• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan gambaran tentang kemampuan mahasiswa Sastra Arab 2017 USU dalam mengucapkan asimilasi pada surah

F

āṭir.

2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan bahan masukan bagi pengajar bahasa Arab khusunya dalam bidang fonologi.

3. Sebagai bahan referensi ilmiah di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara khususnya di departemen Sastra Arab FIB USU.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Terdahulu

Octaviyanti, Sri (2018) penelitiannya yang berjudul “ Asimilasi bahasa Arab dalam Al-Qur‟an Surah An-Naziat” dalam penelitian beliau menemukan konsonan yang mengalami asimilasi yaitu , asimilasi homorgan progresif konsonan nasal

ْ

/n/ dengan konsonan dental

د

/t/, konsonan interdental

م

/ð/, konsonan alveolar

ً

/s/, konsonan dental velar /ʈ /. Asimilasi total progresif

غ

konsonan palatal

ي

/ϳ/. Dan konsonan nasal /m/ yang berdekatan dengan

َ

konsonan bilabial

ة

/b/. Konsonan lateral

ي

/l/ pada kata sandang /al/ dengan

يا

konsonan dental ك/d/, konsonan alveolar

ه

/r/, konsonan alveolar

ً

/s/, konsonan dental velar /ʈ /, konsonan alveolar

غ ي

/l/, dan konsonan alveolar

ْ/

n/. Asimilasi homorgan progresif bunyi nasal spesifik

ْ

/n/ pada vokal tanwin

ٌ

/ãn/ dengan konsonan velar

ن

/k/, konsonan alveolar

ي

/l/, dan konsonan alveolar

ْ

/n/.

Asimilasi total progresif bunyi nasal spesifik

ْ

/n/ pada vokal tanwin

ٌ/

ĩn/ dengan konsonan bilabial

ٚ

/w/, konsonan palatal

ي

/ ϳ /.

Semua konsonan tersebut mengalami asimilasi yang dapat digolongkan kepada asimilasi homorgan progresif dan asimilasi total progresif. Sedangkan berdasarkan letak proses asimilasi yang terjadi dalam surah An-Nāzi‟āt terjadi pada satu kata, dan pada satu kata dengan kata berikutnya. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmu aswat oleh Badri (1988).

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Azzahra, Sakinah (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Asimilasi pada surah Yasin”. Penelitian yang dilakukan oleh Azzahra menggunakan teori Badri (1988) dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitiannya beliau menemukan bunyi konsonan nasal

ْ/

n

/

yang mengalami asimilasi yaitu, asimilasi homorgan progresif konsonan nasal

ْ/

n

/

dengan konsonan bilabial

ة

/b/, konsonan dental

د

/t/ ,

ك/

d/, konsonan velar

ن

/k/, konsonan uvular

ق/

q/, konsonan interdental

م

/ ð, konsonan frikatif

ى/

z

/,

konsonan frikatif

س

/ θ/ , konsonan frikatif

ط

/j/, konsonan frikatif

ً

/s/, konsonan frikatif

ُ

/ ʃ/ , konsonan frikatif

ٓ

/ȿ/

,

konsonan frikatif /

ف

/f/ , konsonan nasal alveolar

ْ

/n/ . Asimilasi homorgan progresif bunyi nasal spesifik

ْ/

n

/

pada vokal tanwin

ٌ , ٌ , ٌ/

ãn/, /ĩn/, /ũn/ dengan konsonan velar

ن

/k/ , konsonan uvular

ق/

q

/ ,

konsonan frikatif

ُ

/ ʃ/ , konsonan frikatif /

ف

/f/ . Asimilasi total progresif konsonan nasal

ْ/

n

/

dengan konsonan semi vokal

ي/

j

/

, konsonan nasal bilabial

َ

/m/ , konsonan lateral

ي

/l/ , konsonan getar

ه

/r/ . Asimilasi total progresif bunyi nasal spesifik

ْ/

n

/

pada vokal tanwin

ٌ , ٌ , ٌ/

ãn/, /ĩn/, /ũn/ dengan konsonan semi vokal

ي/

j

/ ,

konsonan semi vokal

ٚ

/w/ , konsonan nasal bilabial

َ

/m/ , konsonan lateral

ي

/l/ , konsonan getar

ه

/r/.

Konsonan lateral

ي

/l/ pada kata sandang /al/ dengan konsonan interdental

يا م

/ ð , konsonan frikatif

ً

/s/ , konsonan frikatif

ُ

/ ʃ/. Semua konsonan tersebut mengalami asimilasi yang dapat di golongkan kepada asimilasi homorgan progresif dan asimilasi total progresif.

Penelitian berikutnya oleh Aisyah, Nur (2018) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis asimilasi pada surah Al-Waqi‟ah” dalam penelitiannya Aisyah, Nur (2018) menggunakan teori Badri (1988) dengan metode penelitian deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitiannya beliau menemukan asimilasi homorgan progresif bunyi konsonan nasal

ْ/

n

/

yang mengalami asimilasi yaitu, konsonan nasal

ْ/

n

/

dengan konsonan bilabial

ة

/b/, konsonan dental

د

/t/ , konsonan velar

ن

/k/, konsonan frikatif

ى/

z

/ , ظ

/ʑ/

,

konsonan frikatif

س

/ θ/ , konsonan frikatif

ُ

/ ʃ/, konsonan dental velar

ض

/ɖ/ . Bunyi nasal spesifik

ْ/

n

/

pada vokal tanwin

ٌ

, ٌ , ٌ/

ãn/, /ĩn/, /ũn/ dengan konsonan bilabial

ة

/b/, konsonan dental

د

/t/, konsonan frikatif

س

/ θ/ , konsonan frikatif

ً

/s/, konsonan velar

ن

/k/, konsonan frikatif /

ف

/f/ . Asimilasi total progresif konsonan nasal

ْ/

n

/

dengan konsonan semi vokal

ي/

j

/

, konsonan nasal bilabial

َ

/m/ , konsonan lateral

ي

/l/ , konsonan

getar

ه

/r/ . Bunyi nasal spesifik

ْ/

n

/

pada vokal tanwin

ٌ , ٌ , ٌ/

ãn/, /ĩn/, /ũn/

dengan konsonan semi vokal

ي/

j

/ ,

konsonan nasal bilabial

َ

/m/ , konsonan semi vokal

ٚ

/w/, konsonan getar

ه

/r/. Konsonan lateral

ي

/l/ pada kata sandang /al/

يا

dengan, konsonan dental

د

/t/ , konsonan frikatif

ً

/s/ , konsonan frikatif

ُ

/ ʃ/ , konsonan hambat

ض

/ɖ/ , konsonan frikatif

ى/

z

/ ,

konsonan alveolar

ْ/

n

/ .

Semua konsonan tersebut mengalami asimilasi yang dapat digolongkan kepada asimilasi homorgan progresif dan asimilasi total progresif. Sedangkan berdasarkan letak proses asimilasi yang terjadi dalam surah Al-Waqi‟ah terjadi pada satu kata, dan pada satu kata dengan kata berikutnya.

Perbedaan Peneliti yang akan di kaji dengan penelitian terdahulu di atas yakni terletak pada jenis penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( field research), sedangkan penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti terdahulu di atas menggunakan penelitian kepustakaan (library research).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Kemampuan

Menurut Chaplin, JP (1999: 1) kemampuan (ability) adalah kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan, yang merupakan tenaga daya kekuatan untuk melakukan perbuatan, kemampuan bisa merupakan kemampuan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktek. Dalam kamus bahasa Indonesia (2008: 909) kemampuan merupakan kata kerja yang kata dasarnya adalah mampu yang berarti bisa, sanggup, dan kemampuan merupakan kesanggupan; kecakapan; dan kekuatan atau kita berusaha dengan diri sendiri.

Menurut Hamid (2010: 64) mengukur kemampuan membaca bahasa Arab pada dasarnya adalah mengukur kemampuan memahami teks bacaan bahasa Arab (fahm al-maqru), tetapi ada juga yang menambahnya dengan mengukur kemampuan kebenaran membaca yang meliputi : kebenaran dalam membaca dari segi pengucapan, dan kebenaran nahwu dan sharafnya.

2.2.2 Fonologi

Menurut Chaer (2012: 102-103) bidang yang mempelajari, menganalisis dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut fonologi. Secara etimologi fonologi terbentuk dari kata fon yaitu bunyi, dan logi yaitu ilmu. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonologi di dalam bahasa Arab disebut

ِداَٛ ْصَ ْلأَا ٍُُِْػ

/`ilmu l-aṣwāt/ „ilmu tentang bunyi-bunyi bahasa Arab.

Dalam hal bunyi bahasa, Bloomfield (1933: 78) mengatakan bahwa:

“phonology is the study of significant speech sound, and the phoneme is the minimum unit of distinctive sound feature”, fonologi adalah suatu studi tentang lambang bunyi ucapan dan fonem adalah satuan terkecil dari ciri bunyi yang membedakan arti.

2.2.3 Penggolongan Bunyi Bahasa

Pada dasarnya bunyi bahasa digolongkan kepada bunyi vokal dan konsonan.

Menurut Verhaar (2008: 33) bunyi vokal adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apa pun pada tempat pengartikulasian sedangkan bunyi konsonan adalah bunyi yang dihasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat ucap.

2.2.4 Penggolongan bunyi bahasa Arab 2.2.4.1 Bunyi vokal

Dalam bahasa Arab dikenal adanya bunyi vokal dan vokal tanwin. Menurut Badri (1988: 4) bunyi vokal didalam bahasa Arab disebut juga dengan

دٛص

ذئبص

/ṣawtu ṣāitin atau

ًىّ

/syaklun/ atau

خووؽ

/ ḥarakatun/, dan definisi

bunyi vokal oleh Al-Khuli (1982: 302)

ِد ْٛﱠصٌبِث ِخَلَلاَػ ُْٚم : ًِرَْٛص

/ṣautiyyun: ẕū

‘alāqati biṣṣauti/ „bunyi vokal adalah yang memiliki hubungan dengan suara‟.

2.2.4.2 Bunyi vokal tanwin

Di dalam bahasa Arab dikenal juga bunyi vokal nasal atau sengau yang disebut dengan tanwin. Menurut Rasyad (2004: 31) batasan tanwin menurut bahasa seperti berikut :

َٚ : ٌَُِْْٕٓٛزٌَا خَِٕوَبٍ ُْْٛٔ : بؽَلاِطْصِا َٚ . ُذٌِْْٛصﱠزٌا : خَغٌُ ُٖبَْٕؼَِ

ِف آ ُكَؾٍَْر عْفٌَ ٍُِِْلاا ُو

فْلَٚ َٚ ّبطَفُخَفَوَفَرَٚ

/at-tanwīnu: wa ma،nāhu lughatan: at-taṣwitu. Wa iṣṭilāḥan: nūnnun sākinatun talḥaqu ˋākhiru l-ismi lafẓan wa tafāraqahu khaṭṭan wa waqfan/ „Tanwin menurut bahasa bermakna bunyi vokal. Sedangkan menurut istilah adalah bunyi konsonan nasal spesifik /n/ yang hadir dalam pengucapan pada akhir kata benda (nominal) dan tanwin itu berbeda dalam tulisan dan berbeda ucapannya ketika berhenti‟.

Bunyi vokal nasal memiliki 3 ( tiga) lambang sebagai berikut : ٌ[an], ٌ [in],

ٌ

[un].

2.2.4.3 Bunyi Konsonan

Menurut Badri (1988: 4) bunyi konsonan dalam bahasa Arab disebut dengan

ِذِِبَص ُد َْٛص

/ṣawtu ṣāmiti/, dan Al-Khuli (1982: 54) mengatakan bunyi konsonan adalah

ذِبصٌ دٛصٌا ىٌإ يِوٌ ينٌا فوؾٌا

/al-ḥarfu l-lazī yarmizu `ila ṣ-ṣauti ṣ-ṣamiti/„sebuah harf yang melambangkan bunyi konsonan‟.

Menurut Muskar (2015: 41-45) bunyi konsonan di dalam bahasa Arab ada 28 konsonan, semua bunyi konsonan tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan titik artikulasi, hambatan udara, dan getar atau tidak pita suara, sebagai berikut:

1. Bunyi konsonan ب [b] → hambat, bilabial, bersuara )

ًِْٔبَزَفَّ, ه ُْٛٙ ْغَِ , خﱠٍِفْلَٚ )

/waqfiyyah,syafatāniy,majhūr/. Bunyi ini diucapkan dengan merapatkan kedua bibir yakni bibir atas dan bibir bawah sehingga udara keluar dari paru-paru dengan desakan yang relatif lemah, dan ketika itu bibir di buka, udara keluar tiba-tiba dengan bunyi letupan sekaligus diikuti oleh pita-pita suara yang turut bergetar.

Contoh :

و ْؾَث

[baḥrun] ,

ْوَجَف

[khabar] ,

ْتَٔ ْه أ

[`arnab]

2. Bunyi konsonan ث [ t ]→hambat , dental, tidak bersuara (

ًِّٛٙ

, ىًِاٌَْسَأ ,

خﱠٍِفْلَٚ )

/waqfiyyah , asnāniy,mahmūs /. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan cara menaikkan ujung lidah ke lengkung kaki gigi depan atas, udara terdesak pada titik artikulasi tersebut lalu ujung lidah dilepaskan dari titik sentuhannya tersebut sehingga udara keluar dari mulut dengan bunyi letupan, sedangkan pita-pita suara ketika itu terbuka lebar dan tidak bergetar.

Contoh :

وَّْر [

tamrun

] , خَثَوُزَِ

[maturabatun]

, ذٌَْى

[zaitun]

3. Bunyi konsonan

س

[θ]→frikatif, interdental, tak bersuara

, ْبٍٕا ٍٓث, ًِوبَىِزْؽِإ

(

ًِّٛٙ

) /

iḥtikākī, bayna asna:niy, mahmūs /.Bunyi konsonan ini diucapkan dengan ujung lidah yang bersentuhan di antara gigi depan atas dan bawah, ketika itu udara mengalir dari paru-paru dan sampai di ujung lidah yang bersentuhan dengan gigi depan atas dan bawah sehingga mengalami desakan yang keluar melalui celah-celah ujung lidah dan gigi, bersamaan dengan itu pita suara terbuka agak lebar.

Contoh :

ظٍَْص

[ṡaljun] ,

َو َّْصَا

[aṡmara] ,

ْشَؾَث

[baḥaṡ]

4. Bunyi konsonan

ط

[ j ] → frikatif , alveo palatal, bersuara

خﱠٌِهبَغ ُخﱠضٌِ , ًِوبَىِزْؽِإ

(

ه ُْْٛٙغَِ ,

) /

iḥtikākī, liṡṡah ghāriyyah,majhūr/. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan menaikkan ujung lidah ke lengkung kaki gigi depan atas dan langit-langit keras, udara mengalir dari paru-paru melalui pita suara yang terbuka lebar dan bergeser di antara celah yang ada di ujung dan daun lidah serta langit-langit keras dan keluar dari mulut.

Contoh

: ًُّ َع

[jamalun] ,

فَفَغ ُِ

[mujaffafun] ,

ْطَبغُػ

[’ujāj]

5. Bunyi konsonan

ػ

[ ћ ]→ frikatif , faringal, tak bersuara

, خﱠٍِمٍَْؽ , ًِوبَىِزْؽِإ

)

ًِّٛٙ

)

/iḥtikākī, ḥalqiyyah, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dihasilkan oleh adanya persentuhan antara akar lidah dengan dinding belakang kerongkongan, dan ketika itu udara dipompakan dari paru-paru dan sampai pada akar lidah dan dinding belakang kerongkongan sehingga udara mengalir dan bergeser pada

celah-celah yang ada pada alat ucap bersamaan dengan itu pita suara terbuka lebar.

Contoh :

تِعبَؽ

[ḥājibun] ,

خَؽَبٍ

[sāḥatun] ,

ؼٍِِْ

[milḥun]

6. Bunyi konsonan

ؿ

[ x ] → frikatif , velar, tak bersuara

, كَجَغ , ًِوبَىِزْؽِإ (

ًِّٛٙ

)

/iḥtikākī ,ṭabaqun, mahmūs /. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan menaikkan lidah ke arah langit-langit lunak, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan terdesak di celah-celah belakang lidah dan langit-langit keras, bersamaan dengan itu pita suara terbuka lebar.

Contoh :

وْصَف

[khaṣrun] ,

َلَفَأ

[`akhada] ,

ـَجْطَِ

[maṭbakhun]

7. Bunyi konsonan

ك

[ d ] → hambat , dental, bersuara (

ه ُْٛٙ ْغَِ, ىِٔبٍََْٕأ , خﱠٍِفْلَٚ)

/waqfiyyah ,asnāniy, majhūr/. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan cara menaikkan ujung lidah kelengkung kaki gigi atas, udara terdesak dari paru-paru pada titik artikulasi tersebut, tenaga mengeluarkan udara agak lemah dan pita-pita suara bergetar karena terjadi alur sempit.

Contoh :

غَِْك

[dam‘un],

ةِهْلَر

[tadribun] ,

لَػَٚ

[wa‘ad]

8. Bunyi konsonan

م [

ð ] → frikatif, interdental, bersuara

, ْبٍٕا ٍٓث , ًِوبَىِزْؽِإ ( ُْٛٙ ْغَِ

/iḥtikākī , bayna asnāniy, majhūr/. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan ujung lidah berada di antara gigi depan atas dan bawah, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan bergeser di antara celah-celah ujung lidah serta gigi depan atas dan bawah sekaligus pada waktu ini pita suara mengalami penyempitan.

Contoh :

َٓلَم

[żaqanun] ,

حَوِّوَنُِ

[mużakkiratun] ,

ُنِقَف

[fakhiżun]

9. Bunyi konsonan

ه

[ r ] → getar atau vibran, alveolar, bersuara ,

خﱠضٌِ , خﱠٌِهاَوْىِر ) ه ُْٛٙ ْغَِ

)

/tikrāriyyah , liṡṡah, majhūr/. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan cara melekatkan ujung lidah pada lengkung kaki gigi, kemudian udara yang mengalir dari paru-paru terdesak pada alat ucap tersebut sehingga ujung lidah bergetar melawan lengkung kaki gigi, sedangkan pita suara pada saat itu mengalami penyempitan.

Contoh :

يَِْه

[ramzun] ,

ًَُوَع

[jarasun] ,

هَبٍَّغ

[ṭayyarun]

10. Bunyi konsonan

ى

[ z ] → frikatif, alveolar, bersuara

, خﱠضٌِ , ًِوبَىِزْؽِإ

)

ه ُْٛٙ ْغَِ

)

/iḥtikākī, liṡṡah, majhūr/. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan menaikkan ujung lidah dan daun lidah ke pangkal gigi depan atas dan langit-langit keras, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan terdesak di antara atikulator dan titik artikulasi sehingga terjadi pergeseran udara, dan sekaligus pada saat itu pita suara mengalami penyempitan atau bergetar.

Contoh :

قبَلُى

[zuqāqun] ,

وٌِْىَٚ

[wazīrun] ,

ى َِْٛ

[mauzun]

11. Bunyi konsonan

ً

[ s ]→ frikatif, alveolar,tak bersuara

, خﱠضٌِ , ًِوبَىِزْؽِإ (

ًِّٛٙ

)

/iḥtikākī , liṡṡah, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan adanya sentuhan ujung lidah dan daun lidah ke lengkung kaki gigi depan atas, sedangkan gigi depan atas dan bawah harus rapat, kemudian udara keluar dari paru-paru dan terdesak keluar dan mengalami geseran pada celah yang ada di antara alat ucapan tersebut, bersamaan dengan itu pita suara dalam keadaan terbuka lebar.

Contoh :

لِػبٍَ

[sa‘idun] ,

ََبََِ

[masamun] ,

ًِوَزْفُِ

[muftarisun]

12. Bnyi konsonan

ُ

[ ʃ ] → frikatif, alveo palatal, tak bersuara

َٗضٌِ, ًِوبَىِزْؽِإ ( خﱠٌِهبَغ

,

ًِّٛٙ

)

/iḥtikākī , liṡṡah ghāriyyah, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dihasilkan oleh ujung lidah dan daun lidah yang dinaikkan ke belakang pangkal gigi depan atas dan langit-langit keras sehingga bersentuhan, gigi depan atas dan bawah dalam keadaan rapat, kemudian udara keluar dari paru-paru dan terdesak di celah-celah alat ucap dan keluar dengan mengalami geseran, pada saat itu pita suara dalam keadaan terbuka lebar.

Contoh :

عِهبَّ

[syari„un] ,

ءَبَْػ

[‘asyā`un] ,

ِْجَو [

kabsyun]

13. Bunyi konsonan

ٓ

[ ȿ ] → frikatif, dental velar, tak bersuara

َُْقَفُِ , ًِوبَىِزْؽِإ ( ,

ًِّٛٙ

)

/iḥtikākī , mufakhkham, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan cara mengangkat depan lidah ke langit-langit lunak dan tengah lidah, sekaligus bersentuhan dengan gigi geraham atas, sedangkan gigi depan atas dan bawah dalam keadaan rapat, kemudian udara dikeluarkan dari paru-paru dan

terdesak pada celah-celah alat ucapan yang bersentuhan sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran udara dan bersamaan dengan itu pita suara terbuka lebar.

Contoh :

هْلَص

[ṣadrun] ,

ًَصَث

[baṣalun] ,

ِْٓوَؽ [

ḥariṣ]

14. Bunyi konsonan

ض

[ ԃ] → hambat, dental velar, bersuara ,

َُْقَفُِ

,

خﱠٍِفْلَٚ) ( ًِّٛٙ

/waqfiyyah, mufakhkham, majhūr/. Bunyi konsonan ini dihasilkan oleh ujung lidah yang bersentuhan dengan lengkung kaki gigi depan atas dan belakang lidah juga dinaikkan hampir menyentuh langit-langit lunak, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan terdesak pada titik arituklasi sehingga pita suara mengalami alur sempit dan bergetar, ketika itu ujung lidah diturunkan maka udara mengalir keluar dari mulut.

Contoh :

كٍَِّظ [

ḍayyiqun] ,

ُّوِعُِ

[muḍirrun] ,

طٌِْْٛفَر

[tafwīḍun]

15. Bunyi konsonan

غ [

ʈ ] → hambat, dental velar, tak bersuara ,

ُْﱠقَفُِ

,

خﱠٍِفْلَٚ

ًِّٛٙ

)

/waqfiyyah, mufakhkham, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan cara menghambat udara pada ujung lidah yang bersentuhan dengan lengkung kaki gigi depan atas dan secara serentak belakang lidah dinaikkan sehingga udara terdesak dari paru-paru melalui pita-pita suara yang terbuka lebar dan tidak bergetar, ketika itu ujung lidah dilepas dari titik sentuhnya sehingga udara yang keluar dengan menghasilkan bunyi letupan.

Contoh :

وٍَِّْبجَغ [

ṭabāsyīrun] ,

تَطَؽ

[ḥaṭabun] ,

غَلا ْقِِ

[mikhlāṭun]

16. Bunyi konsonan

ظ

[ ʑ ] → frikatif, dental velar, bersuara

, ُْﱠقَفُِ , ًِوبَىِزْؽِإ ( ه ُْٛٙ ْغَِ

)

/iḥtikākī, mufakhkham, majhūr/. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan depan lidah berada di pangkal gigi depan atas dan sekaligus tengah lidah berada pada langit-langit lunak, udara kemudian dikeluarkan dari paru-paru dan terdesak di celah-celah alat ucap yang bersentuhan sehingga menimbulkan pergeseran udara, dan pada keadaan yang demikian pita suara mengalami penyempitan sehingga bergetar.

Contoh :

ف ْوَظ

[ẓarfun] ,

خٍَِّْظَو

[kaẓīmatun] ,

عِلَبؾُِ

[muḥāqiẓun]

17. Bunyi konsonan

ع

[ ʕ ] → frikatif, faringal, bersuara

, خﱠٍِمٍَْؽ, ًِوبَىِزْؽِإ ) ه ُْٛٙ ْغَِ

)

/iḥtikākī, ḥalqiyyah, majhūr/. Bunyi konsonan ini terjadi karena adanya sentuhan akar lidah dengan dinding tenggorokan, kemudian udara yang keluar dari paru-paru bergeser, pada proses ini berlangsung pita suara mengalami penyempitan, sedangkan posisi mulut agak terbuka.

Contoh :

تَِٕػ

[‘inabun] ,

فٍْ ِؼَظ

[ẓa‘īfun] ,

غٍِاَٚ

[wāsi‘un]

18. Bunyi konsonan

ؽ

[ ɤ ] → frikatif, velar, bersuara

) ه ُْٛٙ ْغَِ , كَجَغ , ًِوبَىِزْؽِإ

)

/iḥtikākī, ʈabaqun, majhūr/. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan adanya sentuhan belakang lidah dengan langit-langit lunak, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan terdesak di celah-celah alat ucap sehingga terjadi pergeseran udara, dan pada saat yang demikian pita suara berada dalam keadaan bergetar karena terjadi alur sempit pada pita suara tersebut.

Contoh :

ةا َوُغ

[gurābun] ,

ًََصَٚ

[waṣala] ,

ؽبَِّّ

[syimāgun]

19. Bunyi konsonan

ف

[ f ] → frikatif, labio-dental, tak bersuara

,

ًِوبَىِزْؽِإ

(

يَِٛفَّ

ىِٔبٍََْٕأ ,

ًِّٛٙ

)

/iḥtikākī, syafawī asnāniy, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan cara bibir bawah bersentuhan dengan gigi depan atas, kemudian udara mengalir dari paru-paru dan terdesak pada alat ucap yang bersentuhan tersebut sehingga udara keluar melalui celah-celah alat ucap yang mengakibatkan terjadinya pergeseran udara ketika dari mulut dan pada saat yang sama pita suara terbuka lebar.

Contoh :

ءبََُف

[fusā`un] ,

ٌْفَٔ

[nafsun] ,

َفﱠظََٛر

[tawaẓẓafa]

20. Bunyi konsonan

ق

[ q ] →hambat, uvular, tak bersuara

) ًِّٛٙ , خﱠٍِمٍَْؽ

,

خﱠٍِفْلَٚ (

/waqfiyyah, ḥalqiyyah, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dihasilkan oleh akar lidah yang bersentuhan dengan langit-langit lunak dan anak tekak, ketika itu udara yang keluar dari paru-paru terambat pada titik artikulasinya, kemudian akar lidah dilepas dari titik sentunya maka udara keluar lalu diikuti oleh pita suara yang terbuka dan tidak bergetar.

Contoh :

ََلَل

[qadamun] ,

َٓلَك

[daqanun] ,

كَف ْوِِ

[mirfaqun]

21. Bunyi konsonan

ن

[ k ] → hambat, velar, tak bersuara

, كَجَغ , خﱠٍِفْلَٚ (

ًِّٛٙ

)

/waqfiyyah, ṭabaqun, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dilakukan dengan menaikkan daun lidah belakang ke langit-langit lunak, ketika alat ucap itu bersentuhan udara mengalir dari paru-paru dan terhambat, kemudian alat ucap dilepaskan dari titik artikulasi sehingga udara mengalir keluar, bersamaan dengan itu pita suara terbuka lebar dan tidak bergetar .

Contoh :

فِزَو

[katifun] ,

وﱠىٍُ

[sukkarun] ,

نب ٍََّ

[samākun]

22. Bunyi konsonan

ي

[ l ] → lateral, alveolar, bersuara (

هُْٛٙ ْغَِ , خﱠضٌِ , خﱠٍِجِٔبَع

) /jānibiyyah,liṡṡah, majhūr/. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan cara

menaikkan ujung lidah menyentuh lengkung kaki gigi , udara yang keluar dari paru-paru mengalir melalui kedua belah sisi lidah,

sehingga pita suara pada saat itu menyempit dan bergetar.

Contoh :

تَؼٌُ

[lu„abun] ,

ػَلاَف

[falāḥun] ,

ًﱠغََُِ

[musajjalun]

23. Bunyi konsonan

َ

[ m ] → nasal, bilabial, bersuara (

ه ُْٛٙ ْغَِ, ىِٔبَزَفَّ ,خﱠٍِفَْٔأ

)

/anfiyyah, syafatāniy, majhūr/. Bunyi konsonan ini dihasilkan dengan cara menutup arus udara yang keluar dari mulut dengan merapatkan bibir atas dan bawah, kemudian langit-langit lunak diturunkan sehingga arus udara keluar melalui rongga hidung, pada waktu yang demikian ini terjadi alur sempit pada pita-pita suara.

Contoh :

حا َْٛىِِ

[mikwātun] ,

كبَِّػ

[‘imādun] ,

ٍََُل

[qalamun]

24. Bunyi konsonan

ْ

[ n ] → nasal, alveolar, bersuara (

ه ُْٛٙ ْغَِ

,

خﱠضٌِ

,

خﱠٍِفَْٔأ )

/anfiyyah, liṡṡah, majhūr/. Bunyi konsonan dihasilkan oleh ujung lidah yang dinaikkan ke pangkal gigi depan atas, langit-langit lunak direndahkan sehingga udara yang mengalir dari paru-paru keluar melalui rongga hidung dan hal ini menimbulkan getaran pada pita suara.

Contoh :

طْجَٔ

[nabḍun] ,

هََٕؽ

[ḥanakun] ,

ْٓف َع

[jafnun]

25. Bunyi konsonan

ٚ

[w] → semi-vokal, bilabial, bersuara

, ىِٔبَزَفَّ , خَزِئبَص ُْٗجِّ (

ه ُْٛٙ ْغَِ

)

/syibhu ṣāitah, syafatāniy, majhūr/. Bumyi ini diucapkan dengan cara membulatkan bibir dan bagian belakang lidah naik ke langit-langit, kemudian langit-langit lunak terangkat, ketika udara keluar dari mulut, bibir berbentuk agak lebar dan pada saat itu pita suara pun bergetar.

Contoh

: ق َهَٚ

[waraqun] ,

ءاََٚك

[dawā`un] ,

َُٚوٍَ

[saruwa]

26. Bunyi konsonan

ٖ

[h] → frikatif, glotal, tak bersuara

, خﱠٌِوِغَْٕؽ, ًِوبَىِزْؽِإ)

ًِّٛٙ

)

/ iḥtikākī, ḥanjiriyyah, mahmūs /. Bunyi konsonan ini terjadi akibat adanya udara yang terdesak pada akar lidah dan pita suara sehingga udara yang keluar bergeser pada celah akar lidah dan pita suara dan sekaligus pita suara pada saat itu terbuka.

Contoh :

يَلاِ٘

[hilālun] ,

ًِلَُِْٕٙ

[muhandisun] ,

٘ ِهبو

[kārih]

27. Bunyi konsonan

ء [

ʔ]→ hambat, glotal, tak bersuara

) ًِّٛٙ

,

خﱠٌِوِغَْٕؽ

,

خﱠٍِفْلَٚ (

/waqfiyyah, ḥanjiriyyah, mahmūs /. Bunyi konsonan ini dihasilkan oleh pita-pita suara yang saling menyentuh rapat, lalu udara yang keluar dari paru-paru terhambat pada pita suara yang menutup rapat, terbentang tegang menutup pangkal tenggorokan (laring), kemudian pita-pita suara itu di kendurkan sehingga udara keluar, maka ketika itu pita suara tidak bergetar.

Contoh :

ًََوَأ

[`akala] ,

َي َأٍَ

[sa`ala] ,

َء بٍَُل

[quya`a]

28. Bunyi konsonan

ي

[ j ] → semi-vokal, palatal, bersuara ,تٌَِّساَغ ,

خَزِئَبص ُْٗجِّ

(

ه ُْٛٙ ْغَِ

)

/ syibhu ṣāitah, qhāriyyah, majhūr/. Bunyi konsonan ini diucapkan dengan cara lidah dinaikkan lebih dekat ke langit-langit, kemudian udara mengalir dari paru-paru melalui alur sempit tersebut keluar dari mulut dengan keadaan pita suara yang bergetar.

Contoh :

ُة ُْٚلٌَ

[yadūbu] ,

حَهَبٌِى

[ziyāratun] ,

ًَِىَث

[bakiya]

2.2.5 Asimilasi

Menurut Kridalaksana (2008: 20) asimilasi adalah proses perubahan bunyi yang mengakibatkannya mirip atau sama dengan bunyi lain di dekatnya.

Menurut Muslich (2010: 118) asimilasi adalah perubahan bunyi dari dua bunyi yang tidak sama menjadi bunyi yang sama atau yang hampir sama, hal ini terjadi karena bunyi-bunyi bahasa itu diucapkan secara berurutan sehingga berpotensi untuk saling mempengaruhi.

Sedangkan menurut Marsono (2008: 108) proses asimilasi yaitu pengaruh-mempengaruhi bunyi tanpa mengubah identitas fonem, berdasarkan arahnya, asimilasi dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1. asimilasi regresif, terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke belakang.

2. asimilasi progresif, terjadi apabila arah pengaruh bunyi itu ke depan.

Proses asimilasi berdasarkan bunyi-bunyi konsonan yang berdekatan, terbagi kepada dua macam yaitu asimilasi homorgan dan asimilasi total. Menurut Kridalaksana (2008: 85) bunyi-bunyi homorgan adalah bunyi berlainan yang diartikulasikan pada titik artikulasi yang sama, misalnya [m] dan [b] pada kata lambang, [m] dan [p] pada kata tampil. Dan menurut Keraf (1973: 37) asimilasi total yaitu penyamaran fonem yang diasimilasikan benar-benar serupa, atau dengan perkataan lain dua buah fonem yang disamakan tersebut, dijadikan serupa betul.

2.2.6 Asimilasi dalam Bahasa Arab

Asimilasi dalam bahasa Arab disebut dengan istilah

خٍصبِّ

/mumāsalah/ (Al-Khuli (1982: 24). Definisi asimilasi ini oleh Al-(Al-Khuli (1982:24) dikatakan seperti berikut :

خٍصبِّ

غزٌ ْا :

ٌٗ اهٚبغِ وفا برٛص ًصبٌٍّ دٛص وٍ

/ mumāsalah :`an yatagayyara ṣawtun liyumāṡila ṣautan ākhara mujāwiran lahu /. „asimilasi adalah : adanya perubahan bunyi dengan bunyi lain yang ada di dekatnya‟.

Menurut Badri (1988: 83) definisi asimilasi yaitu :

خٍصبِّ

awil-infijāri aw fī ṣifati l-anfiyyati aw ilfamuwiyyati aw intaqala `ilā makhrajihi sumiyyat mumāṡalah /.„asimilasi adalah : apabila suatu bunyi berpengaruh dengan bunyi di dekatnya sehingga bunyi itu berubah menjadi bunyi yang lain atau berubah menjadi bunyi yang berdekatan atau sejenis dengannya seperti bunyi bersuara atau tidak bersuara, bunyi frikatif atau hambat, atau bunyi menurut cara artikulasinya yaitu nasal atau oral, atau perpindahan titik artikulasinya‟.

Menurut Muskar (2015: 93) asimilasi yang terjadi dalam bahasa Arab adalah konsonan mengambil fitur dari pada konsonan.

Pada bunyi nasal

ْ

/ n / ada dua proses asimilasi, yaitu pertama konsonan nasal

ْ

/ n / alveolar bersuara, yang terdapat dalam satu perkataan dengan bunyi konsonan tertentu pada kata berikutnya. Yang kedua yaitu bunyi nasal spesifik

ْ

/ n / yang terdapat dalam vokal tanwin

ٌ , ٌ , ٌ/

ãn/, /ĩn/, /ũn/ pada akhir sebuah kata dengan bunyi konsonan tertentu pada kata berikutnya. Kedua-dua bunyi tersebut akan mengalami asimilasi dengan beberapa konsonan tertentu.

Selain bunyi nasal tersebut, asimilasi terjadi juga pada konsonan lateral

ي

/ l / pada kata sandang / al / dengan konsonan

, ض , ٓ , ُ , ً , ى , م , ك , س , د

ْ , ه , ي , ظ , غ /

t, θ, d, ð, z, s, ʃ, ʂ, ԃ, ʈ,, ʑ, l, r , n .

2.2.7 Bentuk asimilasi dalam Bahasa Arab

Dalam bahasa Arab proses asimilasi berdasarkan letak bunyi konsonan yang mengalami asimilasi tergolong pada asimilasi progresif. Dan berdasarkan artikulasi dari bunyi-bunyi yang saling mempengaruhi yaitu homorgan dan total.

2.2.7.1 Asimilasi homorgan progresif

Asimilasi progresif menurut Al-Khuli (1982: 228) adalah

خﱠٍِػبَجْرِإ خٍََصبَُِّ

/mumāṡalatun itbā‘iyyah/.

Menurut Al-Khuli (1982: 228) yang dimaksud dengan asimilasi progresif

Menurut Al-Khuli (1982: 228) yang dimaksud dengan asimilasi progresif

Dokumen terkait