• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis, sebagai bahan merumuskan khasanah ilmu tentang pembangunan kota bersih dan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang pembangunan kota bersih.

b. Manfaat Praktis, sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menjaga lingkungannya tentang pembangunan kota bersih.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan tahap yang menentukan dari proses manajemen.

Oleh sebab itu, kemampuan untuk melakukan pengendalian merupakan salah satu fungsi dan peran manajer yang sangat penting. Pengendalian diartikan sebagai

“proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar dapat terlaksana

sebagaimana yang direncanakan dan melakukan langkah koreksi terhadap penyimpangan yang berarti.” Akan tetapi dengan adanya perbedaan pendapat akan saling melengkapi diantara pendapat sarjana yang satu dengan yang lainnya, dan apabila dipadukan maka akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna, bahwa pengendalian adalah proses yang digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, bahkan memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga tercipta ketertiban di masyarakat. Dalam kerjasama tersebut masing-masing pihak pasti memiliki kelemahan dan kelebihan sehingga dapat melengkapi satu sama lain.

B. Peran Bapedalda

Kelembagaan Bapedalda yang baik dapat memperkuat argumen bahwa suatu daerah otonom sedang bertanggung jawab pada pelestarian lingkungan hidup yang merupakan konsekuensi dari hak kewenangan mengelola sumberdaya alam nasional.

Kaitan dengan itu, meskipun pemerintah daerah otonom sangat leluasa menyusun strukur organisasinya dengan membentuk dinas-dinas yang sesuai dengan kebutuhan

daerahnya (pasal 65 UU No. 22 tahun 1999), tetapi diingatkan bahwa tidak ada alasan bagi pemerintah daerah otonom untuk tidak mengelola lingkungan hidup wilayahnya, dengan membentuk kelembagaan yang relevan. Sebagai contoh dapat disimak pasal 11 (2) UU No. 22 tahun 1999 berikut: “Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan pertanahan. Kedudukan Bapedalda adalah unsur penunjang perintahan daerah dan bertanggung jawab pada kepala daerah dan bertugas membantu kepala daerah dalam lingkup pengendalain dampak lingkungan.

Adapun peran Bapedalda sebagai berikut:

a. Penyusunan kebijakan teknis dalam lingkup pengendalian dampak lingkungan, b. Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Propinsi/kabupaten/Kota Sedangkan untuk melaksanakan peran tersebut di atas Bapedalda memiliki kewenangan sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan operasional pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.

2. Pelaksanaan koordinasi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.

3. Pengembangan program kelembagaan dan peningkatan kualitas dan kapasitas, pengendalian dampak lingkungan.

4. Pelaksanaan pembinaan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.

5. Pembinaan dan pengendalian teknis analisis mengenai dampak lingkungan.

6. Pengawasan pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan dan kerusakan lingkungan.

7. Melakukan tugas-tugas kesekretariatan.

Yang perlu diperhatikan adalah Bapedalda juga bukan merupakan bagian dari Bapedal. Bapedalda dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan dinamika pembangunan masing-masing daerah otonom. Kewenangan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup daerah diserahkan pada masing-masing daerah otonom termasuk seluruh pendanaannya. Kewenangan mengelola sendiri lembaga dan tidak terkait dengan lembaga yang berfungsi sama di atasnya, menjadi kekuatan untuk mengembangkan model kelembagaan yang tangguh dan efektif. Kalau dipadukan dengan semangat para pelaku pembangunan di daerah untuk melaksanakan otonomi, semangat itu dapat menjadi kekuatan dalam pembentukan Bapedalda. Paling tidak beberapa hal berikut ini dapat dijadikan contoh kekuatan kelembagaan Bapedalda yang dapat dijadikan rangsangan bagi pengelolaan lingkungan hidup di daerah yaitu:

a. Tidak ada hubungan hirarki dengan lembaga pemerintahan diatasnya (propinsi dan pusat), sehingga dapat dikelola dengan model dan kebutuhan sendiri daerahnya.

b. Pendanaan tidak mutlak tergantung pada sistem pendanaan pemerintahan diatasnya.

c. Pertanggung jawaban pada kepala daerah membawa implikasi bahwa

perencanaan penglolaan lingkungan hidup dapat dipadukan dengan perencanaan yang lain yang keluar sebagai satu kebijakan pemerintah daerah.

C. Kegiatan Pengendalian Penatagunaan Lingkungan

Pengendalian lingkungan dilaksanakan melalui kegiatan pemantauan dan pembarian pertimbangan teknis tata guna lingkungan.Kegiatan pemantauan dilaksanakan dalam rangka pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pemanfaatan lingkungan serta kesesuaiannya dengan kebijaksanaan pengelola tata guna lingkungan dan rencana tata ruang wilayah. Sedangkan perkembangan tata guna tanah adalah penilaian kesesuaian rencana peruntukan tanah yang digambarkan dalam rencana peletakan kegiatan (site plan) di atas bidang tanah, dalam rangka penetuan peruntukan, pengugunaan, dan pemeliharaannya serta kesesuaiannya dengan rencana tata ruang wilayah. Pertimbangan tata guna lingkungan diberikan dalam rangka pemberian izin lokasi, izin perubahan penggunaan lingkungan.

Berdasarkan ketentuan pasal 1, pasal 17 dan pasal 28 undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 ini, maka pemerintah kabupaten/kota melakukan pengendalian tata guna lahan melalui mekanisme perizinan. Semua kewenangan untuk mengeluarkan izin berada pada pemerintah kabupaten/kota, dan ini sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992. Dengan demikian, dalam konteks ini dapat dijelaskan bahwa izin lokasi yang sekarang ini ditangani oleh badan Pertahanan Nasional tidak sesuai dengan ketentuan ruang pada kabupaten/kota, termasuk pengendalian pemanfaatan ruang kepada Bupati/Walikota Kepala Daerah Kabupaten/Kota. (Nurmandi, 2006: 160)

D. Pengertian dan Konsep Lingkungan Hidup

Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya.

Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara.

Konsep Lingkungan, di Sulawesi Selatan sering juga disebut “lingkungan hidup”. Misalnya dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang

ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Pada suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga menciptakan suatu ekosistem yaitu:

1. komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. Sedangkan

2. komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya.

Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 Tahun 2007 adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.

E. Penyebab dan Dampak Masalah Lingkungan Hidup

Penyebab ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh perilaku masyarakat yang kurang baik dan pemanfaatan sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan ekosistem, perubahan ekosistem suatu linkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya pertumbuhan jumlah

penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu ekosistem. Selain itu kerusakan hutan yang terjadi karena adanya penebangan dan kebakaran hutan dapat mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah. Padahal hutan merupakan sumber kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai penghasilan oksigen, tempat penyediaan makanan dan obat-obatan. Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaanya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan.

Dampak dari perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut, kerusakan ekositem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat membawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi. Selain itu kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah yang semakin banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula disebabkan dari pembuangan limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap penggunaan air panas yang dapat menimbulkan laut menjadi tercemar.

F. Upaya Pemerintah dan Masyarakat dalam Pembangunan Lingkungan 1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:

a) Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata GunaTanah.

b) Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c) Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan dengan tujuan Pokoknya:

1) Menanggulangi kasus pencemaran.

2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

d) Pemerintah menegakkan gerakan menanam sejuta pohon.

2. Upaya yang Dilakukan Masyarakat

Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:

a.Pelestarian Tanah

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah

serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

b. Menjaga Kebersihan/udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.

Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih,segar,dan sehat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer

jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asappa brik.

3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara.Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon diatmosfer.

c. Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian

kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:

1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.

2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.

3) Menerapkan system tebang pilih dalam menebang pohon.

4) Menerapkan system tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.

5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

G. Konsep Pembangunan Kota Bersih

Dalam pasal 2 Undang-Undang No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ditetapkan bahwa wilayah Negara Repoblik Indonesia dibagi dalam daerah-daerah otonom dan wilayah administrasif. Sedangkan pasal 3 menyebutkan bahwa daerah-daerah otonom yang dibentuk dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dalam rangka pelaksanaan dekosentrasi, wilayah negara dibagi atas wilayah-wilayah administrasif, dan tingkat yang paling tinggi yaitu provinsi, kabupaten atau kota, dan kecematan.

Pemerintah daerah baik kota ataupun metropolitan secara tipikal harus menangani enam sektor perkotaan yang saling berhubungan, yaitu lingkungan, infrastruktur, perumahan, dan pembangunan ekonomi. Sektor lingkungan mencakup kebersihan, pertamanan dan penyediaan tempat sampah. Lingkungan mencakup penanganan penggunaan sumber daya air, udara air dan tanah secara

berkesinambungan. Sektor infrastruktur mencakup air bersih, jalan dan jembatan.

Sedangkan sektor perumahan mencakup penyediaan perumahan bagi semua golongan masyarakat, pelayanan infrastruktur dasar kepada pengembang (defeloper), dan pengorganisasian pembiayaan pembangunan perumahan. Sektor pelayanan sosial mencakup pelayanan pendidikan, kesehatan, dan program penanganan kaum miskin.

Sektor terakhir yang sangat berpengaruh adalah sektor ekonomi, jasa perbankan dan asuransi. (Nurmandi 2006 : 98/127)

Konsep pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Ini berarti pembangunan mencakup, pertama, kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain. Kedua, kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, rasa sehat. dan Ketiga, kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan social. Karena luasnya ruang lingkup pembangunan maka pencapaiannya dilakukan secara bertahap tetapi simultan. Pada tiap tahap di harap dapat dicapai keselarasan dalam kemajuan lahiriah dan batiniah yang merata mencakup seluruh rakyat,dengan kadar keadilan social yang meningkat.

Dengan begitu, pembangunan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus.

Untuk mencapai hasil maksimal, sumber pembangunan yang tersedia perlu digunakan secara berencana dengan memperhatikan skala prioritas pada kurun waktu tertentu.

Menurut Shirvani (1985; 28) ruang yang diperuntukkan untuk publik di dukung oleh adanya elemen-elemen ruang yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna seperti: tempat duduk,pohon peneduh, dan tempat parker. Proses

pembangunan kota bersih diusahakan agar setiap tahap memiliki kemampuan menopang pembangunan dalam tahap berikutnya. Karena itu,di samping usaha meningkatkan kemajuan menjadi penting pula usaha memantapkan kemajuan yang sudah dicapai. Pola pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup memerlukan pengetatan dalam penggunaan air dan tanah, serta sumber alam lainnya.

Saingan dalam pemakaian air, tanah, dan sumber alam, mungkin tidak bisa dipecahkan melalui mekanisme pasar sehingga campur tangan pemerintah di perlukan. Ini berarti bahwa bagi sumber alam yang semakin langkah, pengendalian pemerintah akan semakin menonjol. Pembangunan mengandung unsur perubahan besar. Perubahan struktur ekonomi, perubahan struktur social, perubahan fisik wilayah, perubahan pola konsumsi, perubahan system nilai dan kebudayaan.

Pembangunan membuka kemungkinan perubahan keadaan lingkungan. Dalam proses perubahan ini penting dipelihara keselarasan antara manusia dengan ekosistem dalam rangkaian kurun waktu yang bergerak dinamis (Mirsa 2012: 23).

Pembangunan yang dilaksanakan di Bantaeng adalah pembangunan di segala bidang kehidupan dan penghidupan. Hakikat dari pembangunan adalah pembangunan manusia Bantaeng seluruhnya memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Pengelolaan lingkungan adalah untuk meningkatkan kualitas dan fungsi lingkungan hidup yang baik dan sehat guna menciptakan kondisi lingkungan yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan orang banyak.

Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan keuntungan bagi masyarakat Bantaeng dalam pembangunan kota bersih akan nyaman dengan menghirup udara segar dan lingkungan asri. Telah memungkinkan manusia

menikmati kehidupan material yang lebih baik serta komunikasi yang cepat. Namun di sisi lain, dengan kemajuan kota bersih yang demikian mempunyai permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan yang harus dihadapi oleh kota itu sendiri secara umum permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan yaitu:

1. Pencemaran lingkungan: Udara,air, dan tanah.

2. Ketersediaan air bersih.

3. Meningkatkan ruang terbuka hijau/taman kota. Dan

4. Tersedianya tempat sampah

Permasalahan lingkungan terutama yang berkaitan dengan masalah pembangunan kota bersih juga dialami oleh pemerintah dan masyarakat Bantaeng.

Untuk itu membangun kota bersih dan sehat merupakan suatu keinginan yang tidak mudah diwujudkan, mengingat masyarakat Bantaeng yang cukup heterogen, baik dari aspek sosial budaya, tingkat ekonomi maupun latar belakang pendidikan.

Peraturan tentang kebersihan pada hakekatnya berisi tentang tugas, hak dan kewajiban, larangan serta saksi setiap anggota masyarakat dalam usaha pemerintah mewujudkan suatu kehidupan yang sehat, bersih, teratur, indah dan nyaman bagi masyatakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, sangat tergantung pada sikap dan perilaku masyarakat sebagai kelompok yang sangat antosias untuk terus diingat akan pentingnya budaya bersih dalam hidup sehari-hari sehingga pemerintah dan masyarakat kerja sama untuk membangun kota bersih (Sonny 2010: 30).

H. Kerangka Pikir

Pengendalian diartikan sebagai proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar dapat terlaksana sebagaimana yang direncanakan dan melakukan langkah koreksi terhadap penyimpangan yang berarti. Masalah lingkungan dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek medik, teknologis, teknik lingkungan, ekonomi dan hukum. Segi hukum pengelolahan lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam di Indonesia begitu pula adanya di Kabupaten Bantaeng perlu dikaji secara intensif, karena pengelolahan lingkungan tidak mungkin tanpa penegakan hukum.

Pemerintah telah memandang dan menempatkan lingkungan hidup sebagai salah satu faktor penting yang menunjang pelaksanaan pembangunan di Bantaeng.

Untuk itu masalah lingkungan hidup harus mendapat perhatian ekstra dari seluruh komponen masyarakat Bantaeng. Permasalahan lingkungan hidup lebih terasa signifikansinya bila ditinjau dari aspek pembangunan yang menitik beratkan pada pembangunan ekonomi yang dalam hal ini adalah satu lokomotif pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yakni peningkatan pembangunan kota bersih.

Peran pemerintah dapat ditegaskan serta dipertahankan dalam upaya mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat. Aparat penegak hukum dalam membangun kota bersih, penerapan terhadap pelaku pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup adalah kewenangan berbagai instansi dalam menangani lingkungan hidup, adapun yang berwewenang dalam menangani masah ini yaitu Pemerintah Daerah, Badan Pngendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) di Kabupaten

Bantaeng. Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka pikir seperti pada bagan dibawa ini:

I. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian yang berpijak dari rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Peran pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana 2. Menyediakan tenaga kerja

3. Pemerintah sebagau fasilitator/penyuluh.

Peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) dalam Pembangunan

Kota Bersih

Peran BAPEDALDA:

1. Menyediakan tenaga kerja 2. Menyediakan sarana dan

prasarana

3. Pemerintah sebagai fasilitator (penyuluhan)

Efektifitas Pengendalian Lingkungan Hidup

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Peran pemerintah dalam menyediakan tenaga kerja dalam hal ini tenaga kerja berjumlah 185 orang, laki-laki berjumlah 110 orang sedangkan perempuan berjumlah 75 orang, lain lagi tenaga kerja yang dilapangan/tukang kebersihan yang berjumlah 70 orang. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jas baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

1. Peran pemerintah dalam menyediakan tenaga kerja dalam hal ini tenaga kerja berjumlah 185 orang, laki-laki berjumlah 110 orang sedangkan perempuan berjumlah 75 orang, lain lagi tenaga kerja yang dilapangan/tukang kebersihan yang berjumlah 70 orang. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jas baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun

Dokumen terkait