• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Manfaat Penelitian dan Luaran Penelitian

Manfaat dari penelitian peranan guru anak usia dini dalam menangani anak autis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna secara teoritis dan secara praktis, yaitu sebagai berikut:

a. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mempraktekkan dan mengembangkan ilmu pendidikan islam anak usia dini yang telah peneliti dapatkan selama bangku perkuliahan.

b. Secara Praktis

Adapun secara praktis penelitian ini berguna untuk:

1) Dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang bagaimana peran guru anak usia dini dalam menangani anak autis di Sekolah Autiscare Snec Balai Labuah Bawah Lima Kaum Batusanggkar.

2) Dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah referensi dan sebagai bacaan di perpustakaan IAIN Batusangkar.

3) Dapat menambah pemahaman masyarakat tentang bagaimana peran guru anak usia dini dalam menangani anak autis di Sekolah Autiscare Snec Balai Labuah Bawah Lima Kaum Batusangkar.

2. Luaran Penelitian

Adapun luaran peneltian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah agar diterbitkan pada jurnal ilmiah dan bisa menambah Khazanah Perpustakaan IAIN Batusangkar.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memahami dan memudahkan pembaca menelusuri inti dari penulisan skripsi ini, peneliti memberikan definisi sebagai berikut:

Peran Guru Anak Usia Dini

Peran guru anak usia adalah guru harus berperan penting dalam pendidik anak usia dini untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada pada diri anak yang meliputi peran guru sebagai pembimbing atau konselor, guru sebaagai fasilitator dan guru sebagai motivator Prawoto (dalam Zakiya & Nurhafizah, 2019:361).

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan peran guru anak usia dini dalam menangani anak autis, yaitu sebagai pembimbing atau konselor harus memahami dan merespon tingkah laku anak. Guru sebagai motivator dan sebagai fasilitator agar guru memotivasi anak dalam belajar, serta guru menfasilitasi semua kebutuhan anak.

Autis

Autis adalah seseorang yang mengarah pada dirinya sendiri.

Sikap yang cenderung suka menyendiri karena terlalu asyik dengan dunianya sendiri ketimbang bersosialisasi dengan orang lain di sekitarnya. Gangguan autis pada anak ditandai dengan tiga gangguan

utama yaitu, gangguan interaksi, gangguan komunikasi, dan gangguan perilaku (Wiyani, 2014:188).

Autis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelainan perkembangan sistem saraf/otak pada anak yang berusia 8 tahun mempengaruhi kemampuan penderita dalam berinteraksi, gangguan komunikasi dan gangguan perilaku yang sulit dipahami orang lain.

BAB II

LANDASAN TEORITIS A. Guru PAUD

1. Pengertian Guru PAUD

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkunganya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencangkup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin. Guru sebagai pengajar, yang menekankan bahwa mengajar berarti memberitahu atau penyampaikan materi pembelajaran (Mulyasa, 2009:37).

Menurut Abudin Nata (dalam Yasin, 2008:68) pengertian pendidik adalah orang mendidik. Pengertian ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mandidik.

Selanjutnya, Moh. Uzer Usman (dalam Mujtahid, 2011:34) guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sebagai guru yang profesional harus menguasai pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra-jabatan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan guru merupakan seorang tenaga pengajar atau pendidik suatu ilmu, yang tugas utamanya adalah seorang yang mendidik, mangajar, membimbing, dan melatih muridnya agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkannya. Guru adalah orang yang bekerja atau berprofesi sebagai guru yang memberikan pelajaran di sekolah dan guru juga bertanggung jawab dalam membentuk dan membimbing peserta didiknya, agar peserta didiknya berakhlak mulia dan mencapai kedewasaan, baik jasmani maupun rohani. Karena seorang gurulah peserta didik memperoleh ilmu yang tidak tahu menjadi tahu.

9

Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya untuk memgajar dan mendidik anak dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa. Hal itulah, tampaknya yang menjadi salah satu alasan mengapa guru disebut sebagai sebagai pahlawan tanpa tanda jasa (Naim, 2009: 1).

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 tahun 2014, tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini dalam BAB VII pasal 24 ayat 1-3 menyatakan bahwa pendidik anak usia dini merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan pembelajaran dan memiliki hasil pembelajaran, serts melakukan pelatihan, pengasuhan dan perlindungan. Pendidik anak usia dini terdiri atas guru PAUD, guru pendamping dan guru pendamping muda, tenaga kependidikan anak usia dini merupakan tenaga yang bertugas melaksanakan administrasi.

Pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidik satuan dan atau program PAUD.

Pendidik anak usia dini merupkan tenaga pendidik yang sudah profesional yang ahli pada bidanya, yaitu tenaga pendidik yang telah tersertifikasi sebagai pendidik untuk anak usia dini.

Pendidik anak usia dini terdiri atas guru PAUD, guru pendamping dan guru pendamping muda. Guru anak usia dini bertugas melaksanakn adminitrasi, pengelolaan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk program PAUD.

Slamet Suyanto (dalam Martha Christianti, 2012:113) mengatakan bahwa pendidik PAUD hendaknya profesional. Pendidik PAUD harus memiliki sertifikat sebagai pendidik PAUD agar dapat disebut sebagai profesional. Hal ini mengingat penelitian-penelitian yang mengatakan bahwa masa dini adalah sebagai peletak dasar untuk pendidikan selanjutnya. Selain itu, masa dini merupakan masa emas perkembangan otak manusia.

Untuk itu, perlu pendidik PAUD yang memahami peluang pemaksimalan tersebut sejak usia dini. Perlu ada upaya untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan untuk anak usia dini dengan cara meningkatkan kualitas para pendidik anak usia dini.

Permasalahan ini kemudian menjadi tantangan bagi kita semua bahwa penting untuk meningkatkan tenaga pendidik yang berkualitas sehingga memiliki kompetensi untuk menjadi pendidik PAUD.

Pendidik PAUD, jika mengacu pada dua pengertian sebelumnya tentang pendidik dan PAUD merupakan orang yang bertanggung jawab merencanakan, melaksanakan, menilai, melakukan pembimbingan dan pelatihan dalam pembelajaran pada anak usia 0-8 tahun secara menyeluruh. Pendidik pada PAUD mempunyai tugas yang lebih kompleks daripada pendidik pada tingkat pendidikan di atasnya. Hal ini dikarenakan PAUD merupakan tingkat pendidikan yang paling mendasar sebagai pondasi bagi pendidikan selanjutnya. Pendidik anak usia dini harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak didik, mampu membuat program yang akan membantu setiap anak didik menjadi individu seutuhnya menurut Brek (dalam Ika Budi Maryatun, 2016:749).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dinyatakan guru adalah orang yang sangat berpengaruh besar terhadap proses belajar mengajar, tanpa guru maka proses belajar mengajar tidak akan terlaksana dengan sempurna. Kehadiran guru dalam proses sebagai sarana mewariskan nilai-nilai dan norma-norma memegang peranan yang sangat penting. Peranan guru dalam pembelajaran tidak bisa digantikan oleh hasil teknologi modern seperti komputer dan lain-lain. Bagi anak usia dini dalam proses belajar mengajar, anak belajar secara nyata (kongrit).

2. Karakteristik Guru Anak Usia Dini

Karakteristik memiliki landasan keilmuan yang kuat tentang perkembangan anak dan belajar efektif. Karakteristik ini hanya dapat diperoleh melalui latihan, membaca, dan mengamati. Pendidik mengetahui perkembangan anak dari membaca, kemudian mengamati perkembangan tersebut secara nyata. Dengan mengamati anak, pendidik harus mengetahui kebutuhan anak. Berikut karakteristik pendidik PAUD Edgington dan Margaret (Martha Christianti, 2012:

117-119):

a. Pendidik anak usia dini harus memiliki keahlian dalam melakukan refleksi dan menganalisis kegiatan mengajarnya.

Karakteristik ini perlu dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan rencana lanjutan.

Pendidik berusaha untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran agar menghasilkan kualitas.

b. Pendidik memiliki kemampuan untuk berkomuniksasi dengan banyak orang.

Kemampuan komunikasi ini terdiri dari kemampuan komunikasi non verbal dan verbal termasuk di dalamnya kemampuan untuk berbicara dan menulis dengan jelas, kemampuan menyimak dan menjadi pendengar. Pendidik anak usia dini harus memiliki kemampuan untuk mau mendengarkan anak, orang tua dan bertindak sebagai pendengar aktif yang berarti bahwa pendidik mampu memberikan respon dari apa yang didengar dan berusaha untuk mengambil tindakan bijak sesuai dengan apa yang didengar.

c. Pendidik anak usia dini harus mampu memimpin timnya (dengan pendidik lain dan orang tua) dan berusaha untuk menunjukkan tanggung jawab.

Pendidik bertanggung jawab terhadap apapun yang terjadi selama anak berada dalam proses pembelajaran, memotivasi dan secara langsung memberikan bimbingan pada pendidik atau karyawan yang ada di sekolah. Selain itu, pendidik juga harus memiliki kemampuan untuk mengevaluasi proses dan rencana kegiatan dalam tim tersebut. Kepemimpinan juga terlihat dalam bentuk dapat dipercaya, mampu menjelaskan, memberi dukungan, merespon, menilai, mendengarkan, mengkoordinasi, mampu bekerjasama dan mampu berdiskusi.

d. Pendidik harus memiliki kemampuan untuk bermain penuh dan mampu menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan.

Pendidik anak usia dini harus mampu menciptakan kegiatan bermain untuk anak dan mengusahakan kegiatan didapat dari situasi kehidupan yang nyata (kontekstual). Pendidik harus menciptakan lingkungan belajar yang konteksnya bermain baik dalam ruangan atau di luar ruangan. Untuk menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan, pendidik harus berusaha membayangkan dirinya sebagai anak-anak dan bahkan menjadi seperti anak-anak, serta ikut bermain bersama dengan anak.

e. Pendidik harus memiliki imajinasi dan kreativitas yang tinggi.

Untuk menjadi pendidik anak usia dini yang berhasil dan mampu meningkatkan kegiatan bermain yang menarik dan menyenangkan tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak.

Pendidik diharapkan dapat menggunakan, memanfaatkan, memaksimalkan material yang ada untuk menciptakan lingkungan yang kaya pada anak. Untuk dapat melakukan hal tersebut pendidik harus memilikin imajinasi dan kreativitas yang tinggi sehingga menghasilkan anak yang kreatif. Keterbukaan pendidik dalam melihat hasil karya dan cara anak memecahkan masalah ketika bermain tanpa tekanan membebaskan anak untuk berimajinasi dan berkreasi. Hal ini berarti bahwa pendidik harus

fleksibel dan memandang hasil tersebut sebagai bentuk imajinasi dan kreativitas anak.

f. Pendidik harus mampu merancang program dan melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada analisis kebutuhan anak.

Untuk mengembangkan karakteristik ini pendidik harus memahami tahapan setiap aspek perkembangan anak secara utuh, melakukan pengamatan pada anak dan berlatih memahami setiap kebutuhan anak. Program yang dirancang pendidik harus cocok dengan tahapan tersebut. Hal ini berarti program yang direncanakan tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu rendah dari kemampuan anak. Tema yang dipilih pendidik juga harus sesuai dengan minat anak.

g. Kemampuan pendidik untuk secara terus menerus mendokumentasikan serta melakukan penilaian pada perkembangan anak.

Pendidik anak usia dini harus mengembangkan dan memiliki tingkat kemampuan yang tinggi untuk mendokumentasikan pelaksanaan pembelajaran baik terhadap perkembangan anak ataupun dalam program. Berbagai bentuk dokumentasi tersebut seperti rekaman pengamatan, hasil belajar, rekaman ilustrasi pengalaman praktek anak, foto, buku, dan video. Tujuan dokumentasi tersebut yaitu untuk melihat bagaimana anak belajar dan apa yang dipelajari anak. Selain itu, dokumentasi tersebut secara praktis dapat dilihat oleh orang tua dan anak, sebagai bahan diskusi untuk diketahui oleh orang tua terkait dengan kemampuan anak yang sering terlihat di rumah dan di sekolah.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa karakteristik guru memiliki imajinasi dan kreativitas yang tinggi, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, mampu mempimpin timnya, mampu

merancang program dan melaksanakan pembelajaran dan kemampuan untuk bermain dengan peserta didik.

3. Peran Guru Anak Usia Dini

Peranan guru anak usia dini dalam memahami kebutuhan dan menerapkan strategi belajar amatlah menentukan bagi perkembangan peserta didik pada anak usia dini. Guru anak usia dini diharapkan dapat mengembangkan dan menerapkan semangat dalam mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa. Guru anak usia dini menurut Berk (dalam Ika Budi Maryatun, 2016 :751-752) berperan sebagai seberikut:

a. Guru anak usia dini sebagai pendidik

Guru anak usia dini bukan sekedar orang yang mentranfer ilmu ke anak didiknya, namun lebih dari itu, merupakan orang yang berperan memberikan konsep ilmu bahkan pembentukan sikap dan perilaku. Guru perlu menguasai strategi pengembangan pada anak usia dini sehingga rencana yang telah disusun dapat dilaksanakn sesuai tujuan pengembangan.

b. Guru anak usia dini sebagai panutan

Guru anak usia dini adalah salah seorang yang paling dekat dengan hidup anak, karenanya setiap sikap yang terlihat dari guru akan dicontoh anak. Anak belum mampu memilih perilaku mana yang boleh ditiru dan yang tidak. Guru perlu memahami bagaimana bersikap dan berperilaku di depan anak-anak agar sikap dan perilaku yang dicontoh anak adalah perilaku yang diharapkan tertanam pada anak saja.

c. Guru anak usia dini sebagai perancang pengembangan

Semua program rancangan perlu dirancang dengan baik oleh guru agar jelas tujuan dan dapat menggunakan cara yang tepat.

Rancangan ini dipadukan dengan program kegiatan sehari-hari

anak di sekolah dan di rumah. Materi pembiasaan yang perlu untuk dirancang meliputi kepedulian dan empati.

d. Guru anak usia dini sebagai konsultan dan mediator

Guru anak usia dini merupakan orang yang paling benar di mata anak-anak sehingga dijadikan tempat untuk mengadukan segala kesulitan yang dialaminya. Guru dijadikan tempat berbagi paling aman bagi anak. Karenanya guru perlu memiliki kemampuan menyelesaikan permasalahan anak ketika merekamengadu. Jika ada konflik diantara sesame anak guru perlu mencari tahu sebab konflik tersebut sebelum menyelesaikannya.

Berikutnya, menurut Prawoto (dalam Zakiya & Nurhafizah, 2019:361) dijelaskan peran guru anak usia dini dalam menangani anak autis sebagai berikut:

1. Peran guru sebagai pembimbing

Peran guru sebagai pembimbing lebih diutamakan, karena kehadiran guru di sekolah merupakan kehadirannya untuk membimbing peserta didik menjadi manusia cakap, dewasa dan mempunyai sikap yang arif. Tanpa bimbingan guru tentunya peserta didik akan mengalami berbagai kesulitan dalam menghadapi perkembangan dan perubahan dirinya.

Tetapi dengan beriringnya waktu peserta didik akan mampu menjadi pribadi yang mandiri.

2. Peran guru sebagai fasilitator

Peran guru sebagai fasilitator memberi fasilitas yang dapat memungkinkan dan memberi kemudahan kepada peserta didiknya dalam belajar. Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, jika suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan tentunya membuat anak malas belajar.

3. Peran guru sebagai motivator

Peran guru sebagai motivator ini guru lebih bisa memotivasi anak didik agar lebih bersemangat dan aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan peran guru anak usia dini dalam menangani anak autis anak guru berperan sebagai pembimbing atau konselor yaitu, guru harus mampu membimbing anak atas kekurangan maupun kelebihan yang ada pada anak, karena anak autis harus mendapatkan bimbingan yang khusus dan lebih dibandingkan anak normal pada umumnya. Guru berperan sebagai fasilitator yaitu, guru harus menfasilitasi semua kebutuhan aank dan menyediakan suasana belajar yang menyenangkan. Dan guru berperan sebagai motivator yaitu, guru hendaknya mampu mendorong anak agar semangat dan aktif dalam belajar.

Menurut Wiyani (2015:76-79) seorang guru anak usia dini profesional mempunyai lima peran penting, yaitu:

a. Guru Anak Usia Dini sebagai Pengajar b. Guru Anak Usia Dini sebagai Pendidik c. Guru Anak Usia Dini sebagai Pembimbing d. Guru Anak Usia Dini sebagai Pelatih e. Guru Anak Usia Dini sebagai Pengevaluasi

Peran guru anak usia dini merupakan peran yang berkaitan dengan, guru sebagai pengajar merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan menilai hasil kegiatan belajar peserta didiknya. Guru sebagai pendidik, sebagai contoh teladan dalam hal ini harus memiliki tingkah laku dan ucapan yang dapat dijadikannya panutan teladan bagi peserta didinya. Guru sebagai pembimbing bersarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran proses pendidikan tersebut. Guru sebagai pelatih guru memberikan peluang untuk peserta didik mengembangkan

pembelajarannya sendiri sebagai latihan untuk mencapai hasil optimal. Guru sebagai evaluasi untuk mengetahui hasil asesmen yang dilakukan oleh guru anak usia dini secara berkala.

4. Kompetensi Guru Anak Usia Dini

Kompetensi merupakan prilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya untuk mencapai suatu tujuan. Empat kompetensi guru Pendidik Anak Usia Dini menurut Yufiarti & Titi Chandrawati (dalam Yuslam, Riris

& Almi 2017:155-156) sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan yang berkenan dengan pemahaman terhadap anak usia dini dan pengelolaan pembelajaran yang partisipatif dan menyenangkan.

Ranah kompetensi pedagogik dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indicator esensial sebagai berikut :

1) Memahami anak usia dini sebagi peserta didik.

Subkompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu:

memahami anak usia dini dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, antara lain dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian anak usia dini.

2) Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu: menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik anak usia dini, menerapkan prinsip-prinsip pedagogi, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

3) Melaksanakan pembelajaran. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial; menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif, serta menerapkan prinsip-prinsip pedagogik.

4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Sub kompetensi inimemiliki indikator esensial yaitu;

melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode;

menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran anak usia dini.

5) Mengembangkan anak usia dini untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Sub komptensi ini memiliki indikator esensial yaitu; memfasilitasi anak usia dini untuk pengembangan berbagai bekal dan potensi yang dimiliki.

b. Kompetensi Kepribadian

Konpetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik/warga belajar, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi sub kompetensi dan indikator, esensial sebagai berikut:

1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial; bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

2) Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu; menampilkan kemandirian

dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik.

3) Memiliki kepribadian yang arif. Sub kompetensi ini memiliki indikator esesnisal yaitu; menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan anak usia dini dan masyarakat serta menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

4) Memiliki kepribadian yang berwibawa. Sub kompetensi ini memiliki indikator esenisal yaitu; memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap anak usia dini dan memiliki perilaku yang menyenangkan.

5) Memiliki akhlak mulia dan dapat menjadi teladan. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu; bertindak sesuai dengan norma religius (imtak), jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani oleh anak usia dini.

c. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik anak usia dini sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan anak usia dini, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali anak usia dini, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indicator esensial sebagai berikut:

1) Mampu berkomuniaksi dan bergaul secara efektif dengan anak usia dini, baik lisan maupun tulisan. Sub kompetensi ini memiliki indikator esensial yaitu; berkomunikasi secara efektif dengan peserta anak usia dini.

2) Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

3) Mampu berkomunikasi dan bermitra secara efektif dengan orang tua/wali anak usia dini dan masyarakat sekitar, sesuai dengan kebudayaan dan adat istiadat.

d. Kompetensi Profesional

Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian para anggotanya. Artinya pekerjaan itu tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.

Profesional menunjuk pada dua hal, yaitu orang yang menyandang profesi dan penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan pekerjaan sesuai dengan profesinya.

Berikutnya empat kompetensi Essa, Woltham dan Kathleen Tarrant (dalam Sri & Anita, 2017:110) sebagai berikut: Pertama, kompetensi kepribadian yang berkaitan dengan sikap dan perilaku pribadi pendidik anak usia dini. Kedua, kompetensi professional yang berkaitan dengan pemahaman mengenai anak usia dini, mulai dari tahapan perkembangannya sampai dengan pemahaman tentang pemberian stimulasi terhadap pendidikan, pengasuhan, dan perlindungan pada anak usia dini. Ketiga, kompetensi pedagogik yang berkaitan dengan perencanaan kegiatan program, perlaksaan proses pendidikan, pengasuhan dan perlindungan, dan juga hasil pendidikan, pengsuhan, dan perlindungan. Keempat, kompetensi sosial yang berkaitan dengan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, apabila seorang pendidik memenuhi kualifikasi, kriteria dan kompetensi sebagaimana yang dimaksud di atas, maka dapat diperankan guru sebagai sumber

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, apabila seorang pendidik memenuhi kualifikasi, kriteria dan kompetensi sebagaimana yang dimaksud di atas, maka dapat diperankan guru sebagai sumber

Dokumen terkait