• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Menjadi masukan kepada para guru khususnya di Madrasah Aliyah Cambajawaya Desa Sengka Kecamatan Bontonompo Selatan

2. Menambah pengalaman peneliti dalam hal bagaimana motivasi siswa dalam meningkatkan prestasinya.

3. Sebagai bentuk pengembangan cakrawala berfikir ilmiah bagi penulis dalam penelitian guna menyusun karya ilmiah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Guru

1. Pengertian Guru Kreatif

Kegiatan pembelajaran dialkukan oleh dua orang pelaku yaitu guru dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar, sedangkan perilaku siswa adalah belajar.

Perilaku belajar dan mengajar tersebut terkait dengan pembelajaran. Dimana guru dituntut untuk mengembangkan keaktifan siswa, juga kreativitas guru itu sendiri.

Menurut Utami Munandar (2002:24) bahwa:

“Kreativitas guru merupakan istilah yang banyak digunakan, baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Pada umumnya orang menghubungkan kreativitas dengan produk-produk kreasi”.

Dengan kata lain produk-produk kreasi itu merupakan hal yang penting untuk menilai kreativitas. Clark Monstakos, seorang psikolog humanistis menyatakan bahwa kreativitas adalah pengalaman mengekspresikan (mengaktualisasikan) identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam dan orang lain.

Pada dasarnya pengertian kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.

Dari situlah sehingga dapat diartikan bahwa guru yang kreatif adalah guru yang mampu mengaktualisasikan dan mengekspresikan secara optimal segala kemampuan yang ia miliki dalam rangka membina dan mendidik anak didik dengan baik. Seorang guru yang kreatif akan memiliki sikap kepekaan, inisiatif, cara baru dalam mengajar, kepemimpinan serta tanggungjawab yang tinggi dalam pekerjaan dan tugasnya sebagai seorang pendidik.

2. Ciri-ciri Guru yang Kreatif

Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa guru bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan materi pengetahuan tertentu, akan tetapi adalah anggota masyarakat yang harus ikut aktif dan berjiwa besar serta kreatif dalam mengarahkan perkembangan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang dewasa.

Menurut Mulyasa (2006:193) pada umumnya berfikir kreatif memiliki empat tahapan ;

a. Tahapan pertaman ; persiapan b. Tahapan kedua; inkubisi

c. Tahapan ketiga;iluminasi d. Tahapan keempat; verifikasi

Pada hakikatnya, mengajar jika dilakukan dengan baik telah dikatakan kreatif. Kunci keberhasilan pengembangan kreatif itu terletak pada mengajar dengan kreatif dan efisien dalam interaksi yang kondusif. Hal ini tidaklah mudah dan dibutuhkan keahlian dan kreativitas dalam kegiatan pembelajaran agar tercapai apa yang diharapkan.

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Kalau belajar dikatakan milik siswa, maka mengajar sebagai kegiatan guru. Disamping itu ada beberapa defenisi lain yang dirumuskan secara rinci.

Menurut Sardiman (2011:47) mengemukakan bahwa:

“Mengajar adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik dan menanamkan pengetahuan itu kepada anak didik dengan suatu harapan terjadi proses pemahaman.

Suatu proses belajar mengajar diakatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar yang efektif. Dalam hal ini perlu disadari, masalah yang menentukan bukan metode atau prosedur yang digunakan dalam pengajaran, akan tetapi hasil dari pembelajaran itu sendiri.

Ada yang mengatakan bahwa mengajar itu adalah seni (art), karena mengajar itu membutuhkan inspirasi, intuisi, kreativitas dan profesional.

Oemar Hamalik (2006:27) Mengemukakan bahwa:

“Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master dan memiliki ijazah negara dan telah berpengalaman mengajar pada kelas-kelas besar”.

Orang yang profesional memiliki kreatifitas yang bercirikan lincah, kuat mental dapat berfikir dari segala arah maupun ke segala arah, dan yang terpenting mempunyai keluwesan konseptual, orisinalitas dan menyukai

kerumitan. Ciri-ciri tersebut masih harus ditambah lagi dengan sifat mau bekerja keras, mandiri, pantang menyerah, dan lebih tertarik pada konsep besar, punya selera humor dan fantasi serta tidak menolak ide-ide yang ada di depanya serta bersikap lembut sehingga anak didik lebih mudah memahami apa yang disampaikan. Allah Swt berfirman dalam Q. S Ali Imran ayat 159 : 3



“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”.(Kementrian Agama RI, 2011:71)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kreativitas Guru

Proses perkembangan pribadi seseorang pada umumnya ditentukan oleh perpaduan antara faktor-faktor internal (warisan dan psikologis) dan faktor eksternal (lingkungan sosial dan budaya). Faktor internal adalah hakikat dari manusia itu sendiri yang dalam dirinya ada suatu dorongan untuk berkembang dan tumbuh ke arah usaha yang lebih baik dari semula, sesuai dengan kemampuan pikirnya untuk memenuhi segala kebutuhan yang diperlukannya.

Begitu juga seorang guru dalam hal melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana pendidikan pasti menginginkan dirinya untuk tumbuh dan berkembang ke rah yang lebih baik dan berkualitas

Ada teori yang mengatakan "kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut Psikologis yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan

kepribadian atau motivasi. Secara bersamaan tiga segi dalam pikiran ini membantu memahami apa yang melatar belakangi individu yang kreatif

Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental, keterampilan pengambilan keputusan dan keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.

Gaya kognitif atau intelektual dari pribadi kreatif menunjukkan kelonggaran dan keterikatan konvensi, menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri dan menyukai masalah yang tidak terlalu berstruktur. Dimensi kepribadian dan motivasi meliputi ciri-ciri seperti kelenturan, dorongan untuk berprestasi dan mendapat pengakuan keuletan dalam menghadapi rintangan dan pengambilan resiko yang moderat.

Faktor eksternal juga sangat berpengaruh pada dorongan dan potensi dari dalam, yaitu pengaruh-pengaruh yang datangnya dari luar yang dapat mendorong guru untuk mengembangkan diri. Faktor eksternal ini dapat dikelompokkan menjadi empat, sebagai berikut :

a. Latar belakang pendidikan Guru

Guru yang berkualifikasi profesional, yaitu guru yang tahu secara mendalam tentang apa yang diajarkannya, cakap dalam mengajarkannya secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian yang mantap. Untuk mewujudkan guru yang cakap dan ahli tentunya diutamakan dari lulusan lembaga pendidikan keguruan seperti PGSD (Diploma) FKIP (Universitas) atau

lembaga pendidikan keguruan lainnya. Karena kecakapan dan kreativitas seorang guru yang profesional bukan sekedar hasil pembicaraan atau latihan-latihan yang terkondisi, tetapi perlu pendidikan pra jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara secara efektif dan efisien dan tolak ukur evaluasinya terstandar.

b. Pelatihan-pelatihan Guru dan organisasi keguruan

Pelatihan-pelatihan dan organisasi sangat bermanfaat bagi guru dalam mengembangkan pengetahuannya serta pengalamannya terutama dalam bidang pendidikan. Dengan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, guru dapat menambah wawasan baru bagaimana cara-cara yang efektif dalam proses pembelajaran yang sedang dikembangkan saat ini dan kemudian diterapkan atau untuk menambah perbendaharaan wawasan, gagasan atau ide-ide yang inovatif dan kreatif yang akan semakin meningkatkan kualitas guru.

c. Pengalaman mengajar Guru

Seorang guru yang telah lama mengajar dan telah menjadikannya sebagai profesi yang utama akan mendapat pengalaman yang cukup dalam pembelajaran. Hal ini pun juga berpengaruh terhadap kreativitas dan keprofesionalismenya, cara mengatasi kesulitan, yang ada dan sebagainya.

Pengalaman mendorong guru untuk lebih kreatif lagi dalam menciptakan cara-cara baru atau suasana yang lebih edukatif dan menyegarkan.

d. Faktor kesejahteraan Guru

Tidak dapat dipungkiri bahwa guru adalah juga seorang manusia biasa yang tak terlepas dari berbagai kesulitan hidup, baik hubungan rumah tangga, dalam pergaulan sosial, ekonomi, kesejahteraan, ataupun masalah apa saja yang akan mengganggu kelancaran tugasnya sebagai seorang guru dalam proses pembelajaran.

Gaji yang tidak seberapa ditambah dengan keadaan ekonomi negara saat ini sedang dilanda krisis berpengaruh pada kesejahteraan guru. Oleh karena itu, tidak sedikit guru yang berprofesi ganda misalnya seorang guru sebagai tukang ojek demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kreativitas guru dalam kegiatan pembelajaran.

Dikarenakan kesibukan di luar profesi keguruannya menyita banyak waktu, maka ia tidak mempunyai kesempatan untuk berpikir kreatif tentang pelaksanaan pembelajaran di sekolah dan terkesan asal-asalan. Akan tetapi jika gaji guru yang diperoleh mampu memenuhi kebutuhannya, maka ia pun akan memiliki waktu yang longgar untuk lebih memaksimalkan diri dalam menciptakan suasana belajar yang lebih edukatif, karena tidak dibayang-bayangi pekerjaan lainnya.

B. Prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan persoalan utama dari hasil belajar. Prestasi belajar ini adalah lambang dari keberhasilan belajar. Seorang siswa berhasil atau tidak berhasil belajar dalam suatu mata pelajaran dapat dilihat pada prestasi belajar yang dicapainya dalam mata pelajaran tersebut. Prestasi belajar

bukan merupakan hal yang di pengaruhi oleh bayak factor. Suatu prestasi belajar yang diharapkan dapat tercapai apabila didukung oleh faktor dinamis belajar makin optimal dengan dukungan faktor dinamis belajar dalam suatu proses pembelajaran, semakin berpeluang untuk memperoleh prestasi belajar yang optimal.

Lebih lanjut menurut .Syamsu mappa(1997:2) ;

“Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai murid dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes sebagai alat pengukur keberhasilan belajar murid”.

Pengertian prestasi belajar seperti itu mengisaratkan bahwa kualitas perolehan perilaku (pengetahuan, keterampilan, nilai) yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran dapat diukur dengan menggunakan instrumen tes tertentu dapat ditetapkan prestasi belajar yang dicapai seorang siswa yang bisa dilambangkan dalam bentuk angka, huruf atau lambang predikat-predikat lainnya

Menurut Habeib dalam kamus pepuler bahasa indonesia (1999:297).

Prestasi belajar merupakan dua kata yang memiliki pengertian berbeda, kata prestasi dapat diartikan dengan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah dikejakan atau dilakukan. Ada pula yang mengemukakan bahwa prestasi adalah hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Secara garis besarnya ada dua faktor yang mempengaruhi terhadap pretasi belajar. Kedua faktor itu berpengaru langsung terhadap prestasi. Secara terperinci faktor-faktor terrsebut diatas. dibahas sebagai berikut:

a. Faktor Diri siswa

Prestasi belajar merupakan merupakan suatu prees lahiriah maupun batiniah. Faktor batiniah merupakan landasan bagi pembentukan cara belajar yang baik pada siswa. Dicapai mental ini perlu diusahakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengaruh prestasi belajar yang mantap dan sikap mental itu antara lain:

b. Bakat

Bakat atau kemampuan ialah suatu keistimewaan atau kelebihan-kelebihan bawaan seseorang yang mampu berbuat lebih baik. Sehingga dapat diartikan bahwa, Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang fropesional dimana anak tersebut karena kemampuannya yang sangat menonjol, dapat memberikan prestasi yang tinggi.

c. Kepercayaan pada diri sendiri (sikap optimis)

Setiap siswa harus mempunyai kepercayaan pada diri sendiri untuk memperoleh hasil yang baik dalam usaha belajar. Siswa harus percaya pada diri sendiri, mempunyai minat dan kemauan yang keras, serta tidak muda pata semangat. Siswa yang optimis memperlihatkan kegiatan yang lebih aktif dibanding siswa yang tidak percaya diri.

d. Kerajinan

Kemampuan-kemampuan yang ada (intelegensi) akan berkembang dengan sempurna apabila ada kerajinan untuk mempergunakan waktu dan kesempatan yang ada. Anak yang rajin mempunyai kebisaan-kebiasaan tekun dan kreatif dalam menunjang proses belajarnya.

e. Kesehatan

Siswa yang dalam preses belajarnya akan lebih berhasil bila sehat.

Seorang siswa misalnya jika mengalami gangguan kesehatan bagaimanapun hasilnya pasti akan berpengaruh.

Dengan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dengan sikap rohani yang dimiliki setiap siswa dalam preses belajarnya merupakan persiapan yang sangat kuat dalam belajar untuk mencapai prestasi belajar seoptimal mungkin.

2. Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang penting meningkatkan pendidikan karena pendidikan itu berlangsung dalam suatu wadah yaitu lingkungan pendidikan.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Crow yang terjemahan salah satu meicheti, dalam (Indrakusuma : 1999:28). Bahwa:

“Lapangan pendidikan terdiri atas tiga yaitu lingkungan keluarga, sekolah, lingkungan masyarakat atau pendidikan diperoleh dalam masyarakat

Dari batasan tentang lingkungan pendidikan diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang baik diharapkan adanya perkembangan yang baik pula terhadap proses belajar.

1. Keluarga

Dalam memberikan pengajaran dan motivasi kepada anak tentang pendidikan agama hendaknya orangtua menyampaikan dengan cara bijaksana dan penuh hikmah, hal ini dianjurkan didalam Alquran surah An-Nahl 125 : 16

serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Kementrian Agama RI, 2011: 281)

Disisi lain Nabi S.AW bersabda dalam sebuah hadits yakni :

ا ْو ُﺮِّﺸَﺑ َو ا ْو ُﺮِّﺴَﻌُﺗ َﻻ َو ا ْو ُﺮِّﺴَﯾ : َلﺎَﻗ َﻢﱠﻠَﺳ َو ِﮫْﯿَﻠَﻋ ُﷲ ﻰﱠﻠَﺻ ِّﻲِﺒﱠﻨﻟا ﻦَﻋ ٍﻚِﻟﺎَﻣ ِﻦْﺑِا ٍﺲَﻧَأ ْﻦَﻋ

Diriwayatkan dari Anas bin Malik R.A. dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda: Permudahkanlah dan jangan kamu persulit, dan bergembiralah dan jangan bercerai berai dan beliau suka pada yang ringan dan memudahkan manusia (H.R Bukhori)

2. Sekolah

Faktor kedua dalam lingkungan pendidikan siswa adalah sekolah yang merupakan faktor utama yang mempengaruhi proses belajar siswa. Guru adalah pendidikan yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pendidikan, khususnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

Belajar disekolah perlu diarahkan pada suatu cita-cita tertentu, cita-cita yang diperjuangkan dengan berbagai macam kegiatan belajar. Tujuan belajar perlu diketahui oleh siswa agar siswa siap menerima materi pelajaran. Tujuan itu penting diketahui terlebih dahulu, sebab jika sudah mengetahui tujuan itu maka mental anda pun akan siap menerima, mengelola dan mengatur mata pelajaran sesuai dengan tujuan itu.

Dengan demikian guru adalah seorang pendidik dan pengajar. Seorang guru dalam melaksanakan tugasnya dalam bentuk mengajar harus dapat membantu siswa untuk mengetahui sesuatu yang belum diketahui oleh anak didik, ini berarti pula bahwa dalam mengajar guru sebagi pembimbing berusaha untuk membangkitkan keinginan yang lebih besar untuk diri siswa

3. Faktor masyarakat

Faktor ketiga dalam lingkungan pendidikan yang tidak kalah pentingnya dengan faktor lain adalah masyarakat, hidup dalam masyarakat berarti adanya interaksi sosial dengan orang-orang sekitar, dan dengan demikian mengalami pengaruh mempengaruhi orang lain. Interaksi sosial sangat penting dalam masyarakat.

Manusia adalah makhluk sosial, ia hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidup bergantung pada orang lain. Karna itu manusia tidak mungkin hidup layak diluar masyarakat. Masyrakat sangat luas dan dapat meliputi seluruh umat manusia. Masyarakat terdiri atas berbagai kolompok yang besar maupun kecil tergantun dari jumlah anggotanya. Dua orang atau lebih dapat merupakan kelompok.

Keadaan masyarakat kadang-kadang dapat menguntungkan dan terkadang merugikan sosial dan lebih luas misalnya kalau biarpun tanpa kontrol maka ada kemungkinan, waktu belajar siswa dirumah dapat disita dengan nonton dan bermain dengan temannya.

C. Konsep Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan suatu usaha menambah kecakapan, keterampilan, pengertian, dan sikap melalui belajar dan pengalaman yang diperlukan untuk memungkinkan manusia mempertahankan dan melangsungkan hidup serta untuk mencapai tujuan hidupnya. Usaha itu terdapat dalam masyarakat yang masih terbelakang, masyarakat yang sudah maju maupun yang sangat maju. Oleh karena itu, dalam kenyataannya pengertian atau defenisi tentang pendidikan berbeda.

Sejarah pendidikan sama usianya dengan sejarah manusia itu sendiri.

Keberadaan pendidikan bersamaan dengan keberadaan manusia. Keduanya

tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, melainkan saling melengkapi.

Suryana(1996) mengemukakan bahwa :

“Pendidikan tidak akan punya arti bila manusia tidak ada didalamnya, karena manusia merupakn subyek dan obyek pendidikan. Manusia tidak akan bisa berkembang secara sempurna bila tidak ada pendidikan.

Sejalan dengan hal tersebut Allah SWT berfirman (Q.S Almujadilah ayat 11: 85 yaitu:

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(Kemenag,2011: 543)

Islam sebagai agama dan sekaligus sebagai sistem peradaban mengisyaratkan pentingnya pendidikan. Isyarat ini terjelaskan dari berbagai muatan dalam konsep ajarannya. Salah satu diantaranya melaui pendekatan termonologi. Secara derivatif Islam memuat berbagai makna, salah satu

diantaranya yaitu kata sullam yang makna aslanya adalah tangga. Dalam kaitannya dengan pendidikan, makna ini setara dengan makna’’ peningkatan kualitas’’ sumber daya manusia.

Ahmad Beni (2012 :7) mengemukakan bahwa :

“Konsep pendidikan dalam perspektif Islam harus dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek keagamaan, aspek kesejahteraan, aspek ruang lingkup, aspek tanggung jawab dan aspek kebahasaan.

Adapun pengertian pendidikan dari segi istilah ada beberapa pendapat antara lain:

Abd Rahman Getteng,(1997:25) mengemukakan bahwa:

“Pendidikan Islam adalah upaya pembinaan dan pengembangan potensi manusia agar tujuan kehadirannya di dunia ini sebagai hamba Allah dan sekaligus khalifah Allah tercapai sebaik mungkin. Potensi yang dimaksud meliputi potensi jasmaniah dan rohani seperti akal, perasaan, dan kehendak..

Ahmad Tafsir (1994:32) mendefiniskan bahwa :

”Pendidikan Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal dengan ajaran Islam atau hubungan terhadap seseorang agar ia dapat menjadi muslim semaksimal mungkin.

Disisi lain Soebahar,(2002:10) mendefenisikan bahwa :

“Pendidikan Islam adalah proses transformasi ilmu pengetahuan dan internalisasi nilai dalam diri setiap individu melalui penumbuhan dan pengembangan potensi-potensi fitrahnya guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup dalam segala aspeknya.

berdasarkan beberapa pengertian di atas, baik dari segi etimologi (kebahasaan) dan terminologi (istilah) maka penulis berkesimpulan bahwa

pendidikan Islam adalah proses pentransferan ilmu pengetahuan umum dan agama (al-ta’lim) yang dilandasi dengan nilai-nilai akhlak (al-ta’dib) dalam rangka menumbuh kembangkan potensi dasar manusia (jasmani, ruh dan akal) yang terdapat dalam dirinya guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

2. Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pada prinsipnya ilmu pendidikan agama Islam berfungsi mengembangkan pendidikan Islam itu sendiri, dan diaplikasikan untuk berbagai aspek antara lain merupakan dimensi kebenaran Allah mengisyaratkan bahwa hanyalah Dia sumber kebenaran, melahirkan cara pandang epistimologi tentang apa yang disebut dengan pengetahuan.

Dasar utama ilmu pendidikan adalah ayat-ayat Alquran yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dasar kedua adalah Al-Hadits. Agar lebih sistematis, dasar-dasar ilmu pendidikan Agama Islam adalah sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Q.S Al-Alaq ayat 1-5: 96



“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Kementrian Agama RI, 2011:597)

Menurut Arifin, dalam Djamaluddin (1998:17) mengemukakan bahwa :

“Pendidikan agama Islam debedakan menjadi tujuan teorits dan tujuan dalam proses . tujuan teoritis terdiri dari berbagai tingkat antara lain : tujuan intermedier, tujuan akhir dan tujuan insidental”

a. Tujuan intermedier, yaitu tujuan yang merupakan batas sasaran kemapuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu.

b. Tujuan insidental, yaitu peristiwa tertentu yang tidak direncakan, tetapi dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada tujuan intermedier c. Tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya adalah realisasi dari

cita-cita ajaran Islam yang membawa misi bagi kesejahteraan ummat manusia sebagai hamba Allah lahir dan batin di dunia dan akhirat, sehingga menjadi insan kamil yang berpola takwa. Allah Swt berfirman dalam Q.S Ali Imran ayat 102 : 3 yaitu :

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam”.(Kementrian Agama, RI.2011)

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya seluruh manusia memerlukan pendidikan. Tanpa pendidikan, manusia akan menemukan kesulitan dalam menghadapi masalah.

Manusia akan kebingungan dalam mencari solusi atau pemecahan masalah.

Pendidikan ibarat lampu penerang bagi anak didik atau seluruh manusia, sedangan para pendidik adalah orang yang menyalakan lampu agar terang benderang. Manusia terdidik degan baik akan menemukan jalan terang dalam kehidupannya.

Menurut Ahmad Saebani (2007:25-6) mengemukakan bahwa ilmu pendidikan agama Islam menyuguhkan beberapa materi pendidikan antara lain

1. Berhubungan dengan sesuatu yang bersifat metafisik 2. Berhubungan dengan alam semesta

3. Segala sesuatu yang rasional dan irrasional 4. Semua yang beersifat natural dan supranatural

5. Berhubungan dengan akal, fikiran, intuisi dan persepsi.

Pendidikan agama Islam bercita-cita menggapai hakikat kebenaran Ilahiah dengan materi pelajaran yang menjangkau semua aspek yang tertuang dalam Alquran dan As-Sunnah. Salah satu ajaran terpenting dalam pendidikan agama Islam adalah pelajaran Tauhid, yang didalamnya menjelaskan ilmu untuk mengesakan Allah, menguatkan iman dan mempertebal Aqidah. Allah Swt berfirman dalam Q.S Luqman ayat 13: 31



memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang



memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang

Dokumen terkait