• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA

E. Penyebab dan Dampak Masalah Lingkungan

Penyebab ekosistem lingkungan yang paling utama disebabkan oleh perilaku masyarakat yang kurang baik dan pemanfaatan sumber daya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan ekosistem, perubahan ekosistem suatu linkungan terjadi dengan adanya kegiatan masyarakat seperti pemanfaatan lahan yang dijadikan sebagai daerah pertanian sehingga dapat mengurangi luas lahan lainnya. Adanya pertumbuhan jumlah

penduduk dalam memanfaatkan lingkungan akan membawa dampak bagi mata rantai yang ada dalam suatu ekosistem. Selain itu kerusakan hutan yang terjadi karena adanya penebangan dan kebakaran hutan dapat mengakibatkan banyak hewan dan tumbuhan yang punah. Padahal hutan merupakan sumber kehidupan bagi sebagian masyarakat yang berfungsi sebagai penghasilan oksigen, tempat penyediaan makanan dan obat-obatan. Jumlah kerusakan flora dan fauna akan terus bertambah dan berlangsung lama jika dalam penggunaanya masyarakat tidak memperhatikan keseimbangan terhadap ekosistem lingkungan.

Dampak dari perubahan ekosistem akan berkurang jika masyarakat mengetahui dan memahami fungsi dari suatu ekosistem tersebut, kerusakan ekositem membawa dampak bukan hanya pada keanekaragaman terhadap flora dan fauna juga dapat membawa pengaruh lain terhadap masyarakat itu sendiri seperti longsor, banjir dan erosi. Selain itu kerusakan lingkungan bisa di sebabkan oleh sampah. Sampah yang semakin banyak dapat menimbulkan penguapan sungai dan kehabisan zat asam yang sangat dibutuhkan bagi mikroorganisme yang hidup di sungai. Serta dapat pula disebabkan dari pembuangan limbah cair dari kapal dan pemanfaatan terhadap penggunaan air panas yang dapat menimbulkan laut menjadi tercemar.

F. Upaya Pemerintah dan Masyarakat dalam Pembangunan Lingkungan 1. Upaya yang Dilakukan Pemerintah

Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:

a) Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata GunaTanah.

b) Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c) Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan).

Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan dengan tujuan Pokoknya:

1) Menanggulangi kasus pencemaran.

2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).

3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

d) Pemerintah menegakkan gerakan menanam sejuta pohon.

2. Upaya yang Dilakukan Masyarakat

Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup oleh Masyarakat Bersama Pemerintah Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:

a.Pelestarian Tanah

Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah

serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.

b. Menjaga Kebersihan/udara

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.

Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih,segar,dan sehat.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:

1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer

jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.

2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asappa brik.

3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara.Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon diatmosfer.

c. Pelestarian hutan

Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian

kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan:

1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.

2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.

3) Menerapkan system tebang pilih dalam menebang pohon.

4) Menerapkan system tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.

5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

G. Konsep Pembangunan Kota Bersih

Dalam pasal 2 Undang-Undang No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah ditetapkan bahwa wilayah Negara Repoblik Indonesia dibagi dalam daerah-daerah otonom dan wilayah administrasif. Sedangkan pasal 3 menyebutkan bahwa daerah-daerah otonom yang dibentuk dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dalam rangka pelaksanaan dekosentrasi, wilayah negara dibagi atas wilayah-wilayah administrasif, dan tingkat yang paling tinggi yaitu provinsi, kabupaten atau kota, dan kecematan.

Pemerintah daerah baik kota ataupun metropolitan secara tipikal harus menangani enam sektor perkotaan yang saling berhubungan, yaitu lingkungan, infrastruktur, perumahan, dan pembangunan ekonomi. Sektor lingkungan mencakup kebersihan, pertamanan dan penyediaan tempat sampah. Lingkungan mencakup penanganan penggunaan sumber daya air, udara air dan tanah secara

berkesinambungan. Sektor infrastruktur mencakup air bersih, jalan dan jembatan.

Sedangkan sektor perumahan mencakup penyediaan perumahan bagi semua golongan masyarakat, pelayanan infrastruktur dasar kepada pengembang (defeloper), dan pengorganisasian pembiayaan pembangunan perumahan. Sektor pelayanan sosial mencakup pelayanan pendidikan, kesehatan, dan program penanganan kaum miskin.

Sektor terakhir yang sangat berpengaruh adalah sektor ekonomi, jasa perbankan dan asuransi. (Nurmandi 2006 : 98/127)

Konsep pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Ini berarti pembangunan mencakup, pertama, kemajuan lahiriah seperti pangan, sandang, perumahan, dan lain-lain. Kedua, kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, rasa sehat. dan Ketiga, kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan social. Karena luasnya ruang lingkup pembangunan maka pencapaiannya dilakukan secara bertahap tetapi simultan. Pada tiap tahap di harap dapat dicapai keselarasan dalam kemajuan lahiriah dan batiniah yang merata mencakup seluruh rakyat,dengan kadar keadilan social yang meningkat.

Dengan begitu, pembangunan adalah suatu proses yang berjalan terus menerus.

Untuk mencapai hasil maksimal, sumber pembangunan yang tersedia perlu digunakan secara berencana dengan memperhatikan skala prioritas pada kurun waktu tertentu.

Menurut Shirvani (1985; 28) ruang yang diperuntukkan untuk publik di dukung oleh adanya elemen-elemen ruang yang dapat memberikan kenyamanan bagi pengguna seperti: tempat duduk,pohon peneduh, dan tempat parker. Proses

pembangunan kota bersih diusahakan agar setiap tahap memiliki kemampuan menopang pembangunan dalam tahap berikutnya. Karena itu,di samping usaha meningkatkan kemajuan menjadi penting pula usaha memantapkan kemajuan yang sudah dicapai. Pola pembangunan dengan pengembangan lingkungan hidup memerlukan pengetatan dalam penggunaan air dan tanah, serta sumber alam lainnya.

Saingan dalam pemakaian air, tanah, dan sumber alam, mungkin tidak bisa dipecahkan melalui mekanisme pasar sehingga campur tangan pemerintah di perlukan. Ini berarti bahwa bagi sumber alam yang semakin langkah, pengendalian pemerintah akan semakin menonjol. Pembangunan mengandung unsur perubahan besar. Perubahan struktur ekonomi, perubahan struktur social, perubahan fisik wilayah, perubahan pola konsumsi, perubahan system nilai dan kebudayaan.

Pembangunan membuka kemungkinan perubahan keadaan lingkungan. Dalam proses perubahan ini penting dipelihara keselarasan antara manusia dengan ekosistem dalam rangkaian kurun waktu yang bergerak dinamis (Mirsa 2012: 23).

Pembangunan yang dilaksanakan di Bantaeng adalah pembangunan di segala bidang kehidupan dan penghidupan. Hakikat dari pembangunan adalah pembangunan manusia Bantaeng seluruhnya memerlukan lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Pengelolaan lingkungan adalah untuk meningkatkan kualitas dan fungsi lingkungan hidup yang baik dan sehat guna menciptakan kondisi lingkungan yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan orang banyak.

Semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan keuntungan bagi masyarakat Bantaeng dalam pembangunan kota bersih akan nyaman dengan menghirup udara segar dan lingkungan asri. Telah memungkinkan manusia

menikmati kehidupan material yang lebih baik serta komunikasi yang cepat. Namun di sisi lain, dengan kemajuan kota bersih yang demikian mempunyai permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan yang harus dihadapi oleh kota itu sendiri secara umum permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan yaitu:

1. Pencemaran lingkungan: Udara,air, dan tanah.

2. Ketersediaan air bersih.

3. Meningkatkan ruang terbuka hijau/taman kota. Dan

4. Tersedianya tempat sampah

Permasalahan lingkungan terutama yang berkaitan dengan masalah pembangunan kota bersih juga dialami oleh pemerintah dan masyarakat Bantaeng.

Untuk itu membangun kota bersih dan sehat merupakan suatu keinginan yang tidak mudah diwujudkan, mengingat masyarakat Bantaeng yang cukup heterogen, baik dari aspek sosial budaya, tingkat ekonomi maupun latar belakang pendidikan.

Peraturan tentang kebersihan pada hakekatnya berisi tentang tugas, hak dan kewajiban, larangan serta saksi setiap anggota masyarakat dalam usaha pemerintah mewujudkan suatu kehidupan yang sehat, bersih, teratur, indah dan nyaman bagi masyatakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, sangat tergantung pada sikap dan perilaku masyarakat sebagai kelompok yang sangat antosias untuk terus diingat akan pentingnya budaya bersih dalam hidup sehari-hari sehingga pemerintah dan masyarakat kerja sama untuk membangun kota bersih (Sonny 2010: 30).

H. Kerangka Pikir

Pengendalian diartikan sebagai proses pemantauan aktivitas untuk menjamin bahwa standar dapat terlaksana sebagaimana yang direncanakan dan melakukan langkah koreksi terhadap penyimpangan yang berarti. Masalah lingkungan dapat ditinjau dari beberapa aspek yaitu aspek medik, teknologis, teknik lingkungan, ekonomi dan hukum. Segi hukum pengelolahan lingkungan hidup dan konservasi sumber daya alam di Indonesia begitu pula adanya di Kabupaten Bantaeng perlu dikaji secara intensif, karena pengelolahan lingkungan tidak mungkin tanpa penegakan hukum.

Pemerintah telah memandang dan menempatkan lingkungan hidup sebagai salah satu faktor penting yang menunjang pelaksanaan pembangunan di Bantaeng.

Untuk itu masalah lingkungan hidup harus mendapat perhatian ekstra dari seluruh komponen masyarakat Bantaeng. Permasalahan lingkungan hidup lebih terasa signifikansinya bila ditinjau dari aspek pembangunan yang menitik beratkan pada pembangunan ekonomi yang dalam hal ini adalah satu lokomotif pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yakni peningkatan pembangunan kota bersih.

Peran pemerintah dapat ditegaskan serta dipertahankan dalam upaya mengatur dan mengendalikan perilaku masyarakat. Aparat penegak hukum dalam membangun kota bersih, penerapan terhadap pelaku pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup adalah kewenangan berbagai instansi dalam menangani lingkungan hidup, adapun yang berwewenang dalam menangani masah ini yaitu Pemerintah Daerah, Badan Pngendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bapedalda) di Kabupaten

Bantaeng. Berdasarkan pada tinjauan pustaka dan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka pikir seperti pada bagan dibawa ini:

I. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini berangkat dari latar belakang masalah kemudian dirumuskan dalam rumusan masalah dan dikaji berdasarkan teori dalam tinjauan pustaka. Adapun fokus penelitian yang berpijak dari rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Peran pemerintah dalam menyediakan sarana dan prasarana 2. Menyediakan tenaga kerja

3. Pemerintah sebagau fasilitator/penyuluh.

Peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) dalam Pembangunan

Kota Bersih

Peran BAPEDALDA:

1. Menyediakan tenaga kerja 2. Menyediakan sarana dan

prasarana

3. Pemerintah sebagai fasilitator (penyuluhan)

Efektifitas Pengendalian Lingkungan Hidup

H. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Peran pemerintah dalam menyediakan tenaga kerja dalam hal ini tenaga kerja berjumlah 185 orang, laki-laki berjumlah 110 orang sedangkan perempuan berjumlah 75 orang, lain lagi tenaga kerja yang dilapangan/tukang kebersihan yang berjumlah 70 orang. Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU tahun 2003 Bab 1 pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jas baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

2. Sarana dan prasarana maksudnya adalah bagaimana pemerintah meningkatkan sarana (peralatan) seperti tempat sampah, motor gandeng, mobil pengangkut sampah dan pemotong rumput, sedangkan prasarana (tempat/ruang) pemerintah menyediakan kantor Bapedalda adapun nama-nama ruangannya yaitu:

1. Ruangan kepala badan 2. Ruangan sekertariat

3. Ruangan bidang pemantauan, pencegahan dan pemulihan lingkungan.

4. Ruangan bidang pengendalian dampak lingkungan dan tata lingkungan.

5. Ruangan bidang kebersihan dan pertamanan. Dan 6. Tempat penampungan sampah akhir.

3. Fasilitator/penyuluhan yaitu pergi kemasyarakat untuk melakukan penyuluhan akan pentingnya kebersihan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan sesudah seminar proposal dan berlokasi di Kabupaten Bantaeng kantor Pemerintahan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) di jalan pahlawan, merupakan representasi dari pemerintah pusat dalam membangun kota bersih. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena BAPEDALDA dan Pemerintah Daerah mencanankan salah satu program pembangunan kota bersih di Kabupaten Bantaeng yang programnya sementara bersjalan tetapi belum sepenuhnya terlaksana dengan baik.

B. Tipe dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang bersifat ilmiah, melalui prosedur yang telah ditetapkan

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yaitu dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu.

2. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan deskriptif analisis kualitatif,di mana pertanyaan ”bagaimana” menjadi permasalahan utama untuk menjawab semua permasalahan yang akan di angkat atau di teliti, oleh sebab itu untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian di klasifikasikan sehingga dapat di ambil satu kesimpulan, kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian atau pengamatan.

C. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang dianggap layak dan mengetahui tentang peran Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) di Kabupaten Bantaeng dalam pembangunan kota bersih. Adapun rincian informan penelitian adalah sebagai berikut:

Table 1 Daftar Informan Penelitian

No Informan Pekerjaan Jumlah

1. Abdullah Taibe Kepala Bapedalda 1

2. Suardi Kepala Badang Kebersihan 1

3. Irwan Akib Sekertaris Bapedalda 1

4. Arfa Staf Kebersihan 1

5. Hasna Tukang bersih/penyapu jalan 1

6. Syamsuddin Tutu Kepala Dusun 1

7. Nur Tati Ibu Rumah Tangga 1

8. Andi Rukmana Staf Kebersihan 1

9. Hasrul Tukang bersih/penyapu jalan 1

10. Jusma Ibu Rumah Tangga 1

10

Sumber:Dinas Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah

Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah informan keseluruhan adalah 10 (sepuluh) orang.

D. Sumber Data

Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang peneliti mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian, baik data primer, data skunder maupun data tersier. Sumber data

penelitian ini terutama dijaring dari sumber data primer, data sekunder dan data tersier dengan proporsi sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data primer

Data primer adalah sumber data utama yang digunakan untuk menjaring berbagai data dan informasi yang terkait dengan fokus yang dikaji. Dimana data primer diambil melalui metode wawancara dan observasi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber data pendukung yang diperlukan untuk melengkapi data primer yang dikumpulkan. Hal ini dilakukan sebagai upaya penyesuaian dengan kebutuhan data lapangan yang terkait dengan objek yang dikaji, Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi.

3. Data Tersier

Data tersier yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap data primer maupun data sekunder seperti kamus hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ensiklopedia dan lain-lain. Data tersebut sebagai pedoman dan petunjuk apabila ada hal yang tidak di ketahui sebelumnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain :

1. Wawancara, wawancara mendalam (indepth interviews), yaitu teknik memperoleh data melalui proses Tanya jawab, wawancara dilakukan terhadap informan untuk mendapatkan data yang valid dan relevan. Untuk mendapatkan data yang valid dan relevan maka alat yang mendukung proses wawancara adalah alat perekam, pulpen, buku, dan dilengkapi dengan foto dokumentasi.

2. Observasi, merupakan metode penelitian yang digunakan dengan cara mengamati secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan pengendalian pemerintah pusat dan daerah dalam pembangunan kota bersih di Kab. Bantaeng 3. Dokumentasi, data skunder diperoleh dari BAPEDALDA melalui

catatan-catatan, notulen rapat, buku, dan petunjuk pembangunan kota bersih yang digunakan sebagai data pendukung dan pelengkap dari data primer yang ada relevansinya dengan keperluan penelitian ini.

F. Tekhnik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam bentuk reduksi data, sajian data serta penarikan kesimpulan dengan menggunakan proses siklus serta pengambilan kesimpulan akhir dengan menggunakan penalaran sistematik metode analisis yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif. Hasil analisis data tersebut di jadikan kesimpulan akhir dalam penelitian. Teknik analisis data mempunyai beberapa proses yaitu: mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelesuri, 1. Mengumpulkan, memilih-milih, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat

ikhtisar, dan membuat indeksnya,

2. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

G. Keabsahan Data

Setelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian akurat. Validasi temuan menurut Creswell berarti bahwa peneliti menentukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui beberapa strategi, antara lain member checking, triangulasi dan auditing (Sugiyono, 2012 : 42).

1. Member checking, adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan untuk tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas.

Aktivitas ini juga dilakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan pada mereka baik lisan maupun tertulis tentang keakuratan laporan penelitian. Pertanyaan dapat meliputi berbagai aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsi data telah lengkap, apakah interpretasi bersifat representatif dan dilakukan tanpa kecenderungan.

2. Triangulasi merupakan proses penyokongan bukti terhadap temuan, analisis dan interpretasi data yang telah dilakukan peneliti yang berasal dari:

1) individu (informan) yang berbeda (guru dan murid), 2) tipe atau sumber data (wawancara, pengamatan dan dokumen),serta 3) metode pengumpulan data (wawancara, pengamatan dan dokumen).

3 External Audit, yaitu untuk menghindari bias atas hasil temuan penelitian, peneliti perlu melakukan cek silang dengan seseorang di luar penelitian.

Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang akurat.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng terletak dibagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan jarak kira-kira 120 km dari Kota Makassar ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Secara geografis Kabupaten Bantaeng terletak pada 05-º21’15” LS sampai 05º34’3” LS dan 119º51’07” BT sampai 120º51’07”BT. Membentang antara Laut Flores dan Gunung Lompo Battang, dengan ketinggian dari permukaan laut 0 sampai ketinggian lebih dari 100 m dengan panjang pantai 21,5 km. Secara umum luas wilayah Kabupaten Bantaeng adalah 395,83 km2.

Kabupaten Bantaeng mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Pegunungan Lompo Battang Kabupaten Gowa dan Kabupaten Sinjai.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bulukumba c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto

Secara administrasi, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 8 kecamatan dengan 67 kelurahan/desa. Secara geografis, Kabupaten Bantaeng terdiri dari 3 kecamatan tepi pantai (Kecamatan Bissappu, Bantaeng dan Pa’jukukang), dan 5 kecamatan bukan pantai (Kecamatan Uluere, Sinoa, Gantarangkeke, Tompobulu dan Eremerasa).

Dengan perincian 17 desa/kelurahan pantai dan 50 desa/kelurahan bukan pantai.

Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Bissappu jumlah penduduk 31.242 luas

32.84 (km2), Kecamatan Bantaeng jumlah penduduk 37.088 luas 28.85 (km2), Kecamatan Tompo Bulu jumlah penduduk 23.143 luas 76.99 (km2), Kecamatan Ulu

32.84 (km2), Kecamatan Bantaeng jumlah penduduk 37.088 luas 28.85 (km2), Kecamatan Tompo Bulu jumlah penduduk 23.143 luas 76.99 (km2), Kecamatan Ulu

Dokumen terkait