• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : PERANAN PEMERINTAH, PERUSAHAAN DAN

B. Manfaat dan Petunjuk Tata Cara Penerapan CSR

Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada 3 (tiga) hal yaitu : profit, lingkungan dan masyarakat.109

109

A.B. Susanto, Op.cit., hal. 26 - 27

Gambar 2. Sasaran CSR

Apabila diperolehnya laba, perusahaan dapat memberikan dividen bagi pemegang saham, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh guna membiayai pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, serta membayar pajak.

Perusahaan memberikan perhatian kepada lingkungan sekitar dengan berpartisipasi dalam usaha – usaha pelestarian lingkungan demi terpeliharanya kualitas kehidupan umat manusia dalam jangka panjang. Perusahaan juga ikut mengambil bagian dalam aktivitas manajemen bencana. Manajemen bencana bukan hanya sekedar memberikan bantuan kepada korban bencana, namun juga berpartisipasi dalam usaha – usaha mencegah terjadinya bencana serta meminimalkan

Lihat juga Yusuf Wibisono, Op.cit., hal. 6 bahwa konteks ini juga sejalan dengan pemikiran John Elkington melalui konsep “3P” (profit, people, planet) dalam bukunya Cannibals with Forks, the Triple Bottom Line of Twentieth Century Business pada tahun 1997.

Profit ……….. People ……… Planet ……………….. PROFIT Dividend Growth Tax Obligation ENVIRONMENT Environment Preservation Disaster Management PEOPLE Ethical & Competency Workshop

dampak bencana melalui usaha – usaha pelestarian lingkungan sebagai tindakan preventif untuk meminimalisir bencana.

Perhatian terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas – aktivitas serta serta perbuatan kebijakan – kebijakan yang dapat meningkatkan kompetensi yang dimiliki di berbagai bidang. Kompetensi yang meningkat ini pada gilirannya diharapkan akan mampu dimanfaatkan bagi peningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Dengan menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan diharapkan tidak hanya mengejar keuntungan jangka pendek, namun juga turut berkontribusi bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitar dalam jangka panjang.

Dari sisi perusahaan terdapat berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari aktivitas CSR, yaitu :110

1. mengurangi resiko dan tuduhan terhadap perlakuan tidak pantas yang diterima perusahaan. Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosialnya secara konsisten akan mendapatkan dukungan yang luas dari komunitas yang telah merasakan manfaat dari berbagai aktivitas yang dijalankannya. CSR akan mendongkrak citra perusahaan dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan.

2. sebagai pelindung dan membantu perusahaan meminimalkan dampak buruk yang diakibatkan krisis. Demikian pula ketika perusahaan diterpa kabar

110

miring bahkan ketika perusahaan melakukan kesalahan, masyarakat lebih mudah memahami dan memaafkannya.

3. keterlibatan dan kebanggaan karyawan. Karyawan akan merasa bangga bekerja pada perusahaan yang memiliki reputasi yang baik, yang secara konsisten melakukan upaya – upaya untuk membantu meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Kebanggaan ini pada akhirnya akan menghasilkan loyalitas, sehingga mereka merasa lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan. Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas. 4. mampu memperbaiki dan mempererat hubungan - hubungan antara

perusahaan dengan para stakeholdernya bila CSR dilaksanakan secara konsisten. Pelaksanaan CSR yang konsisten menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kepedulian terhadap pihak – pihak yang selama ini berkontribusi terhadap lancarnya berbagai aktivitas serta kemajuan yang diraih perusahaan. Hal ini mengakibatkan para stakeholders senang dan merasa nyaman dalam menjalin hubungan dengan perusahaan.

5. meningkatnya penjualan seperti yang terungkap dalam riset Roper Search Worldwide111

111

Ibid., hal.5 menyebutkan bahwa riset yang dilakukan Roper Search Worldwide

menunjukkan 75 % responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas melalui program pengembangan. Sekitar 66 % responden juga menunjukkan mereka siap berganti merek kepada merek perusahaan yang memiliki citra sosial yang positif. Hal ini membuktikan terjadinya perluasan ‘minat’ konsumen dari ‘produk’ menuju korporat.

dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.

6. insentif – insentif lainnya seperti pajak dan berbagai perlakuan khususnya lainnya. Hal ini perlu dipikirkan guna mendorong perusahaan agar lebih giat menjalankan tanggung jawab sosialnya.

Selain itu ada beberapa benefit lain yang patut dicermati untuk melakukan CSR, antara lain :112

1. mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan citra merek perusahaan

2. mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial 3. mereduksi risiko bisnis perusahaan

4. melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha 5. membuka peluang pasar yang lebih luas

6. mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah 7. memperbaiki hubungan dengan stakeholder

Lihat Andi Firman, Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan,

survey “The Millenium Poll on CSR” (1999) yang dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board (New York) dan Prince of Wales Business Leader Forym (London) diantara 25.000 responden di 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini perusahaan, 60% mengatakan bahwa etika bisnis, praktek terhadap karyawan, dampak terhadap lingkungan, tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) paling berperan. Sedangkan bagi 20% responden, berpendapat citra perusahaan yang akan paling mempengaruhi kesan mereka, yakni faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor finansial, ukuran perusahaan, strategi perusahaan, atau manajemen. Sisanya 20 % responden berpendapat, sebagai masyarakat yang berada di sekitar dimana perusahaan beroperasi, mereka ingin “menghukum” perusahaan yang dinilai tidak melakukan CSR, dengan cara tidak akan membeli produk bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa dan menghasilkan produk, dan/atau menginformasikan kepada orang lain tentang kekurangan perusahaan tersebut. Sementara, bagi perusahaan yang bidang usahanya berkaitan dengan eksplorasi sumber daya alam, mereka berpendapat hendak mengajukan gugatan perwakilan (class action) terhadap implikasi adanya kegiatan pertambangan.

112

8. memperbaiki hubungan dengan regulator

9. meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan 10.peluang mendapatkan penghargaan

Meskipun tidak ada hubungan yang melekat antara kewajiban sosial dengan kinerja ekonomi. Namun hal ini tidak menghentikan pendukung tanggung jawab sosial perusahaan atas pendapat mereka akan adanya hubungan yang positif.113 Bahkan A. Sonny Keraf juga menyebutkan beberapa alasan perlunya keterlibatan sosial perusahaan :114

1. Kebutuhan dan harapan masyarakat semakin berubah

Masyarakat semakin kritis dan peka terhadap perilaku perusahaan 2. Terbatasnya sumber daya alam

Bisnis diharapkan untuk tidak hanya mengeksploitasi sumber daya alam yang terbatas, namun harus juga memelihara dan menggunakan sumber daya alam secara bijak.

3. Lingkungan sosial yang lebih baik

Lingkungan sosial akan mendukung keberhasilan bisnis untuk jangka panjang, semakin baik lingkungan sosial dengan sendirinya akan ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada.

113

Lihat Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility, (Jakarta : Harvarindo, 2007), hal. 57 – 58 yang menyebutkan sebagai contoh, suatu penyelidikan menunjukkan Domini 400

social index, suatu dana saham yang terdiri atas 400 perusahaan yang bertanggung jawab sosial, telah melampaui The Standard and Poor’s 500 (angka indeks 500 saham perwakilan dari seluruh pelaku ekonomi) sebesar 5 persen.

114

4. Perimbangan tanggung jawab dan kekuasaan

kekuasaan yang terlalu besar jika tidak diimbangi dan dikontrol dengan tanggung jawab sosial akan menyebabkan bisnis menjadi kekuatan yang merusak masyarakat.

5. Keuntungan jangka panjang

Tanggung jawab dan keterlibatan sosial tercipta suatu citra positif di mata masyarakat, karena terciptanya iklim sosial politik yang kondusif baik kelangsungan bisnis perusahaan.

Bahkan menurut Yusuf Wibisono, setidaknya ada 3 (tiga) alasan penting kalangan dunia usaha harus merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya, yaitu :115

1. Perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. Perusahaan harus menyadari bahwa mereka beroperasi dalam suatu tatanan lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial ini berfungsi sebagai kompensasi atau upaya imbal balik atas penguasaan sumber daya alam dan ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, di samping sebagai kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan pada masyarakat.

2. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari

115

masyarakat, setidaknya license to operate, wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi posistif kepada masyarakat, sehingga dapat tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan perfoma perusahaan.

3. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik itu dapat berasal akibat dampak operasional perusahaan ataupun akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dengan komponen masyarakat.

Berkaitan dengan implementasi CSR, Philip Kotler dan Nancy Lee mengidentifikasikan 6 (enam) pilihan program bagi perusahaan yang disebut

Corporate Sosial Inisiative yaitu :116

1. Berupa aksi promosi (cause promotion)

Suatu korporasi memberikan dana, dengan berbagai macam bentuk kontribusinya untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian tentang masalah - masalah sosial yang dapat dilakukan berupa penggalangan dana, berpartisipasi, atau perekrutan sukarelawan untuk pelaksanaan aksi sosial tersebut. Korporasi dapat berinisiatif dan mengatur promosinya dengan sendiri dan dapat juga dilakukan melalui bentuk mitra kerja (seperti perusahaan Aleve yang mensponsori penggalangan dana Arthritis Foundation) atau juga menjadi salah satu dari beberapa sponsor (seperti Keep America 116

Beutiful 2003 memsponsori “Great American Clean-up” antara lain yang dilakukan oleh Lysol, PepsiCo, dan Firestone Tire & Service Centers, di antara yang lainnya)

2. Berupa aksi yang berkaitan dengan pemasaran (cause- related marketing) Suatu perusahaan berkomitmen untuk memberikan kontribusi atau donasi/ menyisihkan sebagian persentase dari pendapatan berdasarkan penjualan produk/keuntungan. Sebagian besar hal ini dilakukan untuk periode waktu tertentu, produk khusus dan program amal tertentu. Dalam hal ini, sebuah korporasi sering bermitra kerja dengan organisasi non-profit, memberikan hubungan manfaat yang timbal – balik dilakukan untuk meningkatkan penjualan produk – produk dan memperoleh dukungan finansial untuk program charity/amal (misalnya, Comcast mendonasi $4.95 dari biaya instalasi high – speed Internet service kepada Lembaga Ronald Mcdonald

pada setiap akhir bulan yang telah ditentukan).

3. Pemasaran sosial perusahaan (corporate sosial marketing)

Suatu perusahaan mendukung pengembangan dan/atau mewujudkan sebuah kampanye dengan fokus perubahan tingkah laku (behaviour change campaign) tertentu yang mempunyai pengaruh negatif dengan maksud untuk memperbaiki tingkat kesehatan, keselamatan, lingkungan, atau kesejahteraan komunitas. Ciri – ciri yang menonjol dalam hal ini adalah berfokus untuk melakukan perubahan tingkah laku, yang membedakan dari aksi yang lain bahwa dalam hal ini difokuskan kepada kesadaran untuk mendukung,

menggalang dana, dan perekrutan secara sukarela untuk suatu aksi. Sebuah perusahaan dapat mewujudkan kampanye perubahan tingkah laku bisnisnya secara sendiri - sendiri (seperti Phillip Morris yang mendorong para orang tua untuk berbicara kepada anak – anak mereka tentang penggunaan dan dampak bahaya tembakau), tetapi lebih dari itu dapat juga melibatkan peran para

partner di sektor publik (Home depot mempromosikan tips/petunjuk cara konservasi air yang bermanfaat)

4. Filantropi perusahaan (corporate philanthropy)

Suatu perusahaan dapat melakukan pemberian kontribusi secara langsung, yang sering dilakukan dalam bentuk kontribusi uang tunai, donasi/sumbangan, dan/atau bentuk jasa lainnya. Bentuk ini mungkin merupakan inisiatif sosial korporasi yang paling tradisional dan dalam beberapa dekade telah dilakukan pendekatan secara responsif, bahkan dengan cara yang lebih khusus. Banyak perusahaan saat ini yang memiliki tekanan, baik secara internal maupun eksternal, untuk lebih melakukan pendekatan yang lebih strategis, dalam memilih jenis - jenis kegiatan filantropinya dan fokus lainnya bagi pencapaian sasaran dan tujuan bisnis perusahaannya.

5. Komunitas sukarelawan (community volunteering)

Suatu perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, pengecer, dan/ atau perusahaan franchise untuk secara sukarela menyediakan waktu mereka dalam mendukung aksi dan organisasi komunitas lokal. Kegiatan ini dapat dilakukan secara sendiri – sendiri (seperti karyawan sebuah perusahaan

bertekhnologi tinggi memberikan tutor/bimbingan kepada generasi muda di sekolah – sekolah tingkat menengah dalam menambah ketrampilan komputer bagi mereka) atau dapat juga dilakukan dalam bentuk kerjasama dengan organisasi non-profit (karyawan perusahaan Shell bekerja sama dengan The Ocean Conservacy dalam pembersihan areal pantai).

6. Praktek – praktek bisnis yang bertanggung jawab dan bersifat sosial (socially responsible business practices)

Suatu perusahaan mengadopsi dan melakukan praktek – praktek bisnis yang bersifat diskresi dan investasi – investasi yang mendukung aksi sosial untuk memperbaiki kesejahteraan komunitas dan melindungi lingkungan hidup. Seperti Starbucks bekerja sama dengan Conservation International untuk mendukung para petani dalam meminimalisasi dampak bagi lingkungan lokal mereka.

Beragamnya bentuk implementasi CSR yang dilakukan oleh masing – masing perusahaan sangat bergantung pada misi, budaya, lingkungan dan resiko serta kondisi operasional masing – masing perusahaan. Pandangan lain tentang pelaksanaan CSR juga dikemukakan oleh Eleanor Chambers pada tahun 2003 yang melakukan penelitian atas praktik tanggung jawab sosial korporat di 7 (tujuh) negara Asia (India, Korea Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Filipina dan Indonesia) dan mengklasifikasikan CSR ke dalam 3 (tiga) aspek yaitu, pertama, keterlibatan dalam komunitas di antaranya pengembangan masyarakat (community development), pendidikan dan pelatihan kegiatan keagamaan dan olahraga. Kedua, pembuatan produk yang bisa

dipertanggung-jawabkan secara sosial adalah kesehatan dan keselamatan kerja dan proses dan produk yang ramah lingkungan termasuk kepedulian terhadap konservasi lingkungan hidup. Ketiga, employee relations berupa kesejahteraan dan keterlibatan pekerja.117

Pada umumnya, perusahaan – perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan – tahapan sebagai berikut :118

1. Tahapan perencanaan

Perencanaan terdiri dari 3 (tiga) langkah utama yaitu Awareness building, CSR Assessement, dan CSR Manual building. Pertama, Awareness building

merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai pentingnya arti CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dilakukan antara lain melalui seminar, lokakarya, diskusi dan lain – lain. Kedua, CSR Assessement

merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek – aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah – langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi

117

Yusuf Wibisono, Op.cit., hal.120 118

Ibid., hal. 121 – 125

Selanjutnya Ibid, hal. 138 bahwa implementasi program CSR tersebut dapat dikelola berdasarkan pola sebagai berikut :

1. Program sentralisasi

Perusahaan sebagai pelaksana/penyelenggara utama kegiatan, tempat dan kegiatan berlangsung di areal perusahaan. Pelaksanaan kegiatan dapat bekerja sama dengan pihak lain misalnya event organizer atau institusi lainnya sejauh memiliki kesamaan visi dan tujuan. 2. Program desentralisasi

Kegiatan dilaksanakan di luar area perusahaan. Perusahaan berperan sebagai pendukung kegiatan tersebut baik dalam bentuk bantuan dana, material maupun sponsorship.

3. Program kombinasi

Pola ini dapat dilakukan terutama untuk program – program pemberdayaan masyarakat, di mana inisiatif, pendanaan maupun pelaksanaan kegiatan dilakukan secara partisipatoris dengan beneficiaries

penerapan CSR secara efektif. Ketiga, CSR Manual building merupakan pedoman implementasi dari hasil assessment yang telah dilakukan. Upaya yang mesti dilakukan antara lain melalui benchmarking (mempelajari program CSR dari perusahaan lain yang dinilai lebih sukses dalam implementasi program ini), menggali dari referensi atau bagi perusahaan yang menginginkan langkah instan, penyusunan manual ini dapat dilakukan dengan meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Penyusunan manual CSR dibuat sebagai acuan, pedoman dan panduan dalam pengelolaan kegiatan – kegiatan sosial kemasyarakatan yang dilakukan oleh perusahaan. 2. Tahapan implementasi

Tahap implementasi ini terdiri atas 3 (tiga) langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi. Pertama, Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan implementasi CSR khususnya mengenai pedoman penerapan CSR dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan penuh seluruh komponen perusahaan. Kedua, pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman CSR yang ada, berdasarkan roadmap

yang telah disusun. Ketiga, internalisasi adalah tahap jangka panjang mencakup upaya – upaya untuk memperkenalkan CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan seperti melalui sistem manajemen kinerja.

Tahap evaluasi adalah tahap yang perlu dilakukan secara konsisten dari waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Evaluasi dilakukan untuk pengambilan keputusan selanjutnya. Evaluasi juga bisa dilakukan dengan meminta pihak independen untuk melakukan audit implementasi atas praktik CSR yang telah dilakukan.

4. Tahapan pelaporan

Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Oleh karena itu selain berfungsi untuk keperluan shareholder juga untuk stakeholder yang memerlukan. Perusahaan bebas menentukan bentuk atau format reporting

yang dibuatnya karena memang belum ada standar baku yang diberlakukan. Misalnya, perusahaan dapat membuat laporan ini sebagai bagian tersendiri dalam annual report. Bagian yang terpenting adalah kecukupan informasi tentang apa yang telah dilakukan perusahaan atas tanggung jawab sosialnya, Bentuk laporan bisa bersifat kualitatif, kuantitatif atau gabungan antara keduanya.

Saat ini sejumlah institusi telah berinisiatif menciptakan sistem pelaporan atau

guidelines yang bisa berlaku secara universal untuk semua perusahaan. Beberapa di antaranya adalah :119

119

1. Global Compact yang dirintis oleh PBB

2. Global Reporting Initiative Guidelines on Sustainability Reporting

3. The Equator Principles based on the International Finance Corporation’s environmental and social screening process

4. IBRD & IDA Safeguard policies

5. The Aarhus Convention, UN Economic Commision for Europe

6. Publish what You Pay, Global Witness, UK

Pelaporan aktivitas yang lengkap dan akurat sangat penting mengingat kalangan stakeholders semakin melihat aktivitas sebagai barometer untuk menilai potensi keberlanjutan perusahaan.

Di tingkat global sendiri pada bulan September 2004, ISO (International Organization for Standardization) sebagai induk organisasi standarisasi internasional,

Lihat Khudori, Ibid., bahwa Global Compact dibentuk Sekjen PBB Kofi Annan tujuh tahun lalu (2000). Tujuannya menyusun perilaku standar korporasi global (transnational corporations/

TNCs). Ada 10 (sepuluh) aturan di Global Compact yang mencakup soal HAM, standar perburuhan, lingkungan hidup, dan antikorupsi. Dalam HAM, bisnis harus menghormati HAM dan tidak terlibat (langsung dan tidak langsung) pelanggaran HAM. Dalam perburuhan, perusahaan harus menjamin kebebasan berserikat, menghapus pemaksaan dan pekerja anak, dan tidak diskriminatif.

Lihat juga pada sumber yang sama bahwa guidelines yang paling banyak dijadikan rujukan dalam CSR Reporting saat ini adalah Global Reporting Initiative (GRI) yang berdiri tahun 1997 merupakan hasil inisiatif bersama antara koalisi LSM di Amerika Serikat (Coalition for Environmentally Responsible Economies) dengan United Nation Environment Programme (UNEP).

Padatahun 2007, tidak kurang dari 460 perusahaan dari 45 negara mengadopsi total atau sebagian dari GRI untuk digunakan sebagai sustainability report pada perusahaannya. Guidelines GRI tahun 2002 dibagi 4 (empat) bagian :

1. Penggunaan guidelines

Berisi tentang informasi sekitar pedoman, termasuk deskripsi, siapa yang seharusnya memanfaatkan, dan bagaimana mempersiapkan report

2. Prinsip – prinsip reporting berisi tentang prinsip – prinsip reporting dan bagaimana pengorganisasiannya

3. Isi report terdiri dari visi dan strategi, profil, struktur dan sistem manajemen, indikator kinerja (ekonomi, lingkungan dan sosial)

berinisiatif mengundang berbagai pihak untuk membentuk tim (working group) yang merintis lahirnya panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial yang diberi nama ISO 26000 : Guidance Standard on Social Responsibility.120

Pengaturan untuk kegiatan ISO dalam tanggungjawab sosial terletak pada pemahaman umum bahwa Social Responsibility adalah sangat penting untuk kelanjutan suatu organisasi. Pemahaman tersebut tercermin pada dua sidang, yaitu “Rio Earth Summit on the Environment” tahun 1992 dan “World Summit on Sustainable Development (WSSD)” tahun 2002 yang diselenggarakan di Afrika Selatan. ISO 26000 menyediakan standar pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung jawab sosial suatu institusi yang mencakup semua sektor badan publik ataupun badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. Dengan ISO 26000 ini akan memberikan tambahan nilai terhadap aktivitas tanggung jawab sosial yang berkembang saat ini dengan cara: 1) mengembangkan suatu konsensus terhadap pengertian tanggung jawab sosial dan isunya; 2) menyediakan pedoman tentang

120

Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Bag I)”,

Pembentukan ISO 26000 ini diawali ketika pada tahun 2001 badan ISO meminta ISO on Consumer Policy atau COPOLCO merundingkan penyusunan standar Corporate Social Responsibility. Selanjutnya badan ISO tersebut mengadopsi laporan COPOLCO mengenai pembentukan “Strategic Advisory Group on Social Responsibility” pada tahun 2002. Pada bulan Juni 2004 diadakan pre- conference dan conference bagi negara-negara berkembang, selanjutnya di tahun 2004 bulan Oktober,

New York Item Proposal atau NWIP diedarkan kepada seluruh negara anggota, kemudian dilakukan voting pada bulan Januari 2005, dimana 29 negara menyatakan setuju, sedangkan 4 negara tidak. Dalam hal ini terjadi perkembangan dalam penyusunan tersebut, dari CSR atau Corporate Social Responsibility menjadi SR atau Social Responsibility saja. Perubahan ini, menurut komite bayangan dari Indonesia, disebabkan karena pedoman ISO 26000 diperuntukan bukan hanya bagi korporasi tetapi bagi semua bentuk organisasi, baik swasta maupun publik. Bahwa ISO 26000 ini hanya memuat panduan(guidelines) saja dan bukan pemenuhan terhadap persyaratan karena ISO 26000 ini memang tidak dirancang sebagai standar sistem manajemen dan tidak digunakan sebagai standar sertifikasi sebagaimana ISO-ISO lainnya

penterjemahan prinsip-prinsip menjadi kegiatan-kegiatan yang efektif; dan 3) memilah praktek-praktek terbaik yang sudah berkembang dan disebarluaskan untuk kebaikan komunitas atau masyarakat internasional.

Apabila hendak menganut pemahaman yang digunakan oleh para ahli yang merumuskan ISO 26000 Guidance Standard on Social Responsibility secara konsisten mengembangkan tanggung jawab sosial maka masalah Social Responsibility akan mencakup 7 (tujuh) isu pokok yaitu:

1. Pengembangan Masyarakat 2. Konsumen

3. Praktek Kegiatan Institusi yang Sehat 4. Lingkungan

5. Ketenagakerjaan 6. Hak asasi manusia

7. Organizational Governance (governance organisasi)

ISO 26000 menerjemahkan tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab suatu organisasi atas dampak dari keputusan dan aktivitasnya terhadap masyarakat