TINJAUAN PUSTAKA
2.9. Ubi Jalar
2.9.2. Manfaat dan Penggunaan Ubi Jalar
Dalam program diversifikasi pangan, peranan ubi jalar dapat menunjang
dua arah, yaitu horizontal dan vertical. Dalam diversifikasi horizontal, dapat
dikembangkan sebagai tanaman baru di daerah-daerah potensial yang mempunyai
kesesuaian lahan dan lingkungan yang tepat untuk budi daya. Diharapkan ini
dapat diterima petani setempat ke dalam sistem usahataninya. Adapun untuk
diversifikasi vertikal, lebih banyak diarahkan dalam pengembangan dan
penganekaragaman produk (Darmardjati dan Widowati, 1994).
Berkembangnya pengetahuan dan teknologi industri pengolahan pangan,
manfaat dan kegunaan ubi jalar sebagai bahan baku menjadi semakin luas,
36 permen, dan gula fruktosa. Di Amerika Serikat, ubi jalar diolah menjadi gula
fruktosa yang digunakan sebagai bahan baku industri minuman coca-cola.
Limbah ubi jalar berupa batang dan daun dapat dimanfaatkan untuk pakan
ternak. Di Irian Jaya, limbah daun ubi jalar digunakan sebagai pakan ternak
kelinci. Daun-daun muda (pucuk), terutama yang berasal dari varietas ubi jalar
berdaun kecil dan menjari, dapat dimanfaatkan untuk sayur.
Adapun manfaat penggunaan ubi jalar membuka peluang bisnis dan
prospek potensial dalam memberikan nilai ekonomi dan sosial bagi yang
37 Sektor pertanian Sektor Industri Konsumen
Gambar 2. Aneka Kegunaan Ubi Jalar dalam Skema Pohon Industri
Sumber : Penanganan Panen, Pascapanen dan Pengolahan Hasil (Ditjentan dan - IPB, 1996)
Saus Tape Brem Kremes Keripik Ubi Goreng Getuk
Kulit Makanan Ternak
Daun Sayuran Umbi Ubi Jalar Pilus Kroket Gaplek I N D U S T R I M A K A N A N Chip Pati Tepung Rebus/Kukus Saus Tape Brem Kremes Keripik Ubi Goreng Getuk
Kulit Makanan Ternak
Daun Sayuran
Umbi
38 2.10. Penelitian-Penelitian Terdahulu
Rachma (2008) melakukan penelitian tentang Efisiensi Tataniaga Cabai
Merah, (Studi kasus Desa Cibeureum, Kecamatan Sukamantri, Kabupaten Ciamis,
Propinsi Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukkan terdapat lima jenis saluran
tataniaga cabai merah di Desa Cibeureum. Saluran tataniaga 1 (pedagang
pengumpul – pedagang grosir – pedagang pengecer ke 2), saluran tataniaga II (pedagang pengumpul – pedagang grosir – pedagang pengecer 1 – pedagang pengecer 2), saluran tataniaga III (pedagang pengumpul – pedagang grosir –
pedagang pengecer 2), saluran tataniaga IV (pedagang pengumpul – pedagang pengecer 1 – pedagang pengecer 2), dan saluran tataniaga V (pedagang pengumpul dan pedagang pengecer 1).
Berdasarkan kelima saluran tataniaga tersebut, terlihat bahwa 100 persen
cabai merah dijual petani ke pedagang pengumpul. Hasil analisis marjin tataniaga
menunjukkan bahwa marjin terbesar terdapat pada saluran II, III, dan IV,
sedangkan marjin terkecil terdapat pada saluran I dan V. Struktur pasar yang
terbentuk dalam tataniaga cabai merah adalah bersaing tidak sempurna, maka
setelah dianalisis tidak ada keterpaduan. Persaingan yang tidak sempurna dalam
tataniaga cabai merah ini menunjukkan bahwa sistem tataniaga cabai merah di
lokasi penelitian belum efisien.
Penelitian mengenai Analisis Usahatani dan Tataniaga Kedelai di
Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat dilakukan oleh Maryani
(2008) dengan tujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan usahatani kedelai,
39 pelaku pasar, dan menganalisis tingkat efisiensi tataniaga kedelai di Kecamatan
Ciranjang, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Untuk tataniaga digunakan
penelusuran saluran tataniaga, analisis margin pemasaran, analisis struktur pasar,
dan analisis efisiensi tataniaga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat
dua saluran tataniaga kedelai di Kecamatan Ciranjang, Kecamatan Cianjur, Jawa
Barat.
Dua saluran tataniaga tersebut yakni saluran tataniaga kedelai polong tua
dan saluran tataniaga polong muda. Saluran tataniaga kedelai polong muda yaitu,
kedelai yang dihasilkan oleh petani kemudian didistribusikan kepada pedagang
pengumpul dan didistribusikan kembali ke pedagang Pasar Induk di Parung.
Sedangkan untuk saluran tataniaga kedelai polong tua terdapat delapan saluran
saluran tataniaga yang digunakan oleh petani hingga sampai produk sampai
kepada konsumen akhir. Struktur yang dihadapi antara petani dan pedagang
pengumpul, petani dan pedagang Kecamatan, serta antara petani dan pedagang
besar adalah persaingan dan oligopsoni. Struktur pasar yang dihadapi oleh
pedagang pengumpul adalah persaingan, sedangkan struktur pasar yang dihadapi
oleh Kecamatan adalah oligopsoni. Berdasarkan perhitungan margin tataniaga
total margin tataniaga, yaitu Rp.1.000/kg dan farmer’s share yang paling tinggi yaitu sebesar 77,78 persen.
Penelitian Peranginangin (2011) dengan judul Analisis Tataniaga Markisa
Ungu di Kabupaten Karo dengan studi kasus di Desa Sebaraya, Kecamatan
Tigapanah, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara menganalisis mengenai
40 saluran tataniaga yang lebih efisien secara relatif jika dibandingkan dengan
tataniaga yang lain. Tataniaga markisa ungu merupakan serangkaian kegiatan
bisnis dalam menyalurkan markisa ungu mulai dari tingkat petani hingga
konsumen akhir. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa
lembaga tataniaga yang terlibat yaitu diantaranya petani, pedagang pengumpul
(perkoper), grosir, pabrik pengolah, pedagang antar kota, pedagang pengecer,
toko minuman serta cafe minuman. Namun selain kedelapan lembaga tataniaga
tersebut, dalam penelitian ini “tukang kilo” (pemilik alat timbangan/jasa penimbangan markisa ungu) juga menjadi pelaku tataniaga.
Saluran tataniaga yang dihasilkan pada penelitian ini sebanyak 7 saluran
tataniaga. Saluran 1 : petani – pabrik pengolahan – toko minuman – konsumen. Saluran 2 : petani – pedagang pengumpul - grosir – pabrik pengolah – toko minuman – konsumen. Saluran 3 : petani – pedagang pengumpul – grosir –
pedagang antar kota – pedagang pengecer luar kota – konsumen. Saluran 4 : petani – grosir – pabrik pengolah – toko minuman – konsumen. Saluran 5 : petani
– grosir – pedagang antar kota – pedagang pengecer luar kota – konsumen. Saluran 6 : petani pedagang pengecer lokal – konsumen. Dan saluran 7 : petani –
toko minuman – konsumen.
Fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan oleh setiap lembaga tataniaga
yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Dari ketujuh saluran
tataniaga yang dihasilkan saluran tataniaga yang paling efisien secara relatif
dibandingkan dengan saluran tataniaga yanag lain dengan produk akhir sirup
41 secara relatif dengan produk akhir buah markisa yaitu saluran tataniaga 5. Namun
secara keseluruhan, saluran tataniaga 1 merupakan saluran tataniaga yang paling
efisien secara relatif jika dibandingkan dengan saluran tataniaga yang lain yaitu
dengan nilai farmer’s share 18,75 persen, margin tataniaga 81,25 persen, penerimaan bersih petani Rp.2.710/kg dan mampu menampung 19,43 persen
volume markisa yang dihasilkan petani dengan nilai penyebaran rasio keuntungan
terhadap biaya relatif merata.