• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang telah peneliti dapatkan di perkuliahan, dan sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya atau bahan perbandingan peneliti yang baru, khususnya bagi mahasiswa manajemen yang akan melakukan penelitian yang sama.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan yang berguna untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berfikir dalam menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang dihadapi dilapangan.

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Anggaran

Menurut Halim dan Kusufi (2017:48), anggaran adalah dokumen yang berisi estimasi kerja, baik berupa penerimaan dan pengeluaran yang disajikan dalam ukuran moneter yang akan dicapai pada periode waktu tertentu dan menyertakan data masa lalu sebagai bentuk pengendalian dan penilaian kinerja.

Anggaran adalah alat perencanaan dan pengendalian. Perencanaan adalah pemikiran ke depan untuk melihat tindakan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sri Rahayu dan Andry Arifian Rachman (2013:4) anggaran adalah alat perencanaan dan pengendalian alat bagi manajemen untuk membuat rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi dalam suatu periode tertentu untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya tidak terbatas. Anggaran adalah rencana tertulis untuk kegiatan organisasi yang disajikan secara kuantatif dan biasanya dinyatakan dalam satuan moneter atau selama periode waktu tertentu (Nafarin, 2012:15). Dan menurut Mardiasmo (2011:61) anggaran adalah pernyataan tentang perkiraan hasil yang dicapai dalam jangka waktu tertentu yang ditunjukkan dalam ukuran keuangan, dan penganggaran adalah proses atau metode penyusunan anggaran.

Mahsun (2013:15) menyatakan bahwa anggaran adalah rencana keuangan untuk masa depan, biasanya mencakup suatu periode atau tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter.

Menurut Nafarin (2013:12), penganggaran akan gagal jika hal-hal berikut

tidak diperhitungkan:

1. Penganggaran tidak kompeten, tidak memikirkan masa depan.

2. Pembuatan anggaran tidak stabil, 3. Pelaksana yang tidak kompeten 4. Tidak ada dukungan masyarakat, dan 5. Pendanaan tidak mencukupi.

a. Sasaran Penganggaran

Menurut M.Nafarin (2012: 19), sasaran penganggaran adalah sebagai berikut:

a. Untuk melengkapi rencana yang telah disusun karena dengan adanya anggaran menjadi semakin jelas dan terlihat.

b. Merampingkan sumber dan menginvestasikan dana untuk mencapai efisiensi maksimum.

c. Untuk menampung dan menganalisis serta memutuskan setiap usulan yang berkaitan dengan keuangan.

d. Uraikan secara rinci jenis modal yang dicari dan jenis dana investasi untuk memudahkan pemantauan.

e. Mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pemangku kepentingan agar anggaran dipahami, didukung, dan dilaksanakan.

f. Menyediakan sarana untuk mengukur dan memantau kinerja individu dan tim dan menyediakan informasi yang mendukung kebutuhan benchmarking.

b. Jenis-jenis Anggaran

Jenis-jenis anggaran rekening publik Bastian adalah sebagai berikut:

a. Buat anggaran terperinci untuk pesanan. Adalah penganggaran berdasarkan sumber dana (pendapatan) dan penggunaan anggaran (belanja). Penggunaannya meluas karena dianggap mudah dilakukan dan memiliki beberapa ciri penting yaitu tujuan utamanya untuk melakukan pengendalian keuangan, sangat berorientasi pada organisasi, menentukannya dengan pendekatan bottom-up (bawah ke atas), dan dalam praktiknya, tidak jarang menggunakan pengeluaran atau penyerapan anggaran sebagai salah satu alasan pentingnya indeks penting dalam mengukur keberhasilan organisasi

b. Penganggaran inkremental adalah sistem penganggaran dan penerimaan yang memungkinkan adanya revisi selama tahun berjalan sekaligus sebagai dasar penentuan usulan anggaran untuk tahun yang akan datang. Angka pengeluaran adalah perubahan (kenaikan) dari angka periode sebelumnya.

c. Planning programmingbudgeting system (PPBS), dan adalah proses perencanaan, pemrograman dan penganggaran terkait dalam suatu sistem sebagai satu kesatuan dan kesatuan yang tidak terpisahkan, yang mencakup definisi tujuan organisasi dan masalah yang mungkin timbul.

d. Penganggaran Berbasis (ZBB) adalah sistem penganggaran yang didasarkan pada perkiraan kinerja, bukan pada apa yang telah dilakukan di masa lalu. Setiap kegiatan akan dievaluasi secara

terpisah. Berbagai program akan dikembangkan sesuai dengan tahun yang bersangkutan

e. Performance Budgeting Performance Budgeting), adalah sistem penganggaran berorientasi hasil dari suatu organisasi dan terkait erat dengan visi, misi dan rencana strategis organisasi.

2. Pendapatan

Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan instansi. Sebagai suatu organisasi yang beriorentasi Profit maka pendapatan mempunyai peranan yang sangat besar. Pendapatan merupakan factor penting dalam operasi suatu perusahaan, karena pendapatan akan mempengaruhi tingkat laba yang diharapkan akan menjamin kelangsungan hidup perusahaan.

Menurut peraturan pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang standar Akuntansi Pemerintah (SAP) pada pernyataan standar akuntansi pemerintah Nomor 2 Tentang laporan realisasi anggaran dinyatakan baha pendapatan adalah “semua penerimaan Rekening Kas Umum

Negara/Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam priode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah.”

Menurut Sodikin dan Riyono (2014:37), penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama periode pelapor dalam bentuk arus masuk atau peningkatan asset, atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan dan keuntungan.

Pendapatan adalah pengahasilan yang timbul dalam pelaksanaan

aktivitas entitas yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, imbalan, bunga, deviden, royalty dan sewa.

Sedangkan pendapatan menurut Kartikahadi, dkk (2012:186) pengahasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu priode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset serta penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.

3. Pendapatan Desa

Menurut Undang-undang No.6 Tahun 2014 menyebutkan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan Menurut Sutardjo Kartohadikusumo, dalam pendapatnya menyebutkan bahwa Desa merupakan suatu wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan penduduk yang rendah dan dihuni oleh penduduk dengan interaksi sosial yang bersifat homogen. Selain itu, penduduknya bermata pencaharian di bidang agraris serta mampu berinteraksi dengan wilayah lain di sekitarnya

Pendapatan Desa merupakan semua penerimaan uang melalui rekening kas desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayarkan kembali oleh desa. Dalam Pasal 11 Peraturan mentri dalam Negeri (permendagri) Nomor 20 tahun 2018.

Sedangkan rekening desa sendiri adalah rekening tempat menyimpan

uang dan menampung seluruh penerimaan desa yang dapat digunakan untuk membayar seluru pengeluaran desa dalam satu rekening pada bank yang ditetapkan, ini artinya, jika menurut pengertian rekening desa, sekaligus menjawab apa yang sering ditanyakan terkait boleh dan tidaknya desa mempunyai rekening lebih dari satu, sudah jelas, bahwa dalam permendagri Nomor 20 Tahun 2018 Pasal 1 angka (20) yang menjadi pedoman pengelolaan keuangan desa. Desa hanya boleh memiliki satu rekening bank saja.

4. Sumber-sumber Pendapatan Desa

Sumber-sumber Pendapatan Desa sesuai pasal 72 UU yaitu : a. Pendapatan Asli Desa (PAD)

Pendapatan Asli Desa (PAD) yaitu pendapatan murni upaya yang dilakukan oleh desa untuk menambah penerimaan yang kemudian dimasukkan kedalam rekening kas desa. Pendapatan Asli Desa sendiri diklasifikasikan menurut menurut beberapa jenis yaitu:

1) Hasil usaha adalah seluruh hasil usaha milik Desa yang dikelola secara terpisah berdasarkan, Peraturan Desa berpedoman pada Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Salah satu hasil usaha yang menimbulkan penerimaan bagi pendapatan Desa dari hasil usaha Desa, antara lain hasil BUMDES.

2) Hasil aset adalah seluruh hasil dari barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli milik Desa, dibeli atau diperoleh

atas beban APB Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.

Seperti; tanah kas desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh Desa, pelelangan hasil pertanian, hutan milik desa, mata air milik Desa, pemandian umum, wisata Desa dan lain-lain kekayaan asli Desa sesuai dengan Peraturan Desa tentang Pengelolaan Aset Desa yang berpedoman pada Peraturan Bupati Luwu Timur Nomor 16 Pasal 8 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Aset Desa.

3) Swadaya partisipasi dan gotong royong atau yang biasa di sebut dengan Swadaya, partisipasi dan gotong royong masyarakat adalah penerimaan yang berasal dari sumbangan masyarakat Desa. Penganggaran penerimaan swadaya, partipasi dan gotong royong harus dihitung secara cermat dan riil dalam bentuk uang yang masuk ke rekening kas Desa untuk mendukung pelaksanaan suatu kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Desa.

4) Pendapatan Asli Desa lain adalah penerimaan desa yang diperoleh antara lain dari hasil pungutan desa sesuai dengan kewenangan desa yang ditetapkan dan diatur dalam Peraturan Desa. Pemerintah Desa dilarang melakukan pungutan desa di luar yang ditetapkan dan diatur dalam Peraturan Desa dan penyusunan rancangan Peraturan Desa tentang pungutan Desa wajib mendapat evaluasi dari Bupati.

b. Pendapatan Transfer Desa

Pendapatan Transfer Desa sendiri bersumber dari dana yang berasal dari Pemerintah Pusat, Provinsi, ataupun Kabupaten yang dilakukan melalui transfer dari rekening kas pemerintah menuju ke rekening kas desa. Berdasarkan penjelasan mengenai Pendapatan Transfer Desa ke daerah terbagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu:

1) Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi Desa ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/ kota (APBD) dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Pemerintah menganggaran Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap Tahun. Sesuai dengan PP Nomor 60 tahun 2014 jo PP Nomor 22 Tahun 2015 jo PP Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN, Dana Desa di hitung berdasarkan jumlah Desa dan dialokasikan secara berkeadilan berdasarkan Alokasi Dasar dan Alokasi Formula.

2) Alokasi Dana Desa pemerintah daerah Kabupaten/kota sesuai amanat undang-undang Desa wajib mengalokasikan ADD dalam APBD kabupaten/kota setiap tahun anggaran. Alokasi Dana Desa merupakan bagian dari Dana Perimbangan yang diterima pemerintah daerah kabupaten/kota paling sedikit 10%

setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus. Tata cara

pengalokasian ADD ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota. Pengalokasian ADD kepada setiap desa mempertimbangkan:

a) Kebutuhan penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa;

b) Jumlah penduduk desa, angka kemiskinan desa, luas wilayah desa, dan tingkat kesulitan geografis desa.

Tidak seperti penyaluran Dana Desa yang telah ditetapkan sebanyak 2 tahap yaitu penyaluran ADD ke desa diserahkan mekanismenya kepada kabupaten/kota masing-masing yang diatur dalam peraturan bupati/walikota. Sehingga antar daerah bisa saja terdapat perbedaan dalam mekanisme penyaluran dimana ada yang 2 tahap, 3 tahap, 4 tahap bahkan ada yang 12 tahap (setiap bulan).

3) Bagi Hasil Pajak dan Retribusi Daerah pemerintah Kabupaten/kota mengalokasikan Bagian dari hasil Pajak dan Retribusi Daerah kabupaten/kota kepada desa paling sedikit 10% dari realisasikan penerimaan hasil pajak dan retribusi daerah kabupatn/kota. Pengalokasian bagian dari hasil pajak dan retribusi kepada desa tersebut ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota, berdasarkan ketentuan:

a) 60% dibagi secara merata kepada seluruh desa.

b) 40% dibagi secara propesional realisasi penerimaan hasil pajak dan retribusi dari desa masing-masing.

4) Bantuang keuangan Provinsi/Kabupaten/Kota pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota dapat memberikan Bantuan keuangan yang bersumber dari APBD provinsi/kabupaten/ kota kepada desa sesuai dengan kemampuan keuangan pemerintah daerah yang bersangkutan. Bantuan tersebut diarahkan untuk percepatan pembangunan. Bantuan keuangan terseut bersifat umum dan khusus. Bantuan keuangan yang bersifat umum peruntukan dan penggunaannya diserahkan sepenunya ke desa dan pemberdayaan masyakat.

c. Pendapatan Desa Lain-lain yang Sah

Kelompok pendapatan desa lain-lain yang sah diantaranya 1) Penerimaan dari hasil kerja sama Desa

2) Penerimaan dari bantuan perusahaan yang berlokasi di Desa 3) Penerimaan dari hibah dan sumbangan dari pihak ke tiga 4) Koreksi kesalahan belanja tahun anggaran sebelumnya yang

mengakibatkan penerimaan di Kas Desa pada tahun anggaran berjalan

5) Bunga bank

6) Hadiah lomba yang diikuti oleh Pemerintah Desa; dan 10 Pendapatan lain Desa yang sahpendapatan asli desa, transfer dan pendapatan lainnya.

5. Fungsi dan Tujuan Pendapatan Desa

a. Pendapatan desa mempunyai beberapa fungsi utama yaitu sebagai berikut:

1) Alat Perencanaan, alat pengendali manajemen desa dalam rangka mencapai tujuan. Pendapatan Desa digunakan untuk merencanakan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh desa beserta rincian biaya yang dibutuhkan dan pendapatan desa sebagai alat perencanaan digunakan untuk:

a) Merumuskan tujuan dan sasaran kebijakan agar sejalan dengan visi misi dan sasaran yang sudah ditetapkan.

b) Merencanakan berbagai program, kegiatan, serta sumber pendapatan.

c) Mengalokasikan dana untuk program dan kegiatan yang sudah disusun.

d) Menentukan indicator kinerja dan pencapaian strategi 2) Alat Pengendali, berisi perencanaan detail atas pendapatan

pengeluaran desa yang dimaksud dengan adanya Pendapatan Desa,semua bentuk pengeluaran dan pemasukan dapat dipertanggungjawabkan kepada public.Tanpa adanya Pendapatan Desa, desa akan sulit mengendalikan pengeluaran dan pemasukan.

3) Alat kebijakan fisikal, dengan menggunakan Pendapatan Desa dapat di ketahui bagaimana kebijaksanaan fiscal yang akan dijalankan desa,dengan demikian akan mudah untuk memprediksi dan mengestikan ekonomi dan organisasi dan memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

4) Alat kordinasi dan komunikasi, dalam menyusun Pendapatan Desa, pasti antar unit kerja akan melakukan komunikasi dan koordinasi dalam perencanaan dan pelaksanaan, pendapatan desa harus dikomunikasikan ke seluruh perangkat desa.

Pendapatan Desa yang disusun dengan baik akan mampu mendeteksi terjadinya ikonsistensi suatu unit kerja didalam pencapaian tujuan desa.

5) Alat penilaian kinerja, perencanan pendapatan desa dan pelaksanaannya akan menjadi penilaian kinerja perangkat desa.

Kinerja perangkat desa akan dinilai berdasarkan pencapaian target pendapatan desa serta pelaksanaan efisiensi pendapatan.

Pendapatan desa merupakan alat yang efektif untuk melakukan pengendalian dan penilaian kinerja.

6) Alat motivasi, pendapatan Desa dapat digunakan untuk memberi motivasi kepada perangkat desa dalam bekerja secara efektif dan efisien. Dengan membuat anggaran yang tepat dan dapat melaksanakan sesuai dengan target dan tujuan desa, maka desa dikatakan mempunyai kinerja yang baik.

b. Tujuan Pendapatan Desa

1) Membantu pemerintah daerah untuk mencapai tujuan fisikal, kebijakan fisikal di Indonesia menunjukkan pada kebijakan pemerintah yang ditujukan untuk mengarahkan ekonomi suatu Negara lewat pengeluaran serta pendapatan pemerintah.

Kebijakan fisikal adalah kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pihak pemerintah guna mengelola dan mengarahkan kondisi

perekonomian kearah yang lebih baik atau yang diinginkan dengan cara mengubah atau mempengaruhi penerimaan dan pengeluran pemerintah. Salah satu hal yang ditonjolkan dari kebijakan fiscal ini adalah pengendalian pengeluaran dan penerimaan pemerintah atau Negara.

2) Meningkatkan pengaturan atau juga koordinasi tiap bagian yang berada dilingkungan pemerintahan daerah. Dalam meningkatkan pengaturan atau juga koordinasi sangatlah penting agar yang dikerjkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan semuanya bias terintegrasi dan bekerjasama secara efektif.

3) Menciptakan efisiensi dalam penyediaan barang dan jasa dalam pelaksanaannya tidak selalu diwujudkan dengan memperoleh harga barang dan jasa yang termurah karena disamping harga murah, perlu dipertimbangkan ketersediaan suku cadang, panjang umur dari barang yang dibeli serta besarnya biaya operasional dan biaya pemeliharaan yang harus disediakan dikemudian hari. Dalam proses pengadaan barang dan jasa ada prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan dalam pelaksanaan proses tersebut, diantaranya efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adil atau diskriminatif dan akuntabel.

4) Menciptakan prioritas belanja pemerintah daerah, aktivitas pemerintah baru dapat dirasakan oleh masyarakat ketika proses belanja selesai dilakukan, seperti belanja penyediaan infrastruktur, belanja subsidi, belanja dibidang pendidikan dan lain-lain. Salah satu titik strategis penyelengaraan pemerintah

adalah belanja Negara. Mekanisme belanja harus disusun sedemikian rupa sehingga proses belanja dapat dilakukan secara terkendali.

6. Pengelolaan Keuangan Desa

Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban desa. Pengelolaan keuangan desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.

Rencana kerja pemerintah desa (RKPDesa) merupakan penjabaran dari rencana pembangunan jangka menengah desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. Penyelenggaraan kewenagan desa yang ditugaskan oleh pemerintah didanai oleh anggaran kementrian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota. Penyelengaraan kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja daerah. Pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam masa 1 (satu) Tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai 31 Desember.

a. Asas-asas Pengelolaan Keuangan Desa

Dana Desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa, pengelolaannya dilakukan dalam kerangka pengelolaan keuangan desa. Keuangan Desa dikelola berdasarkan :

1) Pengelolaan keuangan desa, yang harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat mengetahui dan mendapat akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan desa.

2) Akuntabel merupakan perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

3) Partisipatif, yaitu penyelenggaraan pemerintah desa yang mengikutsertakan kelembagaan desa dan usure masyarakat desa.

4) Tertib dan disiplin anggaran Pengelolaan Keuangan Desa meliputi:

a. Perencanaan

1) Sekdes menyusun Raperdes tentang APBDesa yang akan dibahas dan disepakati antara kades dan BPD

2) APBDesa disampaikan kepada Bupati/walikota melalui camat paling lambat bulan oktober tahun berjalan.

3) APBDesa dievaluasi oleh Bupati/walikota selama maksimal 20 hari kerja, dan kepala desa harus melakukan penyempurnaan selama 7 hari jika APBDesa dinyatakan Raperdesa tidak sesuai.

4) Prioritas penggunaan dana desa ditetapkan dalam musyawarah desa antara BPD, Pemdes, dan unsur Masyarakat.

b. Pelaksanaan

1) Pengeluaran dan penerimaan dilaksanakan melalui rekening kas desa atau sesuai ketetapan pemerintah kabupaten/kota, dengan dukungan bukti yang lengkap dan sah.

2) Pemdes dilarang melakukan pungutan selain yang ditetapkan dalam Pemdes.

3) Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa dan besarannya ditetapkan dengan Perbup/walikota.

4) Pengadaan barang dan/jasa di Desa diatur dengan Perbup/walikota 5) Penggunaan biaya tak terduga harus dibuat rincian RAB, dan

disahkan Kepala Desa.

c. Penatausahaan

1) Wajib dilaksanakan oleh Bendahara Desa 2) Pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran 3) Melakukan tutup buku setiap akhir bulan

4) Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

5) Laporan disampaikan setiap bulan kepada Kades paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya

6) Menggunakan ; Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu dan Buku Bank

d. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

1) Kades menyampaikan laporan kepada Bupati/walikota melalui camat yang terdiri dari laporan realisasi pelaksanaan APBDesa semester pertama dan semester akhir tahun

2) Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa, disampaikan setiap akhir tahun anggaran yang terdiri dari

pendapatan, belanja dan pembiayaan dimana ditetapkan dengan perdes

3) Lampiran format laporan : Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa. T.A, kekayaan untuk desa per 311 Desember T.A, program pemerintahan dan pemda yang masuk ke desa.

7. Belanja Desa

Belanja Desa merupakan semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) Tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa dipergunakan dalam rangka mendanai penyelenggaraan kewenagan desa.

Belanja Desa yang ditetapkan dalam APBDesa sesuai pasal 100 PP Nomor 43 Tahun 2014 digunakan dengan ketentuan:

a. Paling sedikit 70% (≥70%) dari jumlah anggaran belanja desa dipergunkan untuk mendanai penyelengaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan Kemasyarakatan dessa dan pemberdayaan masyarakat desa.

b. Paling banyak 30% ( ≤30%) dari jumlah anggaran belanja desa digunakan untuk:

1) Penghasilan tetap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa 2) Operasional pemerintah desa

3) Tunjangan dan operasional Badan Permusyawaratan Desa

4) Insentif rukun tetangga dan rukun warga yaitu bantuan kelembagaan yang digunakan untuk operasional RT dan RW.

Penghasilan Tetap, operasional pemerintah desa dan tunjangan operasional BPD serta insentif RT dan RW dibiayai dengan menggunakan sumber dana dari Alokasi Dana Desa. Sedangkan penggunaan Dana Desa diproritaskan untuk membiayai pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Kebutuhan pembangunan meliputi tetapi tidak terbatas pada kebutuhan primer, pelayanan dasar,, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa. Tidak terbatas artinya kebutuhan pembangunan diluar pelayanan dasar yang dibutuhkan masyarakat desa. Kebutuhan Primer merupakan kebutuhan pangan sandang dan papan. Pelayanan dasar antara lain pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur dasar.

Belanja Desa diklasifikasikan menurut kelompok tersebut dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKPDesa. Rincian Bidang dan kegiatan berdasarkan permendagri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Perencanaan Pembangunan Desa, diuraikan sebagai berikut:

a. Bidang penyelengaraan 1) Pendapatan desa

2) Penyusunan tata ruang desa

3) Penetapan dan penegasan batas desa 4) Pengelolaaan informasi desa

5) Penyelenggaraan perencanaan desa 6) Penyelenggaraan kerjasama antar desa

7) Pembangunan sarana dan prasarana kantor desa

8) Penyelengaraan evaluasi tingkat perkembangan pemerintahan desa

9) Kegiatan lainnya sesuai dengan kondisi desa b. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa anatara lain

Pembangunan, pemanfaatan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan:

1) Jalan pemukiman

2) Jalan desa antar pemukiman ke wilayah pertanian 3) Tambatan perahu

4) Lingkungan permukiman masyarakat desa 5) Pembangkit listrik tenaga mikrohidro

6) Infrastruktur desa lainnya sesuai kondisi desa.

c. Pembangunan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan antara lain:

c. Pembangunan pemanfaatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan antara lain:

Dokumen terkait