• Tidak ada hasil yang ditemukan

VII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENERAPAN TEKNOLOGI PADI SEHAT

7.4. Penerapan Teknologi Padi Sehat

7.4.3. Pengadaan Benih

Benih merupakan salah satu input terpenting dalam mengusahakan berbagai tanaman, termasuk padi sehat. Pengadaan benih harus diperhatikan dengan baik. Mulai dari varietas yang digunakan, cara dan tempat mendapatkan benih, kualitas benih, warna label, serta jumlah dan perlakuan pada benih. Varietas benih yang paling sering digunakan oleh petani responden adalah varietas ciherang, baik petani mitra (76,9 persen) maupun non mitra (86,7 persen). Varietas yang paling banyak digunakan kedua adalah varietas sintanur. Varietas lainnya yang digunakan petani responden adalah varietas inpari 13. Varietas inpari 13 hanya digunakan oleh petani mitra karena varietas tersebut didapat dari perusahaan mitra.

Petani mendapatkan benih melalui berbagai cara dan tempat. Petani responden, baik petani mitra maupun non mitra mendapatkan benih paling banyak dengan membeli sendiri. Petani biasanya membeli benih di toko pertanian atau ditetangga. Cara lain yang digunakan petani responden adalah membuat benih sendiri. Benih dihasilkan dari hasil panen sebelumnya yang dipilih dengan kualitas yang baik.

Petani yang mendapatkan benih dari kelompok tani merupakan benih bantuan dari PPL/Dinas Pertanian. Petani tidak mendapatkan benih secara gratis karena petani membayar uang transportasi bagi pengurus kelompok tani yang mengantarkan benih tersebut ke rumah mereka. Pengurus yang mengantarkan benih biasanya berjalan kaki sambil memanggul benih. Satu kantong benih yang berisi lima kilogram biasanya dibayar seharga Rp 10.000,00.

Benih yang diberikan Asosiasi Padi Sehat yang kepada petani mitra merupakan benih dari perusahaan mitra. Asosiasi hanya menjadi perantara pendistribusian benih dari perusahaan mitra. Petani mitra yang sering menggunakan benih dari perusahaan mitra hanya tiga orang. Petani mitra lainnya

lebih sering membeli dari pihak lain, karena tidak mendapatkan pinjaman benih dari perusahaan mitra. Berarti kemitraan belum memberikan kemudahan bagi petani mitra untuk mendapatkan benih. Cara dan tempat mendapatkan benih padi dapat dilihat Tabel 30.

Tabel 30. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Cara dan Tempat Mendapatkan Benih Padi di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Cara dan Tempat mendapatkan benih padi

Petani mitra Petani non mitra

Jumlah Petani (orang)

Persentase Jumlah Petani (orang)

Persentase

Buat sendiri 4 15,4 5 16,7

Beli 15 57,7 18 60,0

Kelompok Tani 3 11,5 2 6,7

Asosiasi Petani Padi Sehat 1 3,8 - -

Perusahaan Mitra 2 7,7 - -

PPL/Dinas Pertanian 1 3,8 5 16,7

Jumlah 26 100,0 30 100,0

Kualitas benih yang digunakan dilihat berdasarkan sertifikasi benih oleh BPSB (Badan Pengawasan Sertifikasi Benih), benih organik, dan label benih yang digunakan. Petani responden sebagian besar telah menggunakan benih bersertifikat BPSB, baik petani mitra maupun non mitra. Walaupun sebagian besar telah menggunakan benih bersertifikat, namun benih tersebut tidak semua merupakan benih organik. Petani mitra yang menggunakan benih organik lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Berarti kemitraan mendorong petani untuk menggunakan benih yang berkualitas, yaitu yang bersertifikat dan organik. Kualitas benih yang digunakan petani responden dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Persentase Petani Responden Berdasarkan Kualitas Benih yang

Digunakan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Kualitas benih

Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen)

Ya Tidak Tidak

Tahu

Jumlah Ya Tidak Tidak Tahu Jumlah Bersertifikat Badan Pengawasan Sertifikat Benih (BPSB) 57,7 15,4 26,9 100 46,7 30,0 23,3 100 Benih Organik 46,2 7,7 46,2 100 13,3 46,7 40,0 100

Kualitas benih yang juga harus diperhatikan adalah warna label benih. Petani responden, mitra maupun non mitra paling banyak yang menggunakan benih berlabel biru. Warna label lainnya yang digunakan oleh petani responden adalah ungu. Hanya petani mitra yang menggunakan benih berlabel ungu karena benih tersebut berasal dari perusahaan mitra. Petani yang menggunakan benih dengan label ungu dapat menggunakan benih hasil penanaman pertama pada musim selanjutnya. Namun karena masih sedikitnya petani mitra yang mendapatkan benih berlabel putih dari perusahaan mitra, sehingga petani mitra lebih banyak yang menggunakan benih berlabel biru. Warna label benih yang digunakan oleh petani reponden dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Warna Label Benih yang Digunakan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Warna label benih yang digunakan

Petani mitra (orang)

Persentase Petani non

mitra (orang) Persentase Ungu 2 7,7 - - Biru 19 73,1 15 50,0 Tidak Tahu 1 3,8 3 10,0 Tidak Berlabel 4 15,4 12 50,0 Jumlah 26 100,0 30 100,0

Selain kualitas, kuantitas benih juga harus diperhatikan dalam penerapan teknologi padi sehat agar pertumbuhan tanaman padi menjadi optimal. Standar penggunaan benih yaitu sebanyak 8 – 15 kg benih per ha. Seluruh petani non mitra tidak menggunakan benih sesuai standar. Petani non mitra masih menggunakan benih lebih banyak dari standar karena mereka menanam bibit padi lebih dari dua setiap lubangnya karena petani khawatir bila hanya menanam sedikit benih lalu bibit padinya dimakan keong maka tidak ada lagi bibit yang lain. Berarti dengan adanya kemitraan, mendorong petani untuk menggunakan benih sesuai standar, agar menghasilkan gabah dengan lebih efesien.

Sebelum disebarkan pada lahan persemaian, benih terlebih dahulu direndam dalam air selama 24 jam dan diperam didalam karung atau plastik selama 48 jam untuk merangsang perkecambahan secara serempak. Benih yang direndam selama 24 jam lebih banyak yang dilakukan oleh petani mitra

dibandingkan petani non mitra. Sedangkan benih yang diperam selama 48 jam lebih sedikit yang dilakukan oleh petani mitra dibandingkan petani non mitra. Petani mitra sebagian besar hanya memeram benih selama 24 jam. Ada satu orang petani mitra yang tidak memeram benih selama 48 jam. Jumlah dan perlakuan pada benih yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Benih yang Digunakan dan Perlakuan pada Benih di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Jumlah dan Perlakuan pada Benih

Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak

Sesuai

Jumlah Sesuai Tidak Sesuai

Jumlah Jumlah benih yang

digunakan sebanyak 8 – 15 kg/ha

30,8 69,2 100 - 100 100

Benih direndam selama 24 jam

30,7 69,3 100 6,7 93,3 100

Benih diperam selama 48 jam

57,7 42,3 100 83,3 16,7 100

7.4.4. Persemaian

Penerapan teknologi dalam persemaian dilihat dari luas lahan, penggunaan pupuk organik, dan penggunaan pestisida nabati. Luas lahan persemaian untuk satu kilogram benih minimal seluas 4 m2 agar pertumbuhan bibit menjadi optimal dan serempak. Petani mitra lebih sedikit yang melakukan standar persemaian tersebut, dibandingkan petani non mitra. Lahan persemaian harus diberikan pupuk organik sebanyak 2 kg/m2 agar pertumbuhan bibit lebih cepat dan baik. Petani mitra lebih banyak yang menggunakan pupuk organik pada lahan persemaian dibandingkan petani non mitra. Penggunaan pestisida nabati pada lahan persemaian dilakukan untuk pencegahan hama dan penyakit pada bibit, minimal dua kali penyemprotan. Petani mitra lebih banyak yang melakukan standar ini dibandingkan petani non mitra. Standar persemaian yang dilakukan oleh petani responden dapat dilihat pada Tabel 34. Bila dilihat secara keseluruhan, petani mitra lebih banyak yang melakukannya persemaian sesuai standar. Hal ini berarti dengan kemitraan mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik pada tahap persemaian, seperti menggunakan pupuk organik dan pestisida nabati dalam persemaian.

Tabel 34. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Persemaian yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Standar Persemaian

Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak

Sesuai

Tidak Melakukan

Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Luas lahan persemaian satu kilogram benih minimal seluas 4m2 57,7 42,3 - 100 66,7 33,3 - 100 Penggunaan pupuk organik pada lahan persemaian sebanyak 2 kg/m2 34,6 50,0 15,4 100 6,7 53,3 40 100 Menggunakan pestisida nabati minimal sebanyak 2 kali sebagai pencegahan 26,9 38,5 34,6 100 13,3 20,0 66,7 100 7.4.5. Penanaman

Penanaman merupakan salah satu proses budidaya yang penting dan harus dilakukan sesuai standar agar tanaman padi sehat tumbuh dengan baik. Standar penanaman padi sehat, yaitu menggunakan bibit muda, jumlah daun bibit minimal empat lembar, satu lubang ditanam 1 – 2 bibit, bibit ditanam dengan kedalaman maksimal satu cm, jarak antar rumpun tanam 25 – 30 cm, dan ditanam dengan sistem legowo. Petani mitra lebih sedikit yang melakukan menggunakan bibit muda dengan usia 12 – 20 HSS (hari setelah semai) dibandingkan petani non mitra. Bibit yang ditanam mempunyai jumlah daun minimal empat lembar. Petani mitra lebih rendah yang melakukan standar ini dibandingkan petani non mitra. Hal ini dikarenakan petani mitra ada yang menanam bibit pada umur yang lebih muda dari standar yaitu 10 HSS. Berarti kemitraan belum mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat pada tahap penanaman, yaitu menggunakan bibit pada usia 12-20 HSS. Petani mitra belum semua yang menerapkan standar ini kemungkinan karena pemikiran mereka mengenai bibit muda yang digunakan dalam penanaman padi sehat yaitu berada dibawah usai 12 HSS.

Satu lubang ditanam sebanyak 1 – 2 bibit agar pertumbuhan tanaman padi baik dan setiap tanaman tercukupi unsur haranya. Jumlah petani mitra yang melakukan standar ini lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Masih

banyaknya petani yang tidak melakukan penanaman sebanyak 1 – 2 bibit setiap lubang karena mereka khawatir tanaman padi yang masih muda akan dimakan oleh keong dan apabila bibit yang ditanam dimakan oleh keong maka masih ada bibit padi yang lainnya dalam lubang tersebut. Untuk mengatasi hal ini, petani dapat menggunakan kamalir atau parit yang mengelilingi tanaman padi sehingga keong tidak akan naik dan memakan tanaman padi, namun hanya berada di parit tersebut.

Bibit harus ditanam dengan kedalaman maksimal satu cm, agar bibit cepat tumbuh dengan baik. Petani mitra yang melakukan standar ini lebih banyak dibandingkan petani non mitra. Jarak antar rumpun juga harus diperhatikan dalam penanaman padi sehat. Jarak antar rumpun tanam yang baik yaitu 25 – 30 cm. Jumlah petani mitra lebih banyak yang melakukan standar tersebut dibandingkan petani non mitra dengan perbedaan persentase sebesar 20,76 persen. Berarti kemitraan telah mendorong petani untuk melakukan tahapan penanaman ini sesuai standar.

Petani yang telah mengikuti penyuluhan dan pelatihan tentu mengetahui standar penanaman ini dan ingin menerapkannya. Namun karena penanaman biasanya dilakukan oleh orang lain (tenaga kerja luar keluarga), petani tidak dapat mengawasinya satu persatu pekerja. Petani biasanya hanya memberikan pengarahan saja kepada tenaga kerja yang melakukan penanaman bagaimana standar penanaman yang baik tanpa pengawasan langsung di sawah sehingga semua pekerjaaan diserahkan kepada tenaga kerja. Tidak semua tenaga kerja mengikuti saran petani untuk menanam sesuai standar karena kekurangan pengetahuan dan pengalaman mereka. Standar penanaman padi sehat yang dilakukan oleh petani dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Penanaman yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Standar Penanaman

Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak

Sesuai

Jumlah Sesuai Tidak Sesuai

Jumlah Menggunakan bibit padi

berumur 12 – 20 HSS

76,9 23,1 100 90 10 100

Jumlah daun bibit minimal sebanyak 4 lembar

26,9 73,1 100 40 60 100

Satu lubang ditanam 1 - 2 bibit

65,4 34,6 100 30 70 100

Bibit ditanam dengan kedalaman maksimal 1 cm

80,8 19,2 100 56,7 43,3 100

Jarak antar rumpun tanam 25 – 30 cm

80,8 19,2 100 60 40 100

Penanaman dengan menggunakan sistem legowo juga merupakan penerapan teknologi. Cara tanam padi sistem legowo merupakan rekayasa teknologi yang ditujukan untuk memperbaiki produktivitas usahatani padi. Teknologi ini merupakan perubahan dari teknologi jarak tanam tegel menjadi tanam jajar legowo. Legowo diambil dari bahasa Jawa Banyumas yang berasal dari kata lego dan dowo; lego artinya luas dan dowo artinya memanjang. Jadi antara kelompok barisan tanaman padi terdapat lorong yang luas dan memanjang setiap barisnya (Supriapermana et al. 1990, diacu dalam Pahruddin et al 2004).12 Penanaman dengan menggunakan sistem ini terkendala juga pada pengetahuan dan pengalaman tenaga kerja. Petani responden telah menggunakan sistem legowo sebesar 60,71 persen dan yang paling banyak melakukannya adalah petani mitra (65,4 persen) dibandingkan petani non mitra (56,7 persen). Sistem legowo yang paling banyak digunakan oleh petani responden adalah sitem legowo 3:1 dan 4:1.

12

Pahruddin et al. 2004. Cara Tanam Padi Sistem Legowo Mendukung Usahatani Padi di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi. http://www.pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt091044.pdf [03 Juni 2012]

7.4.6. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma di sawah agar tidak mengganggu tanaman padi dan menjadi kompetitor untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Penyiangan dapat dilakukan dengan bantuan alat atau hanya dicabut dengan menggunakan tangan. Alat yang digunakan untuk penyiangan biasa disebut gasrok oleh petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes. Apabila penyiangan menggunakan alat ini, tenaga kerja yang digunakan adalah laki-laki karena membutuhkan tenaga yang cukup besar. Penggunaan alat ini untuk penyiangan dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Penyiangan dengan Gasrok

Penyiangan yang baik dilakukan minimal dua kali pada saat padi berusia 20 – 22 HST (hari setelah tanam) dan berusia 35 – 37 HST. Standar penyiangan pertama lebih banyak yang dilakukan oleh petani mitra, sedangkan standar penyiangan kedua lebih banyak yang dilakukan oleh petani non mitra. Petani responden ada juga yang tidak melakukan penyiangan, baik penyiangan pertama maupun kedua. Penyiangan tidak dilakukan karena menurut mereka tidak ada gulma di sawah sehingga tidak perlu dilakukan penyiangan. Bila dilihat secara keseluruhan, kemitraan belum dapat mendorong petani untuk menerapkan teknlogi padi sehat sesuai standar pada tahap penyiangan. Standar penyiangan yang dilakukan pada petani responden dapat dilihat pada Tabel 36.

Tabel 36. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Penyiangan yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Standar Penyiangan

Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak

Sesuai

Tidak Melakukan

Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Penyiangan I pada 20 – 22 HST 19,2 76,9 3,8 100 16,7 83,3 - 100 Penyiangan II pada 35 – 37 HST 7,7 88,5 3,8 100 10 80 10 100 7.4.7. Pemupukkan

Pupuk organik yang diberikan pada tanaman padi sehat berbentuk pupuk padat maupun pupuk cair. Pupuk organik padat digunakan sebelum penanaman (pupuk dasar) sebanyak 2 – 5 ton/ha. Pemupukan setelah penanaman, dapat menggunakan pupuk organik padat maupun cair (MOL). Pemupukan pertama dilakukan pada umur padi 10 HST, pemupukkan kedua dan ketiga berselang 10 hari setelah pemupukan sebelumnya. Pemberian pupuk cair (MOL) minimal sebanyak tiga kali dan juga diberikan berselang setiap 10 hari. Total pupuk organik padat yang diberikan minimal sebanyak tiga ton/ha dan total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kg/ha. Persentase petani responden yang melakukan standar pemupukan dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Pemupukan yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012

Standar Pemupukan

Petani Mitra (persen) Petani Non Mitra (persen) Sesuai Tidak

Sesuai

Tidak Melakukan

Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Pemupukan dasar sebanyak 2 – 5 ton/ha 50 46,2 3,8 100 26,7 50,0 23,3 100 Pemupukan I pada 10 HST 23,1 69,2 7,7 100 6,7 93,3 - 100 Pemupukan II pada 20 HST 26,9 65,4 7,7 100 23,3 73,3 3,3 100

Pemupukan III pada 30 HST - 80,8 19,2 100 3,3 43,3 53,3 100 Pemupukan MOL minimal sebanyak 3 kali 73,1 19,2 7,7 100 23,3 20 56,7 100 Total pupuk organik padat yang digunakan minimal 3 ton/ha

42,3 57,7 - 100 36,7 60 3,3 100

Total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kg/ha

Seluruh standar pemupukan paling banyak dilakukan oleh petani mitra, kecuali waktu pemupukan ketiga dan total pupuk kimia yang digunakan. Petani mitra masih ada yang menggunakan pupuk kimia, yaitu sebanyak lima orang. Dua orang diantaranya telah sesuai standar penggunaan pupuk kimia (maksimal 100 kg/ha).

Petani mitra yang masih menggunakan pupuk kimia, gabah padi sehat yang dihasilkan tidak dijual ke perusahaan mitra karena gabah padi sehat yang diterima perusahaan mitra harus terbebas dari bahan kimia. Walaupun tidak ada pengawasan secara langsung terhadap penggunaan pupuk, namun petani mitra telah mempunyai kesadaran sendiri, untuk menggunakan pupuk yang hanya organik. Namun sebaiknya harus juga dilakukan pengawasan secara rutin penggunaan pupuk oleh Gapoktan Mekar Tani.

Bila dilihat dari total pupuk kimia yang digunakan, kemitraan belum mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat pada tahap pemupukan ini. Hal ini kemungkinan karena petani mitra yang menggunakan pupuk kimia melebihi standar, mereka belum mempunyai kemudahan akses terhadap pupuk organik, sehingga lebih memilih menggunakan pupuk kimia yang lebih mudah ditemui. Petani juga kemungkinan khawatir terjadinya penurunan produksi bila hanya menggunakan pupuk organik.