• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I : PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media untuk menambah ilmu pengetahuan dan pandangan dalam menerapkan teori yang sudah diperoleh pada saat perkuliahan, khususnya di bidang akuntansi biaya mengenai perhitungan harga pokok produk dengan metode harga pokok proses sehingga dapat dipraktikkan dalam dunia usaha.

2. Bagi Perusahaan

Hasil Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan, penentuan harga pokok produk dengan metode harga pokok proses yang sesuai dengan Akuntansi Biaya sehingga dapat mengembangkan usaha dengan lebih efisien.

3. Bagi Politeknik Negeri Banjarmasin

Hasil penelitian ini diharapkan menambah bahan atau referensi serta pengetahuan bagi seluruh civitas Akademika terutama mahasiswa yang akan menyusun Tugas Akhir dengan topik yang berkaitan.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Akuntansi Biaya

“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”(Mulyadi, 2005:7)

Akuntansi biaya adalah bagian dari akuntansi manajemen yang merupakan salah satu dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan pengendalian biaya. Bidang ini terutama berhubungan dengan biaya-biaya untuk memproduksi suatu barang, hingga saat ini masih banyak orang yang beranggapan bahwa akuntansi biaya hanya dapat diterapkan pada bidang manufaktur saja (Dunia, et al., 2018: 4).

Dalam ilmu Akuntansi, Cost Accounting merupakan salah satu jalur utama dalam kajian pengetahuannya. Pada umumnya akuntansi biaya digunakan dalam perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur.

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan berbagai macam proses produksi untuk dijual kepada pelanggan (Wardoyo, 2016: 184 ) Sehingga dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan suatu bidang khusus akuntansi yang melakukan proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, yang merupakan bagian dari akuntansi manajemen, menekankan kepada penentuan serta pengendalian biaya dari bahan baku menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi.

2. Tujuan Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok: penentuan kos produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan khusus. Untuk memenuhi tujuan penentu kos produk, akuntansi biaya mencatat, menggolongkan dan meringkaskan biaya-biaya pembuatan produk atau penyerahan jasa. Biaya yang dikumpulkan dan disajikan adalah biaya yang telah terjadi di masa lalu atau biaya historis. (Mulyadi, 2005:7)

“Akuntansi biaya berfungsi menyediakan informasi biaya bagi kepentingan manajemen agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

Informasi biaya diperlukan oleh manajemen untuk tujuan yaitu penentuan harga pokok, perencanaan biaya, pengendalian biaya, dan dasar untuk Pengambilan Keputusan yang Khusus”.(Dunia, Abdullah, et al., 2018: 4-5) 3. Biaya

“Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi tahunan. Biaya biasanya tercermin dalam laporan posisi keuangan sebagai aset perusahaan”.(Dunia, Abdullah, et al., 2018: 22)

Dalam arti sempit definisi atau pengertian biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva sedangkan dalam arti luas definisi atau pengertian biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi secara potensial untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Adapun unsur pokok dalam definisi biaya tersebut ialah biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu. (Mulyadi, 2005:8)

“Dalam arti sempit definisi atau pengertian biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva sedangkan dalam arti luas definisi atau pengertian biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang yang telah terjadi secara potensial untuk mencapai tujuan tertentu”. (Maghfirah et al., 2016: 61)

4. Cara Penggolongan Biaya

Biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Biaya dapat digolongkan menurut:

a. Objek Pengeluaran

8

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya.

b. Fungsi Pokok Dalam Perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.

2) Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

3) Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

c. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat digolongkan menjadi dua golongan:

1) Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.

Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.dengan demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Contohnya: biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja.

2) Biaya tidak langsung (indirect cost) adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).

d. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungan dengan perubahan volume aktivitas

1) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.

2) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

3) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.

4) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. Contoh: gaji direktur produksi.

e. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya

1) Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, atau dideplesi. Contoh: pengeluaran untuk membeli aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap, untuk promosi besar-besaran dan pegeluaran untuk riset dan pengembagan suatu produk.

2) Penggolongan pendapatan (revenue expenditures), adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut. Contoh: Biaya iklan, biaya tenaga kerja. (Mulyadi, 2005:13-16)

10

5. Unsur-Unsur Biaya Produksi

Biaya produksi atau biasa disebutkan sebagai biaya produk merupakan biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses produksi yaitu terdiri dari:

a. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang digunakan pada perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor (pembelian yang berasal dari luar negeri) ataupun dari pengolahan sendiri. Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung. Bahan baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi barang jadi dan ditetapkan langsung pada harga pokok barang jadi.

Menurut Carter dan Usry (2008 : 40), “Bahan baku langsung adalah semua bahan yang membentuk bagian yang integral (berhubungan) dari barang jadi dan dapat dimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produksi“.

Jadi, bahan baku langsung merupakan bahan yang secara menyeluruh membentuk produk selesai yang dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk yang bersangkutan dan tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu biaya bahan baku langsung ini dapat dibebankan secara langsung kepada produk karena pengamatan fisik dapat dilakukan untuk mengukur kuantitas (jumlah) yang dikonsumsi oleh setiap produk.(Ramadhani, 2015 : 7)

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung ( Direct Labour Cost )

Tenaga kerja merupakan manusia atau pekerja yang memberikan usaha fisik dan mental untuk mengolah suatu produk. Biaya tenaga kerja merupakan harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja yang melakukan proses produksi. Biaya tenaga kerja langsung juga dapat diamati secara fisik untuk mengukur kuantitas tenaga kerja dalam menghasilkan suatu produk. Biaya tenaga kerja pada dasarnya berkaitan

dengan upah langsung. Upah tenaga kerja langsung akan diperhitungkan langsung sebagai unsur biaya produksi. Sedangkan upah tenaga kerja tidak langsung akan dibebankan melalui biaya overhead pabrik. Pada umumnya, biaya upah langsung terdiri atas:

1) Gaji Pokok (Original Wages) Gaji pokok yaitu upah yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja sesuai dengan kontrak kerja.

2) Uang Lembur (Overtime) Uang lembur yaitu upah tambahan yang diberikan kepada tenaga kerja yang melebihi jam kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

3) Bonus (Incentive) Bonus yaitu upah tambahan yang diberikan kepada tenaga kerja karena menunjukkan prestasi kerja melebihi dari apa yang telah ditetapkan.(Ramadhani, 2015:8-9)

c. Biaya Overhead Pabrik ( Factory Overhead Cost )

Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya dalam proses produksi kecuali biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini juga sering disebut biaya produksi tidak langsung karena biaya overhead pabrik ini sulit diidentifikasikan secara fisik.

(Ramadhani, 2015, p. 9)

1) Penggolongan Biaya Overhead Pabrik

Menurut (Mulyadi, 2005:194-195) menjelaskan bahwa beberapa biaya produksi yang dapat digolongkan dalam biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut:

a) Biaya Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi tetap nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut. Contohnya kardus pembungkus gelas.

b) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan

12

Biaya reparasi adalah biaya suku cadang (spare parts), biaya yang habis dipakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan aktiva tetap yang digunakan untuk keperluan pabrik.

c) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang upahnya tidak dapat diperhitungkan langsung ke produk. Contohnya upah pekerja di departemen pergudangan.

d) Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Penilaian Aktiva Tetap Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain biaya-biaya depresiasi aktiva tetap yang digunakan pabrik.

Contohnya biaya depresiasi mesin.

e) Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Berlalunya Waktu

Biaya-biaya yang termasuk dalam golongan ini adalah seperti biaya asuransi.

f) Biaya Overhead Pabrik Lainnya yang Secara Langsung Memerlukan Pengeluaran Uang Tunai

Biaya yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik dan lainnya. Pemisahan biaya berdasarkan objek sangat bermanfaat bagi manajemen untuk mengendalikan biaya.

Sebab dengan mengetahui bahwa suatu biaya langsung bisa dihubungkan dengan suatu objek maka manajemen secara mudah dapat menganalisa biaya tersebut apabila timbul pemborosan-pemborosan dengan menentukan dimana biaya tersebut terjadi.

2) Dasar dalam pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ada beberapa cara, yaitu:

a) Satuan produk

Metode ini merupakan metode yang paling sederhana, dengan langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada produk. Untuk rumusnya sebagai berikut:

Tarif biaya overhead pabrik per satuan = Taksiran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik

Taksiran jumlah satuan produk yang dihasilkan ...(1) b) Biaya bahan baku

Jika biaya overhead pabrik yang dominan bervariasi dengan nilai bahan baku, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya kepada produk adalah biaya bahan baku yang dipakai. Untuk rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Persentase biaya overhead pabrik dari biaya bahan baku yang dipakai

=

Taksiran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik

Taksiran biaya bahan baku yang dipakai x 100%...(2) c) Biaya tenaga kerja

Jika sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dasar yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung.

Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Persentase biaya overhead pabrik dari biaya tenaga kerja langsung

= Taksiran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik

Taksiran biaya tenaga kerja langsung x 100%...(3) d) Jam tenaga kerja langsung

Karena ada hubungan yang erat antara jumlah upah dengan jumlah jam kerja maka disamping biaya overhead pabrik dibebankan atas dasar upah tenaga kerja langsung, dapat pula dibebankan atas dasar jam tenaga kerja langsung. Jadi

14

apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.

Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:

Tarif biaya overhead pabrik per jam tenaga kerja langsung

= Taksiran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik

Taksiran jam tenaga kerja langsung ...(4) e) Jam mesin

Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin, maka dasar yang dipakai untuk membebankannya adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:

Tarif biaya overhead pabrik per jam mesin=Taksiran biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik

Taksiran jam kerja mesin ...(5) Setelah tingkat kapasitas yang akan dicapai dalam periode anggaran ditentukan, dan anggaran biaya overhead pabrik telah disusun, serta dasar pembebanannya telah dipilih dan diperkirakan, maka langkah terakhir adalah menghitung tarif biaya overhead pabrik dengan rumus sebagai berikut:

Tarif biaya overhead pabrik = Biaya 𝑜𝑣𝑒𝑟ℎ𝑒𝑎𝑑 pabrik yang dianggarkan

Taksiran dasar pembebanan ...(6) (Mulyadi, 2005: 200-203)

6. Metode Penentuan Biaya Produksi

Menurut Mulyadi metode penentuan biaya produksi dibagi menjadi:

a. Full costing

Full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.

Dengan demikian kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Tabel 2.1. Kos Produksi Menurut Metode Full Costing

Biaya Bahan Baku xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xx

Kos Produksi xx

Sumber: Mulyadi (2015:17)

1) Biaya bahan baku secara teoritis, biaya bahan baku langsung harus memasukkan seluruh biaya bahan baku yang digunakan untuk memproduksi sebuah produk atau kinerja sebuah jasa.

2) Biaya tenaga kerja langsung berkenaan dengan usaha setiap individu yang melakukan produksi sebuah produk atau mengerjakan sebuah jasa. Tenaga kerja langsung dapat juga dianggap sebagai pekerjaan yang secara langsung menambah nilai produk akhir atau jasa.

3) Overhead merupakan berbagai faktor atau biaya produksi yang tidak langsung untuk memproduksi sebuah produk atau menyediakan jasa. Maka biaya overhead tidak memasukkan bahan baku maupun tenaga kerja langsung. Biaya overhead dapat menjadi variabel atau tetap berdasarkan bagaimana mereka berperilaku dalam merespon sebuah perusahaan dalam jumlah produksi atau pengukuran aktivitas lainnya.

4) Biaya overhead variabel meliputi biaya bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung yang telah dibayar berdasarkan jumlah jam kerja (seperti upah untuk operator untuk mesin pengangkat

16

barang, pengurus bahan baku, dan para pekerja lainnya yang membantu proses produksi, perakitan, dan/jasa).

5) Biaya overhead pabrik tetap meliputi biaya seperti penyusutan garis lurus pada aset pabrik, biaya lisensi pabrik, dan asuransi pabrik serta pajak tanah dan bangunan/properti. biaya overhead pabrik tidak langsung meliputi supervisor produksi, penggantian pengawas, dan manajer pabrik. (Mulyadi, 2015)

b. Variabel costing

Variabel costing merupakan penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi berperilaku variabel ke dalam kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Dengan demikian kos produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Tabel 2.2. Kos Produksi Menurut Metode Variabel Costing

Biaya Bahan Baku xx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xx

Kos Produksi xx

Sumber: Mulyadi (2015:18)

Ditambah dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (BOP tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap).

(Mulyadi, 2015) 7. Depresiasi

Depresiasi adalah penurunan dalam nilai fisik properti seiring dengan waktu dan penggunaannya dalam konsep akuntansi, depresiasi adalah pemotongan tahunan terhadap pendapatan sebelum pajak sehingga pengaruh

waktu dan penggunaan atas nilai aset dapat terwakili dalam laporan keuangan dalam suatu perusahaan. Depresiasi adalah biaya non kas yang berpengaruh terhadap pajak pendapatan. Properti yang dapat didepresiasi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Harus digunakan dalam usaha atau dipertahankan untuk menghasilkan pendapatan.

b. Harus mempunyai umur manfaat tertentu dan umurnya harus lebih lama dari setahun.

c. Merupakan sesuatu yang digunakan sampai habis, mengalami peluruhan/kehancuran, usang atau mengalami pengurangan nilai dari asalnya.

d. Bukan inventaris, persediaan atau stok penjualan, atau properti investasi.

Properti yang dapat didepresiasi dikelompokan menjadi:

1) Nyata (tangible): dapat dilihat atau dipegang. Terdiri dari properti personal (personal property) seperti mesin-mesin kendaraan, peralatan, furnitur dan item-item yang sejenis, dan properti riil (real property) seperti tanah dan segala sesuatu yang dikeluarkan dari atau tumbuh atau berdiri di atas tanah tersebut.

2) Tidak nyata (intangible) property personal seperti hak cipta, paten atau franchise.

Depresiasi merupakan komponen penting dalam analisis ekonomi teknik, karena:

a. Dapat dipergunakan untuk mengetahui nilai suatu asset sesuai dengan waktu

b. Dapat dipergunakan untuk mengalokasikan depresiasi (accounting depreciation) nilai aset tersebut. Pengalokasian tersebut dipergunakan untuk menjamin bahwa aset yang telah diinvestasikan dapat diperoleh kembali setelah masa layannya selesai

18

c. Dengan depresiasi dapat dipergunakan untuk mengurangi pengenaan pajak dengan jalan bahwa aset yang diinvestasikan diperhitungkan sebagai biaya produksi, sehingga hal ini berkaitan dengan pajak (Leiwakabessy & Patty, 2015: 24)

8. Metode Penyusutan Aktiva Tetap

Beberapa metode penyusutan aktiva tetap antara lain, Metode garis lurus (straight-line method), Metode saldo menurun ganda (double declining balance method), Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method), Metode jam kerja (service hours method), Metode unit produksi (productive output method).

a. Metode garis lurus

Penyusutan metode garis lurus adalah bahwa aset yang bersangkutan akan memberikan manfaat yang sama untuk setiap periodenya sepanjang umur aset. Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan periodik dapat dihitung sebagai berikut:

Beban Penyusutan = Harga Perolehan – Estimasi Nilai Residu

Estimasi Masa Manfaat ...(7) b. Metode Saldo menurun ganda

Penyusutan dengan menggunakan metode saldo menurun ganda beban penyusutan periodik dihitung dengan cara mengalikan suatu tarif persentase ke nilai buku aset yang semakin menurun, sehingga dinamakan metode saldo menurun ganda. Rumusnya:

Tarif Penyusutan = (100% : Umur Ekonomis) x 2

Beban Penyusutan = Nilai Buku Awal Tahun x Tarif Penyusutan Penyusutan dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap tahun berikutnya. Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Tarif Penyusutan =n(n+1)

2 ...(8)

Beban Penyusutan = Sisa Umur Aktiva

Tarif x (HP-NS)...(9)

c. Metode Jam Kerja

Penyusutan dengan menggunakan metode jam kerja, bahwa pembelian suatu aset menunjukan pembelian sejumlah jam jasa langsung. Perhitungan metode jam kerja sebagai berikut:

Tarif Penyusutan =Harga Perolehan – Estimasi Nilai Residu

Estimasi Total Jam Jasa ...(10) d. Metode Unit Produksi

Penyusutan dengan menggunakan metode unit produksi, didasarkan pada anggaran bahwa aset yang diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total output yang dapat dihasilkan aset.

Perhitungannya sebagai berikut:

Tarif Penyusutan =Harga Perolehan – Estimasi Nilai Residu

Estimasi Total Output ...(11) Sumber: (Hery, 2014: 279-290)

9. Penggolongan Aktiva Tetap

Ada beberapa jenis-jenis harta yang termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan bangunan untuk keperluan penyusutan yaitu:

Tabel 2.3. Jenis-jenis harta berwujud yang termasuk dalam kelompok 1

No Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua jenis usaha

a. Mebel dan peralatan dari kayu atau rotan termasuk meja, bangku, kursi, lem ari dan sejenisnya yang bukan bagian dari bangunan.

20

b. Mesin kantor seperti mesin tik, mesin hitung, duplikator, mesin fotokopi, mesin akunting/pembukuan, komputer, printer, scanner dan sejenisnya.

c. Perlengkapan lainnya seperti amplifier, tape/cassette, video recorder, televisi dan sejenisnya.

d. Sepeda motor, sepeda dan becak.

e. Alat perlengkapan khusus (tools) bagi industri/jasa yang bersangkutan.

f. Dies, jigs, dan mould.

g. Alat-alat komunikasi seperti pesawat telepon, faksimile, telepon seluler dan sejenisnya.

2

Pertanian, perkebunan, kehutanan,

Alat yang digerakkan bukan dengan mesin seperti cangkul, peternakan, perikanan, garu dan lain-lain.

3

Industri makanan dan minuman

Mesin ringan yang dapat dipindah-pindahkan seperti, huller, pemecah kulit, penyosoh, pengering, pallet, dan sejenisnya.

4

Transportasi dan

Pergudangan Mobil taksi, bus dan truk yang digunakan sebagai angkutan umum.

5

Industri semikonduktor

Falsh memory tester, writer machine, biporar test system, elimination (PE8-1), pose checker.

6

Jasa Persewaan Peralatan Tambat Air Dalam

Anchor, Anchor Chains, Polyester Rope, Steel Buoys, Steel Wire Ropes, Mooring Accessoris.

7

Jasa telekomunikasi

selular Base Station Controller

Sumber: PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96/PMK.03/2009

Tabel 2.4. Jenis-jenis harta berwujud yang termasuk dalam kelompok 2

No Jenis Usaha Jenis Harta

1 Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari

1 Semua jenis usaha a. Mebel dan peralatan dari logam termasuk meja, bangku, kursi, lemari