• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

D. Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat secara praktis dan teoritis sebagai berikut :

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai sumber informasi tentang pengelolaan anggaran desa menggunakan

formulasi rasio keuangan dalam membantu pelaksanaan program pembangunan desa.

b. Secara Praktis 1) Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menambah wawasan, mengenai pengelolaan anggaran desa menggunakan formulasi rasio keuangan dan pengalaman secara langsung.

2) Bagi Penelitian lanjutan

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna untuk yang penelitian lain sebagai bahan kajian lebih lanjut mengenai masalah yang berhubungan dengan pengelolaan anggaran desa dalam proses pembangunan desa.

3) Bagi Instansi Terkait

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan evaluasi terhadap pengelolaan anggaran desa dalam pelaksanaan program pembangunan desa serta dapat mengukur pencapaian visi dan misi serta sasaran yang di harapkan dalam pembangunan desa.

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Manajemen Keuangan

a. Pengertian Manajemen Keuangan

Menurut Syamsuddin (2007) mendefinisikan manajemen keuangan merupakan penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengelola keputusan yang menyangkut masalah finansial perusahaan. Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2005:16) menyatakan bahwa manajemen keuangan atau yang sering pula disebut dengan istilah pembelanjaan adalah seluruh aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset. Menurut sutrisno (2000) manajemen keuangan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.

b. Fungsi dan Tujuan dalam Manajemen Keuangan

Tujuan dan fungsi manajemen keuangan dalam suatu organisasi di ukur dari tugas dan tanggung jawab manajer dalam memanage keuangan di suatu perusahaan. Seorang manajer keuangan didalam suatu perusahaan harus mengetahui serta mengatur dengan baik bagaimana mengelola segala unsur dari segi keuangan, hal ini wajib dilakukan karena keuangan merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan yang di targetkan suatu perusahaan.

Unsur manajemen keuangan harus di kuasai oleh seorang manajer. Misalkan saja seorang manajer keuangan tidak mengetahui apa saja yang menjadi unsur-unsur manajemen keuangan maka akan muncul kesulitan dalam menjalankan suatu perusahaan tersebut. Sebab itu seorang manajer keuangan harus mampu mengetahui segala aktivitas manajemen keuangan, khususnya penganalisisan sumber dana dan penggunaan nya untuk merealisasikan keuntungan maksimum bagi perusahaan. Seorang manajer keuangan harus memahami arus peredaran uang baik eksternal maupun internal. Firmansyah dan Aulia (2020) menyatakan Manajemen keuangan ini harus memiliki tujuan yang jelas, ada beberapa tujuan manajemen keuangan :

1) Menjaga Arus Kas

Tujuan jangka pendek manajemen keuangan adalah dengan menjaga arus kas yang tepat. Dalam sebuah perusahaan, proses keluar masuknya uang kas harus dipantau serta di cermati dengan baik secara terus menerus agar tidak terjadi pengeluaran yang melampaui kapasitas keuangan. Akibatnya dapat menyebabkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Uang kas biasanya dikeluarkan serta dicairkan digunakan untuk menggaji karyawan, membeli bahan baku serta memenuhi kebutuhan lainnya

2) Mengoptimalkan Keuangan Perusahaan

Manajemen keuangan memiliki tugas utama untuk memaksimalkan dalam proses mendapatkan keuntungan yang di

dalamnya bukan hanya mengatur serta mengawasi keuangan akan tetapi melihat serta mengontrol proses keluar masuknya anggaran yang tidak memiliki keuntungan signifikan bagi perusahaan atau bahkan yang dapat merugikan perusahaan sehingga lebih mengoptimalkan pengeluaran yang lebih menguntungkan bagi perusahaan.

3) Mempersiapkan Modal

Dalam proses perencanaan dan persiapan modal manajemen keuangan harus mampu menyeimbangkan antara dana yang dipinjam perusahaan dengan anggaran yang dimiliki sendiri.

4) Mengoptimalkan Keuntungan Perusahaan

Perencanaan keuangan yang dapat di katakan tepat jika mampu memaksimalkan keuntungan yang didapat dalam kurung waktu jangka panjang.

5) Meningkatkan Efisiensi kinerja perusahaan

Efisiensi dana perusahaan akan terus berkembang serta meningkat dengan cara memberikan anggaran dana yang tepat sesuai dengan unsur keuangan terhadap segala aspek laporan keuangan.

6) Meningkatkan Kekayaan Perusahaan

Sebagai seorang manajer harus mampu membaca dan menganalisis pasar saham. Dilakukan pembagian laba secara maksimum kepada pemegang saham pastinya akan meningkatkan kekayaan perusahaan dan memberikan

kepercayaan pemegang saham untuk terus menanamkan modal serta berinvestasi didalam perusahaan.

7) Meminimalisir Risiko Operasional

Keputusan yang baik serta tepat sasaran yang dilakukan oleh seorang manajer akan sangat berpengaruh terhadap risiko bisnis yang tidak pasti pada disetiap waktu.

8) Menjamin Kelangsungan Hidup Perusahaan

Seorang manajer keuangan mempunyai bagian penting pada suatu perusahaan. Keputusan yang tepat sasaran yang di ambil oleh seorang manajer akan mampu membuat perusahaan bisa bertahan dipersaingan bisnis, namun sebaliknya keputusan yang tidak hati hati akan menyebabkan sebuah perusahaan mengalami bangkrut.

9) Menurunkan Biaya Modal

Seorang manajer keuangan harus membuat perencanaan dalam pembiayaan modal yang tepat, agar penggunaan modal dapat diminimalisir sedemikian rupa sehingga dapat menurunkan biaya modal suatu perusahaan.

10) Hasil keputusan pada kegiatan pembelanjaan

Hasil kebijakan sumber pembelanjaan, secara sederhana dapat diketahui pada bagian passiva pada neraca perusahaan yang mengenai kombinasi sumber-sumber pembelanjaan yang bersifat ekonomis untuk perusahaan guna memenuhi kebutuhan investasi serta usaha yang ada pada kegiatan pemerintahan desa hal ini merupakan tuntutan bagi seorang

manajer untuk mempertimbangkan segala yang berkaitan dengan pembelanjaan kegiatan usaha.

c. Rasio Keuangan Daerah

Menurut Hery S (2019) Rasio Keuangan Daerah terdiri dari beberapa pembagian macam rasio keuangan diantaranya

1) Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas ini yang menggambarkan suatu pemerintahan daerah yang memiliki prioritas dalam belanja pembangunan secara optimal dan alokasi dananya pada belanja yang bersifat rutin. Yang memiliki persentase semakin besar dana yang di alokasikan dalam belanja rutin maka persentase belanja investasi yang di gunakan untuk menyediakan infrastruktur serta prasarana ekonomi masyarakat biasanya semakin kecil.

2) Rasio Efektivitas

Rasio ini menggunakan kemampuan pemerintahan daerah untuk merealisasikan penerimaan yang direncanakan dibandingkan dengan target PAD yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah, kemampuan minimal 100%. Semakin tinggi, semakin baik. nilai efektivitas PAD dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 2.1 Karakteristik Rasio Efektivitas

Persentase rasio Efektivitas Kriteria

Di Atas 100% Sangat Efektif

90%- 100% Efektif

80%- 90% Cukup Efektif

60%-80% Kurang Efektif

Kurang dari 60% Tidak Efektif

3) Rasio Efisiensi

Kinerja pemerintah suatu daerah dalam melaksanakan pengumpulan pendapatan dikategorikan efisien jika rasio yang dicapai di bawah 100%. Semakin kecil hasil rasio efisiensi berarti tingkat efektivitas pengelolaan keuangan semakin baik.

Tabel 2.2 Karakteristik Rasio Efisiensi

Persentase rasio Efisiensi Kriteria

Di Atas 100% Tidak Efisien

90%- 100% Cukup Efisien

80%- 90% Kurang Efisien

60%-80% Efisien

Kurang dari 60% Sangat Efisien

4) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah

Pelayanan untuk masyarakat yang telah melakukan pembayaran pajak serta retribusi sebagai sumber pemasukan yang di butuhkan suatu daerah merupakan karakteristik yang menunjukkan kemandirian keuangan daerah yang artinya pemerintah daerah mampu membiayai sendiri kegiatan suatu pemerintahan. Kemandirian dalam keuangan daerah, dapat dilihat pada kecil besarnya pendapatan asli daerah (PAD) dibandingkan dengan pendapatan daerah yang bersumber dari sumber dari

bantuan dari pemerintah Pusat/provinsi ataupun yang bersumber dari peminjaman daerah. Semakin tinggi tingkat rasio kemandirian maka tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pihak eksternal semakin rendah.

Tabel 2.3 Karakteristik Rasio Kemandirian

Persentase PAD Kriteria

0,00 – 10,00 Sangat Kurang

10,00 – 20,00 Kurang

20,01 – 30,00 Sedang

30,01 – 40,00 Cukup

40,01 – 50,00 Baik

>50,00 Sangat Baik

5) Rasio Pertumbuhan Perusahaan

Rasio ini dapat di gunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan pemerintah dalam meningkatkan serta mempertahankan keberhasilan yang telah dicapainya dari periode berikutnya. Pengukuran rasio di gunakan untuk mengukur besaran antara unsur pengeluaran dan penerimaan sehingga dapat digunakan untuk melihat serta menilai potensi yang bisa mendapatkan perhatian lebih.

2. Desa

a. Pengertian Desa

Istilah desa itu sendiri berasal dari bahasa India swadesi yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada suatu kesatuan hidup dengan kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas. Yang didalam suatu desa ditinggali oleh sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong royong, memiliki adat istiadat yang relatif sama, dan mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatan. Abu Masihad (2018) mendefinisikan Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di desa merupakan nelayan atau bertani. Pada bagian daratan sebagian besar mata pencaharian penduduknya yaitu petani baik bertani di kebun maupun di sawah, sedangkan pada bagian pesisir sebagian besar penduduknya mencari sumber penghidupannya sebagai nelayan.

Abu Masihad (2018) berpendapat jika dari aspek geografis desa merupakan hasil dari perwujudan antara kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya. Hasil dari perpaduan itu menjadi suatu bentuk di muka bumi yang ditimbulkan karena adanya unsur unsur Fisiografi, sosial ekonomi, politis dan kultural yang saling berinteraksi dan juga dalam hubungannya dengan daerah yang lain.

Istilah desa juga disebut secara beraneka ragam diberbagai wilayah di Indonesia, seperti: benua atau wanua (Kalimantan), lembang (Toraja), tiuh atau pekon (Lampung), dusun dan marga (Sumatera

Selatan), huta (batak), wanus (Sulawesi Utara), nagari (Padang), kampong (Sunda), gampong ( Aceh ).

b. Karakteristik Desa

Menurut Sapari Imam Asy'ari dalam penelitian Yuliansyah dan Rusmianto (2016) menyebutkan desa mempunyai karakteristik khas yang dapat membedakan antara kesatuan daerah lainnya meliputi:

1) Aspek Ekonomi, desa adalah wilayah yang penduduk atau masyarakat yang bermata pencaharian pokok dibidang pertanian, bercocok tanam atau agrarian atau nelayan

2) Aspek Morfologi, desa merupakan pemanfaatan lahan atau tanah oleh penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah tinggal yang terpencar.

3) Aspek Hukum, desa merupakan kesatuan wilayah hukum tersendiri, yang aturan nilai yang mengikat masyarakat disuatu wilayah. Terdapat tiga sumber hukum yang dianut dalam desa, yakni :

a) Kepercayaan atau agama merupakan norma yang bersumber dari ajaran agama yang diyakini oleh warga desa setempat.

b) Adat asli, yaitu norma-norma yang dibangun oleh penduduk sepanjang sejarah dan dipandang sebagai pedoman warisan dari masyarakat.

c) Negara Indonesia, yaitu norma-norma yang timbul dari UUD 1945 dan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

4) Aspek Jumlah Penduduk, maka desa didiami oleh sejumlah kecil penduduk dengan kepadatan yang rendah

5) Aspek Sosial Budaya, yang bersifat khas dari desa itu sendiri yaitu hubungan sosial antar penduduknya, yakni hubungan yang bersifat pribadi serta hubungan kekeluargaan serta hubungan yang bersifat gotong royong.

Menurut Nova Elsyra dkk. (2020) Secara umum ciri ciri umum kehidupan masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut :

a) Peranan kelompok primer sangat besar

b) Faktor geografis sangat menentukan pembentukan kelompok masyarakat

c) Hubungan lebih bersifat intim dan awet d) Struktur masyarakat bersifat homogen e) Tingkat mobilitas sosial rendah

f) Keluarga lebih ditekankan kepada fungsinya sebagai unit ekonomi

g) Proporsi jumlah anak cukup besar dalam struktur kependudukan.

3. Keuangan Desa

a. Pengertian Keuangan Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Pasal 71 Ayat (1) Tahun 2014, keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Hak dan kewajiban tersebut menimbulkan pendapatan, belanja,

pembiayaan yang perlu diatur dalam pengelolaan keuangan desa yang baik.

Dilihat dari ruang lingkup keuangan desa umumnya tidak jauh berbeda dengan pengelolaan keuangan pemerintah pusat, provinsi serta Kabupaten/Kota. Dilihat dari jumlah aparat desa yang bersifat terbatas dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa, maka pengelolaan keuangan desa dibuat sesederhana mungkin tanpa mengurangi sifat akuntabilitas serta asas transparansi. Menurut (Herlianto:2017) Keuangan desa bisa dikatakan barang publik yang digunakan untuk mendanai segala kebutuhan ada di desa. Sistem Keuangan desa sangat berhubungan erat dengan pembangunan, pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu terdapat prinsip yang sangat penting dalam keuangan desa yaitu :

1) Dalam proses pengelolaan keuangan bukan hanya merupakan tanggung jawab perangkat desa saja, tetapi masyarakat desa juga harus terlibat aktif didalamnya, sehingga perlu adanya bantuan dari masyarakat dalam proses perencanaan APB desa, masyarakat juga harus mengetahui transparansi terkait keuangan yang ada di desa.

2) Dalam bidang pemerintahan, keuangan desa tidak hanya dialokasikan untuk penggajian aparat desa tetapi bagaimana keuangan desa juga dapat menciptakan kemampuan sumber daya manusia.

3) Bidang kemasyarakatan harus juga dijadikan sebagai prioritas dari program atau kegiatan desa seperti yang tercantum dalam

undang-undang dan dapat memperoleh alokasi anggaran yang cukup.

b. Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Santoso (2008) Dalam penyelenggaraan pengelolaan keuangan desa dilakukan berdasarkan prinsip tata kelola yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan desa dilakukan dalam kurun waktu 1 tahun anggaran yakni di mulai tanggal 1 januari sampai dengan tanggal 31 Desember.

c. Alokasi Dana Desa

Menurut Lili Marselina (2018) Alokasi dana desa (ADD) adalah dana yang di berikan oleh pemerintah kabupaten untuk desa yang bersumber dari APBN yang diterima oleh kabupaten yang sebelumnya dikurangi belanja pegawai. Berdasarkan PP Nomor 60 tahun 2014 dana desa yang bersumber pada APBN bahwa dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Bantuan keuangan yang bersifat khusus dikelola dalam APB desa tetapi tidak diterapkan dalam ketentuan penggunaan paling sedikit 70% (Tujuh puluh perseratus) dan paling banyak 30% (Tiga Puluh perseratus). Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan

kewajiban desa dalam 1 tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayaran kembali oleh desa.

Abu Masihad (2018) berpendapat, Adapun tujuan Alokasi Dana Desa yaitu memperkuat kedudukan desa sebagai garis depan pemerintahan secara nasional. Meningkatkan kemampuan desa dalam menetapkan kebijakan dan program pembiayaan pembangunan desa sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat, meningkatkan efektivitas perencanaan pembangunan desa secara partisipatif, meningkatkan efektivitas pelayanan pemerintah desa kepada masyarakat.

4. Efektivitas

a. Pengertian Efektivitas

Handoko (2012:7) berpendapat bahwa efektivitas ialah kemampuan dalam memilih tujuan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Menurut Yulita (2016) efektivitas merupakan proses memanfaatkan SDM serta sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar sebelumnya telah di tetapkan untuk menghasilkan sejumlah barang atas kegiatan yang di jalankan.

Efektivitas itu sendiri dapat menunjukkan keberhasilan atas tercapainya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil dari suatu kegiatan mendekati target yang telah ditentukan maka tingkat keberhasilan efektivitasnya semakin tinggi.

Secara etimologi kata efektivitas berasal dari kata efektif, dalam bahasa Inggris effectiveness yang bermakna berhasil. Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata efektif berarti pengaruh, akibat

atau dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah daya guna, adanya kesesuaian dalam suatu kegiatan orang yang melakukan tugas dengan sasaran yang dituju.

b. Tingkat pengukuran efektivitas

Menurut Sulastri (2016) menjelaskan untuk mengukur efektivitas pengelolaan dana desa dalam pembangunan infrastruktur berlandaskan dengan UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa yang diuraikan dalam beberapa poin dan juga sebagai acuan efektivitas dalam proses penelitian ini :

1) Perencanaan

Perencanaan yang dimaksud ialah musyawarah desa yang peruntukan untuk membicarakan rencana kegiatan penggunaan anggaran dana desa,yang dapat diukur dengan pihak yang berperan aktif yang hasilnya disertai dengan transparansi rencana kegiatan yang melibatkan masyarakat.

2) Pelaksanaan

Pelaksanaan yang dimaksud ialah menyelesaikan kegiatan yang telah dirancang oleh pihak yang berpartisipasi

3) Pertanggung jawaban serta pengawasan

Pertanggung jawaban yang dimaksud ialah laporan pertanggung jawaban yang di buat pemerintah dan dievaluasi secara bersama oleh masyarakat.

5. Pembangunan Desa

a. Pengertian Pembangunan Desa

Menurut Nardi (2020) pembangunan desa adalah sebagai usaha sadar dalam serangkaian kegiatan untuk mencapai suatu perubahan dari keadaan yang buruk menuju keadaan yang lebih baik yang dilakukan oleh masyarakat. Pembangunan desa itu sendiri meliputi 3 usaha besar yaitu :

1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia pedesaan agar memiliki dasar memadai untuk meningkatkan dan memperkuat produktivitas dan daya saing.

2) Peningkatan kapasitas masyarakat dari struktur masyarakat pedesaan tradisional ke masyarakat yang maju dan mandiri merupakan upaya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat desa.

3) Pembangunan dan prasarana terutama dalam bidang transportasi agar sumber daya yang ada di pedesaan dapat didistribusikan dan pembangunan pedesaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

b. Rencana Pembangunan Desa dan Keuangan Desa

Maijon (2019) berpendapat penggunaan dana desa tidak membatasi prakarsa lokal dalam merancang program atau kegiatan pembangunan prioritas yang dituangkan ke dalam dokumen RKP desa, melainkan memberikan pandangan prioritas penggunaan dana desa, sehingga desa tetap memiliki ruang untuk tetap berkreasi membuat kegiatan sesuai dengan kewenangannya, serta membuat

analisis tentang kebutuhan serta sumber daya yang dimilikinya.

Dalam mengoptimalkan kesejahteraan serta pemerataan pembangunan desa dapat di lihat dari peningkatan pelayanan publik yang ada di desa, dan dapat mengatasi kesenjangan pembangunan antar desa, memajukan perekonomian desa serta memperkuat masyarakat dalam proses pembangunan desa.

B. Tinjauan Empiris

Menurut Voni (2009) kajian empiris adalah kajian yang diperoleh dari percobaan atau observasi yang membenarkan suatu pendapat dalam kebenaran suatu klaim empiris. Dalam pandangan empiris seseorang dapat mengklaim memiliki pendapat atau pengetahuan yang benar yang dibuktikan dengan bukti empiris atau dapat di sebut dengan penelitian terdahulu.

Adapun dari penelitian terdahulu mengenai bahasan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4 Tinjauan Empiris

NO Nama

Penulis

Judul Jurnal Nama dan Tahun

2 Nova

3 Facrul A

5 Nardi

C. Kerangka Konsep

Dana desa diprioritaskan untuk pemberdayaan masyarakat dan pembangunan di desa. Pembangunan di desa diperlukan disetiap desa demi kemajuan desa tersebut, banyaknya polemik pada program pemerintah dalam pembangunan desa menjadi hal biasa karena sering dijumpai pembangunan desa yang tidak tepat. Hal ini terjadi karena lemahnya pengelolaan dan kurangnya pengawasan serta kontribusi masyarakat dalam proses anggaran tersebut. Spesifikasi dalam penelitian ini adalah keefektifan dalam pelaksanaan manajemen keuangan desa dalam proses pembangunan desa. Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba menggambarkan kerangka konsep untuk mempermudah dalam memahami arah tujuan penelitian dan juga berfungsi sebagai acuan berpikir dan dasar perumusan hipotesis. Adapun kerangka konsep terlihat pada gambar adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

.

Pemerintah Desa

Manajemen Keuangan Desa

3 Tahap Pelaksanaan Program Pembangunan Desa

Perencanaan Pelaksanaan Pengawasan

Rasio Keuangan

Efektif / tidak Efektif

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif Kuantitatif.

Dalam hal ini penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi yang memfokuskan pada data yang di sajikan secara akurat dan sistematis sehingga dapat memberikan gambaran dengan jelas. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian lapangan yaitu dengan mengambil data secara langsung dari lapangan, adapun objek pada penelitian ini adalah pengelolaan dana desa dalam pelaksanaan program pembangunan desa.

B. Jenis Data

Penelitian ini menggunakan data primer. Data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati dan catat untuk pertama kalinya dan berasal dari sumber asli tanpa melalui perantara. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilakukan peneliti selama berada di lapangan.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Desa Anabanua yang beralamat di Gellengnge Jl. Poros Pekkae – Soppeng, desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan kurang lebih 2 bulan terhitung mulai bulan Juli sampai dengan bulan Agustus 2021.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang tuju oleh peneliti untuk dipelajari serta di fahami kemudian menarik kesimpulannya. Adapun populasi yang digunakan dalam penelitian ini ialah laporan keuangan untuk di jadikan landasan utama agar mampu mengetahu serta melihat analisis manajemen keuangan desa dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan program pembangunan desa 3 tahun terakhir yaitu tahun 2018, 2019, 2020 pada Kantor Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Sampel

Dalam proses pengumpulan sampel merupakan suatu langkah untuk mengetahui serta pengambilan keputusan pada besarnya sampel yang diambil pada pelaksanaan penelitian suatu objek. Sampel yang diambil dalam penelitian ini ialah laporan keuangan berupa laporan anggaran pendapatan desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru Tahun 2018, 2019, 2020.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan merupakan cara yang dilakukan untuk memperoleh data dan keterangan-keterangan yang diperlukan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Penelitian Lapangan yaitu suatu kegiatan penelitian dimana peneliti harus mendapatkan data yang menjadi objek dan sesuai dalam penelitian. Di mana dalam mendapatkan data peneliti harus melakukan pengamatan di lokasi penelitian serta diskusi secara langsung dengan kepala desa dan beberapa pegawai desa serta menggali informasi yang diperlukan. Dengan hal tersebut maka peneliti mengadakan :

1. Observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian peneliti dapat mendapatkan data yang lebih akurat yang sesuai dengan sejarah kantor, struktur organisasi kantor serta posisi kantor Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

1. Observasi, dengan melakukan pengamatan secara langsung di lokasi penelitian peneliti dapat mendapatkan data yang lebih akurat yang sesuai dengan sejarah kantor, struktur organisasi kantor serta posisi kantor Desa Anabanua Kecamatan Barru Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

Dokumen terkait