TAHAPAN PELAKSANAAN TAFAKUR
C. MURAQABAH DAN MUJAHADAH
Muraqabah ialah konsentasi penuh waspada dengan segenap kekuatan jiwa, pikiran dan imajinasi serta pemeriksaan yang denaganya sang hamba mengawasi dirinya sendiri secara cermat. Selam muraqabah berlangsung sang hamba mengamati bagaimana Allah wujud dengan jelas dalam kosmos dan dalam dirinya sendiri. Para penempuh jalan rohani merasakan bahwa muraqabah dalam hati menyebabkan dipeliharanya tingkah laku lahiriahnya. Barangsiapa yang merasakan bermuraqabah secara terus menerus niscaya Allah akan memeliharanya pada waktu sendirian maupun ditenggah orang banyak. Muraqabah juga merupakan kontinuitas pengetahuan, kesadaran dan kenyakinan seseorang bahwa Allah selalu melihat dan mengawasi keadaannya baik batiniah maupun ruhaniah.
Anda akan temukan bahwa kemajuan terjadi tanpa usaha pada tahap tata nafas.. Anda hanya harus menyingkir dari jalan, melepas, dan memperhatikan itu semua terjadi. Pikiran akan secara otomatis condong, hanya bila anda membiarkannya, ke arah penyatuan yang sangat sederhana, damai dan nikmat yaitu sendirian bersama satu hal, sendirian saja bersama nafas dalam masing-masing dan tiap-tiap saat. Inilah penyatuan pikiran, penyatuan dalam saat kini, penyatuan dalam keheningan.
Imam Al Ghazali berkata :
“Maka obat dalam menghadirkan hati adalah menolak goresan-goresan hati itu, dan sesuatu itu tidaklah tertolak selain dengan menolak sebabnya. Maka hendaklah kami ketahui sebabnya. Dan sebab datangnya goresan-goresan hati itu ada kalanya urusan luar atau utusan di dalam dzatnya secara batin”.
Ketika anda sekadar menjaga penyatuan kesadaran ini, dengan tidak ikut campur, nafas akan mulai melenyap. Nafas tampak berangsur pudar ketika pikiran sebaliknya berpusat pada apa yang berada di tengah pengalaman akan nafas, yaitu kedamaian, kebebasan dan kebahagiaan yang menakjubkan.
Pada tahap ini pikiran mengenali bahwa nafas damai ini luar biasa indahnya. Anda sadar akan nafas yang indah ini secara terus-menerus, saat demi saat, tanpa ada jeda dalam rantai pengalaman. Anda hanya sadar akan nafas yang indah itu, tanpa usaha, dan selama waktu yang sangat panjang.
Sekarang anda biarkan nafas lenyap dan yang tertinggal hanyalah "yang indah". Keindahan tak berwujud menjadi satu-satunya objek pikiran. Pikiran sekarang mengambil objeknya sendiri. Anda sekarang sama sekali
tidak sadar akan nafas, tubuh, pikiran, suara atau dunia di luar. Apa yang anda sadari hanyalah keindahan, kedamaian, kebahagiaan, cahaya atau apapun anda nanti menyebutnya. Anda mengalami hanya keindahan, dengan tiada sesuatupun yang indah, secara terus-menerus, tanpa usaha. Anda telah lama melepas ocehan hati, melepas penggambaran hati dan penilaian. Di sini, pikiran begitu heningnya hingga anda tak dapat berkata apapun.
Anda baru saja mengalami berbunganya kebahagiaan yang pertama dalam pikiran. Kebahagiaan yang akan berkembang, tumbuh, menjadi sangat kokoh dan kuat.
Dengan mata terpejam, konsentrasi difokuskan pada satu titik yakni pangkal hidung, letaknya di antara ke dua belah mata. Di situ bisa langsung tampak ada cahaya atau sinar mencorong/terang mencolok biasanya berwarna
putih kekuningan. Bila cahaya tersebut belum muncul dan masih tampak gelap gulita, anda harus bersabar, tunggu beberapa saat hingga cahaya muncul sedikit demi sedikit lalu berubah menjadi semakin terang bahkan bisa sangat menyilaukan. Tetaplah jaga nafas anda tetap lembut dan panjang. Lama-kelamaan cahaya kuning terang semu keputihan semakin terang, pusatkan konsentrasi pada cahaya tersebut. Tunggu dengan sabar dan rilek hingga akan muncul gambaran seperti lorong. Tugas anda bergerak mengikuti lorong tersebut dengan perasaan. Pergerakan dikomando oleh kehendak rasa. Nantinya lorong akan seperti berkelok melengkung-lengkung namun bukan menikung tajam. Lorong itu akan berujung pada wahana ruang yang sangat terang benderang. Ketika anda sudah sampai disitu, proses penemuan kebenaran
sudah bisa dimulai. Pada tahapan inilah kita masuk ke tahap mujahadah.
Mujahadah, yaitu perjuangan dan upaya spiritual melawan hawa nafsu dan berbagai kecenderungan jiwa rendah. Mujahadah adalah perang terus menerus yang disebut dengan perang besar (jihad al-akbar). Perang ini menggunakan berbagai senjata samawi berupa mengigat Allah. Mereka yang sudah matang dalam menempuh jalan spiritual, yang sudah dekat atau mengenal Allah mengatakan bahwa mujahadah adalah permainan anak-anak. Sedangkan pekerjakan orang dewasa adalah pengetahuan ilahi. Dalam tahapan ini kita berusaha untuk tetap mengendalikan keinginan. Dengan terkendalinya keinginan-keinginan dan nafsu, maka kebenaran akan mengalir memasuki hati kita dengan lancar dan murni. Ini adalah perjuangan yang tidak mudah
karena kadangkala hati kita sesekali akan dibelok-belokkan atau melintas pikiran-pikiran duniawi di benak kita. Ketika pikiran buruk menyelinap, maka ucapkan ta’awudz (audzubillahiminasyaitonirrojim).
Ketika kita berhasil sampai pada ruangan ini, inilah yang lazim disebut sebagai sebuah ilham. Ini adalah objek nyata dalam alam pikiran, dan sewaktu ia muncul untuk pertama kalinya ia luar biasa aneh. Orang sama sekali tidak pernah mengalami sesuatu seperti itu sebelumnya. Ia adalah kesadaran pikiran yang terbebas untuk pertama kalinya dari dunia lima indera. Ia laksana bulan purnama, yang di sini berarti pikiran yang cemerlang, keluar dari balik awan, yang di sini berarti dunia lima indera. Ia adalah pikiran yang mengejawantah, bukan sebuah cahaya, namun bagi kebanyakan orang ia muncul seperti sebuah cahaya, ia dicerap sebagai
sebuah cahaya, oleh sebab penggambaran yang tak sempurna inilah yang terbaik yang pencerapan dapat berikan. Beberapa orang melihat cahaya putih, beberapa melihat bintang emas, beberapa melihat mutiara biru. Faktanya yang penting diketahui adalah bahwa mereka semua menggambarkan fenomena yang sama. Mereka semua mengalami objek mental murni yang sama dan detail-detail yang berbeda.
Kadang kala sewaktu tanda batiniah pertama kali muncul ia bisa nampak "pudar". Dalam tahap ini, anda mesti segera kembali pada tahap meditasi sebelumnya, kesadaran sunyi terus-menerus atas nafas yang indah. Anda beralih ke tanda batiniah terlalu cepat. Kadang kala tanda batiniah itu cemerlang namun tidak stabil, berpendar-pendar laksana lentera mercu suar dan kemudian lenyap. Lagi-lagi ini menunjukkan bahwa anda telah meninggalkan
nafas yang indah terlalu dini. Seseorang mesti mampu menopang perhatiannya pada nafas yang indah dengan mudah selama waktu yang sangat panjang, sebelum pikiran mampu menjaga perhatian yang jernih pada tanda batiniah yang jauh lebih halus. Jadi latihlah pikiran pada nafas yang indah, latihlah dengan sabar dan tekun, kemudian ketika sudah waktunya untuk beralih ke tanda batiniah, ia nampak cemerlang, stabil dan mudah untuk ditopang.
Penyebab utama mengapa tanda batiniah nampak pudar adalah karena dalamnya kepuasan hati terlalu dangkal. Anda masih "menginginkan" sesuatu. Biasanya, anda menginginkan tanda batiniah yang cemerlang dan ini penting, adalah keadaan melepas, keadaan kepuasan hati yang luar biasa dalam. Jadi lepaskan pikiran yang lapar tersebut, kembangkan kepuasan hati pada
nafas yang indah, maka tanda batiniah serta tanda cemerlang akan terjadi dengan sendirinya.
Penyebab utama mengapa tanda batiniah tidak stabil adalah karena si "pelaku" tidak bisa berhenti ikut campur. Si "pelaku" merupakan pengendali, pengemudi belakang, yang selalu terlibat pada apa yang tidak semestinya dan mengacaukan segalanya. Meditasi ini adalah proses alami untuk sampai pada tetirah dan ia mewajibkan "anda" untuk menyingkir sepenuhnya dari jalan.
Anda tidak perlu melakukan apapun di sini oleh sebab keindahan intens dari tanda batiniah lebih daripada mampu untuk menahan perhatian tanpa bantuan anda. Hati-hatilah di sini, jangan melakukan penilaian. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Apakah ini?", "Apa yang mesti saya lakukan selanjutnya?", dan seterusnya merupakan pekerjaan dari "si pelaku" yang
mencoba untuk terlibat kembali. Ini mengganggu proses tersebut. Anda boleh menilai segalanya ketika perjalanan selesai. Ilmuwan yang baik hanya menilai percobaannya ketika telah berakhir, sewaktu seluruh data masuk. Jadi sekarang, jangan menilai atau mencoba untuk memikirkannya. Tidak perlu menaruh perhatian pada sisi dari tanda batiniah tersebut "Apakah itu bulat atau oval?", "Apakah sisinya jelas atau kabur?". Ini semua tidak perlu dan hanya mengarah lebih lanjut pada keberagaman, kemenduaan atas "di dalam" dan "di luar", serta gangguan.
Biarkan pikiran condong ke mana ia inginkan, yang biasanya di pusat tanda batiniah. Pusatnyalah di mana bagian terindah terletak, di mana cahayanya paling cemerlang dan murni. Lepaskan dan nikmati saja perjalanannya ketika perhatian tertarik ke pusat dan jatuh ke
dalamnya, atau ketika cahaya tersebut meluas ke sekeliling menyelubungi anda sepenuhnya. Ini, kenyataannya, merupakan pengalaman yang serupa dan sama namun dari sudut pandang yang berbeda. Biarkan pikiran menyatu dalam kebahagiaan. Biarkan tahap berikutnya dari jalan tafakur ini, Pencerahan, muncul.
Terdapat dua rintangan umum di pintu menuju Pencerahan: kegembiraan dan ketakutan. Kegembiraan ialah menjadi bergairah. Apabila, pada titik ini, pikiran berkata "Wah, ini dia!" maka Pencerahan kemungkinan besar tidak terjadi. Tanggapan "Wah" ini perlu dihilangkan demi kepasifan mutlak. Anda dapat menunda semua "Wah" sampai telah keluar dari Pencerahan, tempat mereka selayaknya. Rintangan yang lebih mungkin, adalah ketakutan. Ketakutan muncul pada pengakuan atas kekuatan dan kebahagiaan dahsyat dari
Allah, atau bisa pula pada pengakuan bahwa untuk sepenuhnya masuk ke dalam Pencerahan, sesuatu harus ditinggalkan -- Anda! Si "pelaku" yang sunyi sebelum Pencerahan namun masih di sana. Di dalam Pencerahan, si "pelaku" hilang seluruhnya. Si "pemerhati" tetap berfungsi, anda tetap terjaga, namun seluruh kendali sekarang berada di luar jangkauan. Anda bahkan tak dapat membentuk secercah pikiran pun, apalagi membuat keputusan. Kehendak membeku, dan ini dapat nampak mengerikan bagi pemula. Tak pernah sebelumnya dalam hidup anda alami begitu terlucuti dari semua kendali namun begitu terjaga penuh. Ketakutannya merupakan ketakutan atas penyerahan sesuatu yang begitu pribadi berupa kehendak untuk bertindak.
Ketakutan ini bisa ditanggulangi lewat keyakinan disertai daya tarik kebahagiaan yang terletak di hadapan yang bisa dilihat sebagai
imbalannya. Kebahagiaan Pencerahan mesti jangan ditakuti namun mesti dituruti, dikembangkan dan dilatih sering-sering. Jadi sebelum ketakutan muncul, tawarkan rasa keyakinan penuh anda pada kebahagiaan tersebut dan jagalah iman. Biarkan cahaya itu memeluk anda dengan hangat demi pengalaman bahagia tanpa-usaha, tanpa-tubuh dan tanpa-ego yang akan paling mendalam dari hidup anda. Milikilah keberanian untuk sepenuhnya melepas kendali sementara waktu dan alami semua ini untuk diri anda sendiri.
Anda akan keluar dari Pencerahan hanya ketika pikiran telah siap untuk keluar, sewaktu "bahan bakar" pelepasan yang dibangkitkan sebelumnya terpakai habis. Ini merupakan keadaan kesadaran yang hening dan memuaskan yang sifat alaminya adalah untuk bertahan selama waktu yang sangat panjang. Perlu anda
ketahui bahwa selagi berada di dalam Pencerahan yang manapun adalah mustahil untuk mengalami tubuh (contohnya rasa sakit jasmaniah), mendengar suara dari luar atau menghasilkan pikiran apapun, bahkan tidak pula pikiran-pikiran yang "baik". Yang ada hanyalah kemanunggalan yang jernih, sebuah pengalaman kebahagiaan tak-mendua yang berlanjut tak berubah selama waktu yang sangat panjang. Ini bukanlah lupa daratan [trance], namun sebuah keadaan kesadaran yang meninggi. Ini dikatakan supaya anda sendiri dapat mengenali apa yang anda anggap Pencerahan itu nyata atau khayalan.
Ketika anda sudah ingin mengakhiri, jangan tergesa-gesa. Tetap duduk dan tutup kedua mata anda. Biarkan kepala, leher, pungung belakang, dan tubuh rileks. Bernafas perlahan – lahan dan dalam – dalam melalui hidung dan hembuskan nafas lebih perlahan lahan lagi
melalui mulut. Konsentrasikan seluruh perhatian anda, seluruh kesadaran dan seluruh energi pada pernafasan.secara sederhana pernapasan masuk dan pernapasan keluar, ikuti napas anda dari ujung lubang hidung, melalui hidung, trakhea (batang tengorokan), bronchi dan masuk ke paru – paru. Rasakan paru – paru anda berisi dan berkembang dengan napas kehidupan. Bayangkan mind (pikiran) dan tubuh menjadi tenang, damai dan aman. Fokuskan seluruh kesadaran pada pernapasan anda, lepaskan seluruh pengharapan-pengharapan dan biarkan pikiran – pikiran anda bagaikan melalui awan-awan. Dimanapun merasa terganggu, kembali fokuskan pada pernapasan anda dan diamlah dengan masing – masing napas. Bernapas dalam-dalam, perlahan-lahan dan rileks. Jagalah terus lebih mendalam dan lebih mendalam lagi hingga anda menyentuh keheningan. Istirahatkan
beberapa saat dalam keheningan,. Kemudian, amati diri sendiri dan sadari bagaimana rasanya ketika anda akan mengakhiri tafakur. Pernapasan dengan kesadaran, menenangkan urat-urat saraf, menentramkan pikiran dan memberi kesempatan kepada anda mendengar dalam keheningan. Kemudian buka mata anda dengan perlahan. Kemudian anda merakan reaksi apa yang terjadi pada tubuh dan pikiran anda.
BAB 4 MUHASABAH
Akhirnya sampailah kita di akhir tahapan tafakur. Ini merupakan proses yang penting karena di tahap inilah kita memulai proses penemuan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang ingin kita ajukan kepada Allah. Dalam tahapan inilah kita mulai menganalisis pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam keadaan jiwa yang lebih bersih, lebih jernih, dan telah mendapatkan pencerahan-pencerahan dari Allah SWT pada tahapan sebelumnya. Tahapan ini sering disebut sebagai Muhasabah.
Istilah “muhasabah” merupakan kata Arab yang berasal dari satu akar yang mencakup konsep-konsep, agar bisa membimbing seseorang untuk lebih bertanggung jawab. Muhasabah juga merupakan analisis terus
menerus atas hati berikut keadaannya yang selalu berubah. Selama muhasabah orang yang merenung pun memeriksa gerakan hati yang paling tersembunyi dan rahasia. Dia menghisab dirinya sendiri sekarang tanpa menunggu hingga hari kebangkitan di akhirat kelak. Dengan muhasabah seorang muslim berpegang teguh kepada kitab Allah dan menjaga diri dari larangan – larangan, ia akan selalu menegakkan hukum Allah dan selalu konsekuen berpegang kepada ajaran Islam. Merupakan kunci bagi penahanan diri, dimana orang yang beribadah berusah menghindari semua yang mungkin bertentangan dengan ajaran Allah dalam bentuk perkataan ataupun perbuatan dengan hati ataupun anggota – anggota badan dan menolak segala hal yang mungkin mengakibatkanh murka-Nya.
Dalam perenungan ini, pertama-tama ajukanlah pertanyaan-pertanyaan ringan yang sebenarnya telah kita ketahui jawabannya. Misalnya, “Siapa Tuhanku?”, “Siapa nabiku?’, “apa kitabku?” dan sebagainya. Kemudian berlanjut kepada pertanyaan-pertanyaan yang lebih kompleks, misalnya “kenapa aku harus beribadah?”, “kenapa aku harus meneladani Muhammad ?”, “Apa sih istimewanya Al Qur’an?” dan lain sebagainya. Jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan “kalimat-kalimat hati” yang terlintas di pikiran dan hati kita. Jika tidak ada jawaban yang terlintas, maka jangan dipaksa untuk menjawab. Karena kalau dipaksa, jawabannya adalah bukan jawaban hati, melainkan jawaban pikiran dan ego kita sendiri. Biarkanlah tak terjawab, mungkin di lain hari ketika anda bertafakur lagi, anda akan temukan jawabannya.
5