Skripsi
Di Tulis untuk Mendapatkan Gelar Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer
Oleh : Rahmada Ningsih
2517.002
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI
Informatika dan Komputer Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi 2021.
Penelitian ini di latar belakangi oleh peralihan model pembelajaran dari pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring yang di sebabkan oleh corona virus deases 2019 (covid-19) yang muncul di penghujung tahun 2019. Wabah covid-19 merupakan nama penyakit yang di sebabkan oleh virus corona. Nama ini di berikan oleh WHO (World Health Organization) sebagai nama resmi penyakit ini.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif yaitu penelitian yang dimaksud untuk mengetahui minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran TIK kelas X di SMA N 1 Kinali. Variabel dalam penelitian ini yaitu minat belajar siswa dalam pembelajaran daring sebagai variabel bebas (x) dan minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka sebagai variabel terikat (y). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka serta pengambilan dokumentasi. Angket minat be;ajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka disusun berdasarkan indikator minat belajar siswa diuji validitas dan reliabilitas. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif dengan mengklasifikasikan minat belajar siswa melalui penskoran angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka.
Berdasarkan hasil penelitian tentang Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring dan Pembelajaran Tatap Muka pada Mata Pelajaran TIK kelas X di SMA N 1 Kinali maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran daring pada mata pelajaran TIK kelas X paling banyak memperoleh hasil sedang.
Minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran TIK kelas X paling banyak memperoleh hasil rendah.
Kata Kunci : Minat Belajar, Pembelajaran daring, Pembelajaran Tatap Muka
ABSTACT
Rahmada Ningsih, NIM. 2517.002, the title of the thesis “Students’
Interest in Online Learning and Face-to-Face Learning in Class X IPA Subjects at SMA N 1 Kinali”. Department of Information and Computer Engineering, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training, State Islamic Institute (IAIN) Bukittinggi 2021.
This research is motivated by the transition of learning models from face-to- face learning to online learning caused by the corona virus disease 2019 (covid-19) which appeared at the end of 2019. The covid-19 outbreak is the name of the deases caused by the corona virus. This name was given by WHO (World Health Organization) as the official name of this deases.
This research is a quantitative research with descriptive method, that is, research that is intended to determine student interest in online learning an face-to- face learning in class X IPA subjects at SMA N 1 Kinali. The variables in this study are student learning interest in online learning as the independent variable (x) and student learning interest in face-to-face learning as the dependent variable (y). the data collection technique used is a questionnaire of students’ interest in online learning and face-to-face learning as well as retrieval of documentation.
Questionnaire of students’ interest in learning in online learning and face-to-face learning were compiled based on indicators of student interest in learning to be tested for validity and reliability. The data analysis technique used is descriptive analysis by classifying student learning interest through the scoring of student learning interest questionnaire in online learning and face-to-face learning.
Based on the results of research on Student Interest in Online Learning an Face-to-Face Learning in Class X IPA Subjects at SMA N 1 Kinali, it can be concluded that students’ learning interest in online learning in class X IPA subjects received the most moderate results. Students’ interest in learning in face-to-face learning on IPA subjects in class X most obtains low results.
Keywords : Interest in Learning, Online Learning, Face-to-Face Learning
i
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT, yang melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyusun SKRIPSI ini. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, selaku penutup segala Nabi dan Rasul yang diutus dengan sebaik-baik agama, sebagai rahmat untuk seluruh manusia, sebagai personifikasi yang utuh dari ajaran Islam dan sebagai tumpuan harapan pemberi cahaya syariat di akhirat kelak.
Penulisan SKRIPSI ini adalah untuk melengkapi syarat-syarat dan tugas untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.
Selanjutnya dalam penulisan SKRIPSI ini banyak bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil yang penulis terima.
Dalam konteks ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Orang tua penulis (Abi Daner dan Umi Sulastri) yang penulis cintai.
2. Rektor dan Wakil Rektor Institut Agama Islam (IAIN) Bukittinggi dan jajarannya yang telah memberikan fasilitas dan pelayanan untuk kepentingan perkuliahan dari awal hingga akhir penulis menyelesaikan sudi.
3. Dekan dan Wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK)
ii
4. yang telah membantu selama penulis menuntut ilmu di perguruan tinggi ini.
5. Ketua Prodi Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Bapak Riri Okra, M.Kom, sekaligus Dosen Penasehat Akademik penulis yang telah membantu, membimbing, dan memberi nasehat dari awal perkuliahan hingga akhir
6. Bapak Dr. Supratman Zakir, S.Pd., M.Pd., M.Kom, selaku pembimbing penulis yang banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membantu penulis dalam menyelesaikan studi.
7. Ibuk Suhelpi, S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMA N 1 Kinali terimakasih telah mengizinkan penulis melakukan penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen PTIK yang telah ikhlas mengajarkan dan memberi ilmunya kepada penulis selama perkuliahan.
9. Kepala Perpustakaan beserta staf di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi yang telah memberikan pelayanan dan menyediakan informasi untuk penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah jualah penulis berserah diri, semoga bantuan, motivasi, dan bimbingan serta nasehat dari berbagai pihak menjadi amal ibadah yang ikhlas hendaknya, dan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda.
Semoga SKRIPSI ini dapat memberi manfaat kepada semua. Aamiin.
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ...iii
DAFTAR TABEL ...v
DAFTAR GAMBAR ...vi
DAFTAR LAMPIRAN ...vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi Masalah...5
C. Batasan Masalah ...6
D. Rumusan Masalah...6
E. Tujuan Penelitian ...6
F. Manfaat Penelitian ...7
G. Penjelasan Judul ...7
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori ...9
1. Pembelajaran ...9
2. Pembelajaran Tatap Muka ...12
3. Pembelajaran Daring ...14
4. Minat Belajar ...16
B. Penelitian Relevan ...19
C. Kerangka Berfikir ...21
iv BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...22
B. Jenis Penelitian ...22
C. Populasi dan Sampel Penelitian ...23
D. Pengembangan Instrumen ...26
E. Prosedur Penelitian ...38
1. Tahap Persiapan ...38
2. Tahap Pelaksanaan ...39
3. Tahap Akhir ...39
F. Teknik Analisis Data ...39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ...40
1. Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring ...40
2. Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka ...41
B. Analisis Data ...43
1. Pengklasifikasian Minat Belajar Siswa ...44
C. Pembahasan ...44
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...48
B. Saran ...49
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ...24 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ...25 Tabel 3.3 Skala Likert ...26 Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran TIK ...28 Tabel 3.5 Kisi-Kisi Anket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka pada Mata Pelajaran TIK ...29 Tabel 3.6 Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran TIK...31 Tabel 3.7 Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka pada Mata Pelajaran TIK...32 Tabel 3.8 Hasil Validitas Butir Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring...34 Tabel 3.9 Hasil Validitas Butir Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka...35 Tabel 3.10 Klasifikasi Reliabilitas ...37 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajara Daring 40 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka ...42 Tabel 4.3 Jumlah Sampel Penelitian ...43
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Diagram Batang Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring...41 Gambar 4.2 Diagram Batang Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka...43
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring ... 52 Lampiran 2. Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka ... 54 Lampiran 3. Lembar Validasi Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring dan Pembelajaran Tatap Muka... 56 Lampiran 4. Angket Uji Coba Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring dan Pembelajaran Tatap Muka ... 67 Lampiran 5. Hasil Validitas Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Daring ... 72 Lampiran 6. Hasil Validitas Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Tatap Muka ... 75 Lampiran 7. Hasil Reliabilitas Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Daring ... 78 Lampiran 8. Hasil Reliablitias Uji Coba Angket Minat Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Tatap Muka ... 81 Lampiran 9. Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring dan
Pembelajaran Tatap Muka ... 84 Lampiran 10. Hasil Penelitian Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring... 88 Lampiran 11. Hasil Penelitian Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka... 92 Lampiran 12. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring ... 96 Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka ... 97 Lampiran 14. Surat Izin Penelitian ... 98
viii
Lampiran 15. Surat Rekomendasi dari Dinas Pendidikan ... 99 Lampiran 16, Surat Telah Melaksanakan Penelitian ... 100 Lampiran 17. Dokumentasi Penelitian ... 101
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di penghujung tahun 2019 kita di kejutkan oleh wabah penyakit yaitu corona virus disease 2019 (covid-19). Wabah covid-19 adalah jenis wabah yang tingkat penyebarannya sangat tinggi dan cepat. Wabah ini menyerang sistem imun dan pernapasan manusia sehingga menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan. Covid-19 merupakan nama penyakit yang di sebabkan oleh virus corona. Nama ini di berikan oleh WHO (World Health Organization) sebagai nama resmi penyakit ini. Upaya Pemerintah untuk mencegah atau memperkecil kemungkinan penyebaran covid-19 pemerintah mengadakan pembatasan interaksi social untuk memutuskan rantai penyebaran covid-19 ini.[1]
Sekarang, wabah corona virus disease 2019 (covid-19) telah melanda 215 negara di dunia, dan memberikan tantangan tersendiri bagi lembaga pendidikan. Banyak negara memutuskan menutup sekolah, perguruan tinggi maupun universitas, termasuk Indonesia. Dampak bagi keberlangsungan pendidikan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 yaitu problem psikologis peserta didik yang terbiasa belajar bertatap muka langsung dengan guru-guru mereka di sekolah sekarang meraka harus melakukan pembelajaran secara online di rumah. Seharusnya mereka dapat belajar disekolah karena proses
pembelajaran di sekolah merupakan alat kebijakan publik terbaik sebagai upaya peningkatan pengetahuan dan skill. Selain itu banyak peserta didik menganggap bahwa sekolah adalah kegiatan yang sangat menyenangkan, mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Pembelajaran tatap muka di sekolah dapat meningkatkan keterampilan sosial dan kesadaran kelas sosial peserta didik. Pembelajaran tatap muka di sekolah secara keseluruhan adalah media interaksi antar peserta didik dan pendidik untuk meningkatkan kemampuan integensi, skill dan rasa kasih sayang diantara mereka. Tetapi sekarang kegiatan yang bernama pembelajaran tatap muka di sekolah berhenti dengan tiba-tiba karena gangguan Covid-19.[2]
Di Indonesia saat ini telah menerapkan pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran Corona Virus Disease (COVID- 19) sesuai dengan surat edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 36962/MPK.A/HK/2020 yang berisikan : “Dalam rangka pencegahan terhadap perkembangan dan penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19), Kementerian mengimbau Saudara untuk melakukan hal sebagai berikut.
1. Menjaga pegawai, mahasiswa, siswa, guru, dan dosen mengikuti protokol pencegahan Covid-19 yang disampaikan Kantor Staf Presiden.
2. Memastikan bahwa pengendalian, kewaspadaan, dan penanganan penyebaran Covid19 di unit kerjanya telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 2 Tahun
2020 dan Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan CoronaVirus Disease (Covid-19), tanggal 9 Maret 2020.
3. Menunda penyelenggaraan acara yang mengundang banyak peserta atau menggantinya dengan video conference atau komunikasi daring lainnya.
4. Khusus untuk daerah yang sudah terdampak Covid-l9 berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. memberlakukan pembelajaran secara daring dari rumah bagi siswa dan mahasiswa;
b. pegawai, guru, dan dosen melakukan aktivitas bekerja, mengajar atau memberi kuliah, dari rumah (Bekerja Dari Rumah/BDR) melalui video conference, digital documents, dan sarana daring lainnya. Sebagai informasi, berbagai lembaga penyedia telah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menyediakan sarana pembelajaran daring secara gratis sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini;
c. pelaksanaan BDR tidak mempengaruhi tingkat kehadiran (dipandang sama seperti bekerja di kantor, sekolah, atau perguruan tinggi), tidak mengurangi kinerja, dan tidak mempengaruhi tunjangan kinerja; dan d. apabila harus datang ke kantor/kampus/sekolah sebaiknya tidak
menggunakan sarana kendaraan (umum) yang bersifat massal.
5. Pimpinan Satuan Kerja melakukan kerja sama dengan dinas kesehatan setempat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan apabila ada pegawai/mahasiswa/siswa yang mengalami gejala sesak nafas, demam, dan batuk.
6. Pimpinan Satuan Kerja membuat pedoman pelaksanaan BDR dan pembelajaran daring disesuaikan dengan kebutuhan setempat.”[3]
Akibat dari peralihan pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring juga berpengaruh kepada minat belajar siswa. Ada peserta didik yang semenjak pembelajaran daring minat belajarnya semakin tinggi, dan ada juga peserta didik semenjak pembelajaran daring minat belajarnya semakin berkurang. Penerapan model pembelajaran yang tepat adalah salah satu factor pendukung minat belajar peserta didik. Menerapkan model pembelajaran yang tepat mampu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya.[4]
Peserta didik yang terbiasa melakukan pembelajaran tatap muka merasa kebingungan dalam melakukan pembelajaran daring, tidak hanya peserta didik tetapi pendidik juga merasa kebingungan. Pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran kelas yang mengandalkan pada kehadiran pengajar untuk mengajar dikelas. Pada pembelajaran tatap muka peserta didik terlibat dalam komunikasi verbal spontan pada lingkungan fisik permanen.
Pembelajaran tatap muka berpengaruh pada psikologis, emosional dan menyerap materi pembelajaran dan solusi atas masalah pembelajaran.
Sedangkan pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran.
Pembelajaran daring berfungsi sebagai penghubung antar pendidik dan peserta didik dengan jaringan internet yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja.
Pembelajaran Daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat yang lebih banyak dan lebih luas.[5]
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis menyimpulkan betapa pentingnya pembelajaran bagi kita semua terutama bagi anak-anak, walaupun pembelajaran dilakukan secara daring tidak menjadi penghambat untuk kita mencari ilmu, maka dari itu penulis ingin meneliti bagaimana minat belajar siswa pada pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka di SMA N 1 Kinali. Alasan penulis memilih SMA N 1 Kinali sebagai tempat penelitian karena di SMA N 1 Kinali diberlakukan dua model pembelajaran yaitu pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka secara bergantian.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Peralihan pembelajaran tatap muka ke pembelajaran daring yang tiba-tiba
2. Terdapat perbedaan minat belajar di antara peserta didik dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka
3. Banyaknya keluhan peserta didik terhadap sulitnya pembelajaran daring 4. Signal di sekitar tempat tinggal peserta didik yang kurang mendukung
untuk melakukan pembelajaran daring
5. Tidak semua peserta didik yang memiliki fasilitas untuk pembelajaran daring seperti smartphone
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, dibuat batasan masalah dalam penelitian ini untuk menghindari luasnya permasalah yaitu : permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas X IPA di SMA N 1 Kinali.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas X IPA di SMA N 1 Kinali”.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka pada mata
pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas X IPA di SMA N 1 Kinali.
F. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Dapat memberikan gambaran minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dengan pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi kelas X IPA di SMA N 1 Kinali.
2. Sebagai informasi bagi guru pembelajaran seperti apa yang lebih diminati oleh siswa kelas X IPA pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi
3. Dapat meningkatkan mutu sekolah karena pembelajaran yang digunakan sesuai dengan minat siswanya
4. Bagi penulis yaitu untuk melengkapi tugas akhir (SKRIPSI) G. Penjelasan Judul
Untuk mempermudah dalam memahami judul ini, maka penulis menjelaskan pengertian dari beberapa kata penting berikut ini :
1. Minat Belajar adalah suatu rasa tertarik terhadap suatu pelajaran yang kemudian mendorong individu untuk mempelajari dan menekuni pelajaran tersebut
2. Pembelajaran tatap muka adalah pembelajaran kelas yang mengandalkan pada kehadiran pendidik untuk mengajar dikelas. Pada pembelajaran tatap
muka peserta didik terlibat dalam komunikasi verbal spontan pada lingkungan fisik permanen dan terjadi interaksi antara peserta didik dengan peserta didik lainnya serta peserta didik dengan pendidik.
3. Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibelitas dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran
4. Siswa adalah komponen masukan dalam system pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Pembelajaran
a. Pengertian pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata belajar yang artinya suatu proses perubahan pada diri seseorang, dengan kata lain seseorang dikatakan baru belajar ketika telah terjadi perubahan kearah yang lebih baik.[6] Menurut UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[7]
Hamalik berpendapat pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.[8]
Pembelajaran memiliki peranan untuk menyediakan informasi dalam pengembangan proses berfikir yang pada akhirnya diharapkan memberikan perubahan positif dalam perilaku peserta didik baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotornya.[9] Ada beberapa komponen pembelajaran diantaranya pendidik, peserta didik, materi, media, sumber belajar,
model, dan lingkungan.[10] Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmu dan mengamalkan ilmu yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah dan meningkatkan mutu kehidupannya.
Keutamaan memiliki ilmu diterangkan dalam Q.s Al-Mujadilah : 58/11
او ُزُشْوا ليِق ا ذِإ و ۖ ْمُك ل ُ َّاللَّ ِح سْف ي اىُح سْفا ف ِسِلا ج مْلا يِف اىُحَّس ف ت ْمُك ل ليِق ا ذِإ اىُى مآ هيِذَّلا ا هُّي أ ا ي زيِب خ نىُل مْع ت ا مِب ُ َّاللَّ و ۚ ٍتا ج ر د مْلِعْلا اىُتوُأ هيِذَّلا و ْمُكْىِم اىُى مآ هيِذَّلا ُ َّاللَّ ِع ف ْز ي او ُزُشْوا ف{11}
Terjemahannya : Wahai orang-orang beriman ! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberikan kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah Swt akan meninggikan orang beriman dan berilmu. Kitab Al-Qur’an tidak hanya mencakup tuntunan hidup tapi juga mencakup ilmu pengetahuan yang seharusnya dipelajari. Maka dari itu perlu disalurkan melalui ranah pendidikan. Suatu pembelajaran yang dilakukan oleh setiap pendidik diharapkan mampu mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam UUD tahun 1945
alinea ke-IV yakni : “Mencerdaskan kehidupan bangsa”. Salah satu indicator terwujudnya tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari minat belajar dan hasil belajar peserta didik. Jika minat belajar dan hasil belajar peserta didik meningkat dari tahun ke tahun maka dapat disimpulkan bahwa mutu pendidikan juga meningkat.
Menurut Eggen dan Kauchak (2012 : 7) Model pembelajaran merupakan pendekatan spesifik dalam pengajaran yang memiliki 3 (tiga) ciri yaitu tujuan, fase dan fondasi. Tujuan model dirancang untuk membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan memperoleh pemahaman mendalam tentang bentuk spesifik materi. Fase model mencakup serangkaian langkah yang bertujuan membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran yang spesifik. Fondasi model didukung teori dan penelitian tentang pembelajaran dan motivasi.[11]
Menurut Ahmadi, dkk (2011 : 8) terdapat empat ciri model pembelajaran, pertama model pembelajaran mempunyai rasional teoritik logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya. Kedua model pembelajaran memiliki landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, dengan kata lain ada tujuan yang akan dicapai. Ketiga model pembelajaran
mengarahkan tingkah laku pengajar yang diperlukan agar model pembelajaran tersebut dapat berhasil dilaksanakan. Keempat model pembelajaran mengatur tentang lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.[12]
Ada beberapa model dalam pembelajaran, salah satunya yaitu model pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring, dua model ini adalah model yang sering digunakan dalam pembelajaran, pembelajaran tatap muka digunakan oleh seluruh satuan pendidikan di Indonesia, hanya saja untuk sementara waktu pembelajaran tatap muka tidak lagi digunakan karena adanya wabah covid-19 di Indonesia, jadi pembelajaran yang digunakan sekarang adalah pembelajaran daring. Baiklah di bawah ini penulis akan menjelaskan lebih rinci tentag pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring.
2. Pembelajaran Tatap Muka
a. Pengertian pembelajaran tatap muka
Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran yang sangat umum berlangsung. Pembelajaran tatap muka harus direncanakan secara khusus berdasarkan kaidah-kaidah pengembangan bahan ajar dan standard proses dalam penerapannya. Pada pembelajaran tatap muka kemampuan pengajar dalam mengajar sangat menentukan, misalnya
penguasaan konsep materi pelajaran dan lingkungan tempat mengajar. Konsep materi pelajaran dan lingkungan belajar dapat dikembangkan dengan tepat sesuai dengan kondisi peserta didik melalui model-model pembelajaran yang telah banyak dikembangkan saat ini.
Kegiatan pembelajaran tatap muka adalah kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi antara peserta didik, materi pembelajaran, pendidik, dan lingkungan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 Tahun 2006, Glosarium butir 15).[13]
Pada pembelajaran tatap muka peserta didik terlibat dalam komunikasi verbal spontan dalam lingkungan fisik permanen.
Pembelajaran tatap muka sangat berpengaruh terhadap psikologis, emosional dan menyerap materi pembelajaran dan solusi atas masalah pembelajaran. Hal yang paling penting dalam pembelajaran tatap muka adalah lingkungan belajar yang mendukung kepuasan pembelajaran peserta didik. Jika lingkungan belajar cocok bagi peserta didik akan menimbulkan semangat(
meningkatkan motivasi) dan minat peserta didik yang akhirnya akan berimbas pada hasil belajar peserta didik itu sendiri.
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Tatap Muka
Ada beberapa ciri-ciri pembelajaran tatap muka yaitu :
1) Pada pembelajaran tatap muka peserta didik terlibat dalam komunikasi verbal spontan pada lingkungan fisik permanen.
2) Adanya interaksi yang bermakna dan nyata antara peserta didik dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik.
3) Jenis aktivitas belajar yang dijumpai di pembelajaran tradisional tatap muka adalah: ceramah, latihan yang dikerjakan di kelas dan dikerjakan dirumah, diskusi, pembacaan teks pelajaran, tugas tim dan individu.
3. Pembelajaran Daring
a. Pengertian Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring merupakan pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas, konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai jenis interaksi pembelajaran.[1] Pembelajaran Daring bertujuan memberikan layanan pembelajaran bermutu dalam jaringan (daring) yang bersifat masif dan terbuka untuk menjangkau peminat yang lebih banyak dan lebih luas. Model pembelajaran daring memungkinkan peserta didik untuk mengatur lokasi, kapan belajar dan kecepatan belajar, yang tidak dijumpai pada metode pembelajaran tradisional tatap muka.[5]
Pada tataran pelaksanaanya pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat-perangkat mobile seperti smarphone atau telepon adroid, laptop, komputer, tablet, dan iphone yang dapat dipergunakan untuk mengakses informasi kapan saja dan dimana saja. Berbagai media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara daring. Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo, dan Schoology. Pembelajaran secara daring bahkan dapat dilakukan melalui media social seperti Facebook dan Instagram.
Pembelajaran daring menghubungkan peserta didik dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi (secara
langsung/synchronous dan secara tidak
langsung/asynchronous).[1]
b. Ciri-Ciri Pembelajaran Daring
Ada beberapa ciri-ciri pembelajaran daring yaitu : 1) Pembelajaran dilakukan di dalam jaringan
2) Pembelajaran dilakukan menggunakan aplikasi seperti google classroom, edmodo, schoology, facebook, instagram, whatsapp, dll
3) Pembelajaran dapat dilakukan kapan saja, dan dimana saja sesuai kesepakatan pendidik dan peserta didik
4) Pembelajaran daring memerlukan dukungan perangkat- perangkat mobile seperti smarphone atau telepon adroid, laptop, komputer, tablet, dan iphone
4. Minat Belajar
a. Pengertian minat belajar
Minat adalah suatu rasa suka yang lebih yang diperlukan untuk sebuah keberhasilan dalam sebuah proses. Misalnya seorang peserta didik mempunyai rasa suka yang lebih terhadap suatu mata pelajaran, jika dia bersungguh-sungguh dalam mempelajari mata pelajaran tersebut, maka dia akan mendapatkan hasil belajar yang tinggi itulah yang dimaksud dengan minat.
Beberapa pengertian minat menurut para ahli yaitu Menurut Hakiim, Lukmanul (2009 : 38) minat pada dasarnya merupakan perhatian yang bersifat khusus. Peserta didik yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran, perhatiannya akan tinggi, dan minatnya berfungsi sebagai pendorong kuat untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar.[4] Menurut Slameto (2010:180) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang
menyuruh. Pendapat Djaali (2004:122) “Minat adalah perasaan yang ingin tahu, mempelajari, mengagumi atau memiliki sesuatu”.
b. Minat dalam Pembelajaran
Minat sangat berkaitan dengan pembelajaran, karena itulah minat termasuk hal yang penting dalam pembelajaran. Factor- faktor yang mempengaruhi minat agar siswa memiliki minat untuk belajar. Ada beberapa factor yang berhubungan dengan minat.
Pendidik harus selalu berusaha membangkitkan minat siswa, agar pembelajaran menyenangkan, sehingga siswa dapat mencapai hasil yang lebih baik. Menurut Taufani 2008 dalam (http:Kamriantiramli.wordpress.com) ada tiga factor yang mendasari timbulnya minat yaitu :
1. Factor dorongan dalam 2. Factor motivasi social 3. Factor emosional
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat belajar tidak hanya berasal dari dalam diri peserta didik, tetapi terdapat pula dari luar diri peserta didik atau yang disebut dengan factor eksternal.
Menurut Gie (1995:131) arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembelajaran adalah:
1) Minat melahirkan perhatian yang serta merta
2) Minat memudahkan terciptanya konsentrasi 3) Minat mencegah gangguan dari luar
4) Minat memperkuat melekatnya pembelajaran dalam ingatan 5) Minat memperkecil kebosanan dalam belajara
c. Membangkitkan Minat Belajar
Menurut Hardjana (1994:88-89) ada beberapa langkah untuk membangkitkan minat belajar yaitu:
1) Mengarahkan perhatian kepada tujuan yang hendak dicapai 2) Merencakan aktivitas belajar dan melaksanakan rencana itu 3) Membuat kegiatan belajar menjadi menarik
4) Mengganggap kegiatan belajar itu sangat penting 5) Mencari kepuasan dalam belajar
6) Mengurangi hal-hal yang mengganggu dalam keasyikan belajar
7) Jenis-jenis Minat
Menurut Djaali (2007:122) minat dibagi dalam enam jenis yaitu:
1) Realistis 2) Investigative 3) Artistic 4) Social 5) Enterprising
6) Konvensional
Dari keenam jenis tersebut merupakan jenis-jenis minat yang sering dimiliki oleh seseorang dan termasuk kedalam jenis mana tergantung pada dirinya sendiri. Dengan diketahuinya jenis minat orang maka akan mudah mengembangkan minat orang tersebut.[14]
Menurut Slameto (2010 : 180) Ada beberapa indikator minat belajar yaitu :
1. Perasaan senang 2. Perhatian siswa 3. Ketertarikan 4. Keterlibatan siswa
B. Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh :
1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal yang berjudul “Analisis Deskriptif Hasil Belajar Pembelajaran Tatap Muka dan Pembelajaran Daring Menurut Gaya Belajar Mahasiswa” yang dilakukan oleh Anthony Anggrawan. Hasil penelitiannya adalah hasil belajar mahasiswa yang memiliki gaya
belajar auditori dan visual yang dibelajarkan dengan model pembelajaran daring memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih baik dari mahasiswa yang dibelajarakan dengan pembelajaran tatap muka.
2. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal yang berjudul “Pembelajaran Tatap Muka dan Daring terhadap Perkuliahan Mahasiswa Teknik Kimia” yang dilakukan oleh Rahmadhita Purnamasari, Salwa Malani, dkk. Hasil penelitiannya adalah adaptasi di pembelajaran tatap muka maupun daring menjadi kebutuhan di era milenial.
3. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang terdapat dalam jurnal yang berjudul “Daya Tarik Pembelajaran di Era 21 dengan Blended Learning” yang dilakukan oleh Deklara Nanindya Wardani, dkk. Hasil dari penelitiannya yaitu pembelajaran blended learning dapat mengakomodasi perkembangan teknologi yang luas tanpa harus meninggalkan pembelajaran tatap muka di kelas dengan menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan elearning.
C. Kerangka Berfikir
Keterangan :
Skema diatas menunjukkan kerangka berfikir peneliti tentang korelasi variabel X dan variabel Y, dimana tentang variabel X (minat belajar siswa dalam pembelajaran daring) diperoleh dari angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring. Sedangkan variabel Y (minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka) diperoleh dari angket minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka yang di rancang oleh peneliti.
Indikator Minat Belajar siswa dalam pembelajaran daring pada mata pelajaran TIK (X)
Mencakup :
1. Perasaan Senang 2. Perhatian
3. Ketertarikan 4. Keterlibatan Siswa
Dengan Minat Belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran TIK (Y)
Mencakup :
1. Perasaan Senang 2. Perhatian
3. Ketertarikan 4. Keterlibatan Siswa
22 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 KINALI, Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, pemilihan tempat penelitian didasarkan atas pertimbangan bahwa kondisi dan sarana yang ada pada sekolah tersebut sehingga dapat mendukung dilaksanakannya penilitian.
B. Jenis Penelitian
Jenis yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif (Quantitatif Research) adalah suatu metode penelitian yang bersifat induktif, objektif dan ilmiah, dimana data yang di peroleh berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan yang dinilai dan dianalisis dengan analisis statistic. Penelitian kuantitatif biasanya digunakan untuk membuktikan dan menolak suatu teori. Karena penelitian ini biasanya bertolak dari satu teori yang kemudian di teliti, dihasilkan data kemudia di bahas dan diambil kesimpulan.
Menurut Sugiyono(2016:14) penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positiveme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang sudah ditetapkan.
Penelitian kuantitatif merupakan sebuah penelitian yang berlangsung secara ilmiah dan sistematis dimana pengamatan yang dilakukan mencakup segala hal yang berhubungan dengan objek penelitian, fenomena serta korelasi yang ada diantaranya. Tujun penelitian kuantitatif adalah untuk memperoleh penjelasan dari suatu teori dan hukum-hukum realitas. Penelitian kuantitatif dikembangkan dengan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan hipotesis. Metode ini disebut kuantitatif karena data penelitian berupa angka- angka dan analisis menggunakan statistic.[15]
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu penelitian yang mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena, peristiwa, gejala, dan kejadian yang terjadi secara factual, sistematis, serta akurat. Fenomena dapat berupa bentuk, aktivitas, hubungan, karakteristik, serta persamaan maupun perbedaan antar fenomena.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah kelas X IPA di SMA N 1 Kinali.[15]
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1. X IPA 1 36
2. X IPA 2 36
3. X IPA 3 35
4. X IPA 4 36
Jumlah 143 orang
Jadi, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 143 orang.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan yaitu Proportional random sampling yaitu pengambilan sampel yang memperhatikan pertimbangan unsur-unsur atau kategori dalam populasi penelitian. Dalam proportional random sampling ini, besar-kecil-nya sub sampel mengikuti
perbandingan (proporsi). Dalam menentukan jumlah atau ukuran sampel dari populasi menggunakan rumus slovin yaitu :
n =
Keterangan :
n = Jumlah elemen / anggota sampel N = Jumlah elemen / anggota populasi e = Error level (tingkat kesalahan)
Catatan : umumnya digunakan 1 % atau 0,01 , 5% atau 0,05 dan 10% atau 0.1 (dapat di pilih oleh peneliti)
Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sampel seperti berikut : n =
= 58,8 orang
Dengan toleransi kesalahan 10% didapatkan ukuran sampel sebesar 58,8 jika dibulatkan menjadi 59 orang. Untuk menentukan jumlah sampel pada masing-masing kelas dapat diketahui dengan rumus berikut ini :
Sampel sub kelompok =
x besar sampel Table 3.2 Jumlah sampel penelitian
No Kelas Banyak Siswa Ukuran Sampel
1. X IPA 1 36 15
2. X IPA 2 36 15
3. X IPA 3 35 14
4. X IPA 4 36 15
Jumlah 59 Orang
D. Pengembangan Instrumen
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun social yang diamati. Pada penelitian ini, penulis menggunakan lembar angket untuk mengukur minat belajar pada masing- masing siswa. Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Angket ini menggunakan pertanyaan tertutup.
Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah disediakan. Angket minat belajar memuat pernyataan-pernyataan disertai pilihan jawabannya. Skala dalam angket ini dalam bentuk skala Likert. Seperti table berikut :
Tabel 3.3 Skala Likert
No. Jawaban Siswa
Skor untuk setiap pertanyaan Positif Negatif
1 Sangat Setuju (SS) 4 1
2 Setuju (S) 3 2
3 Tidak Setuju(TS) 2 3
4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Hal-hal yang dilakukan untuk memperoleh hasil angket minat belajar peserta didik dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka adalah :
1. Menyusun Angket
Langkah-langkah dalam menyusun angket sebagai berikut :
a. Menentukan tujuan mengadakan pengisian angket yaitu untuk mendapatkan skor perbandingan minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka.
b. Menetapkan indicator yang akan di nilai untuk melihat minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka.
c. Menyusun kisi-kisi instrument angket berdasarkan indikator-indikator minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka yang akan di ukur dan selanjutnya menentukan banyak dan nomor item instrumen tersebut.
Table 3.4 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Sisiwa dalam Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran TIK
Indikator Sub Indikator
Pernyataan Jumlah Item Positif Negatif
Perasaan Senang
Siswa hadir saat pembelajaran
berlangsung, siswa
mempunyai kesiapan dalam menerima pembelajaran, Siswa mengikuti pembelajaran, siswa lebih menyukai pembelajaran daring dari pada tatap muka
3,4,5 1,2,6 6
Perhatian Siswa
Siswa mendengarkan
penjelasan guru, siswa rukun
dalam mengikuti
pembelajaran, siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru, siswa focus dalam mencapai tujuan pembelajaran
8,10,1 1
7,9,12 6
Ketertarikan Siswa aktif dalam pembelajaran, siswa tidak menunda tugas yang diberikan
13,15, 16
14,17,1 8
6
oleh guru, siswa tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar saat belajar daring Keterlibatan
siswa
Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan baik, siswa semangat dalam menjawab pertanyaan, siswa semangat
dalam menanggapi
pembelajaran, aktif ketika pembelajaran berlangsung
19,20, 22
21,23 5
Jumlah 23
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka pada Mata Pelajaran TIK
Indikator Sub Indikator
Pernyataan Jumlah Item Positif Negatif
Perasaan Senang
Siswa hadir saat pembelajaran
berlangsung, siswa
mempunyai kesiapan dalam menerima pembelajaran, Siswa mengikuti pembelajaran, siswa
1,2,6 3,4,5 6
lebih menyukai pembelajaran tatap muka dari pada daring Perhatian
Siswa
Siswa mendengarkan
penjelasan guru, siswa rukun
dalam mengikuti
pembelajaran, siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru, siswa focus dalam mencapai tujuan pembelajaran
7,9,12 8,10,11 6
Ketertarikan Siswa aktif dalam pembelajaran, siswa tidak menunda tugas yang diberikan oleh guru, siswa tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar saat belajar daring
14,17, 18
13,15,1 6
6
Keterlibatan siswa
Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan baik, siswa semangat dalam menjawab pertanyaan, siswa semangat
dalam menanggapi
pembelajaran, aktif ketika
21,23
19,20,2 2
5
pembelajaran berlangsung
Jumlah 23
d. Menyusun butir-butir angket uji coba minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka berdasarkan kisi- kisi yang telah disusun dengan format sebagai berikut :
Table 3.6 Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring pada Mata Pelajaran TIK
No Pernyataan
Jawaban
SS S TS STS 1
2 3 4
…
Table 3.7 Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka pada Mata Pelajaran TIK
No Pernyataan
Jawaban
SS S TS STS 1
2 3 4
…
2. Uji coba angket pada kelas uji coba a. Analisis butir angket
Langkah-langkah menganalisis butir angket yaitu setelah angket selesai disusun, supaya diperoleh hasil yang valid dan dipercaya, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan kepada responden atau peserta didik, maka perlu di uji coba validitasnya terlebih dahulu.
1) Validitas
Arikunto (2005, p. 146) menjelaskan bahwa untuk mengetahui angket yang di buat valid atau tidak, dapat diketahui dengan cara
menghitung koefisien korelasi product moment (rxy) antara skor butir (X) dengan skor total (Y) formula yang digunakan adalah :
rxy = ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi X dan Y n : Jumlah subjek atau responden
X : Variabel pembelajaran daring dan tatap muka Y : Variabel minat belajar siswa
Adapun langkah yang dilakukan dalam menguji validitas angket ini adalah :
1. Menjumlahkan skor jawaban
2. Uji validitas setiap butir pertanyaan dinyatakan menjadi variabel X dan total jawaban menjadi variabel Y
3. Menghitung nilai rhitung. Langkah-langkahnya :
a. Membuat table penolong, misalnya table penolong butir pertanyaan 1
b. Menghitung nilai rhitung. Rumus yang biasa digunakan untuk uji validitas adalah menggunakan teknik korelasi product moment.
c. Membuat keputusan, suatu instrument penelitian dikatakan valid jika koefisien korelasi product moment > rtabel.
Tabel 3.8 Hasil Validitas Butir angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring
No Butir Angket
Rhitung Rtabel Keterangan
1 0,611 0,361 Valid
2 0,797 0,361 Valid
3 0,611 0,361 Valid
4 0,566 0,361 Valid
5 0,797 0,361 Valid
6 0,635 0,361 Valid
7 0,800 0,361 Valid
8 0,510 0,361 Valid
9 0,432 0,361 Valid
10 0,497 0,361 Valid
11 0,244 0,361 Tidak Valid
12 0,800 0,361 Valid
13 0,497 0,361 Valid
14 0,113 0,361 Tidak Valid
15 0,417 0,361 Valid
16 0,521 0,361 Valid
17 0,339 0,361 Tidak Valid
18 0,029 0,361 Tidak Valid
19 0,265 0,361 Tidak Valid
20 0,421 0,361 Valid
21 -0,106 0,361 Tidak Valid
22 0,521 0,361 Valid
23 -0,185 0,361 Tidak Valid
Dari table diatas terdapat hasil uji coba angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dari 23 butir pernyataan setelah divalidasi diperoleh 16 butir pernyataan yang valid dengan menggunakan Rtabel 0,361.
Tabel 3.9 Hasil Validitas Butir Angket Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka
No Butir Angket
Rhitung Rtabel Keterangan
1 0,439 0,361 Valid
2 0,706 0,361 Valid
3 0,655 0,361 Valid
4 0,810 0,361 Valid
5 0,604 0,361 Valid
6 0,195 0,361 Tidak Valid
7 0,655 0,361 Valid
8 0,706 0,361 Valid
9 0,033 0,361 Tidak Valid
10 0,470 0,361 Valid
11 0,696 0,361 Valid
12 0,047 0,361 Tidak Valid
13 0,468 0,361 Valid
14 0,226 0,361 Tidak Valid
15 0,757 0,361 Valid
16 0,759 0,361 Valid
17 0,439 0,361 Valid
18 0,272 0,361 Tidak Valid
19 0,425 0,361 Valid
20 0,558 0,361 Valid
21 0,418 0,361 Valid
22 0,861 0,361 Valid
23 0,757 0,361 Valid
Dari table diatas terdapat hasil uji validitas angket minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka dari 23 butir
pernyataan setelah divalidasi diperoleh 18 butir pernyataan yag valid dengan menggunakan Rtabel 0,361.
2) Reliabilitas angket
Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (relative sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek yang sama meskipun dilakukan orang yang berbeda, waktu yang berbeda dan tenpat yang berbeda pula. Reliabilitas angket ditentukan dengan menggunakan rumus Alpha :
r11 = (
) ( ∑ )
Keterangan :
r11 : nilai reliabilitas
k : jumlah item
∑ : jumlah variansi butir angket St : variansi total
Table 3.10 Klasifikasi Reliabilitas
Nilai r11 Kriteria
0,00<r11≤0,20 Sangat Rendah
0,20<r11≤0,40 Rendah
0,40<r11≤0,60 Sedang
0,60<r11≤0,80 Tinggi 0,80<r11≤1,00 Sangat Tinggi
E. Prosedur Penelitian
Secara umum prosedur penelitian terdiri dari tiga tahapan yaitu persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan semua hal yang berhubungan dan diperlukan pada saat pelaksanaan penelitian:
a. Melakukan peninjauan atau observasi sekolah tempat penelitian dilaksanakan, yaitu SMA N 1 Kinali
b. Mengajukan surat permohonan penelitian kepada Kepala SMA N 1 Kinali
c. Melakukan wawancara dan konsultasi dengan guru kelas X bidang studi teknologi informasi dan komunikasi
d. Merancang kisi-kisi angket e. Membuat angket minat belajar
f. Memvalidasi angket minat belajar pada validator
g. Melakukan uji coba instrument dan uji validitas serta reliabilitas instrument
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada kelas X IPA.
Sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan peneliti mempersiapkan instrument penelitian yaitu angket minat belajar siswa yang di susun berdasarkan indikator minat belajar. Setelah itu peneliti menjelaskan cara mengisi angket dan melakukan dokumentasi.
3. Tahapan Akhir
Setelah didapatkan hasil lembar angket minat belajar siswa, maka selanjutnya data yang diperoleh akan dianalisis korelasi lalu mengambil kesimpulan dari hasil penelitian yang telah didapatkan.
F. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis data yang dilakukan adalah : 1. Pengklasifikasian Minat Belajar Siswa
Setelah peneliti melaksanakan penelitian hasil instrument dilakukan penskoran dan hasil penskoran dikelompokkan menggunakan rumus :
Range : skor tertinggi – skor terendah + 1 Interval : range / kelas yang dikehendaki (5)
Karena kriteria yang digunakan lima kriteria maka di bagi lima, kriteria yang lima itu adalah : Sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. Lima kriteria ini yang akan menjadi pedoman peneliti untuk mengelompokkan minat belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMA N 1 Kinali.
40 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian deskriptif ini, peneliti menganalisis tentang 2 (dua) variabel yang skor-skor data pengamatannya berbentuk numeric dan akan dikualitatifkan sehingga hasil yang diperoleh dapat dideskrisikan. Dalam penelitian ini minat belajar siswa dalam pembelajaran daring sebagai variabel bebas (X) dan hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (Y).
1. Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring
Peneliti menyusun instrument minat belajar siswa dalam pembelajaran daring sebanyak 23 butir pernyataan pada 30 siswa kelas XI di SMA N 1 Kinali. Setelah instrument tersebut dianalisis karakteristiknya meliputi uji validitas dan reliabilitas diperoleh 16 butir pernyataan valid dengan rtabel 0,361, reliabilitas 0,818 yang termasuk pada kategori sangat tinggi.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring
No. Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi
1. 39-43 9 15% Sangat Rendah
2. 44-48 16 27% Rendah
3. 49-53 18 31% Sedang
4. 54-58 11 19% Tinggi
5. 59-63 5 8% Sangat Tinggi
Jumlah 59 100%
Dari table distribusi frekuensi minat belajar siswa dalam pembelajaran daring di atas dapat terlihat bahwa siswa yang memiliki minat belajar dalam pembelajaran daring sangat rendah sebesar 15%, rendah sebesar 27%, sedang sebesar 31%, tinggi sebesar 19% dan sangat tinggi sebesar 8%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.1 Diagram Batang Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Daring
2. Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka
Dalam hal ini peneliti juga menyusun instrument minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka sebanyak 23 butir pernyataan pada 30 siswa kelas XI di SMA N 1 Kinali. Setelah instrument
9
16
18
11
5
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Frekuensi
39-43 44-48 49-53 54-58 59-63
tersebut dianalisis karakteristiknya meliputi uji validitas dan reliabilitas diperoleh 18 butir pernyataan valid dengan rtabel 0,361, reliabilitas 0,879 yang termasuk pada kategori sangat tinggi.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka
No. Interval Frekuensi Persentase Klasifikasi
1. 43-49 4 7% Sangat Rendah
2. 50-56 23 39% Rendah
3. 57-63 19 32% Sedang
4. 64-70 8 14% Tinggi
5. 71-77 5 8% Sangat Tinggi
Jumlah 59 100%
Dari table distribusi frekuensi minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka di atas dapat terlihat bahwa siswa yang memiliki minat belajar dalam pembelajaran tatap muka sangat rendah sebesar 10%, rendah sebesar 39%, sedang sebesar 31%, tinggi sebesar 12% dan sangat tinggi sebesar 8%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :
Gambar 4.2 Diagram Batang Frekuensi Minat Belajar Siswa dalam Pembelajaran Tatap Muka
B. Analisis Data
Pada pengambilan sampel, penulis menggunakan Probability Sampling dengan metode proportional random sampling. Pada pengambilan sampel menggunakan rumus slovin dengan jumlah populasi sebanyak 143 orang diperoleh jumlah dan ukuran sampel sebanyak 59 orang siswa yang masing-masing kelasnya dapat dilihat pada table berikut ini :
Tabel 4.3 Jumlah Sampel Penelitian
No Kelas Banyak Siswa Ukuran Sampel
1. X IPA 1 36 15
2. X IPA 2 36 15
3. X IPA 3 35 14
23
19
8
5
0 5 10 15 20 25
Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 43-49 50-56 57-63 64-70 71-77
4. X IPA 4 36 15
Jumlah 59 Orang
Berdasarkan tabel diatas diperoleh ukuran sampel pada masing-masing kelas yaitu pada kelas X IPA 1 sebanyak 15 orang, kelas X IPA 2 sebanyak 15 orang, kelas X IPA 3 sebanyak 14 orang dan kelas X IPA 4 sebanyak 15 orang.
1. Pengklasifikasian Minat Belajar Siswa
Pada pengklasifikasian ini dilakukan dengan cara penskoran yang nilainya didapatkan dari angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka. Hasil yang didapatkan bermacam-macam. Hasil angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dapat dilihat pada lampiran .. dan hasil angket minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka bias dilihat pada lampiran.. Selanjutnya hasil angket tersebut di skor berdasarkan penskoran angket. Hasil penskoran angket dapat dilihat pada lampiran..
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian, maka ditemukan bahwa 15% siswa yang memliki minat belajar dalam pembelajaran daring sangat rendah, 27%
rendah, 31% sedang, 19% tinggi, dan 8% sangat tinggi. Hal ini membuktikan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran daring
bermacam-macam dan yang paling banyak minat belajar siswa dalam pembelajaran daring pada kategori sedang.
Sedangkan untuk minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka didapatkan hasil 10% siswa yang memiliki minat belajar dalam pembelajaran tatap muka sangat rendah, 39% rendah, 31% sedang, 12%
tinggi dan 8% sangat tinggi. Berdasarkan hasil uraian diatas maka persentase minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka yang paling banyak pada kategori rendah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan gambaran tentang minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka. Untuk memperoleh data minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan tatap muka, peneliti menyebarkan angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan pembelajaran tatap muka dengan 4 indikator minat belajar yaitu : perasaan senang, perhatian siswa, ketertarikan dan keterlibatan siswa yang terdiri dari 16 butir pernyataan untuk minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan 18 butir pernyataan untuk minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka yang harus dijawab responden.
Angket yang disebarkan kepada siswa kelas X IPA di SMA N 1 Kinali dianggap telah memiliki kontruksi validasi yang memadai karena telah melalui tiga kali validasi pada validator yang berkompeten. Setelah divalidasi angket juga telah diuji cobakan kepada 30 orang siswa kelas XI
di SMA N 1 Kinali dengan nilai reliabilitas angket minat belajar siswa dalam pembelajaran daring sebesar 0,818 dan reliabilitas angket minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka sebesar 0.876 yang berarti alat ukur tersebut sangat reliable.
Minat siswa dalam pembelajaran sangat penting. Tanpa adanya minat untuk mengikuti pembelajaran maka materi yang dipelajari siswa akan lewat begitu saja. Minat adalah ketertarikan yang besar terhadap suatu hal yang ada dalam diri masing-masing individu. Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Suatu minat dieksperisikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.
Menurut Slameto dalam Ekan, Partadjaja & Renda (2013, p.3) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan sutau hubungan antara diri sendiri dengan hal di luar diri. Bila siswa menyadari bahwa belajar adalah suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari
pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat untuk mempelajarinya.[16]
Menurut pendapat (Hendriana at al, 2017) beberapa indicator minat belajar yaitu : perasaan senang, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan siswa.[17] Perasaan senang yaitu apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap pelajaran tertentu maka tidak aka nada rasa terpaksa untuk belajar. Contohnya siswa senang saat pembelajaran itu berlangsung, dan hadir ketika pembelajaran itu dimulai. Keterlibatan siswa adalah ketertarikan siswa akan obyek yang mengakibatkan siswa tersebut senang dan tertarik untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan dari obyek tersebut. Contohnya siswa aktif saat pembelajaran berlangsung, siswa aktif dalam menanggapi pembelajaran. Ketertarikan berhubungan dengan daya dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang, kegiatan atau biasa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Contohnya siswa tidak menunda tugas yang diberikan oleh guru, siswa tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Perhatian siswa yaitu konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek tertentu maka dengan sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.
Contohnya siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru.
48 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang minat belajar siswa dalam pembelajaran daring dan minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran TIK kelas X IPA di SMA N 1 Kinali yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa minat belajar siswa dalam pembelajaran daring pada mata pelajaran TIK kelas X IPA di SMA N 1 Kinali paling banyak berada pada tingkatan sedang. Sedangkan minat belajar siswa dalam pembelajaran tatap muka pada mata pelajaran TIK kelas X IPA di SMA N 1 Kinali paling banyak berada pada tingkatan rendah.
Minat belajar dalam penelitian ini diukur menggunakan empat indikator yang dijadikan ukuran yaitu : perasaan senang, perhatian siswa, ketertarikan, dan keterlibatan siswa. Perasaan senang contohnya siswa senang saat pembelajaran itu berlangsung, dan hadir ketika pembelajaran itu dimulai.
Perhatian siswa contohnya siswa mendengarkan penjelasan guru, siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Ketertarikan contohnya siswa tidak menunda tugas yang diberikan oleh guru, siswa tidak terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Keterlibatan siswa contohnya siswa aktif saat pembelajaran berlangsung, siswa aktif dalam menanggapi pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat diberikan saran- saran sebagai berikut :
1. Siswa
Bagi siswa kelas X IPA di SMA N 1 Kinali hendaknya lebih meningkatkan minat belajar dalam pembelajaran daring maupun dalam pembelajaran tatap muka, karena bagaimanapun model pembelajaranya minat kita dalam belajarlah yang menentukan kemajuan kita di masa yang akan datang.
2. Guru TIK/Pendidik
Guru hendaknya memberikan peningkatan dalam menunjang minat belajar siswa baik dalam pembelajaran daring maupun dalam pembelajaran tatap muka, seperti memberikan pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa.
3. Kepada pihak sekolah
Bagi sekolah khususnya kepala sekolah dan wakil kepala bidang kemahasiswaan agar dapat bekerja sama dengan seluruh majelis guru untuk meningkatkan minat belajar siswa.