuk kembali, menjadi

model bagi anaknya, memberikan disiplin, memperbaiki tingkah laku

anak, dan menciptakan jaringan komunikasi di antara anggota keluarga.

Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak

diperlukan karena adanya bimbingan orang tua dapat mengawasi dan

mengetahui kekurangan dan kesulitan anak dalam belajar. Gunarso

(dalam Tatang S, 2012:85), menyatakan bahwa orang tua berperan

dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, menyediakan

sarana belajar, serta memberi teladan kepada anak sesuai dengan nilai

(53)

Bimbingan dari orang tua juga berperan sebagai cara untuk

meningkatkan disiplin belajar. Ahmadi (dalam Tatang S, 2012:85),

menyatakan bahwa anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua

agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada dirinya.

Bimbingan yang diberikan orang tua di rumah dapat

meningkatkan motivasi belajar anak selain bimbingan dari guru.

Motivasi yang diberikan kepada anak hendaknya mengarah pada

peningkatan motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan.

Situasi ini dapat tercipta apabila terjadi ikatan emosional antara orang

tua dengan anaknya. Suasana rumah yang aman membantu

pengembangan diri anak menuju masa depannya. Dengan motivasi yang

kuat, anak sanggup bekerja ekstra keras dalam pencapaian sesuatu.

Motivasi belajar yang baik diharapkan timbul dari dalam diri sendiri

(motivasi intrinsik).

Evers (dalam Tatang S, 2012:86), mengatakan bahwa anak yang

mempunyai motivasi kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan yang

sedang berlangsung, ia akan menunjukkan minat, aktivitas, dan

partisipasi dalam kegiatan pendidikannya sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajarnya. Akan tetapi, tidak semua anak mempunyai motivasi

ini, banyak anak yang menjadi siswa yang dalam proses belajarnya

kurang atau tidak mempunyai motivasi, karena itu diperlukan bimbingan

belajar dari orang tuannya. Menurut Nio (dalam Tatang S, 2012:86),

(54)

anak di rumah; mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar;

menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya. Mengawasi

penggunaan waktu belajar anak di rumah dapat membantu mengatasi

kesulitan anak dalam belajar.

E. Sekolah Berasrama

Menurut Bamford (dalam Miranti Rasyid, 2012), sekolah

berasrama (boarding school) adalah sekolah yang didalamnya terdapat

berbagai fasilitas penginapan yang disediakan untuk siswanya dan

fasilitas tersebut dalam lokasi yang berdekatan dengan fasilitas sekolah.

Di sekolah berasrama, siswa-siswi tidur, makan, dan bekerja atau

melakukan aktivitas dekat dengan lingkungan sekolah.

Sekolah berasrama di Indonesia pada umumnya mengusung

kurikulum keagamaan dan memadukannya dengan kurikulum umum.

Selain kurikulum keagamaan, juga terdapat kurikulum nasionalisme

yang ditanamkan pada siswa sekolah berasrama. Di dalam kurikulum

nasionalisme, siswa diajarkan untuk mencintai negara, menanamkan

nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan berperan aktif

dalam menjaga tanah air.

Kehadiran sekolah berasrama (boarding school) memiliki beberapa

manfaat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh tim Boarding

School Review (dalam Miranti Rasyid, 2012), sekolah berasrama dapat

(55)

siswa, siswa belajar untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung

jawab pada dirinya sendiri, belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan

barunya, memiliki pola persahabatan yang lebih erat, memiliki

jangkauan teman yang lebih luas dari berbagai daerah, dan saat lulus,

siswa merasa bangga karena menjadi bagian dari komunitas yang langka.

Dalam perkembangannya sekolah berasrama memiliki beberapa

kekurangan. Berdasarkan data yang didapatkan dari Kompas Online

(dalam Miranti Rasyid, 2012), lokasi dan jarak yang sangat dekat dapat

menyebabkan kejenuhan anak berada di asrama. Selain permasalahan

jarak yang terlalu dekat, salah satu hal lain yang menyebabkan

kejenuhan siswa yaitu jadwal yang monoton dan kompleks. Setiap

harinya, para siswa melakukan kegiatan rutin dimulai dari bangun tidur,

hingga malam hari. Menurut Bamford (dalam Miranti Rasyid, 2012), hal

tersebut menuntut siswa yang berada di dalam sekolah tersebut untuk

mampu mengatur jadwal serta mengelola emosi dalam dirinya.

F. Manajemen Waktu

1. Pengertian Manajemen Waktu

Menurut Atkinson (dalam Moh. Alam Moduto. et al, 2013),

manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan

dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan

secara terencana agar individu dapat memanfaatkan waktunya

(56)

merencanakan dan menggunakan waktu secara efisien dan efektif

sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dalam kehidupannya.

Perencanaan ini berupa jangka panjang, menengah dan pendek.

Leman (dalam Mustika Dwi Mulyani, 2013), mendefinisikan bahwa

manajemen waktu adalah menggunakan dan memanfaatkan waktu

sebaik-baiknya, seoptimal mungkin melalui perencanaan kegiatan

yang terorganisir dan matang. Hal serupa juga dikemukakan oleh

Taylor (dalam Vika Elvira Akmal, 2013), menyatakan bahwa

manajemen waktu adalah pencapaian sasaran utama kehidupan

dengan cara mengesampingkan kegiatan-kegiatan yang tidak

penting.

Bersumber pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

manajemen waktu adalah perencanaan dan pengaturan waktu yang

digunakan setiap hari dalam melaksanakan semua aktivitas yang ada,

berdasarkan pada skala prioritas dan jadwal yang telah ditentukan.

2. Pentingnya Manajemen Waktul

Banyak siswa yang belajar tanpa rencana atau jadwal. Ada

yang belajar kalau pelajaran itu menarik atau kalau hati lagi tergerak.

Ada pula yang belajar musiman, menunda tugas, karena berfikir

masih ada waktu, sampai akhirnya batas waktu yang ditentukan tiba

diambang pintu. Akibatnya bisa diduga yaitu terlambat menyerahkan

(57)

Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui pentingnya

manajemen waktu menurut Akram (2010:14), yaitu:

a. Untuk menyelesaikan sesuatu yang penting dan melakukan

pekerjaan yang urgent dengan tenaga dan waktu yang seefisien

mungkin. Sehingga sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan

untuk proses kreatif lainnya, membuat rencana berikutnya dan

beristirahat mengumpulkan energy dan pikiran.

b. Untuk membatasi skala prioritas dan menyelesaikan tugas-tugas

terpenting dalam hidup kita.

c. Memanfaatkan dan menghargai waktu yang terbuang

sebaik-baiknya.

d. Untuk menghindari kebiasaan over reactive seperti “terlalu

keras” atau terlalu santai yang dapat menurunkan efektivitas

kegiatan.

Berlandaskan beberapa pendapat di atas dapat diidentifikasi

bahwa tanda-tanda seorang individu yang memiliki manajemen

waktu yang baik adalah individu yang dapat meminimumkan waktu

yang terbuang dengan mengetahui sumber pemborosan waktu dan

berusaha menghindarinya, merencanakan dan menentukan waktu

dari setiap kegiatan yang dilakukan. Manajemen waktu yang buruk

yaitu individu tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan pekerjaan

yang benar-benar penting, menggunakan waktu terlalu banyak untuk

(58)

pekerjaan orang lain dengan meninggalkan tugas sendiri, merasa

sangat diperlukan atau tidak tergantikan, sukar mengatasi gangguan

yang ada, membiarkan orang lain mengatur waktu, sering merasa

stres, cemas dan terburu-buru serta jarang menyelesaikan pekerjaan

tepat pada waktunya.

3. Model Proses Manajemen Waktu

Tidak banyak teori mengenai manajemen waktu, hanya

Macan (dalam Iven Kartadinata et al, 2008), yang menyediakan

sebuah model mengenai proses memanajemen waktu. Penelitian

yang dilakukan oleh Macan et al (dalam Iven Kartadinata. et al,

2008), dilakukan untuk mengembangkan sebuah pengukuran bagi

perilaku manajemen waktu. Alat ukur ini disebut sebagai Time

Management Behavior Scale (TMBS). Hasil analisis faktor pada

penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku manajemen waktu

terdiri atas empat faktor, yaitu:

a. Menetapkan tujuan dan prioritas (setting goals and priorities).

b. Mekanis–perencanaan dan penjadwalan (mechanicsplanningand

scheduling).

c. Kesukaan terhadap pengorganisasian (preference for

organization), dan

(59)

Menetapkan tujuan dan prioritas meliputi kegiatan penetapan

tujuan yang diinginkan, kebutuhan yang ingin dicapai, dan

memprioritaskan berbagai tugas untuk mencapai tujuan ini.

Mekanis–perencanaan dan penjadwalan merupakan perilaku

yang identik dengan mengatur waktu, misalnya membuat daftar,

merencanakan, dan menjadwalkan.

Kesukaan terhadap pengorganisasian mengacu pada

kecenderungan umum seseorang untuk menerapkan keteraturan, baik

dalam lingkungan pekerjaan maupun pendekatan terhadap tugas.

Persepsi kontrol atas waktu merefleksikan keyakinan

seseorang mengenai kemampuannya memengaruhi waktu yang

dihabiskan.

Studi lebih lanjut yang dilakukan oleh Macan (dalam Iven

Kartadinata. et al, 2008), menunjukkan bahwa orang yang

menerapkan tujuan dan prioritas, serta memiliki kesukaan terhadap

pengorganisasian merasa memiliki kontrol atas waktunya.

Gambar 2.2

(60)

(Iven Kartadinata, 2008 dalam IndonesianPsychological Journal)

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Waktu

Lebih lanjut Srijanti (dalam Moh. Alam Moduto et al, 2013),

mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen

waktu yaitu :

a. Adanya target yang jelas

b. Adanya prioritas kerja

c. Penundaan pekerjaan

d. Pendelegasian tugas

e. Penataan ruang kerja

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen

waktu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: usia, jenis

kelamin, adanya target yang jelas, adanya prioritas kerja, penundaan

pekerjaan, pendelegasian tugas, dan penataan ruang kerja. Oleh

sebab itu manajemen waktu dibutuhkan di dalam kehidupan

sehari-hari.

5. Hambatan-Hambatan Dalam Manajemen

Menurut Herawati, modulnya (dalam Moh. Alam Moduto et

al, 2013), terdapat hambatan-hambatan dalam melakukan

manajemen waktu yaitu sebagai berikut:

a. Mendahulukan pekerjaan yang dicintai, baru kemudian

(61)

b. Mendahulukan pekerjaan yang mudah sebelum menyelesaikan

pekerjaan yang sulit.

c. Mendahulukan pekerjaan yang cepat penyelesaiannya, sebelum

menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama.

d. Mendahulukan pekerjaan darurat/mendesak, sebelum

meyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang penting.

e. Melakukan aktivitas yang dapat mendekatkan mereka pada

tujuan atau mendatangkan kemaslahatan bagi diri mereka.

f. Menunggu batas waktu (mepet) untuk menyelesaikan pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya.

g. Skala prioritas disusun tidak berdasarkan kepentingannya, tetapi

berdasarkan urutannya.

h. Terperangkap pada tuntutan yang mendesak dan memaksa.

Dembo (dalam Moh. Alam Moduto et al, 2013), menemukan

adanya hubungan antara manajemen waktu dan prestasi akademik.

Siswa dengan keterampilan manajemen waktu yang baik cenderung

memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari pada siswa yang

memiliki keterampilan manajemen waktu yang rendah. Tujuan dari

manajemen waktu ialah untuk mempertegas kita dalam melangkapi

(62)

G. Penilaian Pendidikan

Meskipun kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada

awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi

belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler

(dalam Suharsimi Arikunto, 2013:3), ahli ini mengatakan bahwa evaluasi

merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh

mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang

lebih luas dikemukakan Cronbach dan Stufflebeam (dalam Suharsimi

Arikunto, 2013:3), definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan

sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk

membuat keputusan.

Menurut pengertian lama dalam Suharsimi Arikunto (2013:4),

pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar, merupakan

hasil dari kegiatan belajar-mengajar semata. Dengan kata lain, kualitas

kegiatan belajar-mengajar adalah satu-satunya faktor penentu bagi

hasilnya. Pendapat seperti itu kini sudah tidak berlaku lagi. Pembelajaran

bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar, karena

prestasi merupakan hasil kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaannya

Gambar

Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Gambar 2.2
gambar di bawah ini diperlihatkan dua buah titik, yaitu titik B
Gambar 2.3 Contoh Titik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah variabel aturan perilaku, norma, nilai dominan, filosofi, dan iklim organisasi mempunyai kontribusi yang positif dan signifikan terhadap komitmen

Bahwa dengan demikian Majelis Komisi menilai Terlapor I, Asosiasi Agen Ticketing atau disingkat ASATIN bukan merupakan pelaku usaha yang menjalankan kegiatan ekonomi

Sebagian besar jenis spon seperti yang dilaporkan oleh Briggs terdapat di daerah tropis seperti Malaysia, Indonesia, Pilipina, dan Papua New Guinea dan di daerah

Pada PT.PLN (Persero) Area Padang, perhitungan Pajak PPh pasal 21 atas.. pegawai tetap telah dihitung oleh PT.PLN (Persero) Wilayah

Untuk mempercepat adopsi teknologi yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Departemen Pertanian, maka sejak tahun 2009 telah ditandatngani nota kesepahaman antara Badan

“ Perancangan Sudu Turbin Angin Sumbu Vertikal Rooftop Tipe Helix (3 Sudu) Dengan Daya 29 watt “ Adalah hasil karya saya, dan dalam naskah tugas akhir ini

Selanjutnya, dari hasil wawancara dengan pengurus panti asuhan Tunas Melati Muhammadiyah Pontianak mengenai upaya yang dilakukan untuk menunjang pendidikan fisik

1) Pemberian keringanan bunga untuk kredit kolektibilitas diragukan dan macet dengan pembayaran lunas ataupun angsuran.. putusan persetujuan penyelesaian kredit