• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh sekolah sebagai bahan pertimbangan menyusun program bimbingan belajar bagi siswa kelas VII SMP Stella Duce 2. Bagi penulis sebagai bahan belajar untuk mengetahui minat dan waktu luang siswa-siswa SMP Stella Duce 2 tahun 2010/2011 dan bekal untuk bekerja dikemudian hari.

E. Definisi Operasional

1. Minat terhadap mata pelajaran adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa melalui segenap pikiran dan perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah. Minat terhadap mata pelajaran diartikan sebagai kecenderungan yang menetap untuk merasa tertarik pada bidang studi tertentu.

2. Penggunaan waktu luang adalah waktu senggang yang dapat diisi dengan kegiatan yang bermanfaat bagi siswa. Waktu luang (leisure) merujuk pada waktu yang menyenangkan setelah bekerja ketika individu bebas untuk mengikuti aktivitas dan keinginan yang mereka pilih sendiri—misalnya hobi, olahraga, atau membaca.

6

KAJIAN TEORITIS

Bab ini akan membahas kajian teoritis yang berisi tentang pengertian siswa, pengertian minat, pengertian waktu luang, minat dan waktu luang di SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011.

A. Karakteristik Siswa SMP 1. Siswa SMP

Siswa SMP adalah siswa berumur 13-15 tahun. Siswa banyak mengalami perubahan dan perkembangan dalam aspek pribadinya sehingga guru dan orang tua bekerja sama untuk membantu, mengarahkan, membimbing, memotivasi siswa atau anaknya untuk berada dalam masa perkembangan yang sesuai dengan usianya.

Perpindahan dari sekolah dasar kejenjang pendidikan lanjutan ini merupakan langkah yang cukup berarti dalam kehidupan anak, baik karena tuntutan-tuntutan belajar bagi siswa yang menjadi lebih berat maupun karena siswa akan mengalami banyak perubahan dalam diri sendiri selama tahun-tahun ini. Siswa akan berhadapan dengan sejumlah guru yang masing-masing memegang bidang studi tertentu; hal ini menuntut siswa untuk menyesuaikan diri dengan sekian gaya mengajar pula. Secara berangsur-angsur siswa akan berusaha untuk melepaskan diri dari pengawasan orang tuanya, dan akan dihadapkan pada perubahan-perubahan kejasmanian dalam dirinya (dalam Winkel, 1991:146)

E.H. Erikson (1981; 18) mengemukakan bahwa remaja merupakan masa dimana terbentuk suatu perasaaan baru. Perubahan-perubahan yang dialami oleh remaja yaitu memiliki rasa ketertarikan terhadap sesuatu yang di sukainya. Menurut Anna Freud ( dalam Gunarsa 1981; 18) remaja merupakan suatu masa yang meliputi proses perkembangan dimana terjadi perubahan-perubahan dan hal-hal motivasi seksual, organisasi daripada ego, dalam hubungan dengan orang tua, orang lain dan cita-cita yang dikejarnya. Masa remaja sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa (Larson dkk, 2002).

Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana remaja tidak lagi merasa di bawah orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber termasuk juga perubahan intelektual yang mencolok, transformasi intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode-periode perkembangan ini.

(Gunarsa, 1981: 206).

Remaja menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan yang

kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orang tua maupun guru (Gunarsa, 1981:

215-216).

Dalam suatu penelitian mengenai apa yang diinginkan remaja, Joseph (dalam Gunarsa 1981:216) menunjukkan bahwa sebagian besar remaja mengatakan bahwa mereka ingin seseorang yang dapat dipercaya, seseorang yang dapat diajak bicara, seseorang yang dapat diandalkan. Karena adanya perubahan nilai, maka teman semasa kanak-kanak belum tentu menjadi teman dalam masa remaja.

Jadi, pada masa remaja biasanya seorang remaja ingin mempunyai teman yang memiliki minat yang sama terhadap mata pelajaran tertentu, maka remaja tersebut akan lebih termotivasi untuk mengembangkan minatnya tersebut. Pada masa inilah remaja mengalami perubahan dalam cara bersosialisasi dengan teman sebayanya. Teman Sebaya pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa remaja akan melakukan apapun agar dapat dimasukkan sebagai anggota. Yang merupakan teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama ( Santrock 2003: 217).

2. Remaja di sekolah

Pengaruh sekolah itu tentunya diharapkan positif terhadap perkembangan jiwa remaja, karena sekolah adalah lembaga pendidikan.

Sebagai lembaga pendidikan, sebagaimana halnya dengan keluarga, sekolah

juga mengajarkan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Di samping itu, sekolah mengajarkan berbagai ketrampilan dan kepandaian kepada para siswanya. Akan tetapi, seperti halnya juga dengan keluarga, fungsi sekolah sebagai pembentuk nilai dalam diri anak sekarang ini banyak menghadapi tantangan. Khususnya karena sekolah berikut segala kelengkapanya tidak lagi merupakan satu-satunya lingkungan setelah lingkungan keluarga, sebagaimana yang pernah berlaku di masa lalu. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi siswa remaja untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan guru yang menyampaikan materi pelajaran itu. Mengenai materi pelajaran, sering dikeluhkan oleh para siswa sebagai membosankan, terlalu sulit, tidak ada manfaatnya untuk kehidupan sehari-hari, terlalu banyak bahannya untuk waktu yang terbatas, dan sebagainya. Akan tetapi, lebih utama dari materi faktor materi pelajaran, sebenarnya adalah faktor guru ( Sarwono, 2007: 124).

B. Minat

1. Pengertian

Minat adalah sesuatu yang disenangi atau digemari oleh sebagian orang yang merasa tertarik dengan sesuatu hal, dan salah satu faktor utama untuk mencapai sukses dalam berbagai bidang seperti studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun (Sudarsono, 2003:28). Menurut Sukardi (1994: 46) minat ialah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi perpaduan dan campuran dari

perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.

Menurut Crow and Crow (dalam Kasijan, 1988: 351) minat adalah kemampuan untuk memberi stimuli yang mendorong kita untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan yang dapat memberi pengaruh terhadap pengalaman yang distimuli oleh kegiatan itu sendiri.

Menurut Slameto (1991: 182) minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar. Semakin besar minat kita terhadap mata pelajaran atau aktivitas tertentu maka semakin besar juga ketertarikan kita pada hal tersebut.

Menurut Loekmono (1994: 62) minat adalah kecenderungan untuk merasa tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu. Menurut Winkel (1991: 188) minat adalah kecendrungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang mempelajari materi itu.

Minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya, 1978:94). Pendapat tersebut tidak jauh berbeda dengan pendapat

Slameto (dalam Darmawan, 2007) yang menyatakan bahwa minat adalah rasa suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh, minat pada hakekatnya adalah penerimaan hubungan antara diri

sendiri dengan sesuatu di luar dirinya, semakin kuat atau semakin dekat hubungan tersebut maka semakin besar minatnya. Aiken ( dalam Ginting, 2005) mengungkapkan minat sebagai kesukaan terhadap kegiatan melebihi kegiatan lainnya. Ini berarti minat berhubungan dengan nilai-nilai yang membuat seseorang mempunyai pilihan dalam hidupnya, Anastasia dan Urbina, (dalam Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menjelaskan, minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegiatan tertentu yang spesifik; lebih jauh lagi minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang (www1.bpk penabur.or.id/jurnal/04/017-035.pdf).

Nunnally (Sutjipto, 2001) menjabarkan minat sebagai suatu ungkapan kecenderungan tentang kegiatan yang sering dilakukan setiap hari, sehingga kegiatan itu disukainya. Sedangkan Guilford (Sutjipto, 2001) menyatakan minat sebagai tendensi seseorang untuk berperilaku berdasarkan ketertarikannya pada jenis-jenis kegiatan tertentu. Sementara itu Sax (Sutjipto, 2001) mendefinisikan minat sebagai kecenderungan seseorang terhadap kegiatan tertentu di atas kegiatan yang lainnya. Sedangkan Crites (Sutjipto, 2001) mengemukakan bahwa minat seseorang terhadap sesuatu akan lebih terlihat apabila yang bersangkutan mempunyai rasa senang terhadap objek tersebut (www.depdiknas.go.id/Jurnal/45/sutjipto.htm).

Hurlock (1993) mengemukakan bahwa minat merupakan hasil dari pengalaman belajar, bukan hasil bawaan sejak lahir. Hurlock (1978) juga

menjelaskan bahwa secara keseluruhan, pada masa anak-anak, minat memberikan sebuah kekuatan untuk belajar. Anak-anak yang berminat dalam sebuah aktivitas, berada dimanapun, akan memberikan usaha empat kali lipat untuk belajar dibandingkan anak-anak yang minatnya sedikit atau mudah merasa bosan. Jika pengalaman belajar menimbulkan kesan pada anak-anak, maka akan menjadi minat. Hal tersebut adalah sesuatu yang dapat diasah dengan proses pembelajaran. Di masa yang akan datang, minat sangat berpengaruh pada bentuk dan intensitas dari cita-cita pada anak. Garner (Ormrod, 2003) menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki minat terhadap apa yang dipelajari lebih dapat mengingatnya dalam jangka panjang dan menggunakannya kembali sebagai sebuah dasar untuk pembelajaran dimasa yang akan datang.

Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan (Kamisa, 1997: 370). Minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan erat dengan sikap. Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya (Gunarsa, 1995: 68). Minat merupakan bentuk sikap ketertarikan atau sepenuhnya terlibat dengan suatu kegiatan karena menyadari betapa pentingnya atau bernilainya kegiatan tersebut (Sudarsono,2003: 28). Sutjipto (2001) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat

merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. (www. depdiknas. Go .id/Jurnal/45/sutjipto.htm). Minat adalah suatu pemusatan perhatian secara tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan, rasa ketertarikan, keinginan, dan kesenangan (Natawijaya, 1978: 94). Suyanto (1969: 9) memandang minat sebagai pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungan.

Dari beberapa pengertian minat di atas terdapat kesamaan yaitu merupakan kesamaan psikis, adanya pemusatan perhatian terhadap obyek atau aktivitas tertentu. Beberapa pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan sesuatu yang disenangi, dapat mengarahkan individu ke suatu pilihan tertentu, dapat memberi stimuli, memiliki ketertarikan pada sesuatu hal atau aktivitas yang menarik pada mata pelajaran, atau kegiatan yang remaja senangi, dan merupakan hasil pengalaman belajar.

2. Minat Sebagai Sumber Motivasi

Minat itu sesuatu yang disenangi oleh individu ( siswa) dan menjadi sumber motivasi belajar untuk melakukan hal-hal yang penting. Minat sebagai sumber motivasi mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan mereka merasa berminat kemudian mendatangkan kepuasan.

Bila kepuasan berkurang minat pun berkurang (Hurlock, 1978:114). Minat akan semakin bertambah jika disalurkan dalam suatu kegiatan. Semakin

sering minat diekspresikan dalam kegiatan maka semakin kuatlah ia ( Hurlock, 1990: 144).

Menurut Soesilowindradini (dalam Tuharjo, 1989: 13), suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan minat akan menghasilkan prestasi yang kurang menyenangkan. Menurut Pintrich dan Schunk (1996) dikatakan bahwa dengan terpenuhinya minat seseorang merupakan sebuah aspek penting dari motivasi yang mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir dan prestasi, mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi.

Hal senada juga dikemukakan oleh Sandjaja (2005) bahwa suatu aktivitas akan dilakukan atau tidak sangat tergantung sekali oleh minat seseorang terhadap aktivitas tersebut. Disini nampak bahwa minat merupakan motivator yang kuat untuk melakukan suatu aktivitas. Hurlock (1993) menjelaskan bahwa minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih.

Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka hal itu akan menimbulkan minat, kemudian hal tersebut mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Minat tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.

Hurlock (1993) juga menekankan minat sebagai sumber motivasi kuat bagi seseorang untuk belajar, minat juga mempengaruhi bentuk dan intensitas aspirasi seseorang dan minat juga menambah kegembiraan pada setiap kegiatan yang ditekuni seseorang. Lester & Alice Crow ( dalam Loekmono

1994: 61) mengemukakan lima butir motif penting yang dapat dijadikan alasan–alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seseorang:

1) Suatu hasrat keras untuk memperoleh nlai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran

2) Suatu dorongan batin memuaskan rasa ingin tahu dalam satu bidang atau lain bidang studi

3) Hasrat untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi 4) Hasrat untuk menerima pujian dari orang tua, guru dan teman-teman 5) Gambaran diri di masa mendatang untuk meraih sukses dalam bidang

khusus tertentu.

Dari pendapat-pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan perubahan energi dalam pribadi seseorang, sesuatu yang disenangi, kemudian menjadi sumber motivasi. Jika minat disalurkan akan semakin kuat minat sebagai sumber motivasi akan mempengaruhi perhatian, belajar, berpikir, dan berprestasi, karena motivasi mendorong orang untuk melakukan apa yang diinginkan ketika bebas memilih dan merupakan perpaduan antara keinginan dan kemauan.

3. Minat dan Perhatian

Ketika siswa merasa tertarik terhadap sesuatu maka siswa menaruh perhatian kepadanya. Menurut Ahmadi (1992: 151) antara minat dan perhatian pada umumnya dianggap sama atau tidak ada perbedaan. Memang keduanya hampir sama, dan dalam praktek selalu berhubungan satu sama

lain. Apa yang menarik minat dapat menyebabkan adanya perhatian terhadap sesuatu tertentu disertai dengan minat. Menurut Dakir (1996: 130) Minat sering dikacaukan dengan istilah perhatian yang artinya keaktifan peningkatan kesadaran seluruh fungsi jiwa yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada barang sesuatu, baik yang ada dalam maupun diluar kita.

Minat momentan ialah perasaan tertarik terhadap suatu topik yang sedang dibahas atau dipelajari untuk itu kerap digunakan istilah perhatian.

Minat momentan perlu dibedakan dari perhatian dalam arti konsentrasi.

Antara minat dan berperasaan senang terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan kalau siswa yang berperasaan tidak senang, juga akan kurang berminat (Winkel 1966: 188).

Purnama (1994: 15) menjabarkan karakteristik individu yang memiliki minat tinggi terhadap sesuatu yaitu: adanya perhatian yang besar, memiliki harapan yang tinggi, berorientasi pada keberhasilan, mempunyai kebangggaan, kesediaan untuk berusaha dan mempunyai pertimbangan yang positif.

Beberapa pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada umumnya dianggap sama tidak ada perbedaan antara minat dan perhatian, dengan perhatian menyadarkan seseorang terhadap suatu objek untuk berminat terhadap sesuatu, minat tinggi berorientasi pada keberhasilan, bangga dan mempunyai pertimbangan yang positip dan perasaan tertarik

terhadap suatu topik yang sedang dibahas atau dipelajari untuk itu kerap digunakan istilah perhatian.

4. Peran minat dalam dunia pendidikan

Minat akan membantu penyesuaian pribadi dan sosial siswa orang akan bertanya, bagaimana mungkin mengetahui minat siswa dan bagaimana mungkin membedakan minat siswa dari kesenangan sementara ( Hurlock, 1980:116 ). Oleh sebab itu orang tua maupun guru melihat langsung aktivitas siswa selama siswa sedang belajar di sekolah atau di rumah dan berusaha mendorong siswa untuk mengembangkan minat yang siswa senangi.

Kelompok siswa mempunyai lapangan sendiri terutama waktu luang yang dapat memberikan kebebasan untuk bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri.

Menurut Surtinah (2004: 16) minat mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan, karena minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan siswa lebih konsentrasi, lebih semangat dan menimbulkan perasaan gembira sehingga siswa tidak mudah bosan, tidak mudah lupa dalam usahanya untuk belajar. Pada hakekatnya secara psikis seseorang memiliki suatu kegiatan pada dirinya berbeda-beda, misalnya motivasi, minat bakat dan sebagainya.

Oleh karena itu seorang guru dalam menyampaikan pelajaran harus mampu membuat siswa senang dalam belajar. Dengan adanya minat yang timbul maka besar juga usaha untuk mempelajari pelajaran tersebut dan

diharapkan siswa memperoleh hasil yang baik. Hal ini, dapat dilihat bahwa sesuatu yang menarik akan mendorong minat siswa khususnya dalam belajar.

Beberapa pengertian pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa minat akan membantu penyesuaian pribadi dan sosial siswa, minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan siswa lebih konsentrasi dan mempunyai peranan dalam dunia pendidikan orang tua maupun guru langsung melihat aktivitas siswa selama proses belajar.

C. Waktu Luang 1. Pengertian

Waktu luang merupakan saat dimana seseorang melakukan kegiatan-kegiatan yang disenangi. Di sekolah, siswa mempunyai waktu luang untuk mengembangkan potensinya dalam belajar maupun mengikuti berbagai macam kegiatan ekstrakurikuler yang siswa sukai. Waktu luang seringkali diasosiasikan dengan tidak melakukan apa-apa dan juga bermalas-malasan, padahal tidak seperti itu (Sukadji, 2000). Dari segi cara pengisian, waktu luang diisi oleh siswa dengan kegiatan pilihan sendiri yang dimanfaatkan sesuka hati untuk mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi. Menurut Brightbill ( dalam Haditono 1966: 453) menanamkan waktu luang merupakan tantangan karena seseorang dihadapkan pada pilihan untuk mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang mendukung minatnya atau yang sebaliknya.

Sebagian remaja mengalami banyak kesukaran dalam memanfaatkan waktu

luangnya itu daripada remaja yang tidak menggunakan waktu luangnya sama sekali untuk mendukung minatnya dan bahwa mereka lebih sering melakukan hal-hal to kill the time Siswa seharusnya cenderung, mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang lebih bermanfaat, misalnya dengan membaca, belajar, melatih membuat ketrampilan.

Waktu luang dapat betul-betul bersifat membebaskan bila ia dihayati sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan untuk melepaskan ketegangan. Sifat khas remaja adalah bahwa ia justru bukan seperti anak-anak lagi. Dorongan remaja ke arah originalitas ke arah perwujudan diri yang asli yang berarti lain daripada anak dan lain daripada orang dewasa, menyebabkan remaja menggunakan waktu luangnya juga secara original. Banyak remaja menyukai olah raga. Di situ remaja dapat menunjukkan originalitasnya karena ia dalam tingkatan yang hampir profesional tapi masih dapat bertindak secara main-main. Dengan begitu dalam berlatih olah raga ia dapat bermain tidak sebagai kanak-kanak lagi, namun juga belum sepenuhnya sebagai orang dewasa. Siswa dapat melepaskan kelebihan energinya dalam berolahraga dan menemukan identitasnya, dapat membandingkan kemampuan dengan teman-teman dalam mencari identitas dan dominansi yang pada siswa laki-laki lebih berkorelasi dengan prestasi dan olah raga daripada dengan sifat atraktif dan intelegensi (Wersfeld dkk, 1983).

Remaja adalah masa penuh semangat dan dipenuhi rasa keingintahuan.

Jika remaja mengisi waktu luangnya dengan hal-hal positif adalah hal yang sangat wajar. Harus diingat pengisian waktu luang bagi para remaja,

pertama-tama merupakan kewajiban orangtua karena orang tua tidak hanya mengawasi kegiatan yang diikuti, tetapi juga memotivasi siswa untuk menggunakan waktu luangnya dengan baik, misalnya mempunyai waktu belajar dengan mempelajari kembali pelajaran yang diterima di kelas, mengerjakan tugas di rumah dengan baik, mempunyai waktu bermain selain istirahat juga waktu untuk bersosialisai dengan teman sebaya. Orang tua paling banyak mengetahui tentang kebutuhan dasar anak-anaknya, sebaliknya adalah sangat ganjil sekali bahwa orang tua terlalu tenggelam didalam kesibukan-kesibukannya, sehingga yang sempat terpikirkan mungkin hanya pendidikan formil si anak dan kebutuhan materiilnya. Pengisian waktu terluang dengan kegiatan-kegiatan yang produktif akan dapat memperkecil peluang masuknya unsur-unsur negatif didalam perkembangan jiwa para remaja tersebut . (http://www.dinohp.info/2009/03/remaja-dan-waktu-luang.html).

Pengisian waktu luang digunakan oleh siswa untuk ha-hal yang berguna untuk masa depannya. Misalkan waktu untuk belajar, bermain, berinteraksi dengan remaja lain yang punya kebisaan yang sama dengannya.

a. Manfaat mengisi waktu luang

Mengisi waktu luang ini tentu saja memiliki manfaat. Manfaat mengisi waktu luang yaitu:

1) Meningkatkan kesejahteraan jasmani

2) Meningkatkan kesegaran mental dan emosional 3) Mengenali kemampuan diri sendiri

4) Mendukung konsep diri serta harga diri

5) Sarana belajar dan pengembangan kemampuan

6) Pelampiasan ekspresi dan keseimbangan jasmani, mental, intelektual, spiritual, maupun estetika

7) Melakukan penghayatan terhadap apa yang Anda sukai tanpa tidak Mempedulikan segi materi

b. Waktu luangberfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan sosial, seperti : 1) Meningkatkan daya kerja sehingga memacu prestasi dan produktivitas 2) Menambah konsumsi, sehingga meningkatkan lapangan kerja yaitu

dengan adanya waktu luang bisa digunakan dengan hal-hal yang bermanfaat. Disamping belajar beberapa remaja menggunakan waktu luangnya dengan bekerja untuk menghasilkan uang.

3) Mengurangi kriminalitas dan kenakalan

4) Meningkatkan kehidupan bermasyarakat (http://popsy.wordpress.com, 2007/06/05).

Waktu luang, bukanlah waktu dimana orang tidak harus mengerjakan sesuatu, bahkan adalah waktu yang disisihkan untuk istirahat dari pekerjaan rutin sehari-hari dan beristirahat untuk memperbaharui

Waktu luang, bukanlah waktu dimana orang tidak harus mengerjakan sesuatu, bahkan adalah waktu yang disisihkan untuk istirahat dari pekerjaan rutin sehari-hari dan beristirahat untuk memperbaharui

Dokumen terkait