• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI PELAKSANAAN KEMITRAAN PT MEDCO INTIDINAMIKA DENGAN PETANI PADI SEHAT

3. Kurangnya Sosialiasi Mekanisme Kemitraan kepada Petani Mitra

6.6. Manfaat kemitraan

Manfaat kemitraan yang dirasakan oleh petani mitra dihitung dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur persepsi petani mitra terhadap manfaat kemitraan yang dirasakannya dengan menggunakan 27 pernyataan positif, yang dikelompokan menjadi tujuh bagian, yaitu bimbingan teknologi, input, output, pemasaran, biaya produksi, pinjaman modal, dan pendapatan. Nilai rata-rata setiap manfaat kemitraan tersebut dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Manfaat Kemitraan yang Dihitung dengan Menggunakan Skala Likert pada Petani Mitra di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Manfaat Kemitraan Nilai Rata-rata Artinya

Bimbingan Teknologi 3,58 Netral

Input 2,74 Tidak Setuju

Output 3,42 Netral

Pemasaran 4,23 Setuju

Biaya Produksi 3,58 Netral

Pinjaman Modal 2,27 Tidak Setuju

Pendapatan 3,38 Netral

NILAI RATA-RATA TOTAL

Dilihat dari nilai rata-rata bimbingan teknologi, didapat nilai sebesar 3,58 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan bimbingan teknologi. Petani mitra tidak mendapatkan bimbingan teknologi secara langsung oleh perusahaan mitra karena Gapoktan Mekar Tani (sebagai penghubung kemitraan) telah dianggap berpengalaman dalam usahatani padi sehat. Petani mitra mendapatkan bimbingan teknologi dari ketua Gapoktan Mekar Tani yang merupakan penyuluh swadaya di Kecamatan Kebon Pedes. Namun pelaksanaan bimbingan teknologi tersebut (penyuluhan dan pelatihan) dilakukan atas inisiasi PPL. Apabila petani mitra membutuhkan bimbingan teknologi, biasanya meminta bantuan kepada ketua Gapoktan Mekar Tani secara pribadi. Jadi secara tidak langsung petani mitra merasa mendapatkan bimbingan teknologi dari kemitraan ini, walaupun bukan dari perusahaan mitra. Sebaiknya perusahaan mitra memberikan bimbingan teknologi secara langsung agar hasil produksi petani mitra optimal secara kualitas dan kuantitas, sehingga perusahaan mitra juga mendapatkan pasokan yang terpenuhi secara kualitas dan kuantitas. Hal ini perlu dilakukan karena kemitraan seharusnya disertai dengan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan.

Dilihat dari nilai rata-rata teknologi input, didapat nilai sebesar 2,74 (tidak setuju). Berarti persepsi petani mitra negatif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan manfaat teknologi input (kemudahan, harga yang murah, kualitas, tepat waktu, dan cukup jumlahnya). Manfaat teknologi input tersebut dilihat pada benih organik, pupuk organik, pestisida nabati, dan juga lingkungan lahan yang lebih baik. Hal ini dikarenakan perusahaan mitra hanya memberikan pinjaman input berupa benih, namun itupun tidak semua petani mitra mendapatkannya. Ada juga satu orang petani mitra yang mendapatkan pinjaman modal berupa pupuk organik padat senilai Rp 1 juta.

Dilihat dari nilai rata-rata output, didapat nilai sebesar 3,42 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan hasil produksi padi sehat mereka menjadi lebih banyak dan kualitas gabah menjadi lebih baik. Hal ini dikarenakan kemitraan mendorong petani untuk melakukan budidaya padi sehat dengan baik tanpa menggunakan bahan-bahan kimia, sehingga output yang dihasilkan menjadi lebih banyak dan berkualitas.

Dilihat dari nilai rata-rata pemasaran, didapat nilai sebesar 4,23 (setuju). Berarti persepsi petani mitra positif mengenai adanya kemitraan mereka mendapatkan harga jual gabah yang lebih tinggi dibandingan harga gabah konvensional, serta lebih mudah memasarkan hasil produksi. Hal ini sesuai dengan yang terjadi di lapang. Petani mendapatkan harga jual gabah yang lebih tinggi dibandingkan harga gabah konvensional dengan perbedaan rata-rata sebesar Rp 500,00 per kg dan mudah memasarkannya setelah di panen.

Ada satu kasus dimana padi sehat petani mitra sudah siap untuk dipanen, namun belum bisa dipanen karena Gapoktan Mekar Tani belum bersedia menerima hasil produksinya. Hal ini kemungkinan karena Gapoktan Mekar Tani tidak mempunyai modal untuk membayarnya. Beberapa petani memang memberitahu Gapoktan Mekar Tani terlebih dulu untuk memanen padi sehatnya karena pengangkutan dilakukan oleh Gapoktan Mekar Tani. Petani tersebut juga sudah mendapatkan pinjaman modal Rp 500.000,00 sehingga mempunyai keterikatan untuk menunggu instruksi Gapoktan Mekar Tani. Namun petani tersebut merasa rugi karena waktu panen padi sehatnya mundur sehingga hasil produksinya dapat berkurang.

Dilihat dari nilai rata-rata biaya produksi, didapat nilai sebesar 3,58 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya kemitraan biaya produksi mengusahakan padi sehat menjadi lebih murah. Petani mitra mendapatkan pinjaman input dari perusahaan mitra, walaupun hanya benih dan tidak semua yang mendapatkannya. Kemitraan juga mendorong petani untuk melakukan usahatani padi sehat dengan efesien karena petani mitra yang sebelumnya menanam padi konvensional kini berubah menjadi petani padi sehat sehingga biaya yang dikeluarkan petani lebih rendah dari biaya padi konvensional (tidak lagi menggunakan bahan-bahan kimia).

Dilihat dari nilai rata-rata pinjaman modal, didapat nilai sebesar 2,27 (tidak setuju). Berarti persepsi petani mitra negatif mengenai adanya kemitraan mereka lebih mudah mendapatkan pinjaman modal. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani mitra tidak mendapatkan pinjaman modal yang dijanjikan di awal kemitraan. Sedangkan dilihat dari nilai rata-rata pendapatan, didapat nilai sebesar 3,88 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai adanya

kemitraan pendapatan mereka menjadi lebih tinggi. Hal ini dikarenakan mereka mendapatkan harga jual dengan perbedaan rata-rata sebesar Rp 500,00 per kg dibandingkan harga gabah konvensional. Namun harga tersebut dirasa masih kurang oleh beberapa petani dan juga belum ada jaminan harga karena harga jual yang tidak stabil. Bila dilihat rata-rata nilai seluruh pernyataan, didapat nilai sebesar 3,08 (netral). Berarti persepsi petani mitra cukup positif mengenai manfaat kemitraan yang mereka dapatkan, walaupun masih ada yang belum sesuai dengan harapan.

Manfaat kemitraan juga dihitung dari keseluruhan jawaban setiap orang petani mitra yang selanjutnya dibuat persentase. Perhitungan manfaat kemitraan ini dapat dilihat pada Lampiran 5. Rata-rata manfaat kemitraan bernilai 61,59 persen. Berarti kepuasaan petani terhadap manfaat kemitraan sebesar 61,59 persen. Dengan nilai tersebut, secara umum petani mitra sudah merasa puas terhadap manfaat kemitraan yang diterimanya. Manfaat kemitraan yang paling tinggi, yaitu 95,56 persen dan yang terendah sebesar 33,33 persen. Median manfaat kemitraan sebesar 60 persen. Berarti setengah dari petani mitra sudah merasa puas dengan kemitraan dengan nilai manfaat kemitraan lebih dari 60 persen dan setengahnya lagi kepuasaan petani terhadap manfaat kemitraan yang diterimanya berada dibawah 60 persen.

Manfaat kemitraan ini (dalam bentuk persentase) digunakan untuk melihat pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil output SPSS menunjukkan bahwa manfaat kemitraan (persepsi petani terhadap kepuasan manfaat kemitraan yang didapatkan) belum berpengaruh terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani, karena F hitung ≤ F tabel (4,26), artinya tidak ada hubungan linier antara variabel bebas (manfaat kemitraan) dengan variabel terikat (penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat). T-hitung ≤ t-tabel (2,064), artinya variabel bebas (manfaat kemitraan) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat). Hasil output SPSS ini dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Hasil Output SPSS Pengaruh Manfaat Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Pengaruh Manfaat kemitraan terhadap Hasil Output SPSS R – square F hitung T hitung F Sig. T Sig.

Penerapan Teknologi Padi Sehat .013 .314 .581 -.560 .581 Pendapatan Petani Padi Sehat .067 1.715 .203 1.309 .203 Belum berpengaruhnya manfaat kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat, walaupun secara umum petani mitra sudah merasa puas dengan manfaat yang diterimanya (61,59 persen). Hal ini diduga karena jumlah data yang digunakan hanya 26 orang (dengan metode sensus), sehingga variasi data yang digunakan tidak banyak. Maka untuk melihat pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat, penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dengan kemitraan dijadikan dummy (bermitra = 1, tidak bermitra = 0) sehingga data yang digunakan ditambahkan dengan petani non mitra, menjadi 56 orang.

VII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN