• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

G. Manfaat Penelitian

Penilitian pengembangan ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan suatu media alternatif dalam pembelajaran kimia

2. Meningkatkan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kemajuan dan informasi secara optimal

3. Mempermudah siswa untuk mempelajari materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur kapan dan dimanapun.

4. Menambah pemanfaatan mobile learning sebagai media pembelajaran siswa 5. Mengenalkan kepada guru SMA dan sekolah tentang manfaat integrasi

teknologi berbasis IT ke dalam pembelajaran guna meningkatkan pemahaman dan penguasaan siswa terhadap mata pelajaran kimia.

6. Bagi siswa, pembelajaran kimia berbasis android dapat dijadikan sebagai media pembelajaran interaktif , untuk berlatih soal, dan diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah belajar seperti kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran, siswa merasa jenuh, dan terkesan monoton dalam proses pembelajaran serta sebagai media untuk belajar mandiri.

7. Bagi guru kimia SMA pembelajaran kimia berbasis android dapat digunakan sebagai alternatif media untuk mengajar, sehingga pembelajaran menjadi lebih variatif. Selain itu, juga untuk memberikan latihan soal di luar alokasi waktu pelajaran yang sedikit.

10 H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan

Asumsi pengembangan produk dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya pembelajaran kimia berbasis android maka siswa akan tertarik dan termotivasi untuk mempelajari kimia.

2. Media mobile learning bisa di install pada semua handphone android

3. Semua siswa dan guru yang memiliki handphone android bias menggunakan media pembelajaran mobile learning.

4. Guru sebagai reviewer memiliki pemahaman yang sama tentang ilmu kimia dan media pembelajaran.

5. Siswa memiliki pemahaman yang sama tentang ilmu kimia dan media pembelajaran.

6. Media pembelajaran mobile learning dapat menjadi salah satu sumber belajar mandiri bagi siswa.

Keterbatasan pengembangan mobile learning adalah:

1. Tidak semua siswa dan guru memiliki handphone android.

2. Media hanya memuat materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur.

3. Media tidak bisa di install pada handphone selain handphone android

I. Definisi Istilah

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah:

1. Mobile learning

Mobile learnng adalah perangkat elektronik yang dapat digunakan untuk membuat dan menerima panggilan melalui gelombang radio yang dapat

11

digunakan dalam area geografis yang luas. Penelitian pengembangan ini membatasi pada mobile phone berbasis operasi sistem Android.

2. Media pembelajaran berbasis mobile learning

Media pembelajaran berbasis mobile phone adalah media pembelajaran interaktif, dibuat dengan beberapa program software aplikasi, berisi materi pelajaran, diakses/dioperasikan melalui bantuan mobile phone Android, dan digunakan untuk menunjang dan membantu proses pembelajaran.

3. Kelayakan media pembelajaran

Mobile learning ini layak digunakan sebagai media pembelajaran apabila memenuhi kriteria minimal Baik (B). Kelayakan media pembelajaran dalam bentuk mobile game ini dapat ditinjau dari aspek materi dan soal; aspek kebahasaan; aspek keterlaksanaan; aspek tampilan audio dan visual; dan aspek rekayasa perangkat lunak.

4. Ahli Materi

Ahli materiadalah dosen kimia yang memiliki pengetahuan tentang kimia khususnya pada materi konfigurasi elektron dan tabel preiodik unsur.

5. Ahli Media

Ahli Media adalah dosen yang memiliki pengetahuan tentang teknologi informasi dan media pembelajaran yang baik dan menarik.

6. Peer Reviewer

Peer Reviewer yaitu teman sejawat yang melaksanakan pengembangan serta memahami mobile learning sebagai media pembelajaran yang baik dan menarik.

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Banyak sekali faktor yang mempengaruhi dalam interaksi pembelajaran, baik faktor internal yang datang dari dalam individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa (E.

Mulyasa, 2008: 100 ).

Pembelajaran kimia tidak lepas dari pengertian pembelajaran dan pengertian ilmu kimia itu sendiri. Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energitika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak bisa dipisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu kerja ilmiah (E. Mulyasa, 2006: 132-133).

13

Pembelajaran kimia menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Permendiknas No. 22 tahun 2006). Pembelajaran kimia dapat terlaksana dengan baik dengan adanya interaksi pembelajaran yang menarik antara guru dan siswa.

Keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Misalnya, strategi belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar yang digunakan baik dalam bentuk buku, modul, lembar kerja, media, dan lain-lain. Penggunaan media dalam pembelajaran dapat membantu keterbatasan guru dalam menyampaikan informasi maupun keterbatasan jam pelajaran di kelas. Media berfungsi sebagai sumber informasi materi pembelajaran maupun sumber soal-soal latihan. Kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh perbedaan individu siswa, baik perbedaan gaya belajar, perbedaan kemampuan, perbedaan kecepatan belajar, latar belakang, dan sebagainya.

Pengertian pembelajaran kimia konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur tidak terlepas dari pengertian pembelajaran kimia secara umum.

Pembelajaran kimia konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung terhadap objek konkrit yang berhubungan dengan materi konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur.

Pembelajaran kimia konfigurasi elektron dan tabel periodik unsur lebih mengarah kepada penanaman konsep kimia kepada siswa. Namun, keterbatasan waktu guru dalam mengajar mengakibatkan guru hanya berorientasi kepada penyelesaian materi dan kurang memberikan latihan soal (pengalaman langsung) kepada siswa.

14

Kurangnya siswa dalam berlatih soal mengakibatkan siswa akan kurang memahami materi yang disampaikan gurunya. Oleh karena itu, guru dapat menggunakan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan waktunya dalam mengajar.

2. Belajar mandiri a. Belajar

Terdapat beberapa pendapat tentang definisi belajar, diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Belajar menurut Kemendikbud (1989: 13) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang di sebabkan oleh pengalaman.

2) Menurut Slamet (2003: 02) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, ssebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”

3) Witherington mengemukakan “belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”1

Dari ketiga pengertian di atas jadi belajar adalah suatu proses untuk memperoleh perubahan yang terjadi akibat adanya suatu pengalaman atau latihan.

b. Manfaat Belajar

Adapun manfaat belajar Rohani Ahmad (1997: 102-103) antara lain:

15

1) Dapat memberi pengalaman belajar langsung dan kongkrit kepada peserta didik.

2) Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi ataupun dilihat secara langsung dan kongkrit.

3) Dapat menambah dan memperluas cakrawala kajian yang ada di kelas.

4) Dapat memeberikan informasi yang akurat dan jelas.

5) Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan baik dalam lingkungan mikr maupun makro

6) Dapat menambah motivasi yang positif, apabila diatur, direncanakan pemanfaatannya secara tepat.

7) Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut.

Menurut Haris Mudjiman (2007: 7) belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai sesuatu kompetensi guna mengatasi sesuatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar dan cara pencapaiannya, baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, sumber belajar, maupun evaluasi hasil belajar dilakukan oleh siswa sendiri.

Niat atau motif dalam belajar mandiri merupakan hal yang lebih penting dalam belajar mandiri dibandingkan kenampakan fisik kegiatan belajar. Misalnya siswa melakukan kegiatan belajar sendiri dan tampak sungguh-sungguh dalam mencari data dari berbagai sumber, belum tentu perbuatannya itu didorong oleh

16

keinginannya sendiri untuk menguasai suatu kompetensi. Mungkin sebenarnya ia tidak tertarik dengan hal itu dan melakukannya hanya karena diperintah oleh orang lain, misalnya gurunya. Bila ini yang terjadi, dapat diperkirakan kualitas kegiatan belajarnya tidak akan sebaik bila dibandingkan dengan kegiatan belajar yang didorong oleh motif untuk menguasai suatu kompetensi (Haris Mudjiman, 2007: 8).

Secara sederhana konsep belajar mandiri terdiri dari (Haris Mudjiman, 2007: 9-14):

1) Kepemilikan kompetensi tertentu sebagai tujuan belajar.

Tujuan belajar mandiri adalah mencari kompetensi baru, baik berbentuk pengetahuan atau keterampilan untuk mengatasi sesuatu masalah. Untuk mendapatkan kompetensi baru itu, secara aktif siswa mencari informasi dari berbagai sumber dan mengolahnya berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki.

2) Belajar aktif sebagai strategi belajar untuk mencapai tujuan.

Guna mencapai tujuan belajar mandiri, yaitu sesuatu atau serangkaian kompetensi, salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan adalah strategi belajar aktif. Belajar aktif merupakan bentuk kegiatan belajar alamiah yang dapat menimbulkan kegembiraan, membentuk suasana belajar tanpa tekanan, dan memungkinkan tercapainya tujuan-tujuan belajar yang ditetapkan. Kegiatan belajar aktif pada dasarnya merupakan kegiatan belajar yang bercirikan keaktifan siswa untuk mendapatkan sesuatu atau serangkaian kompetensi yang secara

17

akumulatif menjadi kompetensi lebih besar yang hendak dicapai melalui kegiatan belajar mandiri.

3) Keberadaan motivasi belajar sebagai prasyarat berlangsungnya kegiatan belajar.

Untuk melakukan belajar aktif, motivasi belajar merupakan prasyarat yang harus dikembangkan terlebih dahulu. Tanpa motivasi belajar yuang cukup kuat untuk menguasai sesuatau kompetensi, strategi belajar aktif tidak mungkin dijalankan. Namun sebaliknya, keberhasilan belajar aktif diperkirakan akan dapat menumbuhkan motivasi belajar.

4) Paradigma/ teori belajar konstruktivisme sebagai landasan konsep.

Pengggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk mendapatkan keterampilan atau pengetahuan baru adalah prinsip belajar menurut teori konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme merupakan dasar yang melandasi belajar mandiri. Hal ini karena, kelancaran kegiatan belajar mandiri sangat ditentukan oleh sejauh mana siswa telah memiliki pengetahuan yang relevan sebagai modal awal untuk menciptakan pengetahuan baru atas rangsangan dari informasi baru yang diperolehnya dalam proses pembelajaran. Informasi ini dapat diperoleh dari guru, orang lain atau dari sumber atau media belajar yang lain.

3. Media Pembelajaran

Pembelajaran secara umum berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku sisiwa berubah kearah yang lebih

18

baik. Proses pembelajaran terdiri dari proses belajar dan mengajar. Proses belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan di sekolah.

Pembelajaran merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan, keterampilan, dan penanaman dari sikap – skap tertentu dari guru pada peserta didik (Suyitinah, 2004 : 11).

Pembelajaran tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar. Menurut Syaiful Sagala (2010 : 61), pembelajaran adalah membelajarkan sisiwa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar. Pengajaran merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi yang dilakukan antara guru ke siswa dan sebaliknya, dan siswa ke siswa. Dalam proses pembelajaran peranan guru bukan semata – mata memberikan informasi, juga mengarahkan dan memberikan fasilitas belajar.

Dari beberapa definisi tentang pembelajaran yang telah di kemukan oleh beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembeljaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan pembelajaran dengan maksud untuk memudahkan proses belajar.

Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal (sugihartono dkk, 2007: 80-81). Konsep pembelajaran dibagi dalam tiga pengertian :

19

1) Pembelajaran dalam pengertian kuantitatif merupakan penularan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik. Pendidik dituntut untuk menguasai pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat menyampaikan kepada peserta didik dengan sebaik – baiknya.

2) Pembelajaran dalam pengertian institusional berarti penataan segala kemampuan mengajar sehingga dapat berjalan efisien. Pendidik dituntut untuk selalu siap mengadaptasikan berbagai tehnik mengajar untuk bermacam – macam peserta didik yang memiliki berbagai perbedaan individual.

3) Pembelajaran dalam pengertian kualitatif berarti upaya pendidik untuk memudahkan kegiatan belajar peserta didik. Peran pendidik dalam pembelajaran tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga melibatkan peserta didik dalam aktivasi belajar yang efektif dan efisien.

Sebelum mengkaji tentang pembelajaran kimia, perlu diketahui hakikat dari ilmu kimia terlebih dahulu. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala – gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah), oleh sebab itu pembelajaran

20

kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk (Sukardjo dan Lis Permana Sari, 2007-2).

Menurut Permendiknas No.22 tahun 2006 mata pelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siwa memiliki kemampun sebagai berikut.

1) Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2) Memupuk sikap ilmiah yang jujur, objektif, terbuka, ulet ,kritis, dan dapat bekerjasama dengan orang lain.

3) Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode imiah dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4) Meningkatkan kesadaran tantang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.

5) Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

6) Salah satu fungsi utama dalam pembelajaran kimia adalah memeberikan pengalaman yang merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan belajar. Pembelajaran kimia yang baik adalah pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pengalaman belajar dapat

21

diberikan melalui aktivitas pembelajaran yang melibatkan sejumlah media pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran kimia dapat dilaksanakan dalam bentuk pendidik sebagai fasilitator dan siswa belajar mandiri. Bentuk pembelajaran seperti ini biasa disebut sebagai belajar mandiri (independent learning). Dalam belajar mandiri siswa menggunakan bahan belajar yang didesain secara khusus. Materi pembelajaran dipelajari tanpa tergantung kepada kehadiran pendidik. Jenis materi pembelajaran tersebut dapat berupa salah satu atau kombinasi program media, bahan cetak, film, kaset audio, slide, komputer dan lain sebagainya. Dalam bentuk kegiatan pembelajaran ini peranan pendidik sebagai tutor dalam mengontrol kemajuan siswa dan membantu siswa dalam memecahkan masalah harus dilakukan secara intensif dan individual.

4. Fungsi dan manfaat media pembelajaran

Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar peserta didik adalah 1) Membantu guru dalam:

a) Mempermudah, menyerdehanakan, dan mempercepat keberlangsungan proses belajar mengajar.

b) Penyajian informasi atau keterampilan secara utuh dan lengkap

c) Merancang lingkup infoormasi dan keterampilan secara sistematis sesuai dengan tingkat kemampuan dan alokasi waktu.

22

2) Membantu peserta didik dalam mengaktifkan fungsi psikologi dalam dirinya antara lain:

a) Pemusatan perhatian, mempertahankan perhatian

b) Memelihara keseimbangan mental (otak) dan fisik (indera)

c) Mendorong belajar mandiri (mempercepat kontruksi/ rekontruksi kognitifnya)

Berfungsinya suatu media pembelajaran dalam sebuah proses atau kegiatan berarti media itu memiliki manfaat. Sejauh mana manfaat suatu media bergantung sejauh mana media itu telah berfungsi.

5. Penelitian pengembangan

Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 297). Penelitian pengembangan biasanya disebut pengembangan berbasis penelitian (research based development) merupakan jenis penelitian yang sedang meningkat penggunaannya dalam pemecahan masalah praktis dalam dunia penelitian, terutama penelitian pendidikan dan pembelajaran.

Prosedur penelitian pengembangan terdiri atas dua tahap yaitu (a) mengembangkan produk model, dan (b) menguji kualitas dan atau efektivitas produk yang dihasilkan.

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang berorientasi untuk mengembangkan produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Tujuan penelitian pengembangan tidak

23

dimaksudkan untuk menguji teori, tetapi untuk menghasilkan atau mengembangkan produk dan menguji kualitasnya (Nana Syaodih Sukmadinata, 2008 : 196).

Mengacu pada percobaan yang telah dilakukan pada Far West Laboratory, secara lengkap menurut Brog dan Gall (1989) dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2008: 201-202), ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengemebangan, yaitu sebagai berikut.

1) Penelitian dan pengumpulan data (research and information collecting).

Pengukuran kebutuhan, studi literature, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan – pertimbangan dari segi nilai.

2) Perencanaan (planning) yaitu menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan – kemampuan yang di perlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah – langkah penelitian, dan kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.

3) Pengembangan draft produk (develop preliminary from of product).

Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrument evaluasi.

4) Uji coba lapangan awal (preliminary field testing). Uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai 12 subjek uji coba ( pendidik). Selama ini uji coba dilaksanakan pengamatan, wawancara, dan pengedaran angket.

5) Merevisi hasil uji coba ( main product revesion)

24

6) Uji coba lapangan (main field testing). Melakukan uji coba yang lebih luas 5 sampai dengan 15 sekolah dengan 30 sampai dengan 100 orang uji coba. Data kuantitatif penampilan pendidik sebelum dan sesudah menggunakan model yang dicobakan di kumpulkan. Hasisl – hasil pengumpulan data dievaluasi dan kalau mungkin dibandingkan dengan kelompok pembanding.

7) Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan (operasional product revision).

8) Uji pelaksanaan lapangan (operasional fielt testing). Dilaksanakan pada 10 sampai dengan 30 sekolah melibatkan 40 sampai 200 subjek. Penguji dilakukan melalui angket, wawancara, observasi, dan analisis hasilnya.

9) Penyempurnaan produk akhir (final product revesion). Penyempurnaan didasarkan masukan dari uji pelaksanaan lapangan.

10) Desiminasi dan implementasi (dissemination and implementation).

Melaporkan hasilnya dalam pertemuan professional dan dalam jurnal, bekerjasama dengan penerbit untuk penerbitan, serta memonitor penyebaran untuk pengontrolan kualitas.

Dari kesepuluh langkah penelitian pengembangan ini apabila diikuti dengan benar, data meghasilkan sebuah produk pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan, yang siap dioperasikan atau digunakan di sekolah-sekolah.

25 B. Tinjauan Ilmu Kimia

1. Ilmu Kimia

Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik yang sama dengan IPA. Karakterisitik tersebut adalah dari segi objeknya, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan induktif namun pada perkembangannya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori deduktif. Menurut (Tresna Wijaya 1998: 33-34), pembelajaran kimia harus memperhatikan hal-hal berikut ini:

a. Materi pembelajaran memperhatikan perkembangan ilmu kimia.

b. Memberikan pengertian yang baik dan mendalam tentang bidang kimia c. Memeberikan wawasan mengenai cara berfikir ilmiah

d. Memberikan pengalaman kerja kimia nyata dan merangsang siswa berlatih berpikir secara kritis dan ilmiah melalui kerja praktik di laboraturium.

e. Menyadarkan siswa kegunaan ilmu kimia dalam industri dan kehidupan sehari-hari.

Pengajaran kimia tidak hanya merupakan penamaan fakta kepada peserta didik, tetapi juga merupakan suatu usaha untuk mendidik peserta didik agar mengambil manfaat dari cara-cara kerja ilmuwan. Tujuan pengajaran kimia adalah memperoleh pamahaman yang tahan lama perihal beberapa fakta, kemampuan mengenal, dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam

26

penggunaan laboraturium, serta memunyai sikap ilmiah yang dapat ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Materi kimia SMA/MA kelas XI Konfigurasi Elektron

Elektron tersusun dalam atom mengikuti tiga aturan, yaitu asas aufbau, asas larangan pauli, kaidah hund.

a. Asas Aufbau

Aufbau berprinsip bahwa pengisisan elektron pada orbital dimulai dari tingkat energy terendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Orbita s mempunyai tingkat energy terendah, dan berturut-turut makin tinggi untuk orbital p, d, dan f.

pengisian elektron pada orbital atau sub kulit akan lebih jelas dengan menggunakan diagram pada gambar 1

Gambar 1. Diagram tingkat energi

b. Asas larangan pauli

Pauli mengemukakan hipotesisnya yang menyatakan bahwa dalam satu atom tidak mungkin dua elektron mempunyai keempat bilangan kuantum sama.

Misal, 2 elektron akan menempati subkulit 1s. Tiga bilangan kuantum pertama

27

akan mempunyai nilai yang sama (n = 1, l = 0, m = 0). Untuk itu bilangan kuantum yang terakhir, yaitu bilangan kuantum spin(s) harus mempunyai nilai berbeda +1/2 dan -1/2.

Dengan kata lain, setiap orbital maksimal hanya dapat terisi 2 elektron dengan arah spin berlawanan. Sebagai contoh, pengisian elektron pada orbital 1s digambarkan sebagai berikut:

Mengapa pada satu orbital hanya dapat ditempati maksimal oleh dua elektron? Karena jika ada elektron ketiga, maka elektron tersebut pasti akan mempunyai spin yang sama dengan salah satu elektron yang terdahulu dan itu akan melanggar asas larangan Pauli dengan demikian tidak dibenarkan. Jumlah elektron maksimal untuk tiap subkulit sama dengan dua kali dari jumlah orbitalnya.

c. Kaidah Hund

Frederick Hund, 1927 (dikenal Hund) mengatakan bahwa pengisian elektron pada orbital yang setingkat (energinya sama) dalam satu orbital adalah satu per satu dengan arah spin yang sama sebelum berpasangan. Asas ini dikemukakan berdasarkan penalaran bahwa energi tolak-menolak antara dua elektron akan minimum jika jarak antara elektron berjauhan. Untuk lebih

Frederick Hund, 1927 (dikenal Hund) mengatakan bahwa pengisian elektron pada orbital yang setingkat (energinya sama) dalam satu orbital adalah satu per satu dengan arah spin yang sama sebelum berpasangan. Asas ini dikemukakan berdasarkan penalaran bahwa energi tolak-menolak antara dua elektron akan minimum jika jarak antara elektron berjauhan. Untuk lebih