• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.5 Teori Migrasi

2.5.2 Teori Migrasi Everett S. Lee

Dalam keputusan bermigrasi selalu terkandung keinginan untuk memperbaiki salah satu aspek kehidupan, sehingga keputusan seseorang melakukan migrasi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Menurut Lee (1987) ada empat faktor yang perlu diperhatikan dalam studi migrasi penduduk, yaitu :

1. Faktor-faktor daerah asal

2. Faktor-faktor yang terdapat pada daerah tujuan 3. Rintangan antara

4. Faktor-faktor individual

Faktor-faktor 1,2 dan 3, secara skematis dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal dan daerah tujuan serta rintangan antara

Pada masing-masing daerah terdapat faktor-faktor yang menahan seseorang untuk tidak meninggalkan daerahnya atau menarik orang untuk pindah ke daerah tersebut (faktor +), dan ada pula faktor-faktor yang memaksa mereka untuk meninggalkan daerah tersebut (faktor -). Selain itu ada pula faktor-faktor yang tidak mempengaruhi penduduk untuk melakukan migrasi (faktor o). Diantara keempat faktor tersebut, faktor individu merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengambilan keputusan untuk migrasi. Penilaian positif atau negatif terhadap suatu daerah tergantung kepada individu itu sendiri.

Besarnya jumlah pendatang untuk menetap pada suatu daerah dipengaruhi besarnya faktor penarik (pull factor) daerah tersebut bagi pendatang. Semakin maju kondisi sosial ekonomi suatu daerah akan menciptakan berbagai faktor penarik, seperti perkembangan industri, perdagangan, pendidikan, perumahan, dan transportasi. Kondisi ini diminati oleh penduduk daerah lain yang berharap dapat

Daerah Asal Daerah Tujuan

memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Pada sisi lain, setiap daerah mempunyai faktor pendorong (push factor) yang menyebabkan sejumlah penduduk migrasi ke luar daerahnya. Faktor pendorong itu antara lain kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan jenisnya, sarana dan prasarana pendidikan yang kurang memadai, fasilitas perumahan dan kondisi lingkungan yang kurang baik.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi empiris guna memecahkan masalah dan menguji hipotesis dari penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisa pengaruh Pendapatan Total dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja terhadap Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu: Badan Pusat Statistik (BPS) SUMUT, dan Badan Pusat Statistik (BPS) kota Medan.

Disamping itu, data lainnya yang mendukung penelitian ini diperoleh dari sumber bacaan seperti, jurnal,dan buku bacaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data runtun waktu (time series) dengan kurun waktu 20 tahun (1988-2007).

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, majalah, dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan topik yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan secara langsung dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.4 Pengolahan Data

Penulis melakukan pengolahan data dengan metode statistika menggunakan program komputer E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam skripsi ini.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika. Dalam menganalisis data yang diperoleh untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat maka digunakan model ekonometrik dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Squared). Data yang digunakan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis statistika yaitu persamaan regresi linier berganda.

Model persamaannya adalah sebagai berikut :

Y = f(X1, X2) ... (1)

Kemudian fungsi tersebut dispesifikasikan kedalam bentuk model persamaan regresi linier sebagai berikut :

Y = α+β1X12X2... (2)

Dimana :

Y = Tingkat Kepadatan Penduduk (jiwa) X1 = Pendapatan Total Masyarakat (rupiah) X2 = Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja (jiwa) α = Intercept / Konstanta

2 1

β = Koefisien Regresi

µ = Term of Error ( Kesalahan Pengganggu )

Bentuk hipotesis di atas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : ,

Y Artinya jika X1 (Pendapatan Total Masyarakat) meningkat

maka Y (Tingkat Kepadatan Penduduk) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

,

Y Artinya jika X2 (Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja) meningkat

maka Y (Tingkat Kepadatan Penduduk) akan mengalami kenaikan, ceteris paribus.

3.6. Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) 3.6.1. Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama-sama memberi penjelasan terhadap variabel dependen . Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0≤R<1).

3.6.2. Uji t-statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap

variabel dependen dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :

H0 : bi = b Ha : bi ≠b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y. Bila nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel dependen. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus :

t-hitung =

( )

Sb b bi

Dimana :

bi = Koefisien variabel independen ke-i b = Nilai hipotesis nol

Sbi = Simpangan baku dari variabel independen ke-i Kriteria pengambilan keputusan :

H0 : β =0 H0 diterima (t*<t-tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha : β ≠0 Ha diterima (t*>t-tabel) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha diterima

Ho diterima

0 Gbr 3.1 Kurva Uji t- statistik 3.6.3. Uji F-statistik

Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut :

2

Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung =

( )

n = Jumlah sampel

Kriteria pengambilan keputusan : 0

: 1 2

0 β =β =

H H0 diterima (F*<F-tabel) artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

0 :β1 ≠ β2

Ha Ha diterima (F*>F-tabel) artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 3.7.1. Multikolinearity

Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada

tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-hitung, dan standart error.

Adanya multikolinearity ditandai dengan :

• Standart error tidak terhingga

• Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan pada α = 1%, α = 5%, α = 10%

• Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori

• R2 sangat tinggi.

3.7.2. Autokorelasi (Serial Correlation)

Serial Correlation didefenisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu dan ruang. Model regresi linear klasik mengasumsikan autokorelasi tidak terdapat didalamnya distribusi atau gangguan μi

dilambangkan dengan :

(

i : j

)

=0

E µ µ ij

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan autokorelasi, yaitu : 1. Dengan menggunakan atau memplot grafik

2. Dengan D-W Test (Uji Durbin-Watson) Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut :

D-hitung =

Dengan hipotesis sebagai berikut :

, 0

0 :ρ =

H artinya tidak ada autokorelasi ,

0 :ρ ≠

Ha artinya ada autokorelasi

Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu diperoleh nilai kritis dl dan du dalam tabel distribusi Durbin-Watson untuk berbagai nilai α. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 3.3 Kurva Durbin-Watson

Keterangan :

H0 : Tidak ada korelasi

DW<dl : Tolak H0 (ada korelasi positif) DW>4-dl : Tolak H0 (ada korelasi negatif) du<DW<4-du : Terima H0 (tidak ada korelasi)

dl≤ Dw<4-du : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive) (4-du)≤ Dw ≤ (4-dl) : Tidak bisa disimpulkan (inconclusive)

3.8. Defenisi Operasional

1. Tingkat Kepadatan Penduduk adalah banyaknya jumlah penduduk di kota Medan dibagi luas wilayah kota Medan yang dinyatakan dalam jiwa/Km2. 2. Pendapatan Total adalah PDRB perkapita Kota Medan menurut harga berlaku

yang dinyatakan dalam Rupiah.

3. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja adalah Jumlah tenaga kerja di Kota Medan yang bekerja di sektor industri sedang dan besar yang dinyatakan dalam jiwa.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Daerah penelitian

4.1.1 Kondisi geografis

Kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil, tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 2° 27' – 2°

47' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter diatas permukaan laut.

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.

Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di

Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis. Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar (265,10 Km 2 ) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara.

Secara administratif , wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong

perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.1.2 Kondisi Iklim

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia pada tahun 2006 berkisar antara 23,00C-24,10C dan suhu maksimum berkisar 30,60C-33,10C. serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 23,60C-24,40C dan suhu maksimum berkisar antara 30,20C-32,50C.

Selanjutnya mengenai kelembapan udara di wilayah kota Medan rata-rata 78%-82%. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Hari hujan kota Medan pada tahun 2006 rata-rata perbulannya 19 hari dengan rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali perbulannya 230,3 mm dan pada Stasiun Polonia perbulannya 211,67 mm.

4.1.3 Kondisi Demografis

Berdasarkan data kependudukan tahun 2007, penduduk Kota Medan saat ini diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria, (1.048.460 jiwa > 1.034.696 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap , sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk commuters. Dengan demikian Kota Medan Merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga memiliki deferensiasi pasar.

Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlah penglaju (commuters). Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun).

Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian Kota Medan secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur.

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang adalah suku Jawa dan Batak, tetapi di kota ini banyak tinggal pula orang keturunan India dan Tionghoa. Komunitas Tionghoa di Medan cukup besar, sekitar 25% dari jumlah total. Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di sekitar Jalan Zainul Arifin bahkan dikenal sebagai Kampung Madras (Kampung India).

Pada tahun 2006, angka harapan hidup di Medan 71,1 dan pada tahun 2007 terjadi peningkatan sekitar 0,4 sehingga menjadi 71,5. Secara historis, pada tahun 1918 tercatat Medan dihuni 43.826 jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya berasal dari ras Timur lainnya.

4.1.4 Perkembangan Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan

Kepadatan penduduk merupakan indikator dari tekanan penduduk suatu daerah. Kepadatan penduduk di suatu daerah biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk perkilometer persegi. Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan, dimana tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004.

sedangkan tingkat kapadatan penduduk mengalami peningkatan dari 7.183 jiwa per

Km2 pada tahun 2004. jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul kecamatan Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit , terdapat di kecamatan Medan Baru, Medan Maimun dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur

Tahun kepadatan penduduk

1988 6.248

Sumber :Badan pusat statistik Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.1 Tingkat kepadatan penduduk di Kota Medan

Dapat dilihat dari tabel diatas kepadatan penduduk Medan pada tahun 1988 adalah sebesar 6.248 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tersebut meningkat terus hingga tahun 1998 sebesar 7.563 jiwa/km2. Pada tahun 1999 mengalami penurunan akibat terjadinya kerusuhan pada mei 1998 yang lalu. Banyak penduduk etnis cina yang meninggal dan pindah ke daerah lain akibat dari kerusuhan tersebut. Selain itu

keadaan perekonomian pun semakin memburuk. Setelah semakin membaiknya keadaan politik dan ekonomi di Indonesia dan khususnya setiap daerah-daerah. Maka pada tahun 2000 kepadatan penduduk terus meningkat sampai pada sekarang ini yaitu sebesar 7.858 jiwa/km2.

4.1.5 Perkembangan Pendapatan Total Masyarakat dan Tingkat Peyerapan Tenaga Kerja di Kota Medan

Dengan terjadinya pertumbuhan PDRB yang industri tinggi belum tentu mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat, karena hal ini sangatb tergantung pada perkembangan jumlah penduduk walaupun pertumbuhan PDRB mengalaminpeningkatan yang cukup signifikan tetapi jika pertumbuhan penduduk tidak bisa ditekan bahkan lebih besar pertumbuhan penduduk daripada pertumbuhan ekonomi maka dalam hal ini tidak dapat mengangkat tingkat kemakmuran masyarakat. Untuk itu PDBR perkapita sebagai salah satu alat pengukur tingkat kemakmuran merupakan hasil pembagi antara PDRB dengan jumlah penduduk. Jika PDRB perkapita mengalami peningkatan maka boleh dikatakan adanya peningkatan kemakmuran dari masyarakat.

1996 3.324.255,00

Sumber :Badan pusat statistik Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.2 Pendapaan Total Masyarakat di Kota Medan

Jika dilihat dari tabel diatas maka perkembangan PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sejak dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2007 terus mengalami kenaikan. Pada tahun 1988 sebesar Rp. 1.116.878,58 dan pada 10 tahun kedepannya pada tahun 1998 setelah terjadi krisis ekonomi PDRB perkapita kota Medan tetap mengalami peningkatan yang bagus yaitu menjadi Rp. 4.848.701,00 dan terakhir pada tahun 2007 terjadi peningkatan yang sangat bagus yaitu menjadi Rp. 26.620.947.

Sektor industri sangat berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja yang diharapkan akan dapat mengurangi jumlah pengangguran. Sektor industri menyumbang sebesar 18,42% terhadap perekonomian Medan. Ini merupakan sumbangan terbesar pertama dibanding dengan sektor-sektor lainnya.

Tahun

1992 41.725

Sumber :Badan pusat statistik Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.3 Tingkat penyerapan tenaga kerja dari sektor industri besar dan sedang di Kota Medan

Pada tahun 1988 sektor industri besar dan sedang menyerap tenaga kerja sebesar 29.536 jiwa. Namun pada tahun 1989 terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja yang menjadi 28.733 jiwa. Tahun 1989 ini merupakan tahun dimana jumlah penyerapan tenaga kerja yang paling sedikit pada kurun waktu 20 tahun terakhir (1988-2007). Peyerapan yang paling banyak terjadi di tahun 1996 yaitu sebesar 53.140 jiwa dan setelah itu terjadi penurunan terus menerus setiap tahunnya sampai tahun 2001 yang menjadi 44.945 jiwa, dan terus berfluktuasi jumlah penyerapan tenaga kerja pada tahun-tahun berikutnya sehingga pada akhirnya yaitu tahun 2007 jumlah penyerapan tenaga kerja menjadi 39.061 jiwa.

4.2 Hasil dan Analisa

Analisis pembahasan ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel, yaitu variabel dependen (Tingkat Kepadatan Penduduk) dan variabel independen (Pendapatan Total dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja). Untuk membuktikan kebenaran hipotesa tersebut, penulis mengajukan dalam bentuk analisis matematik apakah Tingkat Kepadatan Penduduk Kota Medan dipengaruhi oleh Pendapatan Total Masyarakat dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja.

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah dengan menggunakan program Eviews 5.1 dapat dilihat hasilnya dalam lampiran 2.

4.3 Interpretasi Model

Model persamaan adalah sebagai berikut :

Y = α +β1X12X2+µ………..(2) Dimana :

Y = Tingkat Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) X1 = Pendapatan Total Masyarakat (rupiah) X2 = Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja (jiwa) α = Intercept / Konstanta

2 1

β = Koefisien Regresi

µ = Term of Error ( Kesalahan Pengganggu )

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program eviews 5.1 diperoleh estimasi sebagai berikut:

Tabel 4.4 Hasil Regresi

Y = 5292,676 + 0,0000486X1 + 0,034336X2 Std.Error = (252,1569) (0,00000513) (0,005656)

t- Statistik = (9,475455)*** (6,070665)***

R2 = 0,872427 F-statistik = 58,12872

Adjusted R2 = 0,857419 Prob.Statistik = 0,000000

DW- stat = 2,314984

Keterangan: ***) Signifikan pada α = 1%

Dari hasil estimasi diatas dapat dijelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebagai berikut :

1. Pendapatan Total Masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 99% dan besarnya koefisien 0,0000486 artinya setiap kenaikan Pendapatan Total Masyarakat sebesar 1 juta Rupiah pertahun maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Kepadatan Penduduk sebesar 0,00005 perseribu jiwa perkm2,cateris paribus.

2. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja mempunyai pengaruh positif terhadap Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan dengan tingkat kepercayaan 99% dan besarnya koefisien 0,034336 artinya setiap kenaikan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja sebanyak 1 jiwa maka akan menyebabkan peningkatan Tingkat Kepadatan Penduduk sebesar 0,034336 perseribu jiwa perkm2, cateris paribus.

4.4 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel independen secara bersama dapat memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Dari hasil regresi diperoleh nilai R2 = 0,872427 atau 87,24%, yang berarti bahwa variabel dependen yaitu Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan mampu dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu Pendapatan Total Masyarakat dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja sebesar 87,24% dan sisanya 12,76% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

2. Uji t-statistik (Uji Parsial)

Uji t-statistik dilakukan untuk menguji apakah variabel independen diatas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Hipotesis: Ho:bi = 0 Tidak signifikan Ha:bi ≠ 0 Signifikan

Kriteria pengambilan keputusan:

Ho:β1 = 0 Ho diterima, artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t* < t-tabel).

Ha: β2 ≠ 0 Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel independen (t* > t-tabel).

1. Variabel Pendapatan Total Masyarakat (X1) Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 9,475455 α = 1%, df = n-k-1 = 20-2-1

df = 17 maka t-tabel = 2,567

Dari hasil estimasi diatas dapat diketahui Pendapatan Total Masyarakat (X1) signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel (9,475>2,567 ). Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel Pendapatan Total Masyarakat (X1) berpengaruh nyata terhadap variabel Tingkat kepadatan Penduduk (Y) pada tingkat kepercayaan 99%.

Ha diterima Ha diterima

Gambar 4.1 Kurva uji t-statistik variabel pendapatan total masyarakat 2. Variabel Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja (X2)

Dari analisa regresi diketahui t-hitung = 6,070665 α = 1%, df = n-k-1 = 20-2-1

df = 17 maka t-tabel = 2,567

Dari hasil estimasi diatas dapat diketahui Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja (X2) signifikan pada α = 1% dengan t-hitung > t-tabel (6,071 >2,567 ). Dengan demikian Ha diterima, artinya variabel Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja (X2) berpengaruh nyata terhadap variabel Tingkat Kepadatan Penduduk (Y) pada tingkat kepercayaan 99%.

H0 diterima

--2,567 2,567 9,475

Ha diterima Ha diterima

Gambar 4.2 Kurva uji t-statistik variabel tingkat penyerapan tenaga kerja

3. Uji F-Statistik

Uji F ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi peningkatan variabel dependen. Untuk pengujian ini digunakan hipotesa sebagai berikut:

Ho:bi = 0 …... Tidak signifikan Ha: bi ≠ 0 …... Signifikan Dengan kriteria pengambilan keputusan:

Ho diterima: jika F hitung < F tabel artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha diterima: jika F hitung > F tabel artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Dari hasil analisis regresi diketahui F-hitung = 58,12872 Dimana, α = 1%

df= (k-1,n-k)=(2-1,20-2) Maka F- tabel = 8,28

H0 diterima

-2,567 2,567 6,071

Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh bahwa F-hitung > F-tabel (58,12872>8,28). Dengan demikian Ha diterima yang artinya bahwa variabel Pendapatan Total Masyarakat (X1) dan Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja (X2) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap Tingkat Kepadatan Penduduk di Kota Medan pada tingkat kepercayaan sebesar 99%.

0 8,28 58,13

Gambar 4.3 Uji F-Statistik

4.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat hubungan variabel independen diantara satu dengan lainnya. Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel independen. Hal ini dapat dilihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan.

Dari model analisa:

Ho diterima

Ha diterima

Y = α + β1X1 + β2X2 + µ ...(1) R2 = 0,87

Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen.

Pendapatan Total Masyarakat (X1)=f ( Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja (X2)) X1= α + β2X2 + µ ...(2)

Maka didapat R2 = 0,010083 dari hasil R2 persamaan (2) ini dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas antara variabel independen. Karena R2 persamaan (2) lebih kecil dari R2 model analisis persamaan (1) (0,01 < 0,87).

4. Autokorelasi (Serial Correlation)

Uji Durbin-Watson (Uji D-W) digunakan untuk mengetahui apakah didalam model yang digunakan terdapat autokorelasi diantara variabel-variabel yang diamati.

Hipotesa:

Ho : ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi Ha : ρ ≠ 0, artinya ada autokorelasi

Dari hasil analisa regresi diketahui DW-hitung = 2,314984 K = 2; n = 20; α = 1%

dl=0,86 du=1,27 4-dl=3,14 4-du=2,73

Autokolerasi(-)

Ho diterima (no serial correlation)

0 0,86 1,27 2 2,31 2,73 3,14

Gambar 4.4 Kurva Uji Durbin Watson

Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa DW-hitung = 2,314984 ,

Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa DW-hitung = 2,314984 ,

Dokumen terkait