• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BAPEDALDA) DALAM PEMBANGUNAN KOTA BERSIH DI KABUPATEN BANTAENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BAPEDALDA) DALAM PEMBANGUNAN KOTA BERSIH DI KABUPATEN BANTAENG"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

Disusun dan diusulkan oleh SURIANI

Nomor Stambuk : 10564 00832 10

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(2)

ii Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan diusulkan oleh SURIANI

Nomor Stambuk : 10564 00832 10

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2014

(3)

iii

Pembangunan Kota Bersih di Kabupaten Bantaeng Nama Mahasiswa : Suriani

Nomor Stambuk : 10564 00832 10 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Muhammadiah, MM Dra. Hj Djuliati Saleh, M.Si

Mengetahui :

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Unismuh Makassar

A.Luhur Prianto, S.IP, M.Si Dekan Fisipol Unismuh Makassar

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si

(4)

iv

Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor: 1589/FSP/A.1-VIII/35/2014 sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S.1) dalam program studi Ilmu Pemerintahan di Makassar pada hari Sabtu tanggal 18 bulan Oktober tahun 2014.

TIM PENILAI

Ketua Sekretaris

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si. Drs. H. Muhammad Idris, M.Si.

Penguji:

DR. H. Muhammadiah, MM (Ketua) ( )

DR. Burhanuddin, S.Sos, M.Si ( )

DR. H. Lukman Hakim, M.Si ( )

Dra. Hj. Djuliati Saleh, M.Si ( )

(5)

v Nama Mahasiswa : Suriani

Nomor Stambuk : 10564 00832 10

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah di tulis / dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tdak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, Oktober 2014

Yang Menyatakan,

Suriani

(6)

vi

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini bagaimana Peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) Dalam Pembangunan Kota Bersih di Kabupaten Bantaeng.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran Bapedalda dalam pembangunan kota bersih di Kabupaten Bantaeng. Jenis yang digunakan dalam penelitiian ini adalah pendekatan deskripsi kualitatif dengan tipe penelitian ini adalah fenomologi dengan melakukan wawancara dengan informan sebanyak 10 orang dari pihak masyarakat Bantaeng. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah dalam Pembangunan Kota Bersih dengan indikator

(a) peran pemerintah dalam menyediakan tenaga kerja, (b) penyediaan sarana dan prasarana, (c) peran pemerintah sebagai fasilitator/penyuluh. Ketiga peran pemerintah tersebut masih kurang maksimal disebabkan karena masih kurangnya tenaga kerja yang disiapkan, sarana dan prasarana yang belum lengkap dan pemerintah belum rutin melakukan penyuluhan ke desa-desa untuk bersosialisai pada masyarakat akan pentingnya membangun kota bersih dan membuang sampah pada tempatnya.

Kata kunci : Peran, Bapedalda dalam pembangunan kota bersih

(7)

vii

skripsi yang berjudul “Peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) dalam Pembangunan Kota Bersih Di Kabupaten Bantaeng” Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pula pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Muhammadiyah, MM selaku Pembimbing I dan Ibu Dra. Hj.

Djuliati Saleh, M.Si, selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak A. Luhur Prianto, S.Ip, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Kedua orang tua tercinta yaitu Bapak Nai’ dan Ibu Ramlah yang sangat berjasa dan senantiasa membesarkan, merawat memberikan pendidikan sampai pada jenjang saat ini, mendoakan, memberikan semangat dan motivasi serta bantuan baik moril maupun materil, dan tak lupa kasih

(8)

viii

senantiasa mendukung dan mendoakan serta memberikan semangat dan motivasi yang tinggi untuk bisa meraih cita-cita.

7. Seluruh pegawai dan staff BAPEDALDA Kabupaten Bantaeng yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi informann sewaktu proses penelitian.

8. Suluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberi ilmu kepada penulis selama menempuh perkuliahan.

9. Sahabat-sahabat tercinta Haedir, Dian Ekayanti Wahida, Nur Wahid Nursan yang selalu menemani, merasakan suka duka penyusunan skripsi dan membantu serta berjuang bersama-sama dalam proses penyusunan skripsi ini. Kawan-kawan anak Ip.D dan Ip.C angkatan 2010 yang sama- sama berjuang dalam meraih cita-cita serta semua pihak yang telah membantu dan mendukung terselesaikannya skripsi ini.

Dan seluruh rekan serta pihak yang penulis tidak sebutkan namanya satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga atas bantuan dan doanya sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini dengan semaksimal mungkin.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan itu hanyalah milik Allah

(9)

ix membutuhkan.

Makassar, Oktober 2014

Suriani

(10)

x

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar isi... x

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengendalian... 8

B. Peran BAPEDALDA ... 8

C. Kegiatan Pengendalian Penatagunaan Lingkungan (Tanah) ... 11

D. Pengertian dan Konsep Lingkungan Hidup ... 12

E. Penyebab dan Dampak Masalah Lingkungan ... 14

F. Upaya Pemerintah dan Masyarakat dalam Pembangunan Kota Bersih 15 G. Konsep Pembangun Kota Bersih ... 19

H. Kerangka Pikir ... 22

I. Fokus Penelitian ... 22

J. Deskripsi Fokus Penelitian... 24

BAB 111 METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 26

B. Jenis dan Tipe Penelitian... 26

C. Informan Penelitian... 26

D. Sumber Data ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Teknik Analisis Data ... 28

G. Keabsahan Data ... 28

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskriktif Objek Penelitian ... 31

B. Evaluasi Peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah Berdasarkan Pembangunan Kota Bersih... 57

BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pelestarian lingkungan hidup mempunyai konotasi bahwa lingkungan hidup seyogianya dipertahankan sebagaimana keadaannya dalam proses pembangunan kota bersih. Hal ini berarti bahwa lingkungan hidup mengalami proses perubahan, karena dalam proses perubahan ini perlu dijaga agar lingkungan hidup itu tetap nyaman, indah, dan asri. Undang-Undang 1945, pasal 33 ayat 3, mengamanatkan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dengan dasar itu, setiap upaya pengelolaan sumber alam perlu dilakukan secara terencana, terkoordinasi dan terpadu dengan sumber daya manusia serta sumber daya buatan dalam pola pembangunan kota yang bersih.

Pembangunan kota yang bersih, penataan ruang dan lingkungan adalah upaya kearah perwujudan amanah tersebut. Tujuannya adalah agar pengelolaan dan pendayagunaan sumber alam dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab serta sesuai dengan potensi dan kemampuan daya dukungnya. Pembangunan kota bersih, penataan ruang, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai daya dukung, potensi dan keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam, serta pengendalian yang handal dan konsisten terhadap pemanfaatan ruang dan sumber daya alam. Dengan demikian pembangunan dapat diselenggarakan secara berkelanjutan, tertib, efisien, dan efektif.

(12)

Pembangunan kota bersih diarahkan pada terwujudnya kelestarian fungsi lingkungan hidup dalam keseimbangan dan keserasian yang dinamis dengan perkembangan kependudukan dan upaya pembangunan nasional untuk menjamin pembangunan kota yang bersih. Dalam pembangunan kota bersih mengupayakan meningkatnya kemampuan kelembagaan dalam pengelolaan lingkungan hidup mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah, meluasnya kapasitas pengendalian dampak lingkungan dan kemampuan untuk melakukan rehabilitasi kawasan yang rusak, serta berkembangnya kesadaran lingkungan di masyarakat yang dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari yang bersahabat dengan lingkungan hidup.

Melaksanakan pembangunan kota yang bersih sebagai upaya sadar dan berencana mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup, perlu dijaga keserasian antara berbagai aktivitas (usaha) dan semacamnya. Pada tahun keempat telah terbentuk Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah Tingkat I (BAPEDALDA Tk. I) di 24 provinsi dan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Wilayah (BAPEDALWIL) di tiga wilayah (Sumatera, Bali dan Nusa Tenggara, Indonesia Timur).

Pembangunan yang berwawasan lingkungan mulai memperoleh tempat, dalam Rencana Pembangunan Strategis Pembangunan Nasional. Adapun perkembangan selanjutnya adalah semakin mengembirakan dengan di undangkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tujuan pembangunan kota bersih adalah meningkatkan kualitas

(13)

manusia, baik kualitas fisik maupun non fisik. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka harus dilaksanakan secara bertahap dan diharapkan keikutsertaan atau partisipasi aktif dari seluruh masyarakat didalamnya karena partisipasi berarti ikut sertanya masyarakat di dalam usaha-usaha pemerintah dalam proses pembangunan kota bersih, baik bersifat dana, tenaga, atau pikiran. Semakin banyak masyarakat ikut serta dalam pembangunan kota bersih, maka semakin baik hasil yang dicapai, karena partisipasi dalam pembangunan kota bersih sangat luas, bukan hanya gotong royong memperbaiki jalan, jembatan, akan tetapi partisipasi dalam semua program pemerintah yaitu dalam bidang Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya. Dari sekian banyak kebijaksanaan pembangunan, salah satunya adalah pembangunan di bidang kota bersih. Masyarakat berhak untuk memperoleh daerahnya/kota yang sama dan berkewajiban ikut serta dalam pembangunan kota bersih yang diselenggarakan oleh pemerintah. Untuk memperoleh itu semua maka diperlukan berbagai usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat Bantaeng, yang pada hakekatnya penyediaan tempat sampah, perbaikan draenasi, perluasan jalan dan kesadaran masyarakat agar membuang sampah pada tempat yang sudah disediankan.

Masalah pembangunan kota bersih merupakan salah satu bentuk pemasalahan yang harus ditangani baik oleh pemerintah maupun masyarakat itu sendiri.

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Tata Cara dan Bentuk Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang. Yang kedua adalah Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (PP RTRWN). RTRWN berisi: penetapan kawasan lindung, kawasan budidaya, dan kawasan tertentu

(14)

norma dan kriteria pemanfaatan ruang dan pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. Di dalam RTRWN ditetapkan 111 kawasan andalan yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sampai dengan tahun 1997/98, seluruh Provinsi Daerah Tingkat I (Dati I) telah menyelesaikan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan menetapkannya menjadi Peraturan Daerah (Perda).

Seluruh kabupaten daerah tingkat II (Dati II) telah memiliki rencana tata ruang wilayah namun baru sekitar 58% telah ditetapkan menjadi Perda.

Program kebersihan dititik beratkan pada upaya untuk meningkatkan dan menyempurnakan kebersihan masyarakat akan dipertahankan, terutama dalam kaitannya dengan pembangunan kota bersih.

Bapedalda adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Bapedalda mempunyai tugas menyelenggarakan tugas umum dan pembangunan dibidang pengendalian dampak lingkungan hidup yang meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup serta pemulihan kualitas lingkungan hidup dalam penyusunan kebijakan teknis dan program pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal pembiayaan yang diperlukan untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Bapedalda dibebankan kepada APBN.

Bapedalda dikoordinasikan oleh Mentri Negara Lingkungan Hidup.

Bapedalda terdiri dari beberapa bidang yaitu bidang pemantauang, pencegahan dan pemulihan lingkungan, bidang pengendalian dan tata lingkungan, dan bidang kebersihan dan pertamanan. Yang mengambil alih dalam pembangunan kota bersih

(15)

ini yaitu bidang kebersihan dan pertamanan, bidang kebersihanlah yang menghendel semua para pekerja atau tukang sapu. Setiap unsur di lingkungan Bapedalda dalam melaksanakan tugas masing-masing wajib menerapkan secara intensif prinsip- prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik di lingkungan Bapedalda maupun dalam kalangan antar instansi pemerintah dan/atau instansi lain.

Pemerintah telah memandang dan menempatkan lingkungan hidup sebagai salah satu faktor penting yang menunjang pelaksanaan pembangunan kota bersih di Bantaeng dan pemerintah daerah telah memberikan wewenang kepada Bapedalda untuk menangani lingkungan di Kabupaten Bantaeng baik itu pembangunan kota bersih. Untuk itu masalah lingkungan hidup harus mendapat perhatian ekstra dari seluruh komponen masyarakat Bantaeng. Permasalahan lingkungan hidup lebih terasa signifikansi bila ditinjau dari aspek pembangunan yang menitik beratkan pada pembangunan ekonomi yang dalam hal ini adalah satu lokomotif pembangunan kota bersih guna meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat dan pemerintah agar Bantaeng semakin maju kedepannya dan bisa mempertahankan lingkungannya yang bersih, indah dan nyaman. Perbincangan masalah pembangunan kota bersih, merupakan suatu hal yang sangat penting, yaitu membicarakan tentang mutu lingkungan. Peningkatan mutu lingkungan merupakan hal yang penting karena merupakan dasar dan pedoman untuk pengelolaan lingkungan hidup.

Penerapan kota bersih terhadap Peran Bapedalda Kabupaten Bantaeng menegakan hukum lingkungan diwilayah kerjanya sesuai amanah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2006 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), mengikut

(16)

sertakan peran pemerintah daerah untuk membantu Pemerintah Pusat dalam pelaksanaan kota bersih di Bantaeng. Dengan demikian Bapedalda Kabupaten Bantaeng dalam menegakkan hukum lingkungan hidup bertindak tegas dalam menjalankan amanahnya, sebab sebagai salah satu lembaga yang diberi amanah dan kewenangan oleh negara untuk mengawasi lingkungan hidup, dan kelompok masyarakat barperan menjaga kebersihannya dan membuang sampah di tempatnya atau tempat sampah yang telah disediakan oleh pemerintah. Bapedalda Kabupaten Bantaeng sebagai lembaga yang berwenang, diharapkan dapat memfungsikan tugas serta kewenangannya dalam rangka membangun kota bersih.

Kabupaten Bantaeng yang berjarak 120 kilometer selatan Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, Keberhasilan ini merupakan komitmen bersama yang dilakukan dalam dua tahun terakhir, Agustus 2008 komitmen untuk membangun daerah sudah dilakukan. Komitmen tersebut antara lain berupa pembangunan Kota Bersih dan Hijau. Berdasarkan komitmen tersebut, BAPEDALDA membangun pemahaman kepada seluruh jajaran dan masyarakat, terutama pada tingkat kecamatan dan kelurahan serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), komitmen itu dibarengi penambahan tenaga kebersihan yang dibekali motivasi dan fasilitas penunjang. Dari situlah BAPEDALDA melaksanakan komitmen kebersihan dan tanam pohon, terutama di dalam kota. Pada tahun 2009 Kabupaten Bantaeng kembali meraih penghargaan tertinggi di bidang lingkungan termasuk sertifikatnya. Piala Adipura yang sudah lama didambakan itu akhirnya diraih sekaligus mencatatkan Kabupaten Bantaeng sebagai daerah pertama di bagian Sulawasi Selatan yang berhasil meraih penghargaan tertinggi di bidang lingkungan. Pada Tahun 2014

(17)

Kabupaten Bantaeng kembali meraih penghargaan tertinggi di bidang kebersihan lingkungan, keberhasilan ini merupakan kelima kalinya mendapatkan penghargaan termasuk sertifikatnya. Namun Kabupaten Bantaeng dalam membanguna kota bersih tenaga kerjanya yang masih kurang penyediaan sarana dan prasana yang belum memadai setiap kecematan, dan penyuluhan kepada masyarakat belum terlaksana dengan baik di setiap daerah.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) Dalam Pembangunan Kota Bersih di Kabupaten BANTAENG”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah tersebut diatas, sehingga dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana peran BAPEDALDA dalam menyediakan tenaga kerja?

2. Bagaimana upaya BAPEDALDA dalam menyediakan sarana dan prasarana?

3. Bagaimana peran BAPEDALDA sebagai fasilitator/penyuluh?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui peran BAPEDALDA dalam menyediakan tenaga kerja.

2. Untuk mengetahui peran BAPEDALDA dalam menyediakan sarana dan prasarana

3. Untuk mengetahui peran BAPEDALDA sebagai fasilitator/penyuluh.

(18)

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat teoritis, sebagai bahan merumuskan khasanah ilmu tentang pembangunan kota bersih dan sebagai bahan kajian untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut tentang pembangunan kota bersih.

b. Manfaat Praktis, sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menjaga lingkungannya tentang pembangunan kota bersih.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengendalian

Pengendalian merupakan tahap yang menentukan dari proses manajemen.

Oleh sebab itu, kemampuan untuk melakukan pengendalian merupakan salah satu fungsi dan peran manajer yang sangat penting. Pengendalian diartikan sebagai

“proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar dapat terlaksana

sebagaimana yang direncanakan dan melakukan langkah koreksi terhadap penyimpangan yang berarti.” Akan tetapi dengan adanya perbedaan pendapat akan saling melengkapi diantara pendapat sarjana yang satu dengan yang lainnya, dan apabila dipadukan maka akan menghasilkan definisi yang lebih sempurna, bahwa pengendalian adalah proses yang digunakan oleh seseorang atau kelompok untuk memengaruhi, mengajak, bahkan memaksa individu atau masyarakat agar berperilaku sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sehingga tercipta ketertiban di masyarakat. Dalam kerjasama tersebut masing-masing pihak pasti memiliki kelemahan dan kelebihan sehingga dapat melengkapi satu sama lain.

B. Peran Bapedalda

Kelembagaan Bapedalda yang baik dapat memperkuat argumen bahwa suatu daerah otonom sedang bertanggung jawab pada pelestarian lingkungan hidup yang merupakan konsekuensi dari hak kewenangan mengelola sumberdaya alam nasional.

Kaitan dengan itu, meskipun pemerintah daerah otonom sangat leluasa menyusun strukur organisasinya dengan membentuk dinas-dinas yang sesuai dengan kebutuhan

(20)

daerahnya (pasal 65 UU No. 22 tahun 1999), tetapi diingatkan bahwa tidak ada alasan bagi pemerintah daerah otonom untuk tidak mengelola lingkungan hidup wilayahnya, dengan membentuk kelembagaan yang relevan. Sebagai contoh dapat disimak pasal 11 (2) UU No. 22 tahun 1999 berikut: “Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan pertanahan. Kedudukan Bapedalda adalah unsur penunjang perintahan daerah dan bertanggung jawab pada kepala daerah dan bertugas membantu kepala daerah dalam lingkup pengendalain dampak lingkungan.

Adapun peran Bapedalda sebagai berikut:

a. Penyusunan kebijakan teknis dalam lingkup pengendalian dampak lingkungan, b. Pelayanan penunjang penyelenggaraan Pemerintahan Propinsi/kabupaten/Kota Sedangkan untuk melaksanakan peran tersebut di atas Bapedalda memiliki kewenangan sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan operasional pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.

2. Pelaksanaan koordinasi pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.

3. Pengembangan program kelembagaan dan peningkatan kualitas dan kapasitas, pengendalian dampak lingkungan.

4. Pelaksanaan pembinaan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan.

(21)

5. Pembinaan dan pengendalian teknis analisis mengenai dampak lingkungan.

6. Pengawasan pelaksanaan pengendalian dampak lingkungan dan kerusakan lingkungan.

7. Melakukan tugas-tugas kesekretariatan.

Yang perlu diperhatikan adalah Bapedalda juga bukan merupakan bagian dari Bapedal. Bapedalda dapat mengembangkan dirinya sesuai dengan dinamika pembangunan masing-masing daerah otonom. Kewenangan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup daerah diserahkan pada masing-masing daerah otonom termasuk seluruh pendanaannya. Kewenangan mengelola sendiri lembaga dan tidak terkait dengan lembaga yang berfungsi sama di atasnya, menjadi kekuatan untuk mengembangkan model kelembagaan yang tangguh dan efektif. Kalau dipadukan dengan semangat para pelaku pembangunan di daerah untuk melaksanakan otonomi, semangat itu dapat menjadi kekuatan dalam pembentukan Bapedalda. Paling tidak beberapa hal berikut ini dapat dijadikan contoh kekuatan kelembagaan Bapedalda yang dapat dijadikan rangsangan bagi pengelolaan lingkungan hidup di daerah yaitu:

a. Tidak ada hubungan hirarki dengan lembaga pemerintahan diatasnya (propinsi dan pusat), sehingga dapat dikelola dengan model dan kebutuhan sendiri daerahnya.

b. Pendanaan tidak mutlak tergantung pada sistem pendanaan pemerintahan diatasnya.

c. Pertanggung jawaban pada kepala daerah membawa implikasi bahwa

(22)

perencanaan penglolaan lingkungan hidup dapat dipadukan dengan perencanaan yang lain yang keluar sebagai satu kebijakan pemerintah daerah.

C. Kegiatan Pengendalian Penatagunaan Lingkungan

Pengendalian lingkungan dilaksanakan melalui kegiatan pemantauan dan pembarian pertimbangan teknis tata guna lingkungan.Kegiatan pemantauan dilaksanakan dalam rangka pengawasan dan evaluasi pelaksanaan pemanfaatan lingkungan serta kesesuaiannya dengan kebijaksanaan pengelola tata guna lingkungan dan rencana tata ruang wilayah. Sedangkan perkembangan tata guna tanah adalah penilaian kesesuaian rencana peruntukan tanah yang digambarkan dalam rencana peletakan kegiatan (site plan) di atas bidang tanah, dalam rangka penetuan peruntukan, pengugunaan, dan pemeliharaannya serta kesesuaiannya dengan rencana tata ruang wilayah. Pertimbangan tata guna lingkungan diberikan dalam rangka pemberian izin lokasi, izin perubahan penggunaan lingkungan.

Berdasarkan ketentuan pasal 1, pasal 17 dan pasal 28 undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 ini, maka pemerintah kabupaten/kota melakukan pengendalian tata guna lahan melalui mekanisme perizinan. Semua kewenangan untuk mengeluarkan izin berada pada pemerintah kabupaten/kota, dan ini sesuai dengan ketentuan- ketentuan dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992. Dengan demikian, dalam konteks ini dapat dijelaskan bahwa izin lokasi yang sekarang ini ditangani oleh badan Pertahanan Nasional tidak sesuai dengan ketentuan ruang pada kabupaten/kota, termasuk pengendalian pemanfaatan ruang kepada Bupati/Walikota Kepala Daerah Kabupaten/Kota. (Nurmandi, 2006: 160)

(23)

D. Pengertian dan Konsep Lingkungan Hidup

Menurut Undang Undang No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan yurisdiksinya. Dalam lingkungan hidup terdapat ekosistem, yaitu tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

Merujuk pada definisi di atas, maka lingkungan hidup Indonesia tidak lain merupakan Wawasan Nusantara, yang menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alamiah dan kedudukan dengan peranan strategis yang tinggi nilainya, tempat bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bernegara dalam segala aspeknya.

Secara hukum maka wawasan dalam menyelenggarakan penegakan hukum pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia adalah Wawasan Nusantara.

Konsep Lingkungan, di Sulawesi Selatan sering juga disebut “lingkungan hidup”. Misalnya dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang

(24)

ada di sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.

Pada suatu lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga menciptakan suatu ekosistem yaitu:

1. komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pada lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia, tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya. Sedangkan

2. komponen abiotik adalah benda-benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya.

Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 Tahun 2007 adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.

E. Penyebab dan Dampak Masalah Lingkungan Hidup

Penyebab ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh perilaku masyarakat yang kurang baik dan pemanfaatan sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan ekosistem, perubahan ekosistem suatu linkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya pertumbuhan jumlah

(25)

penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu ekosistem. Selain itu kerusakan hutan yang terjadi karena adanya penebangan dan kebakaran hutan dapat mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah. Padahal hutan merupakan sumber kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai penghasilan oksigen, tempat penyediaan makanan dan obat-obatan. Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaanya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan.

Dampak dari perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut, kerusakan ekositem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat membawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi. Selain itu kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah yang semakin banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula disebabkan dari pembuangan limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap penggunaan air panas yang dapat menimbulkan laut menjadi tercemar.

F. Upaya Pemerintah dan Masyarakat dalam Pembangunan Lingkungan 1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:

(26)

a) Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata GunaTanah.

b) Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c) Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan dengan tujuan Pokoknya:

1) Menanggulangi kasus pencemaran.

2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

d) Pemerintah menegakkan gerakan menanam sejuta pohon.

2. Upaya yang Dilakukan Masyarakat

Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:

a.Pelestarian Tanah

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah

(27)

serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

b. Menjaga Kebersihan/udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.

Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih,segar,dan sehat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer

(28)

jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asappa brik.

3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara.Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon diatmosfer.

c. Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian

(29)

kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:

1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.

2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.

3) Menerapkan system tebang pilih dalam menebang pohon.

4) Menerapkan system tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.

5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

G. Konsep Pembangunan Kota Bersih

Dalam pasal 2 Undang-Undang No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ditetapkan bahwa wilayah Negara Repoblik Indonesia dibagi dalam daerah-daerah otonom dan wilayah administrasif. Sedangkan pasal 3 menyebutkan bahwa daerah-daerah otonom yang dibentuk dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dalam rangka pelaksanaan dekosentrasi, wilayah negara dibagi atas wilayah-wilayah administrasif, dan tingkat yang paling tinggi yaitu provinsi, kabupaten atau kota, dan kecematan.

Pemerintah daerah baik kota ataupun metropolitan secara tipikal harus menangani enam sektor perkotaan yang saling berhubungan, yaitu lingkungan, infrastruktur, perumahan, dan pembangunan ekonomi. Sektor lingkungan mencakup kebersihan, pertamanan dan penyediaan tempat sampah. Lingkungan mencakup penanganan penggunaan sumber daya air, udara air dan tanah secara

(30)

berkesinambungan. Sektor infrastruktur mencakup air bersih, jalan dan jembatan.

Sedangkan sektor perumahan mencakup penyediaan perumahan bagi semua golongan masyarakat, pelayanan infrastruktur dasar kepada pengembang (defeloper), dan pengorganisasian pembiayaan pembangunan perumahan. Sektor pelayanan sosial mencakup pelayanan pendidikan, kesehatan, dan program penanganan kaum miskin.

Sektor terakhir yang sangat berpengaruh adalah sektor ekonomi, jasa perbankan dan asuransi. (Nurmandi 2006 : 98/127)

Konsep pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Ini berarti pembangunan mencakup, pertama, kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain. Kedua, kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, rasa sehat. dan Ketiga, kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan social. Karena luasnya ruang lingkup pembangunan maka pencapaiannya dilakukan secara bertahap tetapi simultan. Pada tiap tahap di harap dapat dicapai keselarasan dalam kemajuan lahiriah dan batiniah yang merata mencakup seluruh rakyat,dengan kadar keadilan social yang meningkat.

Dengan begitu, pembangunan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus.

Untuk mencapai hasil maksimal, sumber pembangunan yang tersedia perlu digunakan secara berencana dengan memperhatikan skala prioritas pada kurun waktu tertentu.

Menurut Shirvani (1985; 28) ruang yang diperuntukkan untuk publik di dukung oleh adanya elemen-elemen ruang yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna seperti: tempat duduk,pohon peneduh, dan tempat parker. Proses

(31)

pembangunan kota bersih diusahakan agar setiap tahap memiliki kemampuan menopang pembangunan dalam tahap berikutnya. Karena itu,di samping usaha meningkatkan kemajuan menjadi penting pula usaha memantapkan kemajuan yang sudah dicapai. Pola pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup memerlukan pengetatan dalam penggunaan air dan tanah, serta sumber alam lainnya.

Saingan dalam pemakaian air, tanah, dan sumber alam, mungkin tidak bisa dipecahkan melalui mekanisme pasar sehingga campur tangan pemerintah di perlukan. Ini berarti bahwa bagi sumber alam yang semakin langkah, pengendalian pemerintah akan semakin menonjol. Pembangunan mengandung unsur perubahan besar. Perubahan struktur ekonomi, perubahan struktur social, perubahan fisik wilayah, perubahan pola konsumsi, perubahan system nilai dan kebudayaan.

Pembangunan membuka kemungkinan perubahan keadaan lingkungan. Dalam proses perubahan ini penting dipelihara keselarasan antara manusia dengan ekosistem dalam rangkaian kurun waktu yang bergerak dinamis (Mirsa 2012: 23).

Pembangunan yang dilaksanakan di Bantaeng adalah pembangunan di segala bidang kehidupan dan penghidupan. Hakikat dari pembangunan adalah pembangunan manusia Bantaeng seluruhnya memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Pengelolaan lingkungan adalah untuk meningkatkan kualitas dan fungsi lingkungan hidup yang baik dan sehat guna menciptakan kondisi lingkungan yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan orang banyak.

Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan keuntungan bagi masyarakat Bantaeng dalam pembangunan kota bersih akan nyaman dengan menghirup udara segar dan lingkungan asri. Telah memungkinkan manusia

(32)

menikmati kehidupan material yang lebih baik serta komunikasi yang cepat. Namun di sisi lain, dengan kemajuan kota bersih yang demikian mempunyai permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan yang harus dihadapi oleh kota itu sendiri secara umum permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan yaitu:

1. Pencemaran lingkungan: Udara,air, dan tanah.

2. Ketersediaan air bersih.

3. Meningkatkan ruang terbuka hijau/taman kota. Dan

4. Tersedianya tempat sampah

Permasalahan lingkungan terutama yang berkaitan dengan masalah pembangunan kota bersih juga dialami oleh pemerintah dan masyarakat Bantaeng.

Untuk itu membangun kota bersih dan sehat merupakan suatu keinginan yang tidak mudah diwujudkan, mengingat masyarakat Bantaeng yang cukup heterogen, baik dari aspek sosial budaya, tingkat ekonomi maupun latar belakang pendidikan.

Peraturan tentang kebersihan pada hakekatnya berisi tentang tugas, hak dan kewajiban, larangan serta saksi setiap anggota masyarakat dalam usaha pemerintah mewujudkan suatu kehidupan yang sehat, bersih, teratur, indah dan nyaman bagi masyatakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, sangat tergantung pada sikap dan perilaku masyarakat sebagai kelompok yang sangat antosias untuk terus diingat akan pentingnya budaya bersih dalam hidup sehari-hari sehingga pemerintah dan masyarakat kerja sama untuk membangun kota bersih (Sonny 2010: 30).

(33)

H. Kerangka Pikir

Pengendalian diartikan sebagai proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar dapat terlaksana sebagaimana yang direncanakan dan melakukan langkah koreksi terhadap penyimpangan yang berarti. Masalah lingkungan dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek medik, teknologis, teknik lingkungan, ekonomi dan hukum. Segi hukum pengelolahan lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam di Indonesia begitu pula adanya di Kabupaten Bantaeng perlu dikaji secara intensif, karena pengelolahan lingkungan tidak mungkin tanpa penegakan hukum.

Pemerintah telah memandang dan menempatkan lingkungan hidup sebagai salah satu faktor penting yang menunjang pelaksanaan pembangunan di Bantaeng.

Untuk itu masalah lingkungan hidup harus mendapat perhatian ekstra dari seluruh komponen masyarakat Bantaeng. Permasalahan lingkungan hidup lebih terasa signifikansinya bila ditinjau dari aspek pembangunan yang menitik beratkan pada pembangunan ekonomi yang dalam hal ini adalah satu lokomotif pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yakni peningkatan pembangunan kota bersih.

Peran pemerintah dapat ditegaskan serta dipertahankan dalam upaya mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat. Aparat penegak hukum dalam membangun kota bersih, penerapan terhadap pelaku pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup adalah kewenangan berbagai instansi dalam menangani lingkungan hidup, adapun yang berwewenang dalam menangani masah ini yaitu Pemerintah Daerah, Badan Pngendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) di Kabupaten

(34)

Bantaeng. Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka pikir seperti pada bagan dibawa ini:

I. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian yang berpijak dari rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Peran pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana 2. Menyediakan tenaga kerja

3. Pemerintah sebagau fasilitator/penyuluh.

Peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) dalam Pembangunan

Kota Bersih

Peran BAPEDALDA:

1. Menyediakan tenaga kerja 2. Menyediakan sarana dan

prasarana

3. Pemerintah sebagai fasilitator (penyuluhan)

Efektifitas Pengendalian Lingkungan Hidup

(35)

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Peran pemerintah dalam menyediakan tenaga kerja dalam hal ini tenaga kerja berjumlah 185 orang, laki-laki berjumlah 110 orang sedangkan perempuan berjumlah 75 orang, lain lagi tenaga kerja yang dilapangan/tukang kebersihan yang berjumlah 70 orang. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jas baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

2. Sarana dan prasarana maksudnya adalah bagaimana pemerintah meningkatkan sarana (peralatan) seperti tempat sampah, motor gandeng, mobil pengangkut sampah dan pemotong rumput, sedangkan prasarana (tempat/ruang) pemerintah menyediakan kantor Bapedalda adapun nama-nama ruangannya yaitu:

1. Ruangan kepala badan 2. Ruangan sekertariat

3. Ruangan bidang pemantauan, pencegahan dan pemulihan lingkungan.

4. Ruangan bidang pengendalian dampak lingkungan dan tata lingkungan.

5. Ruangan bidang kebersihan dan pertamanan. Dan 6. Tempat penampungan sampah akhir.

3. Fasilitator/penyuluhan yaitu pergi kemasyarakat untuk melakukan penyuluhan akan pentingnya kebersihan.

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan sesudah seminar proposal dan berlokasi di Kabupaten Bantaeng kantor Pemerintahan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) di jalan pahlawan, merupakan representasi dari pemerintah pusat dalam membangun kota bersih. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena BAPEDALDA dan Pemerintah Daerah mencanankan salah satu program pembangunan kota bersih di Kabupaten Bantaeng yang programnya sementara bersjalan tetapi belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.

B. Tipe dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah, melalui prosedur yang telah ditetapkan

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif analisis kualitatif,di mana pertanyaan ”bagaimana” menjadi permasalahan utama untuk menjawab semua permasalahan yang akan di angkat atau di teliti, oleh sebab itu untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian di klasifikasikan sehingga dapat di ambil satu kesimpulan, kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian atau pengamatan.

(37)

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dianggap layak dan mengetahui tentang peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) di Kabupaten Bantaeng dalam pembangunan kota bersih. Adapun rincian informan penelitian adalah sebagai berikut:

Table 1 Daftar Informan Penelitian

No Informan Pekerjaan Jumlah

1. Abdullah Taibe Kepala Bapedalda 1

2. Suardi Kepala Badang Kebersihan 1

3. Irwan Akib Sekertaris Bapedalda 1

4. Arfa Staf Kebersihan 1

5. Hasna Tukang bersih/penyapu jalan 1

6. Syamsuddin Tutu Kepala Dusun 1

7. Nur Tati Ibu Rumah Tangga 1

8. Andi Rukmana Staf Kebersihan 1

9. Hasrul Tukang bersih/penyapu jalan 1

10. Jusma Ibu Rumah Tangga 1

10

Sumber:Dinas Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah informan keseluruhan adalah 10 (sepuluh) orang.

D. Sumber Data

Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian, baik data primer, data skunder maupun data tersier. Sumber data

(38)

penelitian ini terutama dijaring dari sumber data primer, data sekunder dan data tersier dengan proporsi sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data primer

Data primer adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji. Dimana data primer diambil melalui metode wawancara dan observasi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objek yang dikaji, Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi.

3. Data Tersier

Data tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer maupun data sekunder seperti kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ensiklopedia dan lain-lain. Data tersebut sebagai pedoman dan petunjuk apabila ada hal yang tidak di ketahui sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain :

1. Wawancara, wawancara mendalam (indepth interviews), yaitu teknik memperoleh data melalui proses Tanya jawab, wawancara dilakukan terhadap informan untuk mendapatkan data yang valid dan relevan. Untuk mendapatkan data yang valid dan relevan maka alat yang mendukung proses wawancara adalah alat perekam, pulpen, buku, dan dilengkapi dengan foto dokumentasi.

(39)

2. Observasi, merupakan metode penelitian yang digunakan dengan cara mengamati secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan kota bersih di Kab. Bantaeng 3. Dokumentasi, data skunder diperoleh dari BAPEDALDA melalui catatan-

catatan, notulen rapat, buku, dan petunjuk pembangunan kota bersih yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan keperluan penelitian ini.

F. Tekhnik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan dengan menggunakan proses siklus serta pengambilan kesimpulan akhir dengan menggunakan penalaran sistematik metode analisis yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Hasil analisis data tersebut di jadikan kesimpulan akhir dalam penelitian. Teknik analisis data mempunyai beberapa proses yaitu: mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelesuri, 1. Mengumpulkan, memilih-milih, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat

ikhtisar, dan membuat indeksnya,

2. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan- temuan umum.

(40)

G. Keabsahan Data

Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian akurat. Validasi temuan menurut Creswell berarti bahwa peneliti menentukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui beberapa strategi, antara lain member checking, triangulasi dan auditing (Sugiyono, 2012 : 42).

1. Member checking, adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan untuk tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Aktivitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan maupun tertulis tentang keakuratan laporan penelitian. Pertanyaan dapat meliputi berbagai aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah lengkap, apakah interpretasi bersifat representatif dan dilakukan tanpa kecenderungan.

2. Triangulasi merupakan proses penyokongan bukti terhadap temuan, analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan peneliti yang berasal dari:

1) individu (informan) yang berbeda (guru dan murid), 2) tipe atau sumber data (wawancara, pengamatan dan dokumen),serta 3) metode pengumpulan data (wawancara, pengamatan dan dokumen).

3 External Audit, yaitu untuk menghindari bias atas hasil temuan penelitian, peneliti perlu melakukan cek silang dengan seseorang di luar penelitian.

Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang akurat.

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira 120 km dari Kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada 05-º21’15” LS sampai 05º34’3” LS dan 119º51’07” BT sampai 120º51’07”BT. Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian dari permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dengan panjang pantai 21,5 km. Secara umum luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km2.

Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompo Battang Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto

Secara administrasi, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 kecamatan dengan 67 kelurahan/desa. Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 3 kecamatan tepi pantai (Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukang), dan 5 kecamatan bukan pantai (Kecamatan Uluere, Sinoa, Gantarangkeke, Tompobulu dan Eremerasa).

Dengan perincian 17 desa/kelurahan pantai dan 50 desa/kelurahan bukan pantai.

Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Bissappu jumlah penduduk 31.242 luas

(42)

32.84 (km2), Kecamatan Bantaeng jumlah penduduk 37.088 luas 28.85 (km2), Kecamatan Tompo Bulu jumlah penduduk 23.143 luas 76.99 (km2), Kecamatan Ulu Ere jumlah penduduk 10.923 luas 67.29 (km2), Kecamatan Pa’jukukang jumlah penduduk 29.309 luas 48.90 (km2), Kecamatan Eremerasa jumlah penduduk 18.801 luas 45.01(km2), Kecamatan Sinoa jumlah penduduk 11.946 luas 43.00 (km2), Kecamatan Gantarang Keke jumlah penduduk 16.025 luas 52.95 (km2). Jadi jumlah Penduduk Kabupaten Bantaeng 178.477 jiwa yang tersebar di Kabupaten Bantaeng.

2. Kelurahan dan Desa Berdasarkan Kecamatan yang ada di Kabupaten Bantaeng yaitu, sebagai beikut:

a. Kecamatan Bantaeng

Kelurahan Karatuang, Kelurahan Kayu Loe, Kelurahan Lembang, Kelurahan Mallilingi, Kelurahan Pallantikang, Kelurahan Tappanjeng, Kelurahan Lamalaka, Kelurahan Onto dan Kelurahan Letta.

b. Kecamatan Bissappu

Kelurahan Bonto Atu, Kelurahan Bonto Cinde, Kelurahan Bonto Jai, Kelurahan Bonto Jaya, Kelurahan Bonto Langkasa, Kelurahan Bonto Lebang, Kelurahan Bonto Loe, Kelurahan Bonto Manai, Kelurahan Bonto Rita, Kelurahan Bonto Salluang, Kelurahan Boto Sunggu

c. Kecamatan Eremerasa

Desa Ulugalung, Desa Barua, Desa Kampala, Desa Lonrong, Desa Mamampang, Desa Mappilawing, Desa Pa’bentengan, Desa Pa’bumbungan, Desa Parangloe.

(43)

d. Kecamatan Gantarang Keke

Desa Bajiminasa, Desa Gantarang keke, Desa Kaloling, Desa Layoa, Desa Tanahloe, Desa Tombolo.

e. Kecamatan Pajukukang

Desa Baruga, Desa Batu Karaeng, Desa Biangkeke, Desa Biangloe, Desa Borongloe, Desa Lumpangan, Desa Nipa-nipa, Desa Pajukukang, Desa Papanloe, Desa Rappoa.

f. Kecamatan Sinoa

Desa Bonto Bulaeng, Desa Bonto Karaeng, Desa Bonto Maccini, Desa Majannang, Desa Matene, Desa Bonto Tiro.

g. Kecamatan Tompobulu

Desa Balumbung, Desa Banyorang, Desa Bonto Tappalang, Desa Bonto- bontoa, Desa Campaga, Desa Ereng-ereng, Desa Labbo, Desa Lembang Gantarangkeke, Desa Pattallassang, Desa Pattaneteang.

h. Kecamatan Uluere

Desa Bonto Daeng, Desa Bonto Lojong, Desa Bonto Marannu, Desa Rannu, Desa Tallasa, Desa Bonto Tangnga.

3. Profil Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) di Kabupaten Bantaeng

Bapedalda Kabupaten Bantaeng dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantaeng Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pembentukan, Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Bantaeng dan Peraturan Bupati Bantaeng Nomor 65 Tahun 2008 Tentang Tugas Pokok, Fungsi dan

(44)

Uraian Tugas Jabatan Struktrural Bapedalda Kabupaten Bantaeng. Bapedalda dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

a. Tugas Bapedalda sebagai berikut :

1. Menyusun dan menetapkan kebijakan teknis di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah;

2. Merencanakan dan menyusun program dan kegiatan tahunan di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas;

3. Merencanakan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah;

4. Melakukan pembinaan dan melaksanakan program dan kegiatan di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah;

5. Melakukan koordinasi terhadap penyelenggaraan program dan kegiatan di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah;

6. Memberikan petunjuk mengawasi dan membimbing pelaksanan tugas dibidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah;

7. Menginventarisir permasalahan permasalahan yang berhubungan dengan bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah, serta menyiapkan bahan petunjuk pemecahan masalah;

8. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi atau unit kerja terkait;

(45)

9. Melakukan monitoring pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan tugas serta melaporkan hasilnya kepada Bupati;

10. Memberikan saran dan pertimbangan teknis, serta melaksanakan tugas lain.

b. Fungsi Bapedalda adalah sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah.

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah serta ketatausahaan Badan.

4. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di bidang pengendalian dampak lingkungan hidup daerah serta ketatausahaan Badan.

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Adapun Visi dan Misi Bapedalda:

a. Visi

Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Bapedalda Kabupaten Bantaeng dan mempertimbangkan issu strategik yang ada, maka visi Bapedalda Kabupaten Bantaeng adalah “Lingkungan Lestari, Masyarakat Sejahtera Untuk Keberlanjutan Pembangunan Guna Mewujudkan Kabupaten Bantaeng Sebagai Wilayah Terkemuka”.

(46)

b. Misi

Misi Bapedalda Kabupaten Bantaeng ditetapkan sebagai berikut :

1. Memprioritaskan wawasan dan pendekatan ekologis pelestarian, pengendalian dan pengelolaan Sumber Daya Alam.

2. Mensinergikan konsep perencanaan kawasan (perencanaan hulu hilir) dan antara Daerah Lintas Kabupaten Bialo Hulu (Kabupaten Bantaeng) dan Bialo Hilir (Kabupaten Bulukumba).

3. Meningkatnya daya dukung DAS/Sub DAS.

4. Mendorong peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

5. Meningkatnya upaya rehabilitasi dan konservasi lahan dan lingkungan.

Dalam rangka pencapaian Visi dan Misi yang telah ditetapkan, maka dirumuskan strategi sebagai berikut “Menciptakan kondisi lingkungan hidup lestari yang dikelola dengan baik, aman, bijak dan berkelanjutan guna mendukung proses hidup dan kehidupan masyarakat Kabupaten Bantaeng masa kini dan masa akan datang”. Selanjutnya dirumuskan pokok-pokok kebijakan Bapedalda Kabupaten Bantaeng Tahun 2009 – 2013 yang menjadi acuan dalam menetapkan program dan kegiatan prioritas dalam pemenuhan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang bagi masyarakat Kabupaten Bantaeng sebagai berikut :

1. Mendorong pemerintahan yang dapat mengefektifkan pelaksanaan pengendalian, pencemaran dan perusakan lingkungan.

2. Mendorong pemerintahan yang dapat mengefektifkan pelaksanaan pengelolaan SDA dan LH.

(47)

3. Mendorong pemerintahan yang dapat mengefektifkan pelaksanaan perlindungan lingkungan dan SDA.

4. Mendorong pemerintahan yang dapat mengefektifkan pelaksanaan pengendalian polusi dan pengelolaan ruang terbuka hijau.

5. Mendorong pemerintahan yang dapat mengefektifkan pelaksanaan pelayanan penerangan jalan.

6. Mendorong upaya konservasi daerah aliran sungai.

7. Memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya kelestarian lingkungan.

8. Mendorong upaya pemulihan dan rehabilitasi lingkungan.

9. Mendorong pemerintahan yang dapat mengefektifkan pelaksanaan pengendalian bencana kebakaran.

Adapun tujuan dan sasaran Bapedalda a. Tujuan

Adapun tujuan strategik Bapedalda Kabupaten Bantaeng adalah sebagai berikut :

1. Terciptanya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup.

2. Terwujudnya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang berkelanjutan dan menempatkan pembangunan lingkungan hidup sebagai bagian integral dari pembangunan daerah.

3. Terciptanya aliran sungai yang bersih dan tetap yang dapat mendukung aktifitas daerah sekitarnya

(48)

4. Meningkatnya upaya pemberdayaan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

5. Terlaksananya upaya rehabilitasi dan konser-vasi lahan dengan pem-berdayaan masyarakat dan kekuatan ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan.

b. Sasaran

Secara keseluruhan sasaran Bapedalda Kabupaten Bantaeng adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya pengendalian,pencemaran dan pengrusakan lingkungan hidup.

2. Meningkatnya kualitas sumber daya alam dan LH.

3. Meningkatnya perlindungan lingkungan dan sumber daya alam

4. Meningkatnya pengendalian polusi dalam pengelolaan Ruang Terbuka Hijau 5. Meningkatnya pelayanan dan penerangan lampu jalan

6. Meningkatnya keseimbangan aliran air sungai sepanjang tahun.

7. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam hal pelestarian lingkungan hidup 8. Pulihnya kembali kondisi lingkungan yang rusak

9. Meningkatnya pengelolaan pelayanan penanganan bencana kebakaran.

3. Struktur Organisasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) terdiri atas:

A. Kepala Badan

1. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah dipimpin oleh seorang kepala Badan yang mempunyai tugas melaksanakan perumusan

(49)

kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah bagian pengendalian dampak lingkungan hidup daerah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

2. dalam penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

d. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tugas di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah serta ketatausahaan Badan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Rincian tugas Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah sebagai berikut:

a. Menyusun dan menetapkan kebijakan teknis di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

b. Merencanakan dan menyusun program dan kegiatan tahunan di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas

(50)

c. Merencanakan dan menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

d. Melakukakan Pembinaan dan melaksanakan program dan kegiatan di Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

B. Sekretariat

1. Sekretaris dipimpin oleh seorang Sekretaris, yang mempunyai tugas mengkoordinasikan penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan pelaksanaan tugas kesekretariatan meliputi umum dan kepegawaian, program dan pelaporan, keuangan, serta pemberian pelayanan administrasi dan fungsional kepada semua unsure dalam lingkup badan

2. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud ayat (1) , sekretaris mempunyai fungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis bidang administrasi umum dan kepegawaian, program dan pelaporan serta keuangan

b. Pembinaan dan plaksanaan tugas Bidang umum dan kepegawaian, program dan pelaporan serta keuangan

c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pelayanan administrasi dan fungsional kepada seluruh satuan organisasi dalam lingkup Badan

d. Pengkoordinasian, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi program dan kegiatan lingkup Badan

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya

3. Rincian tugas Sekretaris sebagai berikut:

(51)

a. Merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengendalikan serta menetapkan kebijakan Bidang umum dan kepegawaian, program dan pelaporan, serta keuangan

b. Mengkoordinasikan dan menyusun rencana kegiatan tahunan sebagai pedoman palaksanaan tugas

c. Mengelola dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas program dan pelaporan

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan tugas umum dan kepegawaian meliputi pengelolaan tugas rumah tangga, surat menyurat, kearsipan, protokol, perjalanan dinas, tatalaksana, perlengkapan dan penyusunan, kepegawaian dan tugas umum lainnya, serta mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas Bidang Administrasi Umum dan Kepegawaian

2. Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi:

a. Penyiapan bahan penyusun kebujakan teknis bagian umum dan kepegawaian

b. Pembinaan dan pelaksanaan tugas umum dan kepegawaian meliputi pengelolaan urusan rumah tangga, surat menyurat, kearsipan, protocol, perjalan dinas, tatalaksana, perlengkapan dan penyusunan, kepegawaian dan tugas umum lainnya

(52)

c. Pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan tugas umum dan kepegawaian

d. Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas umum dan kepegawaian

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris badan sesuai dengan tugas dan fungsinya

3. Rincian tugas Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian sebagai berikut:

a. Menghimpun dan menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis bagian umum dan kepegawaian

b. Menyusun rencana operasional program kerja Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

c. Membina dan mengelola pelaksanaan urusan rumah tangga dan keamanan lingkungan Badan

d. Membina dan mengelola pelaksanaan surat menyurat meliputi surat masuk dan surat keluar serta kearsipan

b. Sub Bagian Program dan Pelaporan

1. Sub Bagian Program dan pelaporan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan tugas program dan pelaporan meliputi penyusunan program/kegiatan, penyusunan laporan, dan tugas program dan pelaporan lainnya, serta melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan administrasi program dan pelaporan

2. Dalam penyelenggaraan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Sub Bagian Program dan Pelaporan dan mempunyai fungsi:

(53)

a. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis bagian program dan pelaporan

b. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bagian program dan pelaporan meliputi pengelolaan urusan penyusunan program/ kegiatan, jadwal pelaksanaan program/kegiatan, dan penyusunan laporan

c. Pengkoordinasian, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan tugas bagian program dan pelaporan

d. Pelaporan dan evaluasi pelaksanaan tugas Bagian program dan pelaporan 3. Rincian tugas Kepala Sub Bagian Program dan pelaporan sebagai berikut:

a. Menghimpun dan menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis Bagian Program dan Pelaporan

b. Menyusun rencana operasional program kerja Sub Bagian Program dan Pelaporan

c. Membina dan mengelola penyusunan rencana tahunan dan pelaksanaan program/kegiatan Badan

d. Merencanakan kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana meliputi barang, perlengkapan dan penyusunan Badan

c. Sub Bagian Keuangan

1. Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang mempunyai tugas menyiapkan bahan penyusunan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan tugas keuangan meliputi penyusunan anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan tugas Bagian Administrasi Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

dilalui sepanjang tahun. Jalan tidak berlubang sehingga perjalanan dapat dilakukan dengan kecepatan yang diharapkan dan nyaman, dan lain-lain. Tetapi pihak

Jika didapatkan neonatus dengan hiperbilirubinemia disertai defisiensi G6PD, kemungkinan besar progresivitas peningkatan kadar bilirubin berjalan cepat untuk beberapa

Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta

Spesies ini ditemui hingga ke sampel D3 dan himpunan fosil ini sesuai dimasukkan ke dalam Zon Himpunan Pseudoalbaillella lomentaria yang berusia Sakmarian Awal (dilabel sebagai

Dari penelitian tersebut juga diketahui bahwa rangsangan suara memberikan keseimbangan gelombang pada kanal yang simetri, sehingga secara umum dapat dikatakan bahwa

Item lainnya yang terdapat pada kategori sedang adalah item nomor 18 yang menyatakan “Saya bersemangat belajar, karena ada aktivitas bermain tanya jawab dengan teman mengenai

nggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Alfia Reziani mengaku wacana pembentukan panitia khusus (Pansus) terkait penipuan biro perjalanan (Travel) terhadap

Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui Mengetahui gambaran kesehatan masyarakat di setiap kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur berdasarkan derajat kesehatan