BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan di Sekolah Autiscare Sne, bahwa membahasan tentang subyek yang berjenis kelamin laki-laki yang beranisial JDA umur 8 tahun. JDA mengalami gangguan autis yang tergolong pada autis sedang. JDA diketahui mengalami gangguan autis sejak berumur 4 tahun oleh orang tuanya. Dengan tanda JDA mengalami keterbatasan dalam berkomunikasi, JDA tidak mamu berkomunikasi dua arah, terlihat juga pada tinggah laku JDA yang suka berjalan-jalan mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas dan JDA belum mampu bersosialisasi dengan lingkungan dimana dia berada.
Sesuai dengan temuan peneliti lakukan di Sekolah Autiscare Snec tentang peranan guru anak usia dini dalam menangani anak autis.
Guru memberikan peran sebagai berikut :
1. Guru anak usia dini berperan sebagai pembimbing
Sebagai pembimbing bahwa guru sudah memberikan peran yang baik terhadap anak yang mengalami ganguan autis. Guru pembimbing anak dalam bentuk berkomunikasi, perkembangan berbicara pada anak lambat atau sama sekali tidak berkembang. JDA Allhamdulillah perkembangan untuk berkomunikasi sudah bisa dikembangkan bahwa JDA sudah mulai mampu berbicara dengan jelas walaupun itu sesekali dia lakukan. Biasanya JDA ketika dipanggil oleh guru tidak ada respon. Guru memiliki cara supaya JDA mampu merespon apa yang dikatakan guru. Dengan melakukan pengulangan itulah baru JDA mampu merespon apa yang dikatakan guru.
Membimbing JDA guru memberikaan pendekatan dengan penuh kasih sayang, berbicara dengan JDA dengan lemah lembut. Guru paham cara menghadapinya maka, JDA selalu mau mengikuti perintah yang diberikan oleh guru. misalnya, guru memerintahkan JDA untuk duduk di atas kursi. Awalnya JDA menolak tetapi dengan usaha guru untuk membujuk JDA
supaya mau duduk di atas kursi akhirnya, JDA mau untuk duduk di atas kursi tersebut.
2. Guru anak usia dini berperan sebagai fasilitator
Di Sekolah Autiscarae Snec guru sudah menfasilitasi semua kebutuhan anak saat berada di sekolah baik itu meja dan kursi, alat-alat permainan, suasana belajar yang menyenangkan bagi anak dan guru sudah menggunakan semua jenis media pembelajaran. Media pembelajaran adalah salah satu untuk menunjang lancarnya proses pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan teori Prawoto (dalam Zakiya &
Nurhafizah, 2019: 36) guru menyediakan lingkungan belajar yang menyenangkan untuk anak autis, jika ruang kelas yang pengap meja dan kursi yang berantakan tentunya membuat anak malas belajar.
Terapi anak autis menggunakan metode ABA (Applied Behavior Analysis) dituntut anak untuk belajar menggunakan meja dan kursi. Jika, anak tidak mau guru membujuk anak dengan cara memberikan reward misalnya, memberi tanda bintang, memberi tanda jempol, memuji anak dengan sebutan anak pintar atau hebat. Dengan begitu anak mau untuk mengikuti apa yang diperintahkan guru.
Anak usia dini belajar dengan nyata apa adanya atau kongkrit, anak tidak mampu mengalar dengan abstrak. Media yang menarik akan menumbuhkan rasa semangat anak saat mengikuti pembelajaran. Guru Menggunakan media gambar, media gambar itu sudah didesain guru sebagus mungkin dan semenarik mungkin untuk mempermudah anak dalam belajar dan anakpun senang mengikuti pembelajaran pada saat itu.
Strategi guru saat menampilkan media juga bagus, guru tidak langsung memperlihatkan media tersebut tetapi guru terlebih dahulu memancing anak dengan cara menebak-nebak apa
sedang guru maksud sesuai dengan media yang sudah disediakan. Guru juga menggunakan media video agar anak tidak mudah bosan cara memutarkan video guru memberikan jeda-jeda disetiap jeda tersebut guru akan bertanya kepada anak video tersebut bercerita tentang apa, dengan begitu guru melatih daya tangkap anak, melatih komunikasi anak. JDA mampu menjawab pertanyaan guru dengan diputarkan berulang kali. Dengan melakukan pengulangan maka anak dengan perlahan mampu untuk menjawab pertanyaan guru.
3. Guru anak usia dini berperan sebagai motivator
Guru berusaha untuk menimbulkan atau memunculkan suatu keinginan anak. Memberikan motivasi kepada anak dengan cara menanyakan apa yang diinginkan atau yang dicita-citakan oleh anak tersebut. Contoh anak ingin menjadi pembawa mobil tangki, guru memotivasi anak supaya keinginanya nantik tercapai memberi semangat, memberi pujian dan memberi reward karena JDA sudah mau menyampaikan kepada guru apa yang diinginkan.
Sejalan dengan teori Djamarah & Purwanto (dalam Hamid Darmadi, 2015: 166) guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi anak autis untuk mau belajar. Untuk menambah semangat anak supaya cita-citanya tercapai guru mampu mendorong anak kepada hal tersebut, dengan mengatakan Dofa supaya cita-citanya terkabul harus rajin shalat, rajin berusaha, berdoa kepada Allah, patuh kepada orang tua dan guru. Insya Allah nantik apa yang Dofa inginkan akan segera terkabul. Dengan begitu anak akan langsung termotivasi oleh perkataan guru tadi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan peran guru dalam menangani anak autis dengan memberikan bimbingan agar anak mampu mengatasi masalah atau kesulitan-kesulitan
yang dialaminya. Guru memberikan semua fasilitas yang membuat proses belajar mengajar berjalan dengan sebagaimana mestinya, dengan fasilitas yang baik dan nyaman untuk digunakan anak saat berada di sekolah tersebut, dan guru memberikan motivasi kepada anak supaya lebih bersemangat saat belajar.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak sekolah, menghadapi anak autis tidak sama seperti menghadapi anak normal pada umumnya, anak autis tentunya membutuhkan bimbingan yang khusus, di sekolah guru menerapkan dengan pendekatan kepada anak dengan kasih sayang, pengertian, tidak memaksa anak untuk melakukan apa yang diperintahkan guru, anak selalu menolak apa yang diperintahkan oleh guru, tetapi tidak dengan dipaksa caranya, dibujuk dulu, diajak bermain, diberi pujian, dan di beri reward untuk memancing supaya anak mau melakukan apa yang diperintahkan oleh guru. Misalnya memberi perintah pegang kepala! jika anak tidak mau guru mengulangi kembali jika, masih tidak mau guru mendekati, membujuk anak supaya anak nantiknya mau memegang kepala. Atau saat guru mengajak anak bermain dengan temannya, dengan cara membujuk guru juga ikut serta bermain bersama mereka.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa melalui observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan terhadap 2 orang sumber yaitu guru anak usia dini dan wakil kurukulum di Sekolah Autiscare Snec Balai Labuah Bawah Lima Kaum Batusangkar tentang peranan guru anak usia dini dalam menangani anak autis.
Peran guru anak usia dini dalam menangani anak autis di sekolah Autiscare Snec yaitu guru membimbing anak kearah perubahan yang lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Guru menfasilitasi semua kepeluan dan kebutuhan anak mulai dari meja dan kursi, media yang digunakan saat belajar, dan alat-alat untuk bermain. Guru memberikan motivasi kepada anak dengan cara menanyakan apa keinginan atau cita-citanya. Setelah guru tahu apa yang menjadi cita-citanya, guru memberi semangat dan reward karena anak sudah mau menyampaikan apa keinginannya.
Terapi yang digunakan guru untuk anak autis adalah terapi dengan metode ABA (Applied Behavior Analysis) adalah program terapi terstruktur yang fokus mengajarkan keterampilan khusus untuk anak-anak dengan gangguan autis. Terapi ini mengajarkan anak untuk mengikuti merespon perkataan orang lain, meniru ucapan dan gerakan orang lain dan mengajarkan baca tulis. Terapi ABA (Applied Behavior Analysis) memberikan dampak positif terhadap perkembangan kemampuan sosial dan akademik anak autis.
terapi ABA (Applied Behavior Analysis) juga bertujuan untuk meningkatkan keterampilan keperawatan diri, meningkatkan keterampilan bermain, dan meningkatkan kemampuan anak untuk mengelola perilaku mereka sendiri.
74
B. Implikasi
Penelitian ini berimplikasi pada perkembangan teori/keilmuan pendidikan anak usia dini khususnya dalam peranan guru anak usia menangani anak autis. Peran guru sebagai pembimbing, peran guru sebagai fasilitator, adan peran guru sebagai motivator. Di sekolah Autiscare Snec proses pembelajaran secara individual.
C. Saran
Setelah penulis melakukan penelitian di Sekolah Autiscare Snec tentang peranan guru anak usia dini menangani anak autis, maka penulis menyarankan:
1. Bagi guru, disarankan kepada guru agar terus berperan baik terhadap anak yang mengalami gangguan autis. Supaya anak tumbuh dan kembang sesuai yang diharapkan.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar meneliti lebih lanjut tentang peran guru anak usia dini menangani anak autis mengingat keterbatasan penelitian ini. Keterbatasan dalam penelitian ini membahas tentang peran guru anak usia dini menangani anak autis.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, R. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Banoet, J., Beatriks, N. dan Indra Y. 2016. Karakteristik Prososial Anak Autis Usia Dini. Jurnal PG-PAUD. Vol. 3. No 1
Christianti Martha. 2012. Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak. Vol 1. No 1
Darmadi Hamid. 2015. Tugas, Peran, Kompetensi, Dan Tanggung Jawab Menjadi Guru Profesional. Jurnal Edukasi. Vol. 13. No 2
Fatah, Y. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press Institut Agama Islam Negeri Batusangkar. 2017. Buku Pedoman Penulisan Skripsi.
Batusangkar: Institut Agama Islam Negeri Batusangkar
Jaja Suteja dan Ruwanti Wulandari. 2013. Bentuk dan Model Terapi terhadap Anak-Anak Penyandang Autisme (Keterbelakangan Mental). Jurnal Scientie Educatie. Vol. 2.
No. 1
Jannah, L. A. 2013. Kesalahan Guru PAUD yang Sering Dianggap Sepele. Yogyakarta: Diva Press
Khusna I. 2015. Studi Kasus Penanganan Anak Autis Menggunakan Pendekatan Religi di Pesantren Al-Achsaniyyah di Kabupaten Kudus. UN Semarang. Skripsi Http://lib.unnes.ac.id.com/search?q=khusna+sudi+kasus+penanganan+anak+autis+m enggunakan+pendekatan+religi+2015.pdf
Koswara, D. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autis. Jakarta Timur: PT Luxima Metro Media
LexyJ. Moleong. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosida Karya
Maulida, A. dan Zulfitria. 2017. Perkembangan Kecerdasan Interpersonal Anak Autis Melalui Pemanfaatan Media Puzzle pada Siswa Kelas 2 Sekolah Dasar. Jurnal Ilmiah PGSD. Vol. 2. No. 124
Maryatun Ika Budi. 2015. Peran Pendidik Paud Dalam Membangun Karakter Anak.
Jurnal Pendidikan Anak. Vol 5. No 1
Mirza Rina. 2016. Menerapkan Pola Asuh Konsisten pada Anak Usia Dini. Jurnal Tarbiyah. Vol. 2 No. 258
Mujtahid. 2011. Pengembangan Profesi Guru. Maliki: UIN Maliki Press
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Offset
Naim, N. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Nurhayati Sri dan Anita Rakhman. 2017. Studi Kompetensi PAUD Dalam Melakukan Asesmen Pembelajaran dan Perkembangan Anak Usia Dini.
Jurnal Tarbiyah. Vol. 6. No. 110
Peraturan Menteri Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia Nomor 146 Tahun 2014 Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.14 Oktober 2014. Jakarta Pratiwi, R. P. dan Murtiningsih, A .2013. Kiat Sukses Mengasuh Anak Berkebutuhan
Khusus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Sugiono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Shabir, U. M. 2015. Tugas Dan Tanggung Jawab, Hak Dan Kewajiban, Dan Kompetensi Guru. Jurnal Tarbiya. Vol. 2. No. 221-232
Sudrajad, D. dan Rosida, L. 2013. Pendidikan Bina Diri Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
Jakarta Timur: PT Luxima Metro Media
Suprihatiningrum, J. 2014. Guru Profesional. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media
Undang- undang RI nomor.20 tahun 2003, tentang Sistem pendidikan nasional Pasal 32 ayat1.
Https://kelembagaan.ristekdiksi.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/uu_no20th2 003.pdf
Wahyu, R. M. 2016. Peran Orang Tua Dalam Menangani Anak Autis. Jurnal Sosiologi. Vol. 3. No. 10
Yuslam, Riris, E. dan Almi, K. 2017. Studi Tentang Kompetensi Guru PAUD Berkualifikasi Akademik Sarjana PG-PAUD dan Non-PAUD. Jurnal Pendidikan Anak. Vol. 3. No. 155-156
Wiyani, N. A. 2014. Buku Ajar Penanganan Anak Usia Dini Berkebutuhan Khusus.
Yogjakarta: Ar-Ruzz Media
Wiyani, N. A. 2015. Manajemen PAUD Bermutu. Yogjakarta: Gava Media
Zakiya dan Nurhafizah. 2019. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 3 No. 2