BAB III METODE PENELITIAN
C. Variabel Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2003:91) : Variable adalah
“Bagian yang akan diteliti atau apa yang menjadi titik perhatian atau penelitian”
Jadi judul skripsi yang penulis teliti terdapat dua variabel yaitu 1. pengaruh kreativitas guru variabel terikat (independen variabel), 2. Prestasi belajar pendidikan agama Islam sebagai variabel bebas
(dependen variabel).
D. Definisi operesinonal variabel
Judul penelitian ini adalah pengaruh tingkat kreativitas guru terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa Madrasah Aliyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
1. Kreativitas guru adalah suatu tehnik atau cara seorang pendidikan dalam pemngembangan pembelajaran sehingga siswa lebih mudah menyerap dan memahami pembelajaran tersebut.
2. Prestasi belajar PAI adalah suatu suatu hasil pencapaian yang didapatkan oleh peserta didik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam melalui beberapa metode belajar yang diberikan oleh tenaga pendidik.
Dengan demikian untuk mengetahui defenisi overasional variabel, maka judul penelitian ini adalah pengaruh kreativitas guru dalam pengembangan pembelajaran pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
E. Populasi dan sampel
1. Populasi
Pengertian populasi (universal), menurut sugiono dalam buku” statisika untuk penelitian” adalah Wilayah generasi yang terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya.
Problematika yang terdapat dalam pemilihan data kuantitatif yang lebih menentukan pada data kuantitatif, jadi populasi data yang diteliti, yaitu berkaitan dengan sekelompok orang, kejadian atau semula yang mempunyai karekteristik tertentu dan anggota populasi itu di sebut dengan elemen populasi”.
Menurut Ruslan ( 2004 : 133 ) yakni masalah populasi timbul terutama pada penelitian opini yang menggunakan metode survei, sebagai teknik pengumpulan data
Jadi, populasi merupakan keseluruhan objek yang di teliti. Kaitannya dengan penelitian ini, populasinya adalah seluruh siswa madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya sejumlah siswa. Untuk lebih jelasnya lihat table berikut :
Tabel 1 : Keadaan populasi
No Siswa dan Guru Jenis kelamnin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Kelas X 12 21 33
2. Kelas XI 14 18 32
3. Kelas XII 18 13 31
4. Guru 7 4 11
Jumlah 51 56 107
Sumber Data : Dokumentasi MA Muhammadiyah Cambayawaya Bontonompo Kabupaten Gowa 2015
2.Sampel
Setelah memahami pengertian populasi, maka peneliti mengemukakan pengertian sampel yang dikemukakan oleh Toha Anggoro, (2007:4.3), yaitu :
“Sampel adalah sebagian anggota populasi yang memberiakan keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Bagian dari populasi.”
Sedangkan menurut Suharsimi arikunto (2007:187) mengatakan bahwa :”Sampel adalah melakukan penelitian dari sebagian populasi atau wakil populasi yang diteliti” .
Defenisi diatas, menunjukkan bahwa sampel merupakan pemilihan sebagaian individu dari populasi sebagai wakil yang representatif dari populasi tersebut. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh, atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya dengan istilah lain harus refresentatif.
Disisi lain Menurut Suharsimi Arikunto (1996:1112) mengemukakan bahwa :
Populasi yang objeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Dari defenisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel adalah wakil dari seluruh populasi yang dianggap berpengaruh dan mempunyai keidentifikasian masalah yang diteliti atau dengan kata lain sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang menjadi objek responden penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sesuai dengan kualifikasi siswa yang betul-betul mewakili atau menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penelitian.
Maka peneliti menggunakan pengambilan sampel dengan sistem kuota sampling yakni dengan mengambil siswa kelas X-XII dan guru sebagai informan sebagai sampel.
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebagaimana tertera dalam tabel 2,
Table 2 : keadaan sampel
No Responden Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Kelas X 3 3 6
2. Kelas XI 3 2 5
3. Kelas XII 3 2 5
4. Guru 2 2 4
.Jumlah 11 9 20
F. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian ini merupakan langkah dalam mengumpulkan data. Instrument penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk pengumpulan data atau merupakan alat yang digunakan untuk melakukan sesuatu oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis.
Sebagai alat yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan sebagai berikut :
1. Pedoman observasi
Observasi yaitu alat pengumpulan datanya disebut panduan observasi.
Metode ini menggunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau perilaku.
Menurut Ridwan (2004:104) Observasi merupakan pengumpulan data, dimana penelitian mealui pengamatan secara langsung secara obyek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.
2. Pedoman wawancara
wawancara adalah cara pengumpulan data melaui kontak langsung antara pengumpulan data dan sumber data.
Menurut Mulyana (2002:180) bahwa: wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.
3. Pedoman angket
Peneliti membuat berbagai daftar pertanyaan dalam bentuk tulisan dan membagaikannya kepada responden untuk dijawab. Pertanyaan ini terkait dengan masalah yang akan diteliti untuk mendapatkan data yang valid.
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:151) Angket yaitu, sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab, secara tertulis oleh respoden. Angket merupakan instrumen dalam teknik komunikasi, dengan demikian data yang dihimpun bersifat informasi tanpa penjelasan berupa pendapat, buah fikiran, ungkapan, dan lain-lain.
4. Catatan dokumentasi
Catatan dokumentasi merupakan salah satu pemberian atau bukti-bukti dan keterangan.
Suharsimi Arikunto, (2007: 119) mengemukakan, bahwa dokumentasi adalah teknik pengumpulan data denga cara hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
G. Teknik pengumpulan data
1. Tahap persiapan
Pada tahap ini penulis menyiapkan segala hal yang dibutuhkan dalam penelitian, misalnya penulis , membuat persiapan panduan atau pedoman wawancara kemudian menyelesaikan urusan administrasi seperti surat izin penelitian mulai dari tingkat fakultas dan selanjutnya sampai pada lembaga
pendidikan yang menjadi objek penelitian yaitu siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa.
2. Tahap pengumpulan data
Untuk melaksanakan dan mengumpulkan data-data dalam rangka penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan prosedur pengumpulan data dengan melaksanakan dua cara yaitu :
a. Library research (riset kepustakaan), yaitu suatu metode yang digunakan dalam mengumpulkan data dengan jalan membaca buku-buku yang ada kaitanya dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini dengan menggunakan teknik-teknik kutipan sebagai berikut :
1) Kutipan langsung , yaitu mengutip suatu buku sesuai dengan aslinya tanpa mengubah redaksi maupun arti dan makna yang terkandung dalam pendapat yang dikutip. Oleh karena itu, kutipan dikutip sesuai dengan aslinya.
2) Kutipan tidak langsung, yakni mengutip suatu buku dengan mengubah redaksi namun tujuan tetap sama dengan sumber yang dikutup. Kutipan ini kadang berbentuk ikhtisar yang meringkas pendapat ahli yakni yang dikutip secara garis besarnya saja, dan kadang juga dalam bentuk ulasan , yaitu mengomentari pendapat yang lebih memperjelas kutipan sehingga tampak lebih relevan hubunganya dengan pembahasan dalam skipsi.
b. field research (riset lapangan)
1. Angket yaitu alat pengumpulan yang berupa pertanyaan diajukan secara tertulis dan disebarkan kepada para responden untuk dijawab setelah pertanyaan di jawab, dikembalikan lagi kepihak peneliti.
2. Wawancara yaitu pada prinsipnya sama dengan metode angket.
Perbedaanya, pada angket, pertanyaan diajukan secara lisan (pengumpulan data tertatap muka dengan responden). Dalam wawancara, alat pengumpul datanya disebut pedoman wawancara.
3. Observasi yaitu alat pengumpulan datanya disebut panduan observasi. Metode ini mengunakan pengamatan atau penginderaan langsung terhadap suatu benda, kondisi, situasi, proses, atau prilaku
4. Dokumentasi yaitu alat pengumpulan datanya disebut from pencatatan dokumen, dan sumber datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia.
H. Teknik analisis data
Setelah semua data terkumpul dengan lengkap dengan maka proses selanjutnya peneliti menganalisa data yang di maksud. Dalam pengolahan peneliti menggunakan beberapa metode analisis data yaitu :
1. Metode induktif, yaitu analisis data dengan bertitik dari suatu data yang barsifat khusus, kemudian di analisis dan diambil kesimpulans yang bersifat umum.
2. Metode deduktif, yaitu data analisis yang bertitik tolak dari dengan bersifat umum kemudian analisis dan diambil kesimpulan yang bersifat khusus.
Adapun data yang diperoleh dari hasil angket diolah dengan teknik persentaase menggunakan rumus :
P = F/N x 100%
Keterangan :
P = Angka presentase
F = Frekuensi yang sedang dicari presentasenya N = Jumlah frekuensi/ banyaknya individu.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya pada awalnya berasal dari Muallimin yang didirikan pada tahun 1958 yang dikelolah oleh anggota organisasi Muhammadiyah.Pada tahun 1977 PGA Negeri 6 tahun di Makassar berubah menjadi Madrasah Tsanawiyah 3 tahun dan Madrasah Aliyah 3 tahun.
Hal ini juga berpengaruh pada Muallimin. Oleh karena hal tersebut maka yang dulunya dikenal sebagai Muallimin Muhammadiyah Cambajawaya menjadi madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah Cambajawaya.
2. Letak Geografis Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya dibangun diatas tanah dengan luas area 1.046M2. Terletak di Jl. KH Ahmad Dahlan Dusun Kampung Daeng Desa Sengka Kec. Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa. Berikut tabel penggunaan tanah pada lokasi tersebut.
Tabel 3 Penggunaan Tanah
No. Penggunaan Luas Tanah (m2) Menurut Status Sertifikat Sudah
Sertifikat Belum Sertifikat Total
1. Bangunan 674 674
2. Lapangan Olahraga
3. Halaman 372 372
4. Kebun/Taman 5. Belum digunakan
JUMLAH 1046M2 1046M2
Sedangkan madrasah Aliyah Cambajawaya berbatasan dengan:
1. Sebelah timur berbatasan dengan SMP Negeri 1 Bontonompo Selatan 2. Sebelah barat berbatasan dengan Madrasah Tsanawiyah
Likuboddong
3. Sebelah utara berbatasan dengan MI kampung Daeng 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pemukiman warga
Melihat gambaran lokasi tersebut diatas, maka Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa ini sangat strategis, karena mudah dijangkau, maka pembelajaran dapat dilakukan dengan tepat waktu sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar dan menciptakan anak didik yang optimal.
Adapun data Kepala sekolah Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya sejak tahun 1958 sampai sekarangadalah :
Tabel 4
Data Kepala Sekolah MA Cambajawaya
No Nama Jabatan Masa kerja
1. Hadil Muhlis Kepala Sekolah 1958 – 1997 2. Jumari Dg Majja Kepala Sekolah 1997 – 2006 3. H. Hadil Muhlis, BA Kepala Sekolah 2007 – 2008 4. Syarifah Fatimah, S.Ag Kepala Sekolah 2008 – 2015 5. Dra. Hj. St Musyawarah Kepala Sekolah 2015 – Sekarang
Sumber Data : Dokumentasi MA Cambajawaya 2016
Madrasah Aliayah Muhammadiyah Cambajawaya telah membuat program kerja sekolah tahun pelajaran 2012-2013 dengan
Visi :
Madrasah Aliyah yang unggul, Islami dan populer Misi :
1. Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada mutu lulusan yang berkualitas baik secara keilmuan, maupun secara moral dan sosial.
2. Mengembangkan sumberdaya insani yang unggul dibidang IPTEK dan IMTAK melalui proses pembelajaran yang efektif dan efesien.
3. Menumbuh kembangkan semangat keunggulan dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, agama, budaya, dan keterampilan bagi seluruh akademika
4. Meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah aliyah dengan berbasis IPTEK dan Imtak.
5. Meningkatkan pencapaian prestasi akademik dan prestasi non akademik.
(sumber Data ; Dokumentasi Madrasah Aliyah Cambajawaya 2016) 3. Keadaan tenaga pengajar guru
a. Keadaan Guru
Guru merupakan tenaga edukatif di sekolah yang keberadaannya mempunyai kedudukan yang dominan dalam proses belajar mengajar, karena ia adalah pembimbing anak didik sekolah. Guru adalah salah satu unsure yang harus diperhatikan guna mencapai peningkatan dalam proses belajar mengajar.
Disamping itu sekarang guru harus bertenaga professional sesuai dengan tuntunan zaman yang semakin berkembang dan hendaknya sekolah juga memenuhi jumlah guru sesuai dengan kebutuhan, sehingga antara guru dan anak didik akan dapat berkembang.
Tabel 5
Keadaan Tenaga Pengajar (Guru) tetap
No Nama Pendidikan Masa 6. Abdul Rahman, S.Pd.I S I PAI 11 Sosiologi,
Geografi
7. Zainuddin, S.Pd.I S I PAI 11 A.
Arab, SKI
8. Roslina, S.Pd S I Pend. 11 Ekonomi, TIK
Ekonomi
9. Rusli, S.Pd S1 PGSDU 7 Penjas, Biologi
10. Amiruddin, S.Pd.I S1 PAI 7 Alqur’an Hadis,
Akidah Akh;ak
11. Roslina, S.Pd S1 PKN 3 PKN
Sumber data: Papan potensi Madrasah Aliyah Cambajawaya Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa tahun 2016.
b. Keadaan siswa
Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Didalam proses belajar mengajar, siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Anak didik berkonotasi dengan tujuan, karena anak didiklah yang mempunyai tujuan,bagaimana keadaan dan kemampuannya,baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain.
Itulah sebabnya siswa atau anak didik adalah merupakan subjek belajar.
Table 6
Keadaan siswa Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
No Siswa dan Guru Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1. Kelas X 12 21 33
2. Kelas XI 14 18 32
3. Kelas XII 18 13 31
Jumlah 44 52 96
4.
Sarana dan PrasaranaUntuk menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar dibutuhkan fasilitas – fasilitas yang memadai sehingga dapat menunjang keberhasilan
proses belajar mengajar. Adapun fasilitas – fasilitas yang di miliki oleh Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya adalah sebagai berikut:
Table 7
Keadaan Sarana dan Prasarana
Nama Jumlah Satuan Keterangan
Ruang Kelas 5 Buah Permanen
Kantor 1 Buah permanen
Bangku siswa 70 Buah Baik
Meja siswa 70 Buah Baik
Kursi /meja 50 Buah Baik
Lemari arsip 2 Buah Baik
Meja guru 5 Buah Baik
Meja/ Kursi Kepsek
1 Buah Baik
Sumber Data : Dokumentasi MA Muhammadiyah Cambajawaya 2016 Melihat tabel diatas maka Mahdrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya Kecamatan Kecamatan Bontonompo Selaan Kabupaten Gowa mempunyai sarana yang cukup dimana dengan alat lengkap sehingga siswa dapat kreatif dalam semua pembelajaran.
5. Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Pelaksanaan proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya yaitu masuk pagi dimulai 07.15 sampai jam 13.30 WIB. Sedangkan proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya berlangsung dengan baik. Hal ini dapat
dibuktikan dengan adanya kedisiplinan, etika guru dan siswa ketika masuk kelas. Siswa-siswi terlebih dahulu bersalaman denga guru-guru masing-masing yang sudah berdiri di depan pintu kelas. Begitu juga, ketika pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung semua siswa tidak diperbolehkan keluar dari ruangan kelas kecuali udzur dengan izin guru atau pengurus kelas.
B. Tingkat Kreativitas guru di Madrasah Aliyah Cambajawaya Desa Sengka.
Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia. Salah satu faktor yang mendukung bagi kemajuan adalah pendidikan. Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak didik hasil belajar adalah hasil dari usaha belajar yang dilaksanakan siswa.
Dalam pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan mengetahui hasil belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang atau lambat. Laporan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan dan diserahkan dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk raport.
Dalam usaha untuk mencapai suatu hasil belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Salah satu yang mempengaruhi dalam proses belajar mengajar
adalah guru yang merupakan faktor eksternal sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar,dimana hal ini cukup berpengaruh dalam lingkup pembelajaran, tidak terkecuali pada Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya
Pada dasarnya kreatifitas pembelajaran diperlukan untuk pengembangan proses pembelajaran, dimana guru dan siswa dituntut bagaimana bisa mengembangkan metode atau cara dalam belajar mengajar, tidak semata-mata berpatok pada sesuatu yang ada akan tetapi dibutuhkan pola fikir dan daya khayal yang tinggi sehingga bisa menciptakan sesuatu yang baru.
Hal senada diungkapkan oleh salah satu tenaga pendidik di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya. Menurut Abd. Rahman S.Pd.I mengemukakan bahwa :
“Setiap guru harus mempunyai kreatifitas supaya tidak semata-mata datang mengajar dengan cara membaca, mendikte, dan menerangkan tapi harus ada pengembangan lain” Wawancara 01 April 2016
Dalam kegiatan belajar, guru dan anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya, sehingga guru dituntut bagaimana seorang guru mampu mengembangkan imajinasi dan daya tarik peserta didik. Hal inilah yang diterapkan oleh para tenaga pendidik yang ada di Madrasah Aliyah Muhammadiyah Cambajawaya. Ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8
Tanggapan responden tentang tingkat kreatifitas guru No Tanggapan Responden Frekuensi Presentase 1. menyatakan bahwa dengan adanya kreatifitas maka pembelajaranpun akan ada kreasi tersendiri, sedangkan 3 orang atau 15% menyatakan bahwa tingkat kreatifitasnya cukup baik, dan 3 orang atau 15% lainnya menyatakan kurang kreatif.
Guru diberi kemampuan untuk menyusaikan diri dengan berbagai situasi dan tant angan perkembangan pendidikan. Perubahan dan perkembangan dalam dunia pendidikan berimplikasi kepada guru untuk dapat beradaptasi dengan cepat dan tepat. Idealnya seorang guru memiliki citra yang baik dan wibawa akademik dihadapan siswa yang dibinanya sehingga kehadirannya disekolah dapat melaksanakan fungsi keguruan sebagaimana mestinya.
Implikasinya seorang guru harus memahami konsep kreatifitas dan belajar bersikap kreatif.
Tingkat kreatifitas guru dalam mengajar juga tidak dapat terpisah dari bagaimana cara pengelolaan kelas yang ada. Kenyataan dilapangan menunjukkan masih ada sebagian besar guru yang belum memiliki pengetahuan dan kemampuan relevan dengan bidang tugasnya. Sebagian
mereka mempunyai tugas yang tidak ringan, karena akan berhadapan dengan anak-anak yang memiliki keunikan individual sehingga diperlukan pemahaman yang tepat tentang anak. Atas dasar pemahaman yang tepat dan melaksanakan aktivitas pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan anak.
Berkaitan dengan pengelolaan kelas, guru harus melihat bahwa kelas disekolah bukan sebagai suatu tempat yang “Permanen”. Sebab, konsep kelas yang permanen cenderung mengacu pada suatu tempat pembelajaran yang disusun dengan sifat statis atau cenderung tidak dapat diubah-ubah, pola pembelajaran yang kaku, monoyon bagi anak untuk melakukan aktivitas belajar.
Keberadaan Madrasah Aliyah Cambajawaya merupakan sebuah tempat peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik dan tempat menuntut ilmu. Peserta didik belajar terpisah dari orangtua dan dari lingkungan sehari-harinya dirumah. Mereka juga belajar bersosialisasi dengan lebih banyak orang seperti guru dan teman-teman sekelasnya.
Oleh karena itu keberadaan guru sangat sangat penting dalam peningkatan proses pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu sebagai pengganti orangtua. Disekolah tersebut peserta didik memperoleh pengalaman yang lain yaitu guru tentunya mempunyai gaya atau metode dan aturan serta strategi pengelolaan kelas tertentu dalam peningkatan potensi setiap peserta didiknya. Peningkatan peserta didik tersebut tidaklah mudah seperti
membalikkan telapak tangan. Guru harus merancang kegiatan pembelajaran sedemikian rupa termasuk strategi pengelolaan kelas yang digunakan oleh guru yang disesuaikan dengan tema dan tujuanyang dipilih.
Setelah peneliti melakukan observasi, wawancara dan membagikan angket kepada responden ternyata masih ada guru yang kurang paham tentang pengelolaan kelas dalam peningkatan proses pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Untuk lebih jelasnya lihat table dibawah ini:
Table 9
Tanggapan responden siswa tentang pengelolaan kelas dalam peningkatan proses pembelajaran pendidikan Agama Islam
No Jawaban Responden Frekuensi Presentase
1. Baik 12 60%
2. Kurang Baik 6 30%
3. Tidak Baik 2 10%
Jumlah 20 100%
Tabulasi Angket : 2
Hasil dari penelitian sebagaimana data dari table di atas menunjukkan bahwa dari 20 responden yang paham tentang efektivitas pengelolaan kelas dalam peningkatan pembelajaran pendidikan agama Islam adalah 12 orang atau 60 % yang menyatakan baik kemudian yang menyatakan kurang baik 6 orang atau 30% responden yang menyatakan tidak baik 2 orang atau 10%
berdasarkan data table diatas menunjukkan bahwasiha m ada guru yang
kurang paham dan tidak paham mengenai efektivitas pengelolaan kelas dalam peningkatan proses pembelajaran pendidikan Agama Islam itu sendiri.
Menurut H. Kamaruddin dalam wawancara (24 April 2016) menyatakan bahwa:
Sudah dapat meningkatkan proses pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam karena adanya fasilitas yang memadai diantaranya:
1. Buku mata pelajaran yang dibagikan kepada anak didik cukup 2. Alat peraga yang lengkap
3. Teknik dan metode pembelajaran yang disukai oleh guru 4. Adanya orangtua dalam memotivasi anak
Berdasarkan pernyataan hasil wawancara diatas memberikan pemahaman bahwa dalam proses pembelajaran di butuhkan media, buku, alat peraga yang lengkap dan adanya kerjasama orangtua siswa sehingga proses pengelolaan bisa berjalan dengan baik.
C. Prestasi belajar PAI siswa Madrasah Aliyah Cambajawaya Desa Sengka?
Prestasi belajar dipandang sebagai salah satu indikator bagi mutu pendidikan, karena prestasi belajar adalah suatu istilah yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang dicapai seseorang setelah melakukan suatu usaha.
Prestasi belajara merupakan kemampuan atau kecakapan yang dimiliki peserta
didik setelah melalui pengalaman dari proses pembelajaran yang telah ditempuhnya.
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat yang memberi keteladanan, membangun keamanan dan pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Dalam benak seorang anak akan selalu berharap dan menatap orang-orang yang sukses diluar sana. Kehidupan manusia akan selalu dibarengi denga proses interaksi dan komunikasi, yang merupakan manusia sebagai makhluk sosial. Seorang anak dalam hal ini misalnya mereka butuh dorongan dari dalam lingkungan sekitarnya terutama dalam lingkungan keluarga, anak belum dapat membentuk bagaimana kepribadian tanpa adanya interaksi yang bersifat mendidik.
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi atau yang
Begitu juga untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi atau yang