PERSIAPAN BATIN SEBELUM BERTAFAKKUR
A. Shalat Sunnah
Rosulullah SAW mensunatkan untuk sholat sunnah dua raka’at setelah wudhu. Maka
setelah kita selesai dengan kegiatan pembersihan badan, yaitu mandi dan berwudhu, maka sebaiknya dilanjutkan dengan shalat sunnah dua raka’at.
Selain berkaitan dengan syari’at, sholat sunnah ini merupakan wujud kesungguhan badan dan hati yang akan menghadap Allah. Dengan shalat, hati mengkondisikan badan untuk tunduk pada “perintah hati” sehingga tidak “mengganggu” hati ketika hati tengah sibuk “berjalan” untuk menuju kepada Allah.
Shalat adalah pembuka komunikasi kita dengan Allah. Ibarat ingin menemui seorang pejabat penting, shalat bisa diibaratkan kita membuat janji ketemu dengan pejabat tersebut sebelum benar-benar bertemu pada hari tertentu dan jam tertentu. Kita bisa saja langsung mendatangi si “pejabat”, tapi ada kemungkinan dia sedang keluar sehingga kita gagal
menemuinya. Perumpamaan tersebut tidak serta merta mempersamakan Allah dengan pejabat. Ini sekedar mempermudah pemahaman kita mengenai pentingnya shalat sebagai bentuk komunikasi dialogis antara hamba dengan Tuhannya.
B. Bertaubat
Bertaubat berarti memohon ampun kepada Allah atas segala dosa yang pernah kita lakukan. Rosulullah pun mengajarkan bahwa dalam bertaubat, pertama-tama kita harus menyadari bahwa apa yang telah kita lakukan adalah sebuah dosa, kemudian dalam hati kita merasa menyesal telah melakukannya, selanjutnya kita “minta maaf” dan mohon kepada Allah agar dimaafkan dan diampuni, dan akhirnya kita berjanji untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Kalau kita kaji lebih lanjut,
aktifitas bertaubat tidak hanya merupakan aktifitas lisan, tapi melibatkan aktifitas hati (perasaan menyesal) dan aktifitas fisik (berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan dosa). Lalu apa kaitan bertaubat dengan bertafakur ?
Dalam bertafakur kita berusaha mengkondisikan diri kita “sebersih mungkin” supaya ilham dan petunjuk maupun pencerahan yang kita alami murni berasal dari Allah SWT dan bukan semata-mata pencerminan akal pikiran kita sendiri atau bahkan petunjuk “setan”. Ketika kita melakukan dosa, tanpa kita sadari alam bawah sadar kita mengalami “keguncangan” yang membawa dampak kepada aliran-aliran energi dalam tubuh kita dan mengganggu peredaran darah dan aktifitas syaraf di seluruh tubuh kita. Aktifitas bertaubat berarti aktifitas pembersihan diri dari energi-energi negatif yang akan mengganggu kita untuk
bisa mencapai kesadaran dan kebenaran yang murni. Pertaubatan merupakan sarana pembuka hati agar siap memasuki tahapan tafakur selanjutnya.
Sebagaimana pernah disampaikan oleh Kanjeng Sunan Giri :
“Anakku jika pintu suksma terbuka, ia akan tahu bagaimana cara bertafakur dengan benar dan selanjutnya ia bisa memahami bagaimana merealisasikan apa yang diinginkan. Karena itu hati pun menjadi lapang, pikiran jadi terbuka dan daya potensial yang ada dalam diri akan lahir menjadi aksi (perbuatan) yang berkelanjutan dan tak mengenal lelah”
Dalam syariat telah diajarkan berbagai cara bertaubat dengan mengucapkan istighfar. Sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah,
beliau biasa mengucapkan istighfar 100x setiap selesai shalat. Dan beberapa ahli tasawuf menganjurkan untuk ditambah dengan bacaan sholawat nabi 100x. Namun kami menyerahkan kepada pembaca untuk melakukan metode bertaubat yang paling sesuai untuk pribadi masing-masing. Yang terpenting adalah adanya kesadaran untuk mengakui kesalahan dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali. Serta yakinlah sebesar apa pun dosa kita, Allah yang Maha Pengampun pasti mengampuni kita. Jadi jangan ada perasaan bersalah yang berlebihan di hati kita karena hal itu akan sangat mempengaruhi jalan penemuan kesadaran yang akan kita tempuh.
Setelah beristighfar, kita merasa telah bersih dan suci sehingga lebih “percaya diri” untuk bertemu dengan Sang Maha Suci. Pengkondisian batin dengan istighfar ini sangat
penting dalam kaitannya dengan pelepasan pikiran dan hati dari rasa bersalah yang membebani hati dan pikiran.
C. Bersyukur
Dalam syari’at diajarkan berbagai macam do’a atau lafadz-lafadz syukur antara lain dengan mengucap “alhamdulillah…” dan lain sebagainya. Sebagai seorang muslim sangat disarankan berdo’a sesuai dengan syari’at yang telah diajarkan oleh Rosulullah Muhammad SAW. Jadi silakan mengawali dengan lafadz syukur apa pun yang anda sukai dan anda rasakan paling “menyentuh” dan paling “mantap”. Kemantapan dan keyakinan terhadap suatu lafadz sangat menentukan pengkondisian batin karena berkaitan dengan faktor sugesti.
Meski demikian, kami menyarankan suatu “laku” syukur yang lebih aplikatif dan
lebih bisa mengkondisikan batin kita. Sejak mulai bangun tidur nikmatilah setiap hela nafas yang kita hirup dan hembuskan. Rasakanlah kenikmatannya dan bayangkan seandainya kita bangun tidur dan tidak bisa menikmatinya lagi. Betapa ni’mat yang seolah terlihat “sepele” ini begitu bermakna dan berarti dalam hidup kita. Dan siapa yang berkuasa menganugerahkannya kalau bukan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kemudian minumlah minuman pertama anda di pagi hari, entah itu kopi, air putih, atau susu. Nikmatilah setiap teguk yang melewati tenggorokan anda seolah sudah lama anda tidak merasakannya. Bayangkan seandainya anda bangun tidur dan tidak menjumai setitik air pun untuk anda nikmati. Betapa nikmat yang anda nikmati setiap pagi itu tidak bisa dirasakan oleh setiap manusia di muka bumi ini. Mereka yang
didera dengan musibah kekeringan, sakit, atau bencana alam tidak bisa menikmati nikmat itu. Sebagai contoh pengkondisian jiwa dengan syukur, anda bisa mengucapkan kalimat ini secara lirih, “Terima kasih ya Allah, sungguh besar kuasa-Mu dan kasih-Mu kepada hamba pada pagi ini. Sungguh hamba adalah insan yang tidak berarti apa-apa tanpa karunia dan anugerah-Mu…”.