BAB I PENDAHULUAN
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat memberikan gambaran minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas X IPA di SMA N 1 Kinali.
2. Sebagai informasi bagi guru pembelajaran seperti apa yang lebih diminati oleh siswa kelas X IPA pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi
3. Dapat meningkatkan mutu sekolah karena pembelajaran yang digunakan sesuai dengan minat siswanya
4. Bagi penulis yaitu untuk melengkapi tugas akhir (SKRIPSI) G. Penjelasan Judul
Untuk mempermudah dalam memahami judul ini, maka penulis menjelaskan pengertian dari beberapa kata penting berikut ini :
1. Minat Belajar adalah suatu rasa tertarik terhadap suatu pelajaran yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni pelajaran tersebut
2. Pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran kelas yang mengandalkan pada kehadiran pendidik untuk mengajar dikelas. Pada pembelajaran tatap
muka peserta didik terlibat dalam komunikasi verbal spontan pada lingkungan fisik permanen dan terjadi interaksi antara peserta didik dengan peserta didik lainnya serta peserta didik dengan pendidik.
3. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibelitas dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran
4. Siswa adalah komponen masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Pembelajaran
a. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang artinya suatu proses perubahan pada diri seseorang, dengan kata lain seseorang dikatakan baru belajar ketika telah terjadi perubahan kearah yang lebih baik.[6] Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[7]
Hamalik berpendapat pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.[8]
Pembelajaran memiliki peranan untuk menyediakan informasi dalam pengembangan proses berfikir yang pada akhirnya diharapkan memberikan perubahan positif dalam perilaku peserta didik baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotornya.[9] Ada beberapa komponen pembelajaran diantaranya pendidik, peserta didik, materi, media, sumber belajar,
model, dan lingkungan.[10] Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah dan meningkatkan mutu kehidupannya.
Keutamaan memiliki ilmu diterangkan dalam Q.s Al-Mujadilah : 58/11
او ُزُشْوا ليِق ا ذِإ و ۖ ْمُك ل ُ َّاللَّ ِح سْف ي اىُح سْفا ف ِسِلا ج مْلا يِف اىُحَّس ف ت ْمُك ل ليِق ا ذِإ اىُى مآ هيِذَّلا ا هُّي أ ا ي زيِب خ نىُل مْع ت ا مِب ُ َّاللَّ و ۚ ٍتا ج ر د مْلِعْلا اىُتوُأ هيِذَّلا و ْمُكْىِم اىُى مآ هيِذَّلا ُ َّاللَّ ِع ف ْز ي او ُزُشْوا ف{11}
Terjemahannya : Wahai orang-orang beriman ! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt akan meninggikan orang beriman dan berilmu. Kitab Al-Qur’an tidak hanya mencakup tuntunan hidup tapi juga mencakup ilmu pengetahuan yang seharusnya dipelajari. Maka dari itu perlu disalurkan melalui ranah pendidikan. Suatu pembelajaran yang dilakukan oleh setiap pendidik diharapkan mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam UUD tahun 1945
alinea ke-IV yakni : “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Salah satu indicator terwujudnya tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari minat belajar dan hasil belajar peserta didik. Jika minat belajar dan hasil belajar peserta didik meningkat dari tahun ke tahun maka dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan juga meningkat.
Menurut Eggen dan Kauchak (2012 : 7) Model pembelajaran merupakan pendekatan spesifik dalam pengajaran yang memiliki 3 (tiga) ciri yaitu tujuan, fase dan fondasi. Tujuan model dirancang untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi. Fase model mencakup serangkaian langkah yang bertujuan membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik. Fondasi model didukung teori dan penelitian tentang pembelajaran dan motivasi.[11]
Menurut Ahmadi, dkk (2011 : 8) terdapat empat ciri model pembelajaran, pertama model pembelajaran mempunyai rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Kedua model pembelajaran memiliki landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, dengan kata lain ada tujuan yang akan dicapai. Ketiga model pembelajaran
mengarahkan tingkah laku pengajar yang diperlukan agar model pembelajaran tersebut dapat berhasil dilaksanakan. Keempat model pembelajaran mengatur tentang lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.[12]
Ada beberapa model dalam pembelajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring, dua model ini adalah model yang sering digunakan dalam pembelajaran, pembelajaran tatap muka digunakan oleh seluruh satuan pendidikan di Indonesia, hanya saja untuk sementara waktu pembelajaran tatap muka tidak lagi digunakan karena adanya wabah covid-19 di Indonesia, jadi pembelajaran yang digunakan sekarang adalah pembelajaran daring. Baiklah di bawah ini penulis akan menjelaskan lebih rinci tentag pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring.
2. Pembelajaran Tatap Muka
a. Pengertian pembelajaran tatap muka
Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran yang sangat umum berlangsung. Pembelajaran tatap muka harus direncanakan secara khusus berdasarkan kaidah-kaidah pengembangan bahan ajar dan standard proses dalam penerapannya. Pada pembelajaran tatap muka kemampuan pengajar dalam mengajar sangat menentukan, misalnya
penguasaan konsep materi pelajaran dan lingkungan tempat mengajar. Konsep materi pelajaran dan lingkungan belajar dapat dikembangkan dengan tepat sesuai dengan kondisi peserta didik melalui model-model pembelajaran yang telah banyak dikembangkan saat ini.
Kegiatan pembelajaran tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, pendidik, dan lingkungan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, Glosarium butir 15).[13]
Pada pembelajaran tatap muka peserta didik terlibat dalam komunikasi verbal spontan dalam lingkungan fisik permanen.
Pembelajaran tatap muka sangat berpengaruh terhadap psikologis, emosional dan menyerap materi pembelajaran dan solusi atas masalah pembelajaran. Hal yang paling penting dalam pembelajaran tatap muka adalah lingkungan belajar yang mendukung kepuasan pembelajaran peserta didik. Jika lingkungan belajar cocok bagi peserta didik akan menimbulkan semangat(
meningkatkan motivasi) dan minat peserta didik yang akhirnya akan berimbas pada hasil belajar peserta didik itu sendiri.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Tatap Muka
Ada beberapa ciri-ciri pembelajaran tatap muka yaitu :
1) Pada pembelajaran tatap muka peserta didik terlibat dalam komunikasi verbal spontan pada lingkungan fisik permanen.
2) Adanya interaksi yang bermakna dan nyata antara peserta didik dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik.
3) Jenis aktivitas belajar yang dijumpai di pembelajaran tradisional tatap muka adalah: ceramah, latihan yang dikerjakan di kelas dan dikerjakan dirumah, diskusi, pembacaan teks pelajaran, tugas tim dan individu.
3. Pembelajaran Daring
a. Pengertian Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran.[1] Pembelajaran Daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat yang lebih banyak dan lebih luas. Model pembelajaran daring memungkinkan peserta didik untuk mengatur lokasi, kapan belajar dan kecepatan belajar, yang tidak dijumpai pada metode pembelajaran tradisional tatap muka.[5]
Pada tataran pelaksanaanya pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti smarphone atau telepon adroid, laptop, komputer, tablet, dan iphone yang dapat dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan dimana saja. Berbagai media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara daring. Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo, dan Schoology. Pembelajaran secara daring bahkan dapat dilakukan melalui media social seperti Facebook dan Instagram.
Pembelajaran daring menghubungkan peserta didik dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi (secara
langsung/synchronous dan secara tidak
langsung/asynchronous).[1]
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Daring
Ada beberapa ciri-ciri pembelajaran daring yaitu : 1) Pembelajaran dilakukan di dalam jaringan
2) Pembelajaran dilakukan menggunakan aplikasi seperti google classroom, edmodo, schoology, facebook, instagram, whatsapp, dll
3) Pembelajaran dapat dilakukan kapan saja, dan dimana saja sesuai kesepakatan pendidik dan peserta didik
4) Pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti smarphone atau telepon adroid, laptop, komputer, tablet, dan iphone
4. Minat Belajar
a. Pengertian minat belajar
Minat adalah suatu rasa suka yang lebih yang diperlukan untuk sebuah keberhasilan dalam sebuah proses. Misalnya seorang peserta didik mempunyai rasa suka yang lebih terhadap suatu mata pelajaran, jika dia bersungguh-sungguh dalam mempelajari mata pelajaran tersebut, maka dia akan mendapatkan hasil belajar yang tinggi itulah yang dimaksud dengan minat.
Beberapa pengertian minat menurut para ahli yaitu Menurut Hakiim, Lukmanul (2009 : 38) minat pada dasarnya merupakan perhatian yang bersifat khusus. Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran, perhatiannya akan tinggi, dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.[4] Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang
menyuruh. Pendapat Djaali (2004:122) “Minat adalah perasaan yang ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu”.
b. Minat dalam Pembelajaran
Minat sangat berkaitan dengan pembelajaran, karena itulah minat termasuk hal yang penting dalam pembelajaran. Factor-faktor yang mempengaruhi minat agar siswa memiliki minat untuk belajar. Ada beberapa factor yang berhubungan dengan minat.
Pendidik harus selalu berusaha membangkitkan minat siswa, agar pembelajaran menyenangkan, sehingga siswa dapat mencapai hasil yang lebih baik. Menurut Taufani 2008 dalam (http:Kamriantiramli.wordpress.com) ada tiga factor yang mendasari timbulnya minat yaitu :
1. Factor dorongan dalam 2. Factor motivasi social 3. Factor emosional
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar tidak hanya berasal dari dalam diri peserta didik, tetapi terdapat pula dari luar diri peserta didik atau yang disebut dengan factor eksternal.
Menurut Gie (1995:131) arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran adalah:
1) Minat melahirkan perhatian yang serta merta
2) Minat memudahkan terciptanya konsentrasi 3) Minat mencegah gangguan dari luar
4) Minat memperkuat melekatnya pembelajaran dalam ingatan 5) Minat memperkecil kebosanan dalam belajara
c. Membangkitkan Minat Belajar
Menurut Hardjana (1994:88-89) ada beberapa langkah untuk membangkitkan minat belajar yaitu:
1) Mengarahkan perhatian kepada tujuan yang hendak dicapai 2) Merencakan aktivitas belajar dan melaksanakan rencana itu 3) Membuat kegiatan belajar menjadi menarik
4) Mengganggap kegiatan belajar itu sangat penting 5) Mencari kepuasan dalam belajar
6) Mengurangi hal-hal yang mengganggu dalam keasyikan belajar
7) Jenis-jenis Minat
Menurut Djaali (2007:122) minat dibagi dalam enam jenis yaitu:
1) Realistis 2) Investigative 3) Artistic 4) Social 5) Enterprising
6) Konvensional
Dari keenam jenis tersebut merupakan jenis-jenis minat yang sering dimiliki oleh seseorang dan termasuk kedalam jenis mana tergantung pada dirinya sendiri. Dengan diketahuinya jenis minat orang maka akan mudah mengembangkan minat orang tersebut.[14]
Menurut Slameto (2010 : 180) Ada beberapa indikator minat belajar yaitu :
1. Perasaan senang 2. Perhatian siswa 3. Ketertarikan 4. Keterlibatan siswa
B. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :
1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal yang berjudul “Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka dan Pembelajaran Daring Menurut Gaya Belajar Mahasiswa” yang dilakukan oleh Anthony Anggrawan. Hasil penelitiannya adalah hasil belajar mahasiswa yang memiliki gaya
belajar auditori dan visual yang dibelajarkan dengan model pembelajaran daring memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik dari mahasiswa yang dibelajarakan dengan pembelajaran tatap muka.
2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal yang berjudul “Pembelajaran Tatap Muka dan Daring terhadap Perkuliahan Mahasiswa Teknik Kimia” yang dilakukan oleh Rahmadhita Purnamasari, Salwa Malani, dkk. Hasil penelitiannya adalah adaptasi di pembelajaran tatap muka maupun daring menjadi kebutuhan di era milenial.
3. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal yang berjudul “Daya Tarik Pembelajaran di Era 21 dengan Blended Learning” yang dilakukan oleh Deklara Nanindya Wardani, dkk. Hasil dari penelitiannya yaitu pembelajaran blended learning dapat mengakomodasi perkembangan teknologi yang luas tanpa harus meninggalkan pembelajaran tatap muka di kelas dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan elearning.
C. Kerangka Berfikir
Keterangan :
Skema diatas menunjukkan kerangka berfikir peneliti tentang korelasi variabel X dan variabel Y, dimana tentang variabel X (minat belajar siswa dalam pembelajaran daring) diperoleh dari angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring. Sedangkan variabel Y (minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka) diperoleh dari angket minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka yang di rancang oleh peneliti.
Indikator Minat Belajar siswa dalam pembelajaran daring pada mata pelajaran dalam pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran
22 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 KINALI, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, pemilihan tempat penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi dan sarana yang ada pada sekolah tersebut sehingga dapat mendukung dilaksanakannya penilitian.
B. Jenis Penelitian
Jenis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif (Quantitatif Research) adalah suatu metode penelitian yang bersifat induktif, objektif dan ilmiah, dimana data yang di peroleh berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan yang dinilai dan dianalisis dengan analisis statistic. Penelitian kuantitatif biasanya digunakan untuk membuktikan dan menolak suatu teori. Karena penelitian ini biasanya bertolak dari satu teori yang kemudian di teliti, dihasilkan data kemudia di bahas dan diambil kesimpulan.
Menurut Sugiyono(2016:14) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positiveme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang sudah ditetapkan.
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penelitian yang berlangsung secara ilmiah dan sistematis dimana pengamatan yang dilakukan mencakup segala hal yang berhubungan dengan objek penelitian, fenomena serta korelasi yang ada diantaranya. Tujun penelitian kuantitatif adalah untuk memperoleh penjelasan dari suatu teori dan hukum-hukum realitas. Penelitian kuantitatif dikembangkan dengan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis. Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistic.[15]
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu penelitian yang mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena, peristiwa, gejala, dan kejadian yang terjadi secara factual, sistematis, serta akurat. Fenomena dapat berupa bentuk, aktivitas, hubungan, karakteristik, serta persamaan maupun perbedaan antar fenomena.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas X IPA di SMA N 1 Kinali.[15]
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1. X IPA 1 36
2. X IPA 2 36
3. X IPA 3 35
4. X IPA 4 36
Jumlah 143 orang
Jadi, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 143 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan yaitu Proportional random sampling yaitu pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian. Dalam proportional random sampling ini, besar-kecil-nya sub sampel mengikuti
perbandingan (proporsi). Dalam menentukan jumlah atau ukuran sampel dari populasi menggunakan rumus slovin yaitu :
n =
Keterangan :
n = Jumlah elemen / anggota sampel N = Jumlah elemen / anggota populasi e = Error level (tingkat kesalahan)
Catatan : umumnya digunakan 1 % atau 0,01 , 5% atau 0,05 dan 10% atau 0.1 (dapat di pilih oleh peneliti)
Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sampel seperti berikut : n =
= 58,8 orang
Dengan toleransi kesalahan 10% didapatkan ukuran sampel sebesar 58,8 jika dibulatkan menjadi 59 orang. Untuk menentukan jumlah sampel pada masing-masing kelas dapat diketahui dengan rumus berikut ini :
Sampel sub kelompok =
x besar sampel Table 3.2 Jumlah sampel penelitian
No Kelas Banyak Siswa Ukuran Sampel
1. X IPA 1 36 15
2. X IPA 2 36 15
3. X IPA 3 35 14
4. X IPA 4 36 15
Jumlah 59 Orang
D. Pengembangan Instrumen
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Pada penelitian ini, penulis menggunakan lembar angket untuk mengukur minat belajar pada masing-masing siswa. Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket ini menggunakan pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah disediakan. Angket minat belajar memuat pernyataan-pernyataan disertai pilihan jawabannya. Skala dalam angket ini dalam bentuk skala Likert. Seperti table berikut :
Tabel 3.3 Skala Likert
No. Jawaban Siswa
Skor untuk setiap pertanyaan Positif Negatif
1 Sangat Setuju (SS) 4 1
2 Setuju (S) 3 2
3 Tidak Setuju(TS) 2 3
4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Hal-hal yang dilakukan untuk memperoleh hasil angket minat belajar peserta didik dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka adalah :
1. Menyusun Angket
Langkah-langkah dalam menyusun angket sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan mengadakan pengisian angket yaitu untuk mendapatkan skor perbandingan minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka.
b. Menetapkan indicator yang akan di nilai untuk melihat minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka.
c. Menyusun kisi-kisi instrument angket berdasarkan indikator-indikator minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka yang akan di ukur dan selanjutnya menentukan banyak dan nomor item instrumen tersebut.
Table 3.4 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Sisiwa dalam Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran TIK
Indikator Sub Indikator
Pernyataan Jumlah Item Positif Negatif
Perasaan Senang
Siswa hadir saat pembelajaran
berlangsung, siswa
mempunyai kesiapan dalam menerima pembelajaran, Siswa mengikuti pembelajaran, siswa lebih menyukai pembelajaran daring dari pada tatap muka
3,4,5 1,2,6 6
Perhatian Siswa
Siswa mendengarkan
penjelasan guru, siswa rukun
dalam mengikuti
pembelajaran, siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru, siswa focus dalam mencapai tujuan pembelajaran
8,10,1 1
7,9,12 6
Ketertarikan Siswa aktif dalam pembelajaran, siswa tidak menunda tugas yang diberikan
13,15, 16
14,17,1 8
6
oleh guru, siswa tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar saat belajar daring Keterlibatan
siswa
Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan baik, siswa semangat dalam menjawab pertanyaan, siswa semangat
dalam menanggapi
pembelajaran, aktif ketika pembelajaran berlangsung
19,20, 22
21,23 5
Jumlah 23
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka pada Mata Pelajaran TIK
Indikator Sub Indikator
Pernyataan Jumlah Item Positif Negatif
Perasaan Senang
Siswa hadir saat pembelajaran
berlangsung, siswa
mempunyai kesiapan dalam menerima pembelajaran, Siswa mengikuti pembelajaran, siswa
1,2,6 3,4,5 6
lebih menyukai pembelajaran tatap muka dari pada daring Perhatian
Siswa
Siswa mendengarkan
penjelasan guru, siswa rukun
dalam mengikuti
pembelajaran, siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru, siswa focus dalam mencapai tujuan pembelajaran
7,9,12 8,10,11 6
Ketertarikan Siswa aktif dalam pembelajaran, siswa tidak menunda tugas yang diberikan oleh guru, siswa tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar saat belajar daring
14,17,
Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan baik, siswa semangat dalam menjawab pertanyaan, siswa semangat
dalam menanggapi
pembelajaran, aktif ketika
21,23
19,20,2 2
5
pembelajaran berlangsung
Jumlah 23
d. Menyusun butir-butir angket uji coba minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun dengan format sebagai berikut :
Table 3.6 Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran TIK
No Pernyataan
Jawaban
SS S TS STS 1
2 3 4
…
Table 3.7 Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka pada Mata Pelajaran TIK
No Pernyataan
Jawaban
SS S TS STS 1
2 3 4
…
2. Uji coba angket pada kelas uji coba a. Analisis butir angket
Langkah-langkah menganalisis butir angket yaitu setelah angket selesai disusun, supaya diperoleh hasil yang valid dan dipercaya, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan kepada responden atau peserta didik, maka perlu di uji coba validitasnya terlebih dahulu.
1) Validitas
Arikunto (2005, p. 146) menjelaskan bahwa untuk mengetahui angket yang di buat valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara
menghitung koefisien korelasi product moment (rxy) antara skor butir (X) dengan skor total (Y) formula yang digunakan adalah :
rxy = ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi X dan Y n : Jumlah subjek atau responden
X : Variabel pembelajaran daring dan tatap muka Y : Variabel minat belajar siswa
Adapun langkah yang dilakukan dalam menguji validitas angket ini adalah :
1. Menjumlahkan skor jawaban
2. Uji validitas setiap butir pertanyaan dinyatakan menjadi variabel X dan total jawaban menjadi variabel Y
3. Menghitung nilai rhitung. Langkah-langkahnya :
a. Membuat table penolong, misalnya table penolong butir pertanyaan 1
b. Menghitung nilai rhitung. Rumus yang biasa digunakan untuk uji validitas adalah menggunakan teknik korelasi product moment.
b. Menghitung nilai rhitung. Rumus yang biasa digunakan untuk uji validitas adalah menggunakan teknik korelasi product moment.