• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajer Profesional

Dalam dokumen Jurnalekonomi Dan Bisnis (Halaman 80-83)

PERUSAHAAN KELUARGA Umar Chadhiq

3) Manajer Profesional

Praktek manajemen profesional sangat berbeda di berbagai wilayah dunia. Negara-negara maju memiliki lebih banyak manajer profesional dibandingkan dengan negara-negara berkembang. Perusahaan-perusahaan besar mempekerjakan lebih banyak manajer profesional daripada perusahaa kecil. Hal ini tentu menarik untuk dikaji. Di negara-negara majupun, manajemen oleh keluarga masih merupakan figur yang penting. Para cendekiawan bidang perusahaan keluarga tanpa kenal lelah terus menerusmelakukan penyelidikan. Perbedaan budaya antar negara merupakan bukti praktek manajemen umum di antara negara-negara akan menjadi pembeda praktek pengelolaan perusahaan di berbagai negara. Dorfman and House (2004) menulis:

”Perusahaan dipaksa untuk berbagi informasi, sumber daya, dan melatih dalam ekonomi dunia global. Kiprah sekolah bisnis terbaik mendidik para manajer dari seluruh dunia dalam teknik-teknik manajemen terbaru. Menggunakan jargon akademis, masalah bisnis umum dan manajemen praktis yang unik dibingkai dalam istilah budaya universal terhadap budaya spesifik. Proses konvergensi budaya telah terjadi, namun dalam prespektif mempertahankan perbedaan budaya”.

Hubungan antar pihak, struktur perusahaan dan kinerja didalam perusahaan keluarga telah menumbuhkan minat para cendekiawan dan praktisi manajemen. Pengkajian untuk mengembangkan sebuah model dinamis dimana setiap generasi dalam perusahaan keluarga dapat terus beroperasi menyesuaikan dengan teknologi produksi yang diwariskan kepada penerus dalam keluarga atau melalui seorang manajer profesional untuk melakukan tugas yang sama. Menurut Peter F Drucker menyatakan:

“Di masyarakat pada sekitar tahun 1900, keluarga masih bertugas pada berbagai perusahaan di setiap negara sebagai agen, dan organ untuk tugas yang paling sosial ... Manajemen, sebagai suatu disiplin spesifik, sebagai pekerjaan yang spesifik, sebagai fungsi yang spesifik dalam kegiatan ekonomi masyarakat, dikembangkan hampir seluruhnya, dalam lima puluh tahun terakhir” Drucker (1977).

Meskipun manajer profesional kadang-kadang lebih berkualitas, kepentingannya tidak selalu selaras dengan kepentingan keluarga, Shu and Shing (2007). Sementara Burkart, et.al (2002) menginvestigasi model suksesi di sebuah perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh pendiri dan memutuskan antara mempekerjakan seorang manajer profesional atau meninggalkan manajemen untuk diwariskan kepada sanak keluarganya.

Transfer kekuasaaan atau suksesi CEO pemilik kepada generasi berikutnya sangat penting bagi keberhasilan dan kesinambungan perusahaan (Miller, 1993; Ocasio, 1999). Keberhasilan suksesi akan menjadi langkah penting bagi perusahaan agar kinerja tetap dalam keadaan baik. Literatur yang memberikan gambaran tentang suksesi CEO, melalui eksplorasi pengaruh pilihan antara orang dalam dan orang luar (Fredrickson et al, 1988;. Cannella dan Lubatkin, 1993). Aspek pemilihan dari dalam atau luar perusahaan, terdapat dimensi yang khas terkait dengan apakah CEO baru harus anggota keluarga atau non-keluarga (manajer profesional). Keputusan memilih antara keluarga dan CEO profesional merupakan isu penting bagi pendiri/ pemilik perusahaan keluarga (Burkart et al, 2003; Lee et al, 2003). Keseriusan pengkajian yang mengkhususkan pada topik keberhasilan perusahaan keluarga, termasuk suksesi CEO dari anggota keluarga lain (Handler, 1994, Morris et. al, 1997;. Sharma et al, 2001). Namun terdapat beberapa pembahasan teoritis yang telah mempelajari perusahaan keluarga dari sudut pandang pengendali perusahaan yang menentukan pilihan antara manajemen keluarga dan manajemen yang profesional dan bagaimana hubungan karakteristik operasi dan pilihan pengelolaan (Burkart et al, 2003; Bhattacharya dan Ravikumar, 2004). Smith dan Amoako-Adu (1999) mengandalkan pencapaian omset bisnis dari CEO, kemudian faktor-faktor yang menentukan penunjukkan CEO dalam perusahaan keluarga dari anggota keluarga atau CEO yang berasal dari luar keluarga. Namun demikian, mereka terutama berfokus pada dampak dari kepemilikan karakteristik karakteristik dari keluarga pengendali dan kinerja sebelum perusahaan memutuskan pilihan CEO anggota keluarga atau dari luar keluarga, Lin dan Hu (2007).

Praktek tata kelola memiliki dampak yang menentukan pada operasi perusahaan. Salah satu tujuannya adalah untuk mengurangi perilaku oportunistik manajer dan menghilangkan masalah principal-agent melalui berbagai jenis skema insentif canggih atau dengan menerapkan sistem manajemen kinerja, dikembangkan, dan disempurnakan dalam konteks bisnis keluarga (Dekker & Lyabert, 2010).

Pengkajian lain dilakukan oleh Carr and Bateman (2009) tentang kinerja bisnis keluarga dengan membandingkan secara langsung dengan perusahaan non-keluarga, perusahaan yang dikelola oleh manajer profesional diseluruh dunia. Hasil studi tersebut diperkuat oleh Mannarino, et al (2008) bahwa kinerja perusahaan yang dikelola oleh manajer dari keluarga kurang produktif dibandingkan perusahaan yang dijalankan oleh manajer dari keluarga. Stewart and Hitt (2011) mendukung pendapat tersebut dengan mengemukakan bukti bahwa keuntungan nyata dari transisi perusahaan keluarga rendah dengan tingkat kegagalannya tinggi.

Kondisi tersebut dapat mengarah kepada kualitas manajer-pemilik yang lebih rendah daripada manajer darikeluarga, sehingga dapat mengurangi produktivitas perusahaan. Pada sisi lain keluarga yang menjalankan perusahaan ditandai

dengan kehati-hatian bahkan terkadang stagnan dalam pengambilan keputusan strategis, karena adanya hubungan pertimbangan yang terlalu hati-hati antara keluarga dan aset perusahaan. Walaupun langkah tersebut dapat dipahami, namun penghindaran risiko dapat berakibat pemilik-manajer kurang mengadopsi prinsip-prinsip manajemen baru dalam meningkatkanproduktivitas dan pertumbuhan. Konflik batin menyebabkan kebimbangan pemilik-manajer yang menghambat perubahan seiring dengan perubahan lingkungan, karena dianggap terlalu berisiko atau menghancurkan tradisi bisnis dan keluarga, Mannarino, et al (2008). Jika perusahaan keluarga menyerahkan pengelolaan kepada manajer profesional Lin dan Hu (2007) karena perusahaan membutuhkan keterampilan manajerial dengan kompotensi tinggi.

Hubungan antara latar belakang manajer dan kinerja perusahaan, itu tergantung pada karakteristik operasi dan pengendalian lingkungan perusahaan. Chahine (2007) memberikan bukti konklusif ketika perusahaan membutuhkan kemampuan manajerial yang tinggi, maka perusahaan keluarga akan menggunakan manajer dari keluarga. Kinerja perusahaan akan membaik setelah pengelolaan ditangani oleh manajer dari keluarga.

Pengujian pemilik perusahaan keluarga yang dapat mempengaruhi kinerja jangka panjang setelah penawaran awal kepada publik/initial public offering (IPO), dan memverifikasi apakah efek ini berbeda antara keluarga dan IPO perusahaan non keluarga yang dikelola murni oleh manajemen profesional, semakin dapat dijadikan bukti-bukti pembeda antara peran manajer dari dalam keluarga atau dari luar keluarga. Dyer (2006) melalui kajiannya menunjukkan bahwa perusahaan dengan persyaratan keterampilan manajerial yang rendah dan memiliki potensi tinggi untuk pengambilalihan kendali perusahaan lebih cenderung untuk memilih manajer dari keluarga (nepotisme). Penjelasan tersebut diatas merupakan temuan dari para peneliti terdahulu yang menyatakan bahwa peran manajer dari keluarga dalam keluarga memiliki kontribusi dan pengaruh yang positif.

Sebaliknya yaitu peran manajer dari keluarga tidak memiliki pengaruh yang positif namun justru manajer dari internal keluargalah yang memiliki pengaruh positif dikemukakan oleh McKenny et.al (2012) dengan menunjukkan kekuatan peran manajer dari keluarga dapat mengkomunikasikan tujuan yang berbeda kepada publik. Navarro et., al(2011) memperkuatnya dengan menyatakan bahwa kepemilikan dan kendali keluarga tidak mempengaruhi profitabilitas. Pembuktian kontrol keluarga melalui kepemilikan saham justru memainkan peran penting, dibandingkan dengan kendali langsung melalui manajer dari keluarga. Dalam kaitan ini Wesley (2010) mendalilkan bahwa kepemilikan keluarga positif terhadap hubungan antara jumlah keanggotaan dewan direksi dan kinerja perusahaan.

Dalam dokumen Jurnalekonomi Dan Bisnis (Halaman 80-83)