• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan dalam mengatasi masalah kepadatan penduduk di kota Medan.

2. Sebagai referensi dan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang topiknya berhubungan.

3. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis.

4. Menambah, melengkapi, sekaligus sebagai pembanding hasil-hasil penelitian yang sudah ada yang topiknya berhubungan.

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1 Konsep Tingkat Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah jumlah penduduk per satuan unit wilayah, atau dapat ditulis dengan rumus :

Jumlah penduduk yang digunakan sebagai pembilang dapat berupa jumlah seluruh penduduk di wilayah tersebut, atau bagian-bagian penduduk tertentu seperti;

penduduk daerah pedesaan atau penduduk yang bekerja di sektor pertanian, sedangkan sebagai penyebut dapat berupa luas seluruh wilayah, luas daerah pertanian, atau luas daerah pedesaan.

Kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat dibagi menjadi empat bagian :

1. Kepadatan penduduk kasar (crude density of population) atau sering pula disebut dengan kepadatan penduduk aritmatika yaitu banyaknya penduduk per satuan luas.

2. Kepadatan penduduk fisiologis (fhysiological density) yaitu jumlah penduduk tiap kilometer persegi tanah pertanian.

3. Kepadatan penduduk agraris (agricultural density) yaitu jumlah penduduk petani tiap-tiap km2 tanah pertanian.

4. Kepadatan penduduk ekonomi (economical density of population), kepadatan penduduk ekonomi berbeda dengan ketiga macam kepadatan penduduk yang telah dibicarakan di atas yaitu jumlah penduduk persatuan luas. Pada

kepadatan penduduk ekonomi ialah besarnya jumlah penduduk pada suatu wilayah didasarkan atas kemampuan wilayah yang bersangkutan.

2.2 Konsep Produk Domestik Regional Bruto 2.2.1. Pendapatan regional

Pendapatan regional netto adalah produk domestik regional netto atas dasar biaya faktor dikurangi aliran dana yang keluar ditambah aliran dana yang masuk dan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipt) oleh seluruh penduduk daerah tersebut.

2.2.2. PDRB Atas dasar harga berlaku

Produk domestik regional bruto merupakan jumlah seluruh nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang beroperasi pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. PDRB yang masih ada unsur inflasi dinamakan PDRB atas dasar harga berlaku.

Dengan kata lain PDRB atas dasar harga berlaku merupakan jumlah seluruh nilai barang-barang jasa akhir yang dihasilkan oleh unit-unit produksi didalam suatu periode tertentu, biasanya satu tahun, yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan.

2.2.3. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

Harga konstan artinya produk didasarkan atas harga pada tahun tertentu.

Tahun yang dijadikan patokan harga disebut tahun dasar untuk penentuan harga konstan. Pada perhitungan atas dasar harga konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.

2.2.4. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita adalah total pendapatan suatu daerah dibagi jumlah penduduk didaerah tersebut untuk tahun yang sama.

2.2.5 Metode Penghitungan Pendapatan Regional

Metode tahap pertama dapat di bagi dalam dua metode yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. Metode langsung adalah penghitungan dengan menggunakan data daerah atau data asli yang menggambarkan kondisi daerah dan di gali dari sumber data yang ada di daerah itu sendiri. Metode langsung dapat dilakukan dengan mempergunakan tiga macam cara, yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran. Metode tidak langsung adalah penghitungan dengan mengalokasikan pendapatan nasional menjadi pendapatan regional memakai berbagai macam indikator antara lain jumlah produksi, luas areal, sebagai alokatornya.

Metode Langsung :

1. Pendekatan produksi

Pendekatan produksi merupakan cara penghitungan nilai tambah barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu kegiatan atau sektor ekonomi dengan cara mengurangkan biaya antara dari total produk bruto sektor atau subsektor.

Pendekatan ini banyak digunakan untuk memperkirakan nilai tambah dari sektor produknya berbentuk fisik atau barang seperti:

a. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan b. Pertambangan dan penggalian

c. Industri pengolahan

d. Listrik, gas dan air bersih e. Bengunan

f. Perdagangan, hotel dan restoran g. Pengangkutan dan komunikasi

h. Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan i. Jasa-jasa

j. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output) dan nilai biaya antara (intermediate cost), yaitu bahan baku/penolong dari luar yang dipakai dlam proses produksi. Nilai tambah itu sama dengan balas jasa atas ikut sertanya berbagai faktor produksi dalam proses produksi.

2. Pendapatan

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan dari semua menjumlahkan semua balas jasa yang di terima oleh faktor produksi, yaitu upah dan gaji serta surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.

3. Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dengan segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir dari suatu barang dan jasa yang diproduksi dari dalam negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang dan jasa digunakan untuk:

a. Konsumsi rumah tangga

b. Konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung c. Konsumsi pemerintahan

d. Pembentukan modal tetap bruto atau investasi

e. Perubahan stok adalah selisih antara awal tahun dengan akhir tahun dari bahan yang ada dalam penyimpanan produsen ataupun dalam proses produksi.

f. Ekspor netto adalah total ekspor dikurang impor. Pendekatan pengeluaran juga menghitung apa yang diproduksi di wilayah tersebut tetapi hanya menjadi konsumsi atau pengguna akhir.

Metode Tidak Langsung

Metode tidak langsung adalah suatu cara mengalokasikan produk domestik bruto dari wilayah yang lebih luas ke masing-masing bagian wilayah, misalkan mengalokasikan PDB Indonesia ke setiap propinsi dengan menggunakan alokator tertentu, yaitu:

1. Nilai produksi bruto/netto setiap sektor/subsektor, pada wilayah yang dialokasikan

2. Jumlah produksi fisik 3. Penduduk

4. Tenaga kerja

5. Alokator tidak langsung lainnya

Dengan memperhitungkan salah satu kombinasi dari beberapa alokator dapat diperhitungkan persentase masing-masing bagian propinsi terhadap nilai tambah setiap sektor atau subsektor.

2.3 Pengertian Tenaga Kerja, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan kerja 1. Tenaga Kerja (Manpower)

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam literatur biasanya adalah seluruh penduduk berusia 15-64 tahun. Atau dengan kata lain tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa. Jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.

2. Angkatan Kerja (Labor force)

Secara demografis besarnya angkatan kerja tergantung dari tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate), yaitu berapa persen dari tenaga kerja yang menjadi angkatan kerja. Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa.

3. Bukan Angkatan Kerja (Not in the labor force)

Adalah bagian dari tenaga kerja (manpower) yang tidak bekerja ataupun mencari pekerjaan. Jadi mereka ini adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat, atau tidak berusaha utuk terlibat, dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa.

2.3.1 Pengertian Angkatan Kerja Menurut Sensus Penduduk 1971 Kelompok angkatan kerja yang digolongkan bekerja adalah :

1) Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntngan dan lamanya bekerja paling sedikit dua hari.

2) Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari tetapi mereka adalah :

a) Pekerja tetap, pegawai-pegawai pemerintahatau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir, dan sebagainya.

b) Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panenan atau menuggu hujan untuk menggarap sawah dan sebagainya.

c) Orang-orang yang bekerja dalam bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur dan sebagainya.

Yang digolongkan mencari pekerjaan adalah :

1) Mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mencari/mendapatkan pekerjaan.

2) Mereka yang bekerja, pada saat pencacahan sedang menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan.

3) Mereka yang dibebastugaskan dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Kelompok bukan angkatan kerja :

1) Sekolah : untuk mereka yang kegiatannya hanya bersekolah.

2) Mengurus rumah tangga : untuk mereka yang kegiatannya hanya mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah.

3) Penerima pendapatan : untuk mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan tetapi memperoleh penghasilan, misalnya pensiun, bunga simpanan,hasil persewaan, dan sebagainya.

4) Lain-lain : untuk mereka yang hidupnya tergantung pada orang lain karena usia lanjut, lumpuh, dungu, dan sebagainya.

2.3.2 Pengertian Angkatan Kerja Menurut Sensus Penduduk 1980

Dibidang ketenagakerjaan, sensus penduduk 1980 bertujuan antara lain untuk mengumpulkan keterangan-keterangan tentang kegiatan yang dilakukan oleh setiap anggota rumah tangga yang berumur 10 tahun atau lebih. Pada dasarnya kegiatan penduduk tersebut dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu penduduk yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja dan penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk yang berumur 10 tahun keatas yang termasuk dalam kelompok angkatan kerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun yang sementara tidak bekerja karena sesuatu sebab seperti yang sedang menunggu panenan, pegawai cuti dan sebagainya. Di samping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan/mengharapkan dapat pekerjaan juga termasuk dalam kelompok angkatan kerja ini. Penduduk yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya dan tidak melakukan sesuatu kegiatan yang dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan.

Penduduk (10 tahun keatas) yang dimasukkan dalam kategori bekerja adalah mereka yang selama seminggu yang lalu melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan dan bekerja paling sedikit satu jam dalam seminggu. Yang termasuk dalam kategori yang mempunyai pekerjaan, tetapi sementara tidak bekerja adalah penduduk (10 tahun keatas) yang mempunyai pekerjaan tetapi selama seminggu yang lalu tidak bekerja karena berbagai sebab, seperti sedang sakit, cuti, menuggu panen, mogok dan sebagainya atau bekerja selama kurang dari satu jam. Yang dimasukkan kategori mencari pekerjaan adalah penduduk 10 tahun keatas yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Termasuk didalamnya :

a) Mereka yang belum pernah bekerja.

b) Mengajukan lamaran.

c) Membalas iklan yang menawarkan pekerjaan d) Mendatangi langsung kantor/pabrik

e) Pesan lewat saudara/kenalan f) Lainnya.

2.3.3 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha, Status Pekerjaan, Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan serta Jam Kerja.

Dalam ketenagakerjaan, tenaga kerja dapat dikelompokkan menurut lapangan usaha, status pekerjaan, pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan jam kerja.

Berdasarkan lapangan pekerjaan, tenaga kerja dikelompokkan atas tenaga kerja yang bekerja disektor:

a. Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Peternakan

b. Pertambangan dan penggalian c. Industri manufaktur

d. Listrik, gas dan air minum e. Bangunan

f. Perdagangan besar, eceran dan rumah makan g. Angkutan, pergudangan dan komunikasi

h. Keuangan, asuransi, usaha persewaan, tanah dan jasa perusahaan i. Jasa kemasyarakatan dan lainnya.

Apabila dilihat dari lapangan pekerjaan, peningkatan pendapatan perkapita biasanya akan diikuti dengan penurunan kontribusi sektor pertanian dalam menyediakan lapangan kerja. Penurunan ini erat kaitannya dengan perubahan struktur permintaan dan produksi akibat dari peningkatan pendapatan perkapita yang beralih dari barang dan hasil pertanian ke barang-barang hasil industri.

Berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan, tenaga kerja diagi atas:

a. tidak atau belum pernah sekolah b. tidak atau belum tamat SD c. Sekolah Dasar ( SD )

d. Sekolah Tingkat Pertama ( SMTP ) e. Sekolah Tingkat Atas ( SMTA ) f. Diploma I/II

g. Diploma III

h. Diploma IV/Sarjana.

Bila dilihat dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan, pendidikan berbanding lurus atau berhubungan positif dengan upah atau gaji. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi upah atau gaji yang diterima. Hubungan ini menjadi hal yang sangat penting dalam mengambil keputusan tentang efisiensi alokasi sumber daya manusia.

Dilihat dari segi jam kerja, dapat dibagi menjadi pemanfaatan jam sedikit atau sering diistilahkan sebagai “setengah mengangur” (Labor Utilization) yakni bilamana seseorang bekerja antara 1-34 jam selama seminggu yang lalu. Dasar 34 jam sebagai batas adalah berdasarkan arbitrary, yang menyatakan bahwa bilamana seseorang bekerja antara 35-60 jam selama seminggu yang lalu atau sekitar 6-8 jam perhari, sedangkan pekerja lebih (over utilization) bilamana melebihi bekerja 60 jam selama seminggu.

Berdasarkan status pekerjaan, tenaga kerja dibagi atas:

a. Bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain

b. Bekerja dengan dibantu anggota rumah tangga atau buruh tidak tetap c. Berusaha dengan buruh tetap

d. Buruh atau karyawan e. Pekerja keluarga

Bila dilihat dari status pekerjaan, pertumbuhan ekonomi akan menyebabkan rasio jumlah karyawan dengan upah atau gaji meningkat. Sementara itu rasio jumlah tenaga kerja yang bekerja dengan dibantu keluarga atau karyawan tidak tetap dan pekerja keluarga menurun.

Jumlah tenaga kerja yang berstatus bekerja sendiri, bekerja dibantu oleh karyawan tidak tetap atau oleh keluarga dan pekerja keluarga, sering kali digunakan sebagai indikator jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor informal.

Jumlah tenaga kerja yang bekerja sebagai karyawan dengan upah atau gaji serta yang berusaha dengan dibantu oleh karyawan tetap adalah indikator dari jumlah tenaga kerja formal. Keberhasilan suatu proses pembangunan seharusnya dapat tercermin dari berkurangnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor informal dan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor formal.

Gambar 2.1

Penduduk dan tenaga kerja

Bukan Angkatan kerja (not in the labor force)

Sekolah Ibu rumah tangga Lain-lain

Bekerja

Penduduk dalam usia kerja Tenaga kerja menurut produktivitas

Setengah penganggur menurut pendidikan dan j i k j

Lain-lain

2.4 Teori Penduduk

2.4.1 Aliran Malthusian dan Neo Malthusian a. Aliran Malthusian

Aliran ini dipelopori oleh Thomas Robert Malthus, seorang pendeta Inggris, hidup pada tahun 1766 hingga 1834. Pada permulaan tahun 1798 lewat karangannya yang berjudul : “ essai on Principle of populations as it affect the future improvement of society, with remark on the speculations of Mr. Godwin, M. Condorcet, and other writers”, menyatakan bahwa penduduk (seperti juga tumbuh-tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi ini. Tingginya pertumbuhan penduduk ini disebabkan karena hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak bisa dihentikan. Disamping itu Malthus berpendapat bahwa manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan jauh lebih lambat dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk , maka manusia akan mengalami kekurangan bahan makanan. Inilah sumber dari kemelaratan dan kemiskinan manusia. Hal ini jelas diuraikan oleh Malthus sebagai berikut :

“Human species would increase as the number 1,2,4,8,16,32,64,128,256, anf substance as 1,2,3,4,5,6,7,8,9. In two centuries the population would be to the means of substance as 256 to 9 ; in three centuries as 4096 to 13 and in two thousand years

the difference would be almost incalculable”

Seperti telah disebutkan di atas, untuk dapat keluar dari permasalahan kekurangan pangan tersebut, pertumbuhan penduduk harus dibatasi. Menurut Malthus pembatasan tersebut, dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu preventive checks,

dan positive checks. Preventive checks ialah pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran. Preventive checks dapat dibagi menjadi dua, yaitu : moral restraint dan vice. Bagi Malthus moral restraint merupakan pembatasan kelahiran yang paling penting, sedangkan penggunaan alat kontrasepsi belum dapat diterimanya. Positive checks adalah pengurangan penduduk melalui proses kematian.

Apabila disuatu wilayah jumlah penduduk melebihi jumlah persediaan bahan pangan, maka tingkat kematian akan meningkat mengakibatkan terjadinya kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Proses ini akan terus berlangsung sampai jumlah penduduk seimbang dengan persedian bahan pangan.

Pendapat Malthus banyak mendapat tanggapan para ahli dan menimbulkan diskusi yang terus menerus. Pada umumnya gagasan yang dicetuskan Malthus dalam abad ke-18 pada masa itu dianggap sangat aneh. Asumsi yang mengatakan bahwa dunia akan kehabisan sumber daya alam karena jumlah penduduk yang selalu meningkat, tidak dapat diterima oleh akal sehat. Beberapa kritik terhadap teori Malthus adalah sebagai berikut :

1. Malthus tidak memperhitungkan kemajuan-kemajuan transportasi yang menghubungkan daerah satu dengan yang lainnya sehinggan pengiriman bahan makanan ke daerah-daerah yang kekurangan pangan mudah dilaksanakan.

2. Dia tidak memperhitungkan kemajuan yang pesat dalam bidang teknologi, terutama dalam bidang pertanian. Jadi produksi pertanian dapat pula ditingkatkan secara cepat dengan mempergunakan teknologi baru.

3. Malthus tidak memperhitungkan usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan-pasangan yang sudah menikah. Usaha pembatasan kelahiran ini telah dianjurkan oleh Francis Place pada tahun 1822.

4. Fertilitas akan menurun apabila terjadi perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk dinaikkan. Hal ini tidak diperhitungkan oleh Malthus.

b. Aliran Neomalthusian

Pada akhir abad ke-19 dan permulaan abad ke-20, teori Malthus mulai diperdebatkan lagi. Kelompok yang menyokong aliran Malthus tetapi lebih radikal disebut dengan kelompok Neo-Malthusian. Kelompok ini tidak sependapat dengan Malthus bahwa mengurangi jumlah penduduk cukup dengan moral restraint saja.

Untuk keluar dari perangkap Malthus, mereka menganjurkan menggunakan semua cara-cara preventive checks misalnya dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi untuk mengurangi jumlah kelahiran, pengguguran kandungan (abortions). Paul Ehrlich :

“the only way to avoid that scenario is to bring the birth rate under control-perhaps even by force”.

Menurut kelompok inti (yang dipelopori oleh Garnett Hardin dan Paul Ehrlich). Pada abad ke-20 (pada tahun 1950-an), dunia baru yang pada jamannya Malthus masih kosong kini sudah mulai penuh dengan manusia. Dunia baru sudah mulai tidak mampu untuk menampung jumlah penduduk yang selalu bertambah. Tiap minggu lebih dari satu juta bayi lahir didunia, ini berarti satu juta lagi mulut yang harus diberi makan. Mungkin pada permulaan abad ke-19 orang masih dapat mengatakan bahwa apa yang diramalkan Malthus tidak mungkin terjadi tetapi sekarang beberapa orang percaya bahwa hal itu terjadi.

Paul Ehrlich dalam bukunya “the population bomb” pada tahun 1971, menggambarkan penduduk dan lingkungan yang ada di dunia dewasa ini sebagai berikut. Pertama, dunia ini sudah terlalu banyak manusia; kedua, keadaan bahan makanan semakin terbatas; ketiga, karena terlalu banyak manusia di duna ini lingkungan sudah banyak yang rusak dan tercemar. Pada tahun 1990 Ehrlich bersama isterinya merevisi buku tersebut dengan judul yang baru “the population explotion”, yang isinya bahwa bom penduduk yang dikhawatirkan tahun 1968, kini sewaktu-waktu akan dapat meletus. Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang parah karena sudah terlalu banyaknya penduduk sangat merisaukan mereka.

“.the poor are dying of hunger, while the rich and poor alike are dying from the by-products of a affluence-population and ecological disaster”.

Pandangan mereka tentang masa depan dunia ini sangat suram, namun demikian isu kependudukan ini sangat penting bagi seluruh generasi terutama bagi penduduk di Negara maju (developed world).

Pada tahun 1972, Meadow menerbitkan sebuah buku dengan judul “the limit to growth”. Bagi penganut Malthus, buku ini merupakan karya terbaik yang pernah diterbitkan, tetapi bagi penentang teori Malthus buku ini dapat mempengaruhi manusia dalam melihat masa depan dari dunia ini, yaitu dunia penuh kesuraman, dan pesimisme. Tulisan Meadow memuat hubungan antara variabel lingkungan yaitu : penduduk, produksi pertanian, produksi industry, sumber daya alam dan polusi. Pada waktu persediaan sumber daya alam masih berlimpah, maka bahan makanan per kapita, hasil industri, dan penduduk bertambah dengan cepat. Pertumbuhan ini akhirnya menurun sejalan dengan menurunnya persediaan sumber daya alam (SDA) yang akhirnya akan habis. Walaupun dibuat asumsi yang bervariasi dari laju

perkembangan kelima variabel di atas, terjadinya malapetaka tidak dapat dihindari, hanya waktunya dapat tertunda. Ada dua kemungkinan yang dapat dilakukan, yaitu membiarkan malapetaka itu terjadi, atau manusia itu membatasi pertumbuhannya dan mengelola lingkungan alam dengan baik (Demografi Umum,2003).

2.4.2 Aliran Marxist

Aliran in dipelopori oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Tatkala Thomas Robert Malthus meninggal di Inggris pada tahun 1834, mereka berusia belasan tahun.

Kedua-duanya lahir di Jerman kemudian secara sendiri-sendiri hijrah ke Inggris. Pada waktu itu teori Malthus sangat berpengaruh di Inggris maupun Jerman. Marx dan Engels tidak sependapat dengan Malthus yang mengatakan bahwa apabila tidak diadakan pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk, maka manusiakan kekurangan bahan pangan. Menurut Marx tekanan penduduk yang terdapat di suatu Negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan penduduk terhadap kesempatan kerja. Kemelaratan terjadi bukan disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat, tetapi karena kesalahan masyarakat itu sendiri seperti yang terdapat pada Negara-negara kapitalis. Kaum kapitalis akan mengambil sebagian pendapatan dari buruh sehingga menyebabkan kemelaratan buruh tersebut.

Selanjutnya Marx berkata, kaum kapitalis membeli mesin-mesin untuk menggantikan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan oleh buruh. Jadi penduduk yang melarat bukan disebabkan karena kekurangan bahan pangan, tetapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian dari pendapatan mereka. Jadi menurut Marx dan Engels sistem kapitalislah yang menyebabkan kemelaratan tersebut, dimana mereka

menguasai alat-alat produksi. Untuk mengatasi hal-hal tersebut maka struktur masyarakat harus diubah dari sistem kapitalis ke sistem sosialis.

Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi dikuasai oleh buruh, sehingga gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Selanjutnya ia berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produksi yang

Menurut Marx dalam sistem sosialis alat-alat produksi dikuasai oleh buruh, sehingga gaji buruh tidak akan terpotong. Buruh akan menikmati seluruh hasil kerja mereka dan oleh karena itu masalah kemelaratan akan dapat dihapuskan. Selanjutnya ia berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produksi yang

Dokumen terkait