• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual

3.1.2. Pola Kemitraan Agribisnis

3.1.2.3. Pola Kemitraan Dagang Umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak

Pengusaha Mitra

Kelompok Mitra Kelompok Mitra

pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut. Dalam kegiatan agribisnis pola ini telah dilakukan, khususnya hortikultura. Beberapa petani atau kelompok tani bergabung dalam bentuk koperasi atau badan usaha lainnya kemudian bermitra dengan toko swalayan atau mitra usaha lainnya. Kelompok mitra tersebut bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan mitra sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati bersama. Pola hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 3.

Memasok

Memasarkan Produk Kelompok Mitra

Gambar 3. Pola Kemitraan Dagang Umum Sumber : Sumardjo et al. (2004)

Keunggulan dari pola ini yaitu kelompok mitra atau koperasi tani berperan sebagai pemasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra dan perusahaan mitra memasarkan produk kelompok mitra ke konsumen. Kondisi tersebut menguntungkan pihak kelompok mitra karena tidak perlu bersusah payah memasarkan hasil produknya sampai ke tangan konsumen. Keuntungan dalam pola kemitraan ini berasal dari margin harga dan jaminan harga produk yang diperjual-belikan, serta kualitas produk sesuai dengan kesepakatan pihak yang bermitra.

Sedangkan kelemahan yang ditemukan dalam implementasi pola kemitraan dagang ini antara lain :

a. Dalam praktiknya harga dan volume produk sering ditentukan secara sepihak oleh perusahaan mitra sehingga merugikan pihak kelompok mitra.

b. Sistem perdagangan sering ditemukan berubah menjadi bentuk konsinyasi. Dalam sistem ini pembayaran barang-barang pada kelompok mitra tertunda sehingga beban modal pemasaran produk harus ditanggung oleh kelompok

Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

mitra. Kondisi seperti ini sangat merugikan perputaran uang pada kelompok mitra yang memiliki keterbatasan modal.

3.1.2.4. Pola Kemitraan Keagenan

Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau perusahaan kecil mitra. Pihak perusahaan mitra (perusahaan besar) memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh perusahaan besar mitra. Perusahaan besar atau menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Diantara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang target-target yang harus dicapai dan besarnya fee

atau komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk. Untuk lebih memahami pola ini, dapat dilihat pada Gambar 4.

Memasok

Memasarkan produk kelompok mitra

Gambar 4. Pola Kemitraan Keagenan Sumber : Sumardjo et al. (2004)

Keunggulan pola ini yaitu mudah dilaksanakan oleh para perusaha kecil yang kurang kuat modalnya karena biasanya menggunakan sistem mirip konsinyasi. Kelemahan pola ini adalah kelompok mitra menetapkan harga produk secara sepihak sehingga harganya menjadi tinggi di tingkat konsumen dan sering memasarkan produk dari beberapa mitra usaha sehingga kurang mampu membaca segmen pasar dan tidak memenuhi target.

3.1.2.5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)

Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya,

Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Disamping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan. KOA telah dilakukan pada usaha perkebunan, seperti perkebunan tebu, tembakau, sayuran, dan usaha perikanan tambak. Dalam pelaksanaannya, KOA terdapat kesepakatan tentang pembagian hasil dan risiko dalam usaha komoditas pertanian yang dimitrakan. Pola kemitraan ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Memasok

Gambar 5. Pola Kemitraaan Kerjasama Operasional Agribisnis Sumber : Sumardjo et al. (2004)

Keunggulan pola KOA ini sama dengan keunggulan sistem inti plasma. Pola KOA paling banyak ditemukan pada masyarakat pedesaan, antara usaha kecil di desa dengan usaha rumah tangga dalam bentuk sistem bagi hasil. Pola ini memiliki kelemahan pada pelaksanaannya, antara lain:

a. Pengambilan untung oleh perusahaan mitra yang menangani aspek pemasaran dan pengolahan produk terlalu besar sehingga dirasakan kurang adil bagi kelompok usaha kecil mitranya.

b. Perusahaan mitra cenderung monopsoni sehingga memperkecil keuntungan yang diperoleh pengusaha kecil mitranya.

c. Belum ada pihak ketiga yang berperan efektif dalam memecahkan permasalahan diatas.

Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

Lahan Sarana Teknologi Biaya Modal Teknologi Manajemen

3.1.3. Pengaruh Penerapan Teknologi Baru terhadap Produksi

Agar pelaksanaan kemitraan dapat berjalan dengan baik dan efesien, diperlukan pembinaan dalam teknik penerapan teknologi oleh perusahaan mitra. Untuk itu, perusahaan mitra dapat melakukan pembinaan dalam bidang:8

1. Bimbingan teknologi, mulai dari pengolahan lahan hingga panen.

2. Peningkatan kemajuan manajemen usaha para petani atau kelompok tani sehingga mampu mengembangkan dan mengelola usahanya tersebut secara baik dan efesien.

3. Melakukan kemampuan petani, seperti memberikan pelatihan yang diperlukan.

Salah satu unsur yang harus dimiliki dalam kemitraan menurut Brinkerhoff et al. (1990) dalam Sumardjo et al. (2004) pada subbab sebelumnya adalah teknologi. Kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat, seharusnya mempunyai pengaruh terhadap penerapan teknologi padi sehat yang dilakukan petani mitra, karena teknologi padi sehat ini baru dikembangkan di Kecamatan Kebon Pedes. Bila penerapan teknologi yang dilakukan petani mitra dibandingkan dengan petani non mitra, diduga penerapan teknologi yang dilakukan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra karena adanya pengaruh kemitraan terhadap peningkatan penerapan teknologi padi sehat.

Penerapan teknologi baru harus dapat memberikan kenaikan hasil atau mengurangi biaya dengan jumlah yang sangat besar agar dapat diterima oleh banyak petani. Beberapa ahli terkemuka memperkirakan, bahwa kenaikan hasil yang diperlukan untuk memikat hati petani pada permulaan, berkisar 40 – 100 persen (Mosher 1978).

Teknologi baru memberikan inovasi pada produksi, yaitu:

1. Menaikan fungsi produksi sehingga output maksimum yang dihasilkan lebih tinggi dengan menggunakan input yang sama atau dapat menaikkan produktivitas (Gambar 6.a.). Kenaikan ini tidak saja menyangkut kuantitas, namun juga kualitas, input dan output.

8

Sedyowati Y. 2012. Kemitraan dalam usahatani Kacang Tanah.

http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/kemitraan-dalam-usaha-agribisnis-kacang-tanah [17 Juni 2012]

2. Menggeser ke kiri kurva produksi total, yaitu jumlah output maksimum yang sama dapat diperoleh dengan menggunakan sumberdaya yang lebih rendah (Gambar 6.b.).

Teknologi baru juga dapat meningkatkan produk fisik total tapi diperlukan usahatani skala besar karena fungsi produksi dengan teknologi baru ada kalanya terletak diatas fungsi produksi lama pada tingkat penggunaan input yang sangat banyak (Gambar 6.c). pada kurva Total Produksi Alternatif Teknologi Baru). Implikasinya, teknologi baru akan merugikan jika diterapkan pada usahatani skala kecil dan menguntungkan jika diterapkan pada usahatani skala besar (Halcrow 1992).

( a ) ( b )

( c )

Gambar 6. Pengaruh Teknologi Baru terhadap Produksi Sumber : Halcrow (1992) Teknologi Baru Teknologi Lama Teknologi Baru Teknologi Lama Teknologi Lama Teknologi Baru

Alternatif Teknologi Baru

Output Output

Output

Input Input

3.1.4. Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Petani

Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha (Sumardjo et al. 2004). Berarti kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, seharusnya mempunyai pengaruh terhadap pendapatan petani padi sehat.

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran (semua biaya). Jadi, rumus pendapatan usahatani menjadi (Soekartawi 2006):

Pd = TR –TC

yaitu : Pd = pendapatan usahatani TR = total penerimaan TC = total biaya

Pendapatan usahatani ini dibedakan menjadi tiga, yaitu total pendapatan usahatani, total pendapatan tunai usahatani, dan pendapatan bersih. Total pendapatan adalah total penerimaan dikurangi total biaya dan total pendapatan tunai adalah penerimaan tunai dikurangi biaya tunai. Sedangkan pendapatan bersih adalah total pendapatan tunai dikurangi biaya penyusutan peralatan (Hernanto 1996).

Penerimaan tunai adalah penerimaan yang langsung diterima oleh petani yang berasal dari penjualan hasil produksi, yang pada umumnya dalam bentuk uang tunai. Selain penerimaan tunai, ada penerimaan yang diperhitungkan atau penerimaan non tunai, yaitu hasil produksi yang digunakan untuk konsumsi sendiri atau untuk benih pada musim selanjutnya. Jumlah dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan disebut total penerimaan.

Biaya usahatani juga dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai, seperti untuk biaya input, biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK), sewa lahan, dan pajak lahan. Sedangkan biaya diperhitungkan atau biaya tidak tunai adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani tidak dalam bentuk uang tunai,

namun biasanya dalam bentuk tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) yang dikeluarkan tanpa dibayar dan input yang didapat dari bantuan

Bila pendapatan usahatani padi sehat petani mitra dibandingkan dengan petani non mitra, diduga pendapatan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra karena adanya pengaruh kemitraan untuk meningkatkan pendapatan petani.

3.1. Kerangka Pemikiran Operasional

Padi sehat mulai dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini seiring dengan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup sehat dengan mengkonsumsi pangan organik. Kecamatan Kebon Pedes merupakan salah satu daerah penghasil padi sehat terbesar di Kabupaten Sukabumi.

Pasar gabah padi sehat atau beras sehat ini masih jarang ditemui di Kecamatan Kebon Pedes. Bila dijual di pasar gabah atau beras biasa, maka harga yang akan diberlakukan pada gabah atau beras tersebut sama dengan harga gabah atau beras konvensional, padahal biaya yang harus dikeluarkan berbeda. Petani tentu mengharapkan pendapatan yang lebih besar dengan menanam padi sehat.

PT. Medco Intidinamika melalui Medco Pure Farming melakukan kerjasama dengan Gapoktan Mekar Tani yang berlokasi di Desa Jambenenggang dalam penyediaan beras sehat. Sejak tahun 2010 kemitraan ini terjalin, Gapoktan Mekar Tani belum dapat memenuhi kuota permintaan beras sehat yang ditentukan oleh perusahaan karena. Hal ini dikarenakan terbatasnya lahan padi sehat di Desa Jambenenggang. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka gapoktan ini melakukan kerjasama dengan gapoktan lain di Kecamatan Kebon Pedes.

Kurangnya pengetahuan budidaya padi sehat menjadi salah satu kendala belum seluruh petani menerapkan teknologi padi sehat dengan baik, sehingga gabah padi sehat yang dihasilkan kurang maksimal. Dengan melakukan kemitraan diharapkan adanya transfer pengetahuan maupun teknologi padi sehat kepada petani mitra. Selain itu juga petani mitra akan mendapatkan pinjaman benih dan modal, sehingga masalah kekurangan modal dapat diatasi. Benih yang digunakan merupakan benih padi varietas inpari 13 dan sintanur yang sedang dikembangkan PT. Medco Intidinamika.

Responden yang digunakan pada penelitian ini dibedakan menjadi petani mitra dan petani non mitra. Petani non mitra dijadikan sebagai pembanding petani mitra, untuk melihat apakah ada perbedaan penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Untuk mengukur penerapan teknologi padi sehat dilakukan perhitungan derajat penerapan teknologi pada setiap responden dengan menggunakan Microsoft Excel. Sedangkan untuk melihat pendapatan petani digunakan analisis pendapatan petani dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C). Analisis pendapatan digunakan untuk menghitung tingkat pendapatan petani yang diterima oleh petani mitra pada saat bekerjasama dengan PT. Medco Intidinamika.

Untuk melihat adanya pengaruh kemitraan, maka petani mitra dihitung manfaat kemitraan yang dirasakannya dengan menggunakan skala likert. Pengaruh manfaat kemitraan terhadap derajat penerapan terknologi dan pendapatan petani dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana. Digunakan juga analisis regresi linier berganda untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi derajat penerapan teknologi padi sehat dan pendapatan petani padi sehat selain kemitraan.

Kajian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai bahan pertimbangan dan juga masukan bagi perbaikan pelaksanaan kemitraan antara PT. Medco Intidinamika dengan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes. Bagan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 7.

Kemitraan dengan PT. Medco Intidinamika membantu petani mengatasi permasalahan yang dihadapi, yaitu permodalan, teknologi, sarana produksi (benih), dan menjamin pasar bagi petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi.

- Permintaan pangan organik mulai meningkat di Indonesia seiring peningkatan

pengetahuan dan teknologi masyarakat

- Padi sehat termasuk komoditi baru sehingga masih jarang yang

mengembangkannya

Petani padi sehat : PT. Medco Intidinamika :

1. Kurangnya Pengetahuan Budidaya 1. Mengembangkan benih padi 2. Sedikitnya pasar padi sehat (organik) 2. Jaminan Pasar

3. Kurangnya modal petani 3. Modal besar

Gambar 7. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional Petani Padi Sehat

Non Mitra Pendapatan Petani Petani Padi Sehat Mitra 1. Analisis Pendapatan Usahatani 2. Analisis R/C 3. Analisis Regresi Linier Berganda Pelaksanaan Kemitraan 1. Manfaat Kemitraan (Skala Likert) 2. Analisis Regresi Linier Sederhana

Pengaruh kemitraan PT. Medco Intidinamika pada penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten

Sukabumi Penerapan Teknologi Padi Sehat 1. Derajat Penerapan Teknologi 2. Analisis Regresi Linier Berganda

IV METODE PENELITIAN 4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh kemitraan PT. Medco Intidinamika terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat ini dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Kebon Pedes ini sedang mengembangkan padi sehat dan merupakan kecamatan yang produksi padi sehat tertinggi di Kabupaten Sukabumi. Petani padi sehat di kecamatan ini juga telah melakukan kemitraan dengan PT. Medco Interdinamika selama dua tahun. Pengambila data dilakukan pada bulan Februari – April 2012.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder, baik data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari hasil observasi langsung di lapangan dan melakukan wawancara secara langsung kepada para petani padi sehat di lokasi penelitian berdasarkan kuisioner yang telah dibuat. Untuk data sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang relevan seperti buku dan majalah serta lembaga atau instalansi terkait, yaitu badan pusat statistik (BPS) untuk mengetahui produktivitas padi, data dari Kecamatan Kebon Pedes, badan penyuluh pertanian, perikanan, dan kehutanan (BP3K) Kecamatan Kebon Pedes dan data-data lainnya dari perpustakaan, internet, serta literatur-literatur ilmiah (text book dan jurnal ilmiah) untuk memperoleh berbagai teori, data, dan fakta ilmiah yang terkait dengan topik penelitian.

4.3. Metode Penentuan Sampel

Responden penelitian ini adalah petani yang melakukan usahatani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi. Metode penentuan sampel digunakan untuk memperoleh data primer yang dapat mewakili populasi yang ada karena tidak semua petani padi sehat dijadikan sumber data primer. Metode penentuan sampel hanya digunakan untuk memilih responden petani sehat non mitra, sedangkan petani mitra tidak dilakukan sampling karena jumlah petani mitra sedikit. Petani mitra di Kecamatan Kebon Pedes hanya ada 26 orang, sehingga metode sensus digunakan untuk menentukan responden petani mitra.

Metode penentuan sampel pada petani padi sehat non mitra yang dilakukan adalah purposive karena tidak adanya data mengenai petani padi sehat di setiap Gapoktan, di Kantor Kecamatan Kebon Pedes, dan di BP3K. Metode purposive sampling merupakan pengambilan contoh atau responden dimana peneliti menentukannya dengan sengaja responden yang bertujuan untuk menggambarkan beberapa sifat didalam populasi. Jumlah petani responden non mitra yang dipilih secara purposive untuk dijadikan sampel, sebanyak 30 orang.

4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Metode unuk mengolah data kualitatif menggunakan analisis deskriptif. Sedangkan data kuantitatif akan dianalisis dengan statistika deskriptif, yaitu metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole 1992). Statistika deskriptif dalam penelitian ini yang digunakan antara lain, mean (rata- rata), median (nilai tengah), nilai minimum, dan maksimum. Data kuantitatif juga akan dianalisis dengan menggunakan skala likert, analisis pendapatan usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), uji statistik dengan analisis regresi linier sederhana dan berganda serta uji Mann Whitney. Karena menggunakan analisis regresi linier berganda, maka diperlukan juga uji asumsi regresi berganda. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuisioner diolah dengan bantuan software Microsoft Excel 2007 dan SPSS 20.

4.4.1. Skala Likert

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian, gejala sosial telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi subvariabel, kemudian subvariabel dijabarkan lagi menjadi indikator- indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini menjadi titik tolak untuk membuat instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan

dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata- kata berikut (Riduwan & Sunarto 2009):

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (5) Sangat Setuju (1)

Setuju (4) Setuju (2)

Netral (3) Netral (3)

Tidak Setuju (2) Tidak Setuju (4)

Sangat Tidak Setuju (1) Sangat Tidak Setuju (5)

Penelitian ini menggunakan pernyataan positif, yaitu sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2), dan sangat tidak setuju (1).

0 1 2 3 4 5

Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Netral Setuju Sangat Setuju

Skala Likert ini digunakan untuk mengukur manfaat kemitraan yang dirasakan petani mitra. Manfaat kemitraan diukur menggunakan 27 pernyataan positif. Setiap jawaban pernyataan tersebut akan hitung dengan menjumlahkan setiap jawaban petani mitra. Semakin besar nilai pernyataan tersebut maka petani mitra semakin setuju dengan pernyataan tersebut. Dengan kata lain, persepsi petani mengenai manfaat kemitraan semakin positif. Seluruh jawaban pernyataan tersebut akan dijumlah dan dibuat persentase setiap responden, untuk mengetahui kepuasan petani mitra terhadap manfaat kemitraan yang dirasakannya. Semakin besar persentase manfaat kemitraan maka semakin besar pula kepuasan petani terhadap manfaat kemitraan yang dirasakannya. Berbagai pernyataan ini dapat dilihat pada kuisioner penelitian dibagian kemitraan pada Lampiran 2.

4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani

Analisis pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani per musim tanam. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pendapatan petani padi sehat mitra selama melakukan kemitraan dan dibandingkan dengan pendapatan petani non mitra. Perhitungan biaya penyusutan

menggunakan metode garis lurus. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa, lalu dibagi dengan lamanya umur ekonomis alat tersebut, dengan rumus sebagai berikut (Suratiyah 2011): Biaya Penyusutan = Nb – Ns N dimana : Nb = Nilai pembelian (Rp) Ns = Nilai sisa (Rp)

N = Jangka usia ekonomi (tahun)

Analisis pendapatan usahatani dibedakan menjadi total pendapatan, total pendapatan tunai serta pendapatan bersih yang didapat setelah dikurangi penyusutan. Cara perhitungan pendapatan usahatani dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Cara Perhitungan Pendapatan Usahatani

No. Uraian Keterangan

1. Penerimaan Tunai A

2. Penerimaan yang Diperhitungkan B

3. Total Penerimaan C = A + B

4. Pengeluaran Tunai D

5. Pengeluaran yang Diperhitungkan E

6. Total Pengeluaran F = D + E

7. Total Pendapatan G = C – F

8. Total Pendapatan Tunai H = A – D

9. Penyusutan alat I

10. Pendapatan Bersih J = H – I

Sumber : Hernanto (1996)

4.4.3. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)

R/C adalah singkatan dari Return Cost Ratio atau dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan dan biaya. Secara matematika, hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi 2006)

dimana : R = Return (Penerimaan) C = Cost (Biaya)

Secara teoritis dengan rasio R/C = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Bila R/C lebih dari satu maka usahatani dapat dikatakan mengguntungkan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari tiap biaya yang telah dikeluarkan dan bila R/C kurang dari satu maka usahatani tersebut dikatakan tidak menguntungkan (rugi) karena penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari tiap unit biaya yang dikeluarkan. Rasio penerimaan dan biaya ini menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi padi sehat. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani padi sehat atau indeks efesiensi usaha padi sehat pada petani mitra dan non mitra.

4.4.4. Analisis Regresli Linier Sederhana

Analisi regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat (kausal) variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) (Riduwan & Sunarto 2009). Analisis regresi linier sederhana didalam penelitian ini digunakan untuk melihat apakah manfaat kemitraan (X) berpengaruh terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Persamaan regresi linier sederhana dirumuskan dalam Y = a + bX.

dimana:

Y = subyek variabel terikat yang diproyeksikan (Derajat penerapan teknologi padi sehat (persen) atau Total pendapatan usahatani padi sehat (Rp/ha))

X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan (Manfaat kemitraan (persen))

a = nilai konstanta harga Y jika X=0

b = nilai arah sebagai penentu ramalan (prediksi) yang menunjukan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y

Bagian penting dalam analisis regresi adalah pengujian hipotesis secara statistik terhadap perkiraan model regresi linier sederhana yang diperoleh. Hipotesis yang digunakan dalam analisis regresi adalah:

H0: b1 = 0

Dengan kata lain,

H0: Tidak ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat

H1: Ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat

Hipotesis tersebut dikaitkan dengan uji nyata garis regresi yang diperoleh. Selain uji hubungan linier pada model, dilakukan juga uji koefisien regresi menggunakan uji-t sebagai pengujinya.

Hipotesis yang digunakan adalah: H0: b1 = b

H1: b1 ≠ b

Denga kata lain,

H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara manfaat kemitraan dengan

penerapan teknologi atau pendapatan petani

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara manfaat kemitraan dengan

penerapan teknologi atau pendapatan petani Kaidah pengujian signifikansi :

Jika F hitung ≥ F tabel maka tolak H0 artinya signifikan dan jika F hitung