1. Allah memuji orang-orang yang senantiasa bertafakur dan berdzikir dalam setiap situasi dan kondisi.
Kemampuan akal tidak akan terwujud kecuali dengan perpaduan antara dzikir dan pikir pada diri manusia. Apabila kita mengetahui bahwa kesempurnaan akal berarti kesempurnaan seorang manusia, maka kita bisa memahami peran penting dzikir dan pikir dalam menyucikan jiwa manusia. Oleh karena itu, para ahli suluk yang berupaya mendekatkan diri kepada Allah senantiasa memadukan antara dzikir dan pikir di awal perjalanannya menuju Allah. Sebagai contoh, di saat bertafakur tentang berbagai hal, mereka mengiringinya dengan tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil.
2. Tafakur termasuk amal yang terbaik dan bisa mengungguli ibadah.
Karena, berpikir bisa memberi manfaat-manfaat yang tidak bisa dihasilkan oleh suatu
ibadah yang dilakukan selama setahun. Dengan tafakur seseorang bisa memahami sesuatu hingga hakikat, dan mengerti manfaat dari yang membahayakan. Dengan tafakur, kita bisa melihat potensi bahaya hawa nafsu yang tersembunyi di dalam diri kita, mengetahui tipu daya setan, dan menyadari bujuk rayu duniawi.
3. Tafakur bisa mengantarkan kita kepada kemuliaan dunia dan akhirat.
Dengan bertafakur mengenai perumpamaan, bertambahlah ilmu pengetahuan; dengan mengingat-ingat nikmat Allah, bertambahlah kecintaan kepadaNya; dan dengan bertafakur, bertambahlah ketakwaan kepadaNya.” Imam Syafi’i menegaskan, “Milikilah kepandaian berbicara dengan banyak berdiam, dan
milikilah kepandaian dalam mengambil keputusan dengan berpikir.”
4. Tafakur adalah pangkal segala kebaikan.
Berpikir akan membuahkan pengetahuan, pengetahuan akan melahirkan perubahan keadaan yang terjadi pada hati, perubahan keadaan hati akan melahirkan kehendak, kehendak akan melahirkan amal perbuatan. Jadi, berpikir adalah asas dan kunci semua kebaikan. Hal ini bisa menunjukkan kepadamu keutamaan dan kemuliaan tafakur, dan bahwasanya tafakur termasuk amalan hati yang paling utama dan bermanfaat.
5. Tafakur bisa mengubah dari kelalaian menuju kesadaran, dan dari hal-hal yang dibenci Allah menuju hal-hal yang dicintaiNya, dari ambisi dan keserakahan menuju zuhud dan
qana’ah, dari penjara dunia menuju keluasan akhirat, dari kesempitan kejahilan menuju bentangan ilmu pengetahuan, dari penyakit syahwat dan cinta kepada dunia menuju kesembuhan ruhani dan pendekatan diri kepada Allah, dari bencana buta, tuli, dan bisu menuju nikmat penglihatan, pendengaran, dan pemahaman tentang Allah, dan dari berbagai penyakit syubhat menuju keyakinan yang menyejukkan hati dan keimanan yang menentramkan.
6. Dengan bertafakur kita akan mengetahui hikmah dan tujuan penciptaan semua makhluk di langit dan bumi sehingga menambah keimanan dan rasa syukur.
Sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Ar Ruum ayat 8 :
“Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan Tuhannya.”
7. Dengan bertafakur kita bisa membedakan mana yang bermanfaat sehingga bersemangat untuk meraihnya, mana yang berbahaya hingga berusaha mengindarinya.
8. Dengan bertafakur kita juga bisa memiliki keyakinan yang kuat mengenai sesuatu, dan menghindari diri dari sikap ikut-ikutan terhadap opini yang berkembang.
Mengenai hal ini Allah berfirman dalam surat Saba ayat 46 :
“Katakanlah: Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada penyakit gila sedikitpun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.”
9. Dengan tafakur kita bisa memperhatikan hak-hak diri kita untuk mendapatkan kebaikan, sehingga tidak hanya berusaha memperbaiki orang lain dan lupa pada diri sendiri.
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,
padahal kamu membaca Al-Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?” (Al-Baqarah: 44)
10.Dengan tafakur kita bisa memahami bahwa akhirat itu lebih utama, dan dunia hanya sarana untuk membangun kebahagiaan akhirat.
“Dan apa saja yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Maka Apakah kamu tidak memahaminya? (Al-Qashash: 60).
11.Dengan tafakur kita bisa menghindari diri dari kebinasaan yang pernah menimpa orang-orang sebelum kita.
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. (Muhammad: 10)
12.Tafakur bisa menghindari diri kita dari siksa neraka karena bia memahami dan mengamalkan ajaran agama dan meninggalkan kemaksiatan dan dosa-dosa, terutama syirik.
“Dan mereka berkata, “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mulk: 10)
13.Tafakur Untuk Penemuan Kebenaran
Menerima kebenaran dan menemukan kebenaran adalah sesuatu yang berbeda. Menerima kebenaran cukuplah dengan bertaqlid (mengikuti), sedangkan menemukan kebenaran hanya akan diperoleh melalui pemikiran yang mendalam. Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a. berkata:
''Janganlah kamu mengenal dan mengikuti kebenaran karena tokohnya; tetapi kenalilah kebenaran itu sendiri, niscaya kamu akan mengetahui siapa tokohnya !''. Akan lebih baik bila kita menemukan kebenaran dari hasil pemikiran sendiri daripada menerima suatu kebenaran dari hasil orang lain.
Mengerti atau mengenal kebenaran saja tidaklah cukup. Karena Alquran mengatakan orang yang terhindar dari kerugian adalah mereka yang memenuhi empat kriteria:
1. Mengenal kebenaran. 2. Mengamalkan kebenaran.
3. Saling nasihat menasihati mengenai kebenaran.
4. Sabar dan tabah dalam mengamalkan serta mengajarkan kebenaran.
Kanjeng Syeh Maulana Ishak, ayah dari Sunan Giri pernah berwasiat:
“Adapun ilmu manusia itu ada 2, anakku. Yang pertama adalah ilmu kamanungsan yang lahir dari jalan indrawi dan melalui laku kamanungsan. Yang kedua adalah ilmu kasampurnan, yaitu ilmu yang diperoleh melalui pembelajaran langsung dari Sang Khalik. Untuk yang kedua ini, ia terjadi melalui dua cara, yaitu dari luar dan dari dalam. Yang dari luar, dilalui dengan cara
belajar. Sedangkan yang dari dalam, dilalui dengan cara menyibukan diri dengan jalan bertafakur.”
Jadi menurut beliau, proses pembelajaran untuk mencapai kebenaran dilakukan melalui aktifitas otak dan hati. Dan penyatuan kedua aktifitas tersebut hanya dimungkinkan melalui jalan tafakur.
14.Tafakur Meningkatkan Motivasi Menuju Ketaqwaan
Demikian besar keutamaaan bertafakur, sehingga Rasulullah pun pernah bersabda: 'Bertafakur sejenak lebih baik daripada ibadah satu tahun''.
Mengapa Rasulullah bersabda demikian ? Sesungguhnya buah dari tafakur adalah keyakinan-kayakinan Ilahiyyah yang akan
memudahkan kita dalam pengendalian diri agar dapat selalu taat pada keinginan Allah dan Rasul-Nya.
Bertafakur mengenai tanda-tanda yang menunjukan kekuasaan Allah; akan melahirkan rasa tawadhu (rendah hati) dan rasa takzim akan keagungan Allah. Bertafakur mengenai kenikmatan-kenikmatan yang telah Allah berikan; akan lahir darinya rasa cinta dan syukur kepada Allah. Bertafakur tentang janji-janji Allah; akan lahir darinya rasa cinta kepada akhirat. Bertafakur tentang ancaman Allah; akan lahir darinya rasa takut kepada Allah. Bertafakur tentang sejauh mana ketaatan kita kepada Allah sementara Ia selalu mencurahkan karunianya kepada kita, akan lahir darinya kegairahan dalam beribadah.
Tafakur merupakan jalan untuk mengenal/menuju Tuhan. Indikator keberhasilan tafakur adalah timbulnya motivasi-motivasi yang dapat memudahkan untuk taat melaksanakan aturan main yang telah ditetapkan Allah SWT dan Rasul-Nya. Pengalaman telah membuktikan, pekerjaan sesulit apa pun akan terasa menjadi ringan bila dilandasi dengan motivasi yang kuat. Motivasi yang tercipta lewat tafakur ini sifatnya sangat individual, artinya belum tentu dapat cocok bila digunakan oleh orang lain. Rasulullah bersabda:
''Sebaik-baiknya yang tertanam di dalam hati itu adalah keyakinan; sedangkan keyakinan tidak bisa tertanam hanya melalui mata dan telinga saja, tetapi ia harus dibenamkan ke dalam bawah sadar oleh akal''.
Dengan demikian dapatlah kiranya dimengerti, mengapa ceramah agama atau pengajian yang kita ikuti seringkali tidak dapat menambah keyakinan kita. Hal ini tiada lain karena kita hanya menggunakan mata dan telinga saja, sementara akal dan hati yang kita perlukan untuk mencerna, kita tinggalkan di rumah.
2
PERSIAPAN LAHIRIAH SEBELUM