ABSTRAK
Anastasia Inda Paulina. 2016. DESKRIPSI MANAJEMEN WAKTU BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XE SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas dalam merencanakan dan mengatur waktu siswa agar dapat belajar matematika, (2) mengetahui kualitas dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika, (3) mengetahui keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu belajar matematika.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 8 orang. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui wawancara, nilai tugas, nilai Ulangan Harian materi Dimensi Tiga, dan nilai Ulangan Kenaikan Kelas materi Dimensi Tiga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kualitas manajemen waktu belajar matematika subjek penelitian ialah cukup, (2) kualitas prestasi belajar matematika subjek penelitian ialah baik, (3) ketika kualitas manajemen waktu belajar matematika siswa baik, siswa tersebut cenderung memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kualitas manajemen waktu belajar matematika yang rendah.
ABSTRACT
Anastasia Inda Paulina. 2016. The Descriptiveness of Time Menagement of Learning Math and Mathematic Learning Achievement of Class XE Students of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematic Education Study Program. Departement of Math and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research were aimed to (1) know the quality plan and manage time student to learn mathematics, (2) determine the quality of the results achieved by students in learning math, (3) know the state of the results achieved by students in the learning of mathematics in terms of time management learn math.
The research subject were 8 students of class XE of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta academic year 2015/2016. The research method used in this research was descriptive qualitative method. The data were collected through interview, project score, daily test score of three dimention material, and final score of class exchange of three dimention material.
The result of this research showed that (1) management quality time learning mathematics research subject is enough, (2) the quality of mathematics achievement is good research subject, (3) when the quality of students mathematics learning time management well, the students tend to have an average score higher than students with a quality learning time management low math.
DESKRIPSI MANAJEMEN WAKTU BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XE SMA STELLA
DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Anastasia Inda Paulina
NIM: 121414124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
DESKRIPSI MANAJEMEN WAKTU BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XE SMA STELLA
DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Anastasia Inda Paulina
NIM: 121414124
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmu, memegang tangan kananmu dan berkata
kepadamu: “Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau.” (Yesaya 41:13)
“Aku tidak mau berhenti biarpun hujan deras sedang berlangsung di sepanjang perjalananku”. (Momen: Yogyakarta, 18 Maret 2014)
Dengan penuh syukur dan sukacita, kupersembahkan karya ini untuk:
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang sudah memberikan anugerah,
berkat dan kasihnya untuk anaknya yang nakal ini,
Mama dan Bapak-ku terkasih yang sudah susah payah banting tulang dan
menderita 2x lebih dari penderitaan yang aku rasain,
Kakak-kakak-ku tersayang Mas Eko, Mba Lin, Mba Tri, Mba Tari dan Mas
Carlie yang sudah aku bikin susah karna kelakuanku yang ngotot pengen
kuliah.
Aku minta maaf dan terima kasih banyak untuk semuanya.
ABSTRAK
Anastasia Inda Paulina. 2016. DESKRIPSI MANAJEMEN WAKTU BELAJAR MATEMATIKA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XE SMA STELLA DUCE 2 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kualitas dalam merencanakan dan mengatur waktu siswa agar dapat belajar matematika, (2) mengetahui kualitas dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika, (3) mengetahui keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu belajar matematika.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 8 orang. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan melalui wawancara, nilai tugas, nilai Ulangan Harian materi Dimensi Tiga, dan nilai Ulangan Kenaikan Kelas materi Dimensi Tiga.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kualitas manajemen waktu belajar matematika subjek penelitian ialah cukup, (2) kualitas prestasi belajar matematika subjek penelitian ialah baik, (3) ketika kualitas manajemen waktu belajar matematika siswa baik, siswa tersebut cenderung memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kualitas manajemen waktu belajar matematika yang rendah.
ABSTRACT
Anastasia Inda Paulina. 2016. The Descriptiveness of Time Menagement of Learning Math and Mathematic Learning Achievement of Class XE Students of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Academic Year 2015/2016. Thesis. Mathematic Education Study Program. Departement of Math and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University. Yogyakarta.
This research were aimed to (1) know the quality plan and manage time student to learn mathematics, (2) determine the quality of the results achieved by students in learning math, (3) know the state of the results achieved by students in the learning of mathematics in terms of time management learn math.
The research subject were 8 students of class XE of SMA Stella Duce 2 Yogyakarta academic year 2015/2016.The research method used in this research was descriptive qualitative method. The data were collected through interview, project score, daily test score of three dimention material, and final score of class exchange of three dimention material.
The result of this research showed that (1) management quality time learning mathematics research subject is enough, (2) the quality of mathematics achievement is good research subject, (3) when the quality of students mathematics learning time management well, the students tend to have an average score higher than students with a quality learning time management low math.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Deskripsi
Manajemen Waktu Belajar Matematika Dan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016”. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan, bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu,
penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Program Studi
Pendidikan Matematika, Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. Hongki Julie, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika, Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak Drs. Th. Sugiarto, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran serta dengan sabar membimbing
penulis hingga selesainya skripsi ini.
6. Ibu Dra. Haniek Pratini, M.Pd. dan Bapak Antonius Yudhi Anggoro, M.Si.,
selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran kepada penulis.
7. Ibu Dra. Rosalia Tuti Ratnaningsih, selaku Kepala SMA Stella Duce 2
Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Yohana Krisdian D, S.Pd.Si., selaku guru bidang studi matematika SMA
Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah banyak membantu penulis selama
penelitian.
9. Para siswa kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta yang telah membantu
penulis sebagai subjek penelitian.
10.Segenap dosen JPMIPA, khususnya dosen-dosen Program Studi Pendidikan
Matematika yang telah mendidik, membagi pengetahuan, dan pengalaman
yang sangat bermanfaat kepada penulis.
11.Segenap karyawan sekretariat JPMIPA atas segala bantuan, keramahan, dan
kerjasamanya selama penulis menempuh kuliah hingga selesainya skripsi ini.
12.Ibu dan Bapak tercinta, Maria Mujilah dan Theodorus Peo P. atas doa, cinta,
kasih sayang, perhatian, nasihat dan semangat yang telah diberikan selama ini.
Semoga skripsi ini dapat menjadi hadiah kecil yang membanggakan.
13.Teman-teman Kos Putri Flamboyan, Jeje, Agnes, Vina Nahla yang selalu
14.Semua teman-teman P.Mat 2012 serta semua pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan demi
perbaikan di masa yang akan datang. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan pendidikan serta pembaca.
Yogyakarta, 30 Agustus 2016
Penulis,
Anastasia Inda Paulina
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Batasan Istilah ... 5
G. Manfaat Penelitian ... 6
H. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A. Terminologi Matematika ... 9
B. Prestasi Belajar Matematika ... 10
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ... 11
D. Tanggung Jawab Keluarga ... 25
E. Sekolah Berasrama ... 29
F. Manajemen Waktu ... 30
G. Penilaian Pendidikan ... 37
H. Tujuan atau Fungsi Penilaian ... 38
I. Alat Evaluasi ... 40
J. Materi Pembelajaran ... 45
K. Kerangka Berpikir ... 61
BAB III METODE PENELITIAN ... 63
A. Jenis Penelitian ... 63
B. Subjek Penelitian ... 64
C. Objek Penelitian ... 64
D. Jenis dan Sumber Data ... 64
E. Metode Pengumpulan Data ... 66
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 68
G. Keabsahan Data ... 69
I. Prosedur Pelakasanaan Penelitian ... 77
J. Tempat dan Waktu Penelitian ... 77
K. Analisis Data ... 78
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 82
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 82
B. Analisis Data ... 83
1. Analisis Siswa 1 ... 83
2. Analisis Siswa 2 ... 88
3. Analisis Siswa 3 ... 95
4. Analisis Siswa 4 ... 100
5. Analisis Siswa 5 ... 104
6. Analisis Siswa 6 ... 109
7. Analisis Siswa 7 ... 113
8. Analisis Siswa 8 ... 118
C. Analisis Penelitian dan Pembahasan ... 123
D. Keterbatasan Penelitian ... 126
BAB V PENUTUP ... 127
A. Kesimpulan ... 127
B. Saran ... 127
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Range Nilai Kualitas Manajemen Waktu ... 75
Tabel 3.2 Nilai Kualitas Rata-Rata Prestasi Belajar Matematika ... 75
Tabel 3.3 Kriteria Kualitas Manajemen Waktu dan Hasil Belajar Matematika ... 76
Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Penelitian ... 82
Tabel 4.6.1 Analisis Manajemen Waktu F ... 85
Tabel 4.6.2 Analisis Prestasi Belajar Matematika F ... 88
Tabel 4.6.3 Analisis Manajemen Waktu D ... 90
Tabel 4.6.4 Analisis Prestasi Belajar Matematika D ... 94
Tabel 4.6.5 Analisis Manajemen Waktu Si ... 97
Tabel 4.6.6 Analisis Prestasi Belajar Matematika Si ... 99
Tabel 4.6.7 Analisis Manajemen Waktu I ... 101
Tabel 4.6.8 Analisis Prestasi Belajar Matematika I ... 104
Tabel 4.6.9 Analisis Manajemen Waktu L ... 105
Tabel 4.6.10 Analisis Prestasi Belajar Matematika L ... 108
Tabel 4.6.11 Analisis Manajemen Waktu Se ... 110
Tabel 4.6.12 Analisis Prestasi Belajar Matematika Se ... 112
Tabel 4.6.13 Analisis Manajemen Waktu T ... 114
Tabel 4.6.14 Analisis Prestasi Belajar Matematika T ... 117
Tabel 4.6.16 Analisis Prestasi Belajar Matematika C ... 122
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Manajemen Waktu dan Prestasi Belajar Matematika ... 123
Tabel 4.8 Kriteria Kualitas Manajemen Waktu Belajar Matematika ... 123
Tabel 4.9 Kriteria Kualitas Hasil Belajar Matematika ... 124
Tabel L.C.1 Hasil Perhitungan Statistik Range Nilai Kualitas Manajemen Waktu ... 366
Tabel L.D.1 Perhitungan Reliabilitas Soal UH ... 413
Tabel L.D.2 Perhitungan Reliabilitas Soal UKK Pilihan Ganda ... 418
Tabel L.D.3 Perhitungan Reliabilitas Soal UKK ... 421
Tabel L.D.4 Hasil Rangkuman Analisis Data Siswa ... 425
Tabel L.D.5 Kriteria Kualitas Manajemen Waktu Belajar Matematika Siswa Kelas XE ... 426
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar . 12
Gambar 2.2 Bagan Perilaku Manajemen Waktu ... 34
Gambar 2.3 Contoh Titik ... 46
Gambar 2.4 Contoh Garis ... 46
Gambar 2.5 Contoh Bidang ... 47
Gambar 2.6 Titik Terletak pada Garis ... 48
Gambar 2.7 Titik di Luar Garis ... 48
Gambar 2.8 Titik Terletak pada Bidang dan di Luar Bidang ... 48
Gambar 2.9 Dua Garis Berpotongan ... 49
Gambar 2.10 Dua Garis Sejajar ... 49
Gambar 2.11 Dua Garis Bersilangan ... 50
Gambar 2.12 Garis Terletak pada Bidang ... 51
Gambar 2.13 Garis Sejajar Bidang ... 51
Gambar 2.14 Garis Memotong atau Menembus Bidang ... 51
Gambar 2.15 Dua Bidang Sejajar ... 52
Gambar 2.16 Dua Bidang Berpotongan ... 52
Gambar 2.17 Jarak Titik ke Garis ... 53
Gambar 2.18 Kubus ABCD.EFGH ... 54
Gambar 2.19 Kubus ABCD.EFGH ... 54
Gambar 2.21 Jarak Titik ke Bidang ... 56
Gambar 2.22 Balok ABCD.EFGH ... 57
Gambar 2.23 Sudut Antara Garis dan Bidang ... 58
Gambar 2.24 Kubus ABCD.EFGH ... 59
Gambar 2.25 Sudut Antara Dua Bidang ... 60
Gambar 2.26 Kubus ABCD.EFGH ... 61
Gambar L.C.1 Kubus ABCD.EFGH Untuk Soal 1-3 ... 371
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Halaman
Pedoman Wawancara Sampel Penelitian ... 132
Rekaman I F dan D ... 134
Rekaman II F ... 152
Rekaman II Triangulasi P (F) ... 155
Rekaman III F ... 158
Rekaman III Triangulasi Re (F) ... 161
Rekaman IV F ... 163
Rekaman IV Triangulasi Ra (F) ... 167
Rekaman V F ... 168
Rekaman II D ... 170
Rekamana II Triangulasi (Ag) D ... 174
Rekaman III D ... 176
Rekaman III Triangulasi Bu As (D) ... 177
Rekaman IV D ... 178
Rekaman IV Triangulasi (Ar) D ... 182
Rekaman V D ... 183
Rekaman V Triangulasi (Ar) D ... 186
Rekaman I Si ... 188
Rekaman II Si ... 195
Rekaman IV Si ... 201
Rekaman IV Triangulasi (An) Si ... 204
Rekaman V Si ... 206
Rekaman V Triangulasi (Be) Si ... 209
Rekaman I I ... 210
Rekaman II I ... 218
Rekaman II Triangulasi (O) I ... 220
Rekaman III I ... 222
Rekaman III Triangulasi (Ir) I ... 224
Rekaman IV I ... 226
Rekaman IV Triangulasi (Ir) I ... 228
Rekaman V I ... 230
Rekaman V Triangulasi (Ir) I ... 232
Rekaman I L ... 233
Rekaman IV L ... 242
Rekaman V L ... 245
Rekaman V Triangulasi Mama L ... 248
Rekaman I Se ... 251
Rekaman II Se ... 260
Rekaman IV Se ... 262
Rekaman V Se ... 266
Rekaman V Triangulasi Mama Se ... 269
Rekaman II T ... 282
Rekaman II Triangulasi Mama T ... 284
Rekaman IV T ... 286
Rekaman V T ... 288
Rekaman V Triangulasi Mama T ... 291
Rekaman I C ... 296
Rekaman II C ... 313
Rekaman II Triangulasi Mama C ... 316
Rekaman IV C ... 318
Rekaman V C ... 322
Rekaman V Triangulasi Mama C ... 325
LAMPIRAN B
Kisi-Kisi Tugas ... 327
Tugas I ... 332
Daftar Nilai Tugas I ... 336
Tugas I F ... 338
Tugas I D ... 342
Tugas I Si ... 346
Tugas I I ... 350
Tugas I L ... 354
Tugas I T ... 358
LAMPIRAN C
Perhitungan Statistik Range Nilai Kualitas Manajemen
Waktu Belajar Matematika ... 365
Kisi-Kisi Ulangan Harian ... 367
Lembar Soal Ulangan Harian ... 370
Kunci Jawaban Soal dan Penilaian Ulangan Harian ... 371
Daftar Nilai UH Kelas XE ... 373
Ulangan Harian Si ... 375
Kisi-Kisi Ulangan Kenaikan Kelas ... 376
Lembar Soal Ulangan Kenaikan Kelas ... 387
Kunci Jawaban Soal dan Penilaian Ulangan Kenaikan Kelas ... 398
Daftar Nilai UKK Semua Soal ... 410
LAMPIRAN D
Perhitungan Validitas Soal Uraian UH ... 412
Perhitungan Reliabilitas Butir Soal Uraian UH ... 413
Perhitungan Validitas Soal UKK ... 416
Perhitungan Reliabilitas Butir Soal UKK ... 418
Perhitungan Kualitas Manajemen Waktu dan Hasil Belajar Matematika .... 425
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak
yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali,
mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan
aspirasi (cita-cita). Pendidikan membuat manusia untuk berpikir,
menganalisa, serta memutuskan, dengan adanya pendidikan, manusia
dapat mempunyai pengetahuan, kemampuan, dan sumber daya manusia
yang tinggi. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan
efisien akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa
yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan
pencerdasan kehidupan bangsa kita yang sesuai dengan tujuan nasional
seperti dalam alinea ke-IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Salah satu cara untuk melihat tercapai atau tidaknya tujuan dari
suatu pendidikan, dapat dilihat dari hasil belajar atau prestasi belajar
siswa. Para pelaku pendidikan (siswa, orang tua dan guru) tentunya
menginginkan tercapainya sebuah prestasi belajar yang tinggi, karena
prestasi belajar yang tinggi merupakan salah satu indikator keberhasilan
proses belajar (tujuan pendidikan tercapai). Pada kenyataannya tidak
dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa,
antara lain: faktor internal (faktor dari dalam siswa); faktor eksternal
(faktor dari luar siswa); dan faktor pendekatan belajar.
Manajemen waktu merupakan salah satu unsur dari faktor
pendekatan belajar. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara
atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan
efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Berdasarkan pengalaman
peneliti, manajemen waktu sangat membantu peneliti dalam melaksanakan
segala kegiatan peneliti, membuat peneliti menjadi lebih tertib, dapat
menggunakan waktu dengan efektif dan efisien, serta membantu
memperbaiki tingkat prestasi belajar peneliti sebagai mahasiswa di
Universitas Sanata Dharma.
Berdasarkan hasil wawancara, ada siswa yang menyukai
matematika dan menganggap bahwa pelajaran matematika merupakan
pelajaran yang menyenangkan karena matematika itu menggunakan
logika. Adapula beberapa siswa yang menganggap bahwa pelajaran
matematika itu sulit bahkan tidak suka dengan pelajaran matematika serta
guru matematikanya. Aljabar, hitung-hitungan ditambah tidak termotivasi
dan merasa berada bukan pada bidang yang dikuasainya, hal tersebut
semakin membuat mereka kurang menyukai pelajaran matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap
sulit oleh sebagian siswa sehingga membutuhkan strategi-strategi khusus
mengikuti bimbingan belajar atau les privat matematika diluar jam
sekolah, terutama ketika menjelang Ujian Akhir Nasional. Hal tersebut
dilakukan tentunya agar mereka memperoleh nilai yang cukup bagus
dalam pelajaran matematika.
Wali kelas XE SMA Stella Duce 2 Yogyakarta mengatakan bahwa
pada umumnya anak-anak sudah aktif dalam pelajaran matematika dan ada
usaha untuk mengerjakan tugas matematika setiap kali diberi tugas.
Dalam menghadapi ujian matematika, ada beberapa siswa yang
belajar dari jauh-jauh hari dan adapula yang memakai sistem kebut
semalam. Dalam hal ini, keluarga sangat berpengaruh dalam membentuk
kebiasaan belajar siswa.
Berdasarkan keadaan di atas, peneliti melakukan penelitian di
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta untuk mengetahui keadaan dari hasil yang
dicapai siswa dalam belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu
belajar maatematika. Peneliti memilih SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
karena sekolah tersebut merupakan sekolah berasrama namun tidak
mewajibkan semua siswanya untuk tinggal di asrama, menyebabkan
adanya peluang manajemen waktu siswa SMA Stella Duce 2 Yogyakarta
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, ada beberapa hal yang
dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Perbedaan latar belakang dan lingkungan tempat tinggal
mempengaruhi kebiasaan belajar siswa.
2. Beberapa siswa beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran
yang sulit, salah satu contohnya adalah materi dimensi tiga. Hal
tersebut membuat siswa tidak memberikan waktu untuk belajar
matematika.
3. Setiap siswa memiliki menajemen waktu belajar matematika yang
berbeda-beda.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari adanya penafsiran yang menyimpang dari
permasalahan sebenarnya, maka adanya beberapa batasan, antara lain:
1. Penelitian dilakukan terhadap siswa kelas XE di SMA Stella Duce 2
Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.
2. Penelitian difokuskan pada manajemen waktu siswa untuk belajar
matematika dan prestasi belajar matematika siswa kelas XE SMA
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, didapatkan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kualitas manajemen waktu siswa agar dapat belajar
matematika?
2. Bagaimana kualitas prestasi belajar matematika siswa?
3. Apa yang dapat dikatakan mengenai prestasi belajar siswa ditinjau dari
manajemen waktu belajar matematikanya?
E. Batasan Istilah
Beberapa batasan istilah dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Manajemen waktu adalah perencanaan dan pengaturan waktu yang
digunakan setiap hari dalam melaksanakan semua aktivitas yang ada,
berdasarkan pada skala prioritas dan jadwal yang telah ditentukan.
2. Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa dalam
belajar matematika. Prestasi belajar matematika diukur dengan skor
yang dicapai atau diperoleh dalam tes prestasi belajar matematika.
3. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan.
4. Evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa
Berdasarkan batasan istilah, makna dari judul penelitian yang
peneliti lakukan adalah untuk mengetahui keadaan dari hasil yang dicapai
siswa dalam belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu belajar
maatematika berdasarkan pada skala priotitas dan jadwal yang telah
ditentukan. Penelitian dilaksanakan di kelas XE, SMA Stella Duce 2
Yogyakarta.
F. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mengetahui:
1. Kualitas dalam merencanakan dan mengatur waktu siswa agar dapat
belajar matematika.
2. Kualitas dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika.
3. Keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika
ditinjau dari manajemen waktu belajar maatematika.
G. Manfaat Penelitian
Dengan diketahuinya keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam
belajar matematika ditinjau dari manajemen waktu belajar matematika,
maka diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti, guru bidang
studi matematika, pihak sekolah, pihak fakultas maupun pihak-pihak yang
1. Bagi peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman dan pengetahuan
yang berguna, serta bekal bagi peneliti untuk terjun ke dunia
pendidikan.
2. Bagi guru bidang studi matematika
Penelitian ini dapat dijadikan masukan atau pengetahuan sebagai
pertimbangan dalam pelaksanaan proses belajar mangajar.
3. Bagi pihak sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
keadaan dari hasil yang dicapai siswa dalam belajar matematika
ditinjau dari manajemen waktu belajar maatematika sehingga dapat
dijadikan sebagai evaluasi dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
4. Bagi Fakultas
Melalui hasil penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan
dapat bermanfaat sebagai khasanah ilmu pengetahuan.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi
masalah yang ditemukan, pembatasan masalah, rumusan
masalah, batasan istilah, serta tujuan dan manfaat dari
penelitian.
peneliti.
Bab III Berisi tentang jenis penelitian, penjelasan tentang subjek
dan objek penelitian, metode pengumpulan data yang
digunakan, cara mengabsahkan data, prosedur pelaksanaan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, data penelitian,
serta penjelasan tentang analisis data kualitatif.
Bab IV Berisi tentang pelaksanaan penelitian, penyajian data,
analisis data, pembahasan dari data yang diperoleh dan
keterbatasan dari penelitian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Terminologi Matematika
Secara bahasa (lughowi), kata “matematika” berasal dari bahasa
Yunani yaitu “mathema” atau mungkin juga “mathematikos” yang
artinya hal-hal yang dipelajari. Bagi orang Yunani matematika tidak
hanya meliputi pengetahuan mengenai angka dan ruang, tetapi juga
mengenai musik dan ilmu falak (astronomi). Orang Belanda, menyebut
matematika dengan “wiskunde”, yang artinya ilmu pasti. Sedangkan
orang arab, Abdusyukur (dalam Siti Mahfudzoh, 2011), menyebut
matematika dengan ‘ilmu al hisab, artinya ilmu berhitung.
Secara istilah, sampai saat ini belum ada definisi yang tepat
mengenai matematika. Para ahli filsafat dan ahli matematika telah
mencoba membuat definisi matematika, tetapi sampai sekarang belum
ada yang menyatakan bahwa jawabannya adalah terakhir. Belum ada
definisi yang disepakati matematika itu apa. Diantara definisi-definisi
yang dibuat para ahli matematika adalah sebagai berikut:
1. Matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang
2. Matematika adalah ilmu tentang besaran (kuantitas)
3. Matematika adalah ilmu tentang hubungan (relasi)
5. Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif
6. Matematika adalah tentang struktur-struktur yang logik.
Definisi-definisi yang ada semuanya benar, berdasar sudut
pandang tertentu. Matematika dikenal karena keabstrakannya di samping
sedikit bentuk yang berangkat dari realita lingkungan manusia.
Matematika banyak berkembang ketika ia diperlukan oleh teknologi.
Maka, perlu bagi setiap orang untuk mengenal matematika, memahami
peran dan manfaat matematika ke depan.
B. Prestasi Belajar Matematika
Poerwanto (dalam Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, 2011),
memberikan pengertian prestasi belajar yaitu “hasil yang dicapai oleh
seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam
raport”. Selanjutnya Winkel (dalam Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina,
2011), mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti
keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa dalam melakukan
kegiatan belajar sesuai dengan bobot yang dicapainya”. Sedangkan
menurut Nasution, S (dalam Ghullam Hamdu dan Lisa Agustina, 2011),
prestasi belajar adalah “kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam
berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam
menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh
dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan
tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang
dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar.
Pengertian prestasi belajar matematika dalam penelitian yang
dilaksanakan ini adalah hasil yang dicapai siswa dalam belajar
matematika. Prestasi belajar matematika siswa dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang
tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Noehi Nasution dan kawan-kawan (dalam buku Psikologi
Belajar, karya Syaiful Bahri Djamarah, 2011:175), memandang belajar
itu bukanlah suatu aktivitas yang berdiri sendiri. Noehi Nasution dan
kawan-kawan mengemukakan berbagai faktor yang mempengaruhi
proses dan hasil belajar tersebut secara lebih luas seperti terlihat pada
Gambar 2.1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar
Selanjutnya uraian berikut akan menguraikan berbagai faktor
yang mempengaruhi proses dan hasil belajar yang digambarkan pada
bagan di atas. Unsur
Luar
Lingkungan
Alami
Sosial Budaya
Insrumental
Kurikulum
Program
Sarana & Fasilitas
Guru
Dalam
Fisiologis
Kondisi Fisiologis
Kondisi Panca-indra
Psikologis
Minat
Kecerdsasan
Bakat
Motivasi
1. Faktor Lingkungan
Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari
lingkungan alami dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua
lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan
anak didik. Keduanya mempunyai pengaruh cukup signifikan
terhadap belajar anak didik di sekolah. Oleh karena kedua
lingkungan ini akan dibahas satu demi satu dalam uraian berikut.
a. Lingkungan Alami
Lingkungan hidup adalah lingkungan tempat tinggal anak
didik, hidup dan berusaha di dalamnya. Pencemaran lingkungan
hidup merupakan malapetakan bagi anak didik yang hidup di
dalamnya. Udara yang tercemar merupakan polusi yang dapat
mengganggu pernapasan. Udara yang terlalu dingin
menyebabkan anak didik kedinginan. Suhu udara yang terlalu
panas menyebabkan anak didik kepanasan, pengap, dan tidak
betah tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, keadaan suhu dan
kelembaban udara berpengaruh terhadap belajar anak didik di
sekolah. Belajar pada keadaan udara yang segar akan lebih baik
hasilnya daripada belajar dalam keadaan udara yang panas dan
pengap. Berdasarkan kenyataan yang demikian, orang cenderung
berpendapat bahwa belajar di pagi hari akan lebih baik hasilnya
daripada belajar pada sore hari. Kesejukan udara dan ketenangan
kondusif untuk terlaksananya kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan.
b. Lingkungan Sosial Budaya
Sebagai anggota masyarakat, anak didik tidak bisa
melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang terbentuk
mengikat perilaku anak didik untuk tunduk pada norma-norma
sosial, susila, dan hukum yang berlaku dalam masyarakat.
Demikian juga halnya di sekolah. Ketika anak didik berada di
sekolah, maka dia berada dalam sistem sosial di sekolah.
Peraturan dan tata tertib sekolah harus anak didik taati.
Pelanggaran yang dilakukan oleh anak didik akan dikenakan
sanksi sesuai dengan jenis dan berat ringannya pelanggaran.
Lahirnya peraturan sekolah bertujuan untuk mengatur dan
membentuk perilaku anak didik yang menunjang keberhasilan
belajar di sekolah.
2. Faktor Instrumental
Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan
tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke
arah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk
dan jenisnya. Semua dapat diberdayagunakan menurut fungsi
masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh
guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah
Sarana dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya
agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak
didik di sekolah.
a. Kurikulum
Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan
unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan
belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang
harus guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru
programkan sebelumnya. Itulah sebabnya, untuk semua mata
pelajaran, setiap guru memiliki kurikulum untuk mata pelajaran
yang dipegang dan diajarkan kepada anak didik. Setiap guru
harus mempelajari dan menjabarkan isi kurikulum ke dalam
program yang lebih rinci dan jelas sasarannya. Sehingga dapat
diketahui dan diukur dengan pasti tingkat keberhasilan belajar
mengajar yang telah dilaksanakan.
b. Program
Setiap sekolah mempunyai program pendidikan. Program
pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan.
Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya
program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan
disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga,
c. Sarana dan Fasilitas
Sarana mempunyai arti penting dalam pendidikan.
Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satu
persyaratan untuk membuat suatu sekolah adalah pemilikan
gedung sekolah yang di dalamnya ada ruang kelas, ruang kepala
sekolah, ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang
tata usaha, auditorium, dan halaman sekolah yang memadai.
Semua bertujuan untuk memberikan kumudahan pelayanan anak
didik.
d. Guru
Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan.
Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada
anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Jangankan ketiadaan guru,
kekurangan guru saja sudah merupakan masalah.
Sebagai tenaga profesional yang sangat menentukan jatuh
bangunnya suatu bangsa dan Negara, guru seharusnya menyadari
bahwa tugas mereka sangat berat, bukan hanya sekadar
menerima gaji setiap bulan atau mengumpulkan kelengkapan
administrasi demi memenuhi angka kredit kenaikan pangkat atau
golongan dengan mengabaikan tugas utama mengajar. Dengan
kompetensi melalui self study. Kompetensi yang harus
ditingkatkan menyangkut tiga kemampuan, yaitu kompetensi
personal, profesional, dan sosial. Ketiganya mempunyai peranan
masing-masing yang menyatu dalam diri pribadi guru dalam
dimensi kehidupan di rumah tangga, di sekolah, dan di
masyarakat.
3. Kondisi Fisiologis
Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan
segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam
keadaan kelelahan. Noehi Nasution dkk (dalam Syaiful Bahri
Djamarah, 2011:189), berpendapat bahwa anak-anak yang
kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya di bawah anak-anak
yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah mengantuk,
dan sukar menerima pelajaran.
Menurut Noehi (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:189),
hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indra (mata,
hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat
untuk melihat dan telinga sebagai alat untuk mendengar. Sebagian
besar yang dipelajari manusia (anak) yang belajar berlangsung
dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan observasi,
mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru,
diskusi dan sebagainya. Karena pentingnya peranan penglihatan dan
pendengaran inilah maka lingkungan pendidikan formal orang
melakukan penelitian untuk menemukan bentuk dan cara
penggunaan alat peraga yang dapat dilihat dan didengar.
4. Kondisi Psikologis
Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh
karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja
mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri
sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari
dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja
merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar
seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis
tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh
karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan
kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yang utama
mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Demi jelasnya,
kelima faktor ini akan diuraikan satu demi satu berikut ini.
a. Minat
Minat, menurut Slamento (dalam Syaiful Bahri Djamarah,
2011:191), adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada
sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat
hubungan tersebut, semakin besar minat.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan
yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal
daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas. Menurut Slamento (dalam
Syaiful Bahri Djamarah, 2011:191), anak didik memiliki minat
terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian
yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat yang besar
terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk
mencapai/memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu.
Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain
karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau
memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan
bahagia. Menurut Dalyono (dalam Syaiful Bahri Djamarah,
2011:191), minat belajar yang besar cenderung menghasilkan
prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan
menghasilkan prestasi yang rendah.
Slamento (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:191),
berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu subjek yang baru adalah
dengan menggunakan minat-minat anak didik yang telah ada.
raga balap mobil. Sebelum mengajarkan percepatan gerak, guru
dapat menarik perhatian anak didik dengan menceritakan sedikit
mengenai balap mobil yang baru saja berlangsung, kemudian
sedikit demi sedikit diarahkan ke materi pelajaran yang
sesungguhnya.
b. Kecerdasan
Seorang ahli seperti Raden Cahaya Prabu (dalam Syaiful
Bahri Djamarah 2011:194), berkeyakinan bahwa perkembangan
taraf inteligensi sangat pesat pada masa umur balita dan mulai
menetap pada akhir masa remaja. Taraf inteligensi tidak
mengalami penurunan, yang menurun hanya penerapannya saja,
terutama setelah berumur 65 tahun ke atas bagi mereka yang alat
indranya mengalami kerusakan.
Karena inteligensi diakui ikut menentukan keberhasilan
belajar seseorang, maka orang tersebut seperti M. Dalyono
(dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:194), misalnya secara
tegas mengatakan bahwa seseorang yang memiliki inteligensi
baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun
cenderung baik. Sebaliknya, orang yang inteligensinya rendah,
cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir,
sehingga prestasi belajarnya pun rendah. Karenanya Walter B.
Kolesnik (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:194), mengatakan
one’s IQ, and his scholastic success. Usually, the higher the
grades he receives. Oleh karena itu, kecerdasan mempunyai
peranan yang besar dalam ikut menentukan berhasil dan tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program
pendidikan dan pengajaran. Menurut Noehi Nasution (dalam
Syaiful Bahri Djamarah, 2011:194), orang yang lebih cerdas pada
umumnya akan lebih mampu belajar daripada orang yang kurang
cerdas.
c. Bakat
Di samping inteligensi (kecerdasan), bakat merupakan
faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar
seseorang. Hampir tidak ada orang yang membantah, bahwa
belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar
kemungkinan berhasilnya usaha itu.
Banyak sebenarnya bakat bawaan (terpendam) yang dapat
ditumbuhkan asalkan diberikan kesempatan dengan
sebaik-baiknya. Di sini tentu saja diperlukan pemahaman terhadap bakat
apa yang dimiliki oleh seseorang. Menurut Sunarto dan Hartono
(dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:197), bakat memungkinkan
seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan
tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman dan dorongan
d. Motivasi
Menurut Noehi Nasution (dalam buku Psikologi Belajar
karya Syaiful Bahri Djamarah, 2011:200), motivasi adalah
kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk belajar. Penemuan-penemuan
penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya
meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah. Hal ini
dipandang masuk akal, karena seperti dikemukakan oleh Ngalim
Purwanto (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:200), bahwa
banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya
motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang
tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai
hasil-hasil yang semula tidak terduga. Bahkan menurut Slamento
(dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:200), seringkali anak didik
yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki
motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Berbagai
faktor bisa saja membuatnya bersikap apatis. Misalnya, karena
keadaan lingkungan yang mengancam, perasaan takut diasingkan
oleh kelompok bila anak didik berhasil atau karena kebutuhan
untuk berprestasi pada diri anak didik sendiri kurang atau
diri anak didik cukup mempengaruhi kemampuan intelektual
anak didik agar dapat berfungsi secara optimal.
e. Kemampuan Kognitif
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang
sangat dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotor. Ranah kognitif merupakan
kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk
dikuasai. Karena penguasaan kemampuan pada tingkatan ini
menjadi dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.
Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai
jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif,
yaitu persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah proses
yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak
manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat
indranya, yaitu indra penglihatan, pendengar, peraba, perasa, dan
pencium.
Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, di mana orang
menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa lampau atau
berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa yang lampau.
Terdapat dua bentuk mengingat yang paling menarik perhatian,
yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat kembali
dengan suatu objek dan pada saat itu dia menyadari bahwa objek
itu pernah dijumpai di masa yang lampau. Dalam mengenal
kembali, aktivitas mengingat ternyata terikat pada kontak
kembali dengan objek, seandainya tidak ada kontak, juga tidak
terjadi mengingat. Dalam mengingat kembali (reproduksi),
dihadirkan suatu kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu
tanggapan atau gagasan, tetapi hal yang diingat itu tidak hadir
pada saat mengingat kembali seperti terjadi pada mengenal
kembali. Pada waktu mengingat kembali, orang memproduksikan
apa yang pernah dijumpai, tanpa kontak dengan hal yang pernah
dijumpai itu. Kegiatan mengingat kembali (reproduksi) ini
merupakan kegiatan yang terbanyak dilakukan anak didik di
sekolah. Materi pelajaran yang bersifat hafalan sangat
memerlukan kegiatan mengingat kembali ini.
Di kalangan ahli Ilmu Jiwa Asosiasi menurut Abror
(dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:204), menganggap bahwa
berpikir adalah kelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai
dengan sikap pasif dari subjek yang berpikir. Tetapi menurut
Garrett (dalam Syaiful Bahri Djamarah, 2011:204), berpikir
adalah tingkah laku yang sering implicit dan tersembunyi dan
biasanya dengan menggunakan simbol-simbol
(gambaran-gambaran, gagasan-gagasan, dan konsep-konsep). Tingkah laku
seluruh tubuh. Di sini ternyata harus diakui bahwa berpikir
murupakan kegiatan mental yang bersifat pribadi. Dan berpikir
itu sendiri mempunyai tingkatan. Frohn (dalam Syaiful Bahri
Djamarah, 2011:204), berpendapat ada tiga tingkat berpikir
manusia, yaitu berpikir kognitif, berpikir skematis, dan berpikir
abstrak.
D. Tanggung Jawab Keluarga
Kewajiban mendidik diarahkan pada ruang lingkup pendidikan,
yaitu:
1. Pendidikan dalam keluarga
2. Pendidikan di sekolah
3. Pendidikan di lingkungan masyarakat
Dalam keluarga, ayah berkewajiban mendidik anak-anaknya,
sedangkan ibu wajib mengajarkan kebaikan kepada anak-anaknya.
Suami menjadi teladan bagi istrinya, menjadi pemimpin yang
mengayomi keluarganya, sedangkan istri harus taat dan berbakti kepada
keluarganya dengan dasar agama dan nilai-nilai budaya yang positif.
Berbagai tanggung jawab yang paling menonjol dan mendapat
perhatian besar dalam pendidikan adalah tanggung jawab pendidik
terhadap individu yang berwenang memberikan pengarahan, pengajaran,
dan pendidikan. Semua tanggung jawab itu dipikul oleh keluarga sebagai
perkembangan anak-anak merupakan tanggung jawab keluarga, terutama
membina, melatih, dan mendidiknya agar siap menghadapi pendidikan
formal dan hidup bermasyarakat.
Dilihat dari hubungan dan tanggung jawab orang tua terhadap
anaknya, tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh para pendidik
selain orang tua adalah pelimpahan tanggung jawab dari orang tua yang
karena satu hal atau lain hal tidak mungkin melaksanakan pendidikan
anaknya secara sempurna.
Pada intinya menurut Tatang S (2012:81), tanggung jawab orang
tua terhadap anak adalah memberikan hikmah berikut:
1. Memberikan kesadaran kepada orang tua bahwa anak-anak adalah
amanah
2. Anak-anak adalah ujian yang berat dari Allah SWT. dan orang tua
tidak boleh berkhianat
3. Pendidikan anak harus diutamakan
4. Mendidik anak harus menggunakan strategi dan kiat-kiat yang dapat
diterima oleh akal anak
5. Orang tua tidak memaksakan kehendaknya sendiri kepada anak
6. Menjaga anak untuk tetap menunaikan shalat dan berbuat kebajikan
7. Hubungan orientasional antara perintah mendidik bagi orang tua
terhadap anak-anaknya dengan pendidikan, terlihat dalam implikasi
sikap (afeksi), dan perilaku (motorik) manusia yang sesuai dengan
paradigma pendidikan.
Sehubungan dengan tanggung jawab orang tua di atas, sebaiknya
orang tua mengetahui apa dan bagaimana cara mendidik anak.
Pengetahuan itu sekurang-kurangnya dapat menjadi penuntun dan
rambu-rambu bagi orang tua dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya kepada anak.
Menurut Kartono (dalam Tatang S, 2012:85), orang tua
merupakan orang pertama dan utama yang mampu, serta berhak
menolong keturunannya dan mendidik anaknya. Peranan orang tua
dalam keluarga sangat penting karena dapat menciptakan ikatan
emosional dengan anak, menciptakan suasana aman di rumah sehingga
orang tua dan rumah merupakan tempat anak untuk kembali, menjadi
model bagi anaknya, memberikan disiplin, memperbaiki tingkah laku
anak, dan menciptakan jaringan komunikasi di antara anggota keluarga.
Pengawasan dan bimbingan orang tua di rumah mutlak
diperlukan karena adanya bimbingan orang tua dapat mengawasi dan
mengetahui kekurangan dan kesulitan anak dalam belajar. Gunarso
(dalam Tatang S, 2012:85), menyatakan bahwa orang tua berperan
dalam mengajar, mendidik, memberikan bimbingan, menyediakan
sarana belajar, serta memberi teladan kepada anak sesuai dengan nilai
Bimbingan dari orang tua juga berperan sebagai cara untuk
meningkatkan disiplin belajar. Ahmadi (dalam Tatang S, 2012:85),
menyatakan bahwa anak belajar memerlukan bimbingan dari orang tua
agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada dirinya.
Bimbingan yang diberikan orang tua di rumah dapat
meningkatkan motivasi belajar anak selain bimbingan dari guru.
Motivasi yang diberikan kepada anak hendaknya mengarah pada
peningkatan motivasi yang kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan.
Situasi ini dapat tercipta apabila terjadi ikatan emosional antara orang
tua dengan anaknya. Suasana rumah yang aman membantu
pengembangan diri anak menuju masa depannya. Dengan motivasi yang
kuat, anak sanggup bekerja ekstra keras dalam pencapaian sesuatu.
Motivasi belajar yang baik diharapkan timbul dari dalam diri sendiri
(motivasi intrinsik).
Evers (dalam Tatang S, 2012:86), mengatakan bahwa anak yang
mempunyai motivasi kuat untuk mengikuti kegiatan pendidikan yang
sedang berlangsung, ia akan menunjukkan minat, aktivitas, dan
partisipasi dalam kegiatan pendidikannya sehingga dapat meningkatkan
prestasi belajarnya. Akan tetapi, tidak semua anak mempunyai motivasi
ini, banyak anak yang menjadi siswa yang dalam proses belajarnya
kurang atau tidak mempunyai motivasi, karena itu diperlukan bimbingan
belajar dari orang tuannya. Menurut Nio (dalam Tatang S, 2012:86),
anak di rumah; mengenal kesulitan-kesulitan anak dalam belajar;
menolong mengatasi kesulitan anak dalam belajarnya. Mengawasi
penggunaan waktu belajar anak di rumah dapat membantu mengatasi
kesulitan anak dalam belajar.
E. Sekolah Berasrama
Menurut Bamford (dalam Miranti Rasyid, 2012), sekolah
berasrama (boarding school) adalah sekolah yang didalamnya terdapat
berbagai fasilitas penginapan yang disediakan untuk siswanya dan
fasilitas tersebut dalam lokasi yang berdekatan dengan fasilitas sekolah.
Di sekolah berasrama, siswa-siswi tidur, makan, dan bekerja atau
melakukan aktivitas dekat dengan lingkungan sekolah.
Sekolah berasrama di Indonesia pada umumnya mengusung
kurikulum keagamaan dan memadukannya dengan kurikulum umum.
Selain kurikulum keagamaan, juga terdapat kurikulum nasionalisme
yang ditanamkan pada siswa sekolah berasrama. Di dalam kurikulum
nasionalisme, siswa diajarkan untuk mencintai negara, menanamkan
nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dan berperan aktif
dalam menjaga tanah air.
Kehadiran sekolah berasrama (boarding school) memiliki beberapa
manfaat. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh tim Boarding
School Review (dalam Miranti Rasyid, 2012), sekolah berasrama dapat
siswa, siswa belajar untuk membuat keputusan sendiri dan bertanggung
jawab pada dirinya sendiri, belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan
barunya, memiliki pola persahabatan yang lebih erat, memiliki
jangkauan teman yang lebih luas dari berbagai daerah, dan saat lulus,
siswa merasa bangga karena menjadi bagian dari komunitas yang langka.
Dalam perkembangannya sekolah berasrama memiliki beberapa
kekurangan. Berdasarkan data yang didapatkan dari Kompas Online
(dalam Miranti Rasyid, 2012), lokasi dan jarak yang sangat dekat dapat
menyebabkan kejenuhan anak berada di asrama. Selain permasalahan
jarak yang terlalu dekat, salah satu hal lain yang menyebabkan
kejenuhan siswa yaitu jadwal yang monoton dan kompleks. Setiap
harinya, para siswa melakukan kegiatan rutin dimulai dari bangun tidur,
hingga malam hari. Menurut Bamford (dalam Miranti Rasyid, 2012), hal
tersebut menuntut siswa yang berada di dalam sekolah tersebut untuk
mampu mengatur jadwal serta mengelola emosi dalam dirinya.
F. Manajemen Waktu
1. Pengertian Manajemen Waktu
Menurut Atkinson (dalam Moh. Alam Moduto. et al, 2013),
manajemen waktu adalah suatu jenis keterampilan yang berkaitan
dengan segala bentuk upaya dan tindakan seseorang yang dilakukan
secara terencana agar individu dapat memanfaatkan waktunya
merencanakan dan menggunakan waktu secara efisien dan efektif
sehingga tidak menyia-nyiakan waktu dalam kehidupannya.
Perencanaan ini berupa jangka panjang, menengah dan pendek.
Leman (dalam Mustika Dwi Mulyani, 2013), mendefinisikan bahwa
manajemen waktu adalah menggunakan dan memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya, seoptimal mungkin melalui perencanaan kegiatan
yang terorganisir dan matang. Hal serupa juga dikemukakan oleh
Taylor (dalam Vika Elvira Akmal, 2013), menyatakan bahwa
manajemen waktu adalah pencapaian sasaran utama kehidupan
dengan cara mengesampingkan kegiatan-kegiatan yang tidak
penting.
Bersumber pada uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
manajemen waktu adalah perencanaan dan pengaturan waktu yang
digunakan setiap hari dalam melaksanakan semua aktivitas yang ada,
berdasarkan pada skala prioritas dan jadwal yang telah ditentukan.
2. Pentingnya Manajemen Waktul
Banyak siswa yang belajar tanpa rencana atau jadwal. Ada
yang belajar kalau pelajaran itu menarik atau kalau hati lagi tergerak.
Ada pula yang belajar musiman, menunda tugas, karena berfikir
masih ada waktu, sampai akhirnya batas waktu yang ditentukan tiba
diambang pintu. Akibatnya bisa diduga yaitu terlambat menyerahkan
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui pentingnya
manajemen waktu menurut Akram (2010:14), yaitu:
a. Untuk menyelesaikan sesuatu yang penting dan melakukan
pekerjaan yang urgent dengan tenaga dan waktu yang seefisien
mungkin. Sehingga sisa waktu yang ada dapat dimanfaatkan
untuk proses kreatif lainnya, membuat rencana berikutnya dan
beristirahat mengumpulkan energy dan pikiran.
b. Untuk membatasi skala prioritas dan menyelesaikan tugas-tugas
terpenting dalam hidup kita.
c. Memanfaatkan dan menghargai waktu yang terbuang
sebaik-baiknya.
d. Untuk menghindari kebiasaan over reactive seperti “terlalu
keras” atau terlalu santai yang dapat menurunkan efektivitas
kegiatan.
Berlandaskan beberapa pendapat di atas dapat diidentifikasi
bahwa tanda-tanda seorang individu yang memiliki manajemen
waktu yang baik adalah individu yang dapat meminimumkan waktu
yang terbuang dengan mengetahui sumber pemborosan waktu dan
berusaha menghindarinya, merencanakan dan menentukan waktu
dari setiap kegiatan yang dilakukan. Manajemen waktu yang buruk
yaitu individu tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan pekerjaan
yang benar-benar penting, menggunakan waktu terlalu banyak untuk
pekerjaan orang lain dengan meninggalkan tugas sendiri, merasa
sangat diperlukan atau tidak tergantikan, sukar mengatasi gangguan
yang ada, membiarkan orang lain mengatur waktu, sering merasa
stres, cemas dan terburu-buru serta jarang menyelesaikan pekerjaan
tepat pada waktunya.
3. Model Proses Manajemen Waktu
Tidak banyak teori mengenai manajemen waktu, hanya
Macan (dalam Iven Kartadinata et al, 2008), yang menyediakan
sebuah model mengenai proses memanajemen waktu. Penelitian
yang dilakukan oleh Macan et al (dalam Iven Kartadinata. et al,
2008), dilakukan untuk mengembangkan sebuah pengukuran bagi
perilaku manajemen waktu. Alat ukur ini disebut sebagai Time
Management Behavior Scale (TMBS). Hasil analisis faktor pada
penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku manajemen waktu
terdiri atas empat faktor, yaitu:
a. Menetapkan tujuan dan prioritas (setting goals and priorities).
b. Mekanis–perencanaan dan penjadwalan (mechanics–planningand
scheduling).
c. Kesukaan terhadap pengorganisasian (preference for
organization), dan
Menetapkan tujuan dan prioritas meliputi kegiatan penetapan
tujuan yang diinginkan, kebutuhan yang ingin dicapai, dan
memprioritaskan berbagai tugas untuk mencapai tujuan ini.
Mekanis–perencanaan dan penjadwalan merupakan perilaku
yang identik dengan mengatur waktu, misalnya membuat daftar,
merencanakan, dan menjadwalkan.
Kesukaan terhadap pengorganisasian mengacu pada
kecenderungan umum seseorang untuk menerapkan keteraturan, baik
dalam lingkungan pekerjaan maupun pendekatan terhadap tugas.
Persepsi kontrol atas waktu merefleksikan keyakinan
seseorang mengenai kemampuannya memengaruhi waktu yang
dihabiskan.
Studi lebih lanjut yang dilakukan oleh Macan (dalam Iven
Kartadinata. et al, 2008), menunjukkan bahwa orang yang
menerapkan tujuan dan prioritas, serta memiliki kesukaan terhadap
pengorganisasian merasa memiliki kontrol atas waktunya.
Gambar 2.2
(Iven Kartadinata, 2008 dalam IndonesianPsychological Journal)
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Waktu
Lebih lanjut Srijanti (dalam Moh. Alam Moduto et al, 2013),
mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manajemen
waktu yaitu :
a. Adanya target yang jelas
b. Adanya prioritas kerja
c. Penundaan pekerjaan
d. Pendelegasian tugas
e. Penataan ruang kerja
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen
waktu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: usia, jenis
kelamin, adanya target yang jelas, adanya prioritas kerja, penundaan
pekerjaan, pendelegasian tugas, dan penataan ruang kerja. Oleh
sebab itu manajemen waktu dibutuhkan di dalam kehidupan
sehari-hari.
5. Hambatan-Hambatan Dalam Manajemen
Menurut Herawati, modulnya (dalam Moh. Alam Moduto et
al, 2013), terdapat hambatan-hambatan dalam melakukan
manajemen waktu yaitu sebagai berikut:
a. Mendahulukan pekerjaan yang dicintai, baru kemudian
b. Mendahulukan pekerjaan yang mudah sebelum menyelesaikan
pekerjaan yang sulit.
c. Mendahulukan pekerjaan yang cepat penyelesaiannya, sebelum
menyelesaikan pekerjaan yang membutuhkan waktu yang lama.
d. Mendahulukan pekerjaan darurat/mendesak, sebelum
meyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang penting.
e. Melakukan aktivitas yang dapat mendekatkan mereka pada
tujuan atau mendatangkan kemaslahatan bagi diri mereka.
f. Menunggu batas waktu (mepet) untuk menyelesaikan pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya.
g. Skala prioritas disusun tidak berdasarkan kepentingannya, tetapi
berdasarkan urutannya.
h. Terperangkap pada tuntutan yang mendesak dan memaksa.
Dembo (dalam Moh. Alam Moduto et al, 2013), menemukan
adanya hubungan antara manajemen waktu dan prestasi akademik.
Siswa dengan keterampilan manajemen waktu yang baik cenderung
memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dari pada siswa yang
memiliki keterampilan manajemen waktu yang rendah. Tujuan dari
manajemen waktu ialah untuk mempertegas kita dalam melangkapi
G. Penilaian Pendidikan
Meskipun kini memiliki makna yang lebih luas, namun pada
awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi
belajar siswa. Definisi yang pertama dikembangkan oleh Ralph Tyler
(dalam Suharsimi Arikunto, 2013:3), ahli ini mengatakan bahwa evaluasi
merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai.
Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. Definisi yang
lebih luas dikemukakan Cronbach dan Stufflebeam (dalam Suharsimi
Arikunto, 2013:3), definisi tersebut adalah bahwa proses evaluasi bukan
sekadar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk
membuat keputusan.
Menurut pengertian lama dalam Suharsimi Arikunto (2013:4),
pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa prestasi belajar, merupakan
hasil dari kegiatan belajar-mengajar semata. Dengan kata lain, kualitas
kegiatan belajar-mengajar adalah satu-satunya faktor penentu bagi
hasilnya. Pendapat seperti itu kini sudah tidak berlaku lagi. Pembelajaran
bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan prestasi belajar, karena
prestasi merupakan hasil kerja (ibarat sebuah mesin) yang keadaannya