• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

D. Minat dan Waktu luang siswa SMP Stella Duce 2, Yogyakarta

Pada awal tahun ajaran baru di SMP Stella Duce 2, Guru Bimbingan dan Konseling menyiapkan kartu pribadi yang di simpan dalam arsip yang telah diisi oleh guru bimbingan dan konseling, secara lengkap. Kartu pribadi merupakan arsip yang dimiliki sekolah yang disimpan oleh guru Bimbingan dan Konseling di ruang Bimbingan dan Konseling. Data pribadi berisi data tentang identitas siswa, kegiatan akademik, kegiatan ekstrakurikuler (non-akademik), kehidupan siswa dirumah, kesehatan, riwayat sekolah, keluarga dan tempat tinggal. Kartu pribadi juga berisi tentang minat terhadap mata pelajaran yang menarik tidak menarik dan penggunaan waktu luang, hobi, kegiatan ekstrakurikuler. Data pribadi dapat disimpan untuk beberapa tahun ke depan dan menjadi milik sekolah SMP Stella Duce II. Dari data pribadi, guru Bimbingan dan Konseling dapat menghasilkan suatu deskripsi tentang kepribadian siswa dalam berbagai aspeknya (Winkel,1991: 268).

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini akan membahas tentang metodologi penelitian yang berisi jenis penelitian, populasi, alat pengumpul data, dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan studi dokumenter.

Dokumen kartu pribadi siswa merupakan sarana untuk mengumpulkan data atau informasi tentang minat dan penggunaan waktu luang. (http: //www.ardhana 12.Wordpress.com). Variabel penelitian ini adalah minat dan penggunaan waktu luang siswa kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta.

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa putra dan putri kelas VII SMP Stella Duce 2 Yogyakarta tahun ajaran 2010/2011 yang terdiri dari kelas Sukesi dan Arimbi. Jumlah keseluruhan siswa kelas VII Sukesi adalah 31 orang;

15 orang siswa dan 16 orang siswi. Kelas VII Arimbi berjumlah 31 orang; 15 orang siswa dan 16 orang siswi. Jumlah keseluruhan populasi adalah 62 orang.

C. Alat Pengumpul Data

Data Penelitian ini bersumber dari kartu pribadi siswa yang dimiliki oleh sekolah dan menjadi arsip sekolah. Kartu pribadi digunakan oleh guru

24

Bimbingan dan Konseling untuk lebih mengenal siswa-siswi disekolah tersebut.

Kartu pribadi yang berupa dokumen sekolah berisikan identitas siswa, data minat terhadap mata pelajaran yang menarik dan mata pelajaran yang tidak menarik (akademik), kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti di kelas/

sekolah, misalnya tennis, futsal, badminton dan lain-lain, penghargaan yang pernah diraih, tentang kehidupan dan belajar siswa di rumah yaitu hobi yang dilakukan siswa dan siswi untuk mengisi waktu luang seperti nonton tv, membaca, membantu orang tua, belajar dan lain-lain. Peneliti mengambil data minat terhadap mata pelajaran yang menarik, mata pelajaran yang tidak menarik ekstrakurikuler, dan penggunaan waktu luang.

D. Teknik Analisis Data

Untuk mengetahui profil minat dan penggunaan waktu luang data yang telah diperoleh di gambar dengan diagram pie. Grafik lingkaran adalah gambar grafik berupa lingkaran. Luas lingkaran merupakan komponen dari beberapa nilai ( Supranto, 1989: 42). Diagram lingkaran sangat cocok untuk menyajikan data yang berbentuk kategori atau atribut dalam persentase ( Usman, 1995: 54 ).

Peneliti mengambil kesimpulan bahwa diagram lingkaran cocok untuk menyajikan data kategori atau atribut dalam persentase. Diagram pie memudahkan pembaca untuk mengerti apa yang diperoleh dari hasil penelitian tersebut.

Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Memperhatikan jenis kelamin

Data tentang jenis kelamin diperlukan karena setiap pribadi siswa dan siswi mempunyai minat dan waktu luang yang berbeda. Oleh karena itu peneliti membedakan jenis kelamin siswa dan siswi sehingga dapat diketahui minat apa saja yang menarik bagi siswa dan siswi, ekstrakurikuler dan waktu luang yang digunakan oleh siswa dan siswi. Peneliti lebih memfokuskan pada pengambilan data tentang minat terhadap mata pelajaran yang menarik, yang tidak menarik, eksktrakurikuler, dan penggunaan waktu luang. Data-data penelitian kelas Sukesi dan Arimbi yang hasilnya digabung dalam dua kelas dibedakan menurut jenis kelamin siswa dan siswi dan dimasukan ke dalam kolom setelah dihitung jumlah dan rata-ratanya, data-data ini dibuat dalam diagram pie. Dari hasil persentase data-data itu dimasukan ke dalam diagram pie, sehingga diketahui untuk setiap kelasnya antara siswa dan siswi minat terhadap mata pelajaran yang menarik dan yang tidak menarik begitu juga dengan data ekstrakurikuler dan waktu luang nya. Dari data ini yang dihitung adalah minat terhadap mata pelajaran yang menarik, yang tidak menarik menurut jenis kelamin siswa dan siswi, ekstrakurikuler menurut jenis kelamin juga waktu luang menurut jenis kelamin.

2. Perhitungan persentase dengan menggunakan diagram Pie

a. Data yang sudah terkumpul dimasukkan kedalam tabulasi data ( pengskoringan dan penjumlahan) dalam tabel induk dengan menggunakan

program excel yaitu dengan cara dijumlahkan dan dimasukkan dalam diagram pie.

b. Dari hasil tabel induk peneliti melakukan pengkualifikasian data yang meliputi minat terhadap mata pelajaran yang menarik, tidak menarik, ektrakurikuler, dan penggunaan waktu luang. Data tersebut berdasarkan jenis kelamin maupun secara umum masing-masing aspek dijumlahkan kemudian dimasukkan ke dalam diagram pie untuk dilihat persentase minat siswa terhadap mata pelajaran yang menarik, tidak menarik, ekstrakurikuler dan penggunaan waktu luang.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Bab ini akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yaitu Studi Deskriptif Tentang Profil Minat dan Penggunaan Waktu Luang.

a. Mata Pelajaran yang menarik bagi siswa-siswi

Hasil penelitian tentang profil minat, khususnya tentang mata pelajaran yang menarik bagi siswa dan siswi menunjukkan bahwa sembilan orang (9% ) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tiga belas orang (10%) tertarik pada mata pelajaran Fisika. Enam belas orang (13% ) tertarik pada mata pelajaran Geografi. Empat belas orang (11%) tertarik pada mata pelajaran Matematika. Dua belas orang (10%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Sembilan orang (7%) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes.

Sebelas orang (7%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Sembilan orang (7%) tertarik pada mata pelajaran Ppkn. Lima belas orang (12%) tertarik pada mata pelajaran Kesenian. Empat orang (3%) tertarik pada mata pelajaran Sejarah. Empat orang (7%) tertarik pada mata pelajaran Agama. 4 orang (3%) tertarik pada mata pelajaran Pkk. Lima orang (4%) tertarik pada Bimbingan dan Konseling. Satu orang (1%) tertarik pada mata pelajaran Biologi.

28

Diagram 1. Mata pelajaran yang menarik bagi Siswa dan siswi

b. Mata pelajaran yang menarik bagi Siswa

Hasil penelitian tentang profil minat, khususnya tentang mata pelajaran yang menarik bagi siswa menunjukkan bahwa ada tiga orang (5%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Enam orang (10%) tertarik pada mata pelajaran Fisika. Sepuluh orang (17%) tertarik pada mata pelajaran Geografi. Lima orang (8%) tertarik pada mata pelajaran Matematika. Empat orang (7%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

Empat orang (7%) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes. Tujuh orang (12%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Lima orang (8%) tertarik pada mata pelajaran Matematika. Empat orang (5%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Empat orang (7%) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes. Tujuh orang (12%) tertarik pada mata pelajaran Ppkn. Delapan orang (14%) tertarik pada mata pelajaran Kesenian. Dua orang (3%) tertarik pada mata pelajaran Sejarah. Tiga orang (5%) tertarik pada mata pelajaran Agama. Dua orang (3%) tertarik pada mata pelajaran Pkk. Satu orang (2%)

tertarik pada Bimbingan dan Konseling. Sedangkan pada mata pelajaran Biologi siswa tidak mempunyai minat.

Diagram 2. Mata pelajaran yang menarik bagi Siswa

c. Mata Pelajaran yang menarik bagi siswi

Hasil penelitian tentang profil, minat khususnya tentang mata pelajaran yang menarik bagi siswi menunjukkan bahwa enam orang (6%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuh orang (10%) tertarik pada mata pelajaran Fisika. Enam orang (9%) tertarik pada mata pelajaran Geografi. Sembilan orang (13%) tertarik pada mata pelajaran Matematika.

Delapan orang (12%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Lima orang (8%) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes. Empat orang (9%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Lima orang (7%) tertarik pada mata pelajaran Ppkn. Tujuh orang (10%) tertarik pada mata pelajaran Kesenian. Dua orang (3%) tertarik pada mata pelajaran Sejarah. Satu orang (2%) tertarik pada mata pelajaran Agama. Dua orang (3%) tertarik pada mata

pelajaran Pkk. Empat orang (6%) tertarik pada Bimbingan dan Konseling. 1 orang (2%) tertarik pada mata pelajaran Biologi.

Diagram 3. Mata pelajaran yang menarik bagi Siswi

a. Mata pelajaran yang tidak menarik bagi siswa dan siswi

Hasil penelitian tentang profil minat khususnya tentang mata pelajaran yang tidak menarik bagi siswa dan siswi menunjukkan bahwa Lima orang (6%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Empat orang (18%) tidak tertarik pada mata pelajaran Fisika. Satu orang (1%) tidak tertarik pada mata pelajaran Geografi. Sebelas orang (14%) tidak tertarik pada mata pelajaran Matematika. Tiga orang (4%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Dua orang (3%) tidak tertarik pada mata pelajaran Penjaskes. Dua orang (3%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Jawa.

Tiga orang (4%) tidak tertarik pada mata pelajaran Ppkn. Dua orang (3%) tidak tertarik pada mata pelajaran Kesenian. Enam belas orang (21%) tidak tertarik pada mata pelajaran Sejarah. Satu orang (1%) tidak tertarik pada mata pelajaran Agama. Enam belas orang (21% ) tidak tertarik pada mata pelajaran

Pkk. Satu orang (1% ) tidak tertarik pada Bimbingan dan Konseling. siswa dan siswi tidak tertarik pada mata pelajaran Biologi.

Diagram 4. Mata pelajaran yang tidak menarik bagi Siswa dan siswi

b. Mata pelajaran yang tidak menarik bagi siswa

Hasil penelitiaan tentang profil minat khususnya tentang mata pelajaran yang tidak menarik bagi siswa menunjukkan bahwa dua orang (5%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Empat orang (10%) tidak tertarik pada mata pelajaran Fisika. Satu orang (2%) tidak tertarik pada mata pelajaran Geografi. Delapan orang (2%) tidak tertarik pada mata pelajaran Matematika. Dua orang (2%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Dua orang (5%) tidak tertarik pada mata pelajaran Penjaskes.

Satu orang (2%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Dua orang (5%) tidak tertarik pada mata pelajaran Ppkn. Satu orang (2 %) tidak tertarik pada mata pelajaran Kesenian. Tujuh orang (18%) tidak tertarik pada mata pelajaran Sejarah. Satu orang (2%) tidak tertarik pada mata pelajaran Agama.

Delapan orang (20%) tidak tertarik pada mata pelajaran Pkk. Satu orang (3%) tidak tertarik pada Bimbingan dan Konseling. Siswa tidak tertarik pada mata pelajaran Biologi.

Diagram 5. Mata pelajaran yang tidak menarik bagi Siswa

c. Mata pelajaran yang tidak menarik bagi siswi

Hasil penelitian tentang profil minat khususnya tentang mata pelajaran yang tidak menarik bagi siswi menunjukkan bahwa tiga orang (8%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sepuluh orang (27%) tidak tertarik pada mata pelajaran Fisika. Tiga orang (8%) tidak tertarik pada mata pelajaran Matematika. Satu orang (3%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Satu orang (3%) tidak tertarik pada mata pelajaran Bahasa Jawa. Satu orang (3%) tidak tertarik pada mata pelajaran Ppkn. Satu orang (3%) tidak tertarik pada mata pelajaran Kesenian. Sembilan orang (24%) tidak tertarik pada mata pelajaran Sejarah. Delapan orang (21%) tidak tertarik pada mata pelajaran Pkk. Beberapa siswi tidak tertarik terhadap mata

pelajaran Geografi, Penjas-kes, Agama, Bimbingan dan Konseling, dan Biologi.

Diagram 6. Mata pelajaran yang tidak menarik bagi Siswi

a. Kegiatan Eksktrakurikuler Bagi Siswa dan Siswi

Hasil penelitian tentang profil minat terhadap kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa dan siswi menunjukkan bahwa empat orang (5%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menggambar. Tiga orang (4%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tarian. Sepuluh orang (13%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler menyanyi. Dua orang (2%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Tae kwondo. Sembilan orang (11%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler tennis meja. Tiga belas orang (17%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sepak bola. Tujuh orang (9%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler futsal. Sebelas orang (14%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket. Sepuluh orang (13%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler berenang. Dua orang siswa dan siswi (3%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler bulu tangkis. Tiga orang (4%) mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler musik. Tiga orang (4% ) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler paduan suara. Satu orang siswi (1%) mengikuti kegiatan ekstrakurikuler membaca.

Diagram 7. Kegiatan Ekstrakurikuler bagi Siswa dan siswi

b. Ekstrakurikuler Bagi siswa

Hasil penelitian tentang profil minat terhadap kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa menunjukkan bahwa dua orang (3%) mengikuti kegiatan menggambar. Dua orang (5%) mengikuti kegiatan tarian. Tiga orang (8%) mengikuti kegiatan menyanyi. Lima orang (13%) mengikuti kegiatan tennis meja. Delapan orang (21%) mengikuti kegiatan sepak bola. Lima orang (13%) mengikuti kegiatan futsal. Tujuh orang (18%) mengikuti kegiatan basket. Satu orang (3% ) mengikuti kegiatan berenang. Satu orang (3%) mengikuti kegiatan bulu tangkis. Tiga orang (8%) mengikuti kegiatan musik.

Satu orang (3%) yang mengikuti kegiatan paduan suara. Beberapa siswa tidak mengikuti kegiatan membaca, tae kwondo.

Diagram 8. Kegiatan Ekstrakurikuler bagi Siswa

c. Ekstrakurikuler Bagi siswi

Hasil penelitian tentang profil minat terhadap kegiatan ekstrakurikuler menunjukkan bahwa dua orang (3%) mengikuti kegiatan menggambar. Satu orang (2%) mengikuti kegiatan tarian. Tujuh orang (17%) mengikuti kegiatan menyanyi. Dua orang (5%) mengikuti kegiatan tae kwondo. Empat orang (10%) yang mengikuti kegiatan tennis meja. Lima orang (12%) mengikuti kegiatan sepak bola. Dua orang (5%) mengikuti kegiatan futsal. Empat orang (10%) mengikuti kegiatan basket. Sembilan orang (23%) mengikuti kegiatan berenang. Satu orang (3%) mengikuti kegiatan Bulu Tangkis. Dua orang (5%) mengikuti kegiatan Paduan Suara. Satu orang (3%) mengikuti kegiatan membaca. Semua siswi tidak mengikuti kegiatan musik.

Diagram 9. kegiatan Ekstrakurikuler bagi Siswi

a. Penggunaan waktu luang bagi siswa-siswi

Hasil penelitian tentang profil penggunaan waktu luang bagi siswa dan siswi menunjukkan bahwa dua belas orang (16%) menggunakan waktu luangnya untuk menonton televisi. Dua puluh satu orang (21%) menggunakan waktu luangnya untuk bermain. Enam orang (8%) menggunakan waktu luangnya untuk olahraga renang. Delapan orang (10%) menggunakan waktu luangnya untuk belajar. Dua orang (3%) menggunakan waktu luangnya untuk bermusik. Enam orang (8%) menggunakan waktu luangnya untuk Beristirahat. Enam orang (8%) menggunakan waktu luangnya untuk Membantu Orang tua. Tujuh orang (9%) menggunakan waktu luangnya untuk membaca buku. Dua orang (3%) menggunakan waktu luangnya untuk makan.

Satu orang (1%) menggunakan waktu luangnya untuk menulis puisi. Tiga orang (4%) menggunakan waktu luangnya untuk jalan-jalan. Dua orang (3%)

menggunakan waktu luangnya untuk bermain game online. Siswa dan siswi tidak menggunakan waktu luangnya dengan menulis.

Diagram 10. Waktu luang bagi Siswa dan siswi

b. Penggunaan waktu luang bagi siswa

Hasil penelitian tentang profil penggunaan waktu luang bagi siswa menunjukkan bahwa Lima orang (13%) menggunakan waktu luangnya untuk menonton televisi. Tiga belas orang (34%) menggunakan waktu luangnya untuk bermain. Enam orang (9%) menggunakan waktu luangnya untuk belajar. Dua orang (5%) menggunakan waktu luangnya untuk bermusik. Dua orang (5%) menggunakan waktu luangnya untuk beristirahat. Tiga orang (4%) menggunakan waktu luangnya untuk olahraga renang. Empat orang (10%) menggunakan waktu luangnya untuk membaca buku. Dua orang (5%) menggunakan waktu luangnya untuk jalan-jalan. Satu orang (3%) bermain

game online. Beberapa Siswa tidak menggunakan waktu luangnya untuk membantu orang tuanya, menulis, menulis puisi, makan.

Diagram 11. Waktu luang bagi Siswa

c. Penggunaan waktu luang bagi siswi

Hasil penelitian tentang profil penggunaan waktu luang bagi siswi menunjukkan bahwa tujuh orang (18%) menggunakan waktu luangnya untuk menonton televisi. Delapan orang (21%) menggunakan waktu luangnya untuk bermain. Dua orang (5%) menggunakan waktu luangnya untuk belajar.

Empat orang (3%) menggunakan waktu luangnya untuk beristirahat. Tiga orang (4%) menggunakan waktu luangnya untuk olahraga renang. Enam orang (16 % ) menggunakan waktu luangnya untuk Membantu Orang tua.

Tiga orang (8%) menggunakan waktu luangnya untuk membaca buku. Dua orang (5%) menggunakan waktu luangnya untuk makan. Satu orang (3%) menggunakan waktu luangnya dengan menulis puisi. Satu orang (3%) menggunakan waktu luangnya untuk jalan-jalan. Satu orang (3%)

menggunakan waktu luangnya untuk bermain game online. Beberapa siswi tidak menggunakan waktu luangnya untuk bermusik dan menulis.

Diagram 12. Waktu luang bagi Siswi

B. Pembahasan

Bimbingan akademik ialah bimbingan dalam hal menemukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Sebagian besar waktu dan perhatian orang muda tercurahkan pada kepentingan belajar di sekolah (Winkel dan Sri Hastuti 2004).

Siswa dan siswi SMP Stella Duce 2 Yogyakarta, pada umumnya tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Fisika, Geografi, Matematika, Bahasa Inggris, Penjaskes, Bahasa Jawa, PPKN, Kesenian, Sejarah, Agama, PKK, Bimbingan dan Konseling. Pada beberapa siswa dan siswi, mata pelajaran yang tidak menarik yaitu Biologi. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti yaitu menggambar, menari, menyanyi, tae kwondo, tennis meja, sepak bola, futsal, basket, renang, bulu tangkis, musik, paduan suara, membaca. Penggunaan waktu luang siswa dan siswi adalah menonton TV, bermain, olah raga renang, belajar, musik, beristirahat, menulis, membantu orang tua, membaca buku, makan, menulis puisi, jalan-jalan, bermain game online.

Sesuai teori Coley (dalam Santrock, 2007:230) laki-laki memperlihatkan performa sedikit lebih tinggi dibandingkan perempuan yaitu menampilkan sesuatu yang lebih dari dirinya. Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris yaitu hanya berpusat pada dirinya sendiri. Misalnya minat anak laki-laki pada mata pelajaran matematika, berdasarkan suatu keyakinan bahwa kepandaian di bidang matematika di sekolah merupakan langkah penting menuju kedudukan yang

menguntungkan dan bergengsi didunia usaha hal itu terjadi juga pada siswi(

dalam Santrock, 2007: 230 ).

Meskipun demikian, secara keseluruhan, pada umumnya perempuan termasuk siswa yang superior, memperoleh rangking lebih tinggi, dan memiliki kemampuan membaca yang lebih baik dibandingkan laki-laki. Perempuan memperlihatkan prestasi membaca dan ketrampilan menulis yang lebih baik dari pada laki-laki. Perempuan cenderung lebih baik dalam menangani materi-materi akademis dan berpartisipasi di kelas, berusaha lebih keras dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis, dan berpartisipasi di kelas Dezolt Hull (dalam santrock, 2007: 230). Singkatnya, faktor-faktor berkontribusi terhadap remaja berpikir dan bertindak sebagai laki-laki dan perempuan yaitu dengan adanya faktor tersebut remaja dapat melakukan semua kegiatanya dengan baik. tetapi terkadang siswa dan siswi tidak menyukai bahasa atau menulis karena sulit untuk menghafal, atau menulis yang indah.

Perempuan cenderung lebih baik dalam menangani materi-materi akademis, memberikan perhatian di kelas, berusaha lebih keras dalam menyelesaikan tugas-tugas akademis, dan berpartisipasi di kelas ( Dezolt Hull, dalam Santrock, 2007: 230). Singkatnya, faktor-faktor kognitif berkontribusi terhadap cara remaja berpikir dan bertindak sebagai laki-laki dan perempuan yaitu dengan adanya faktor tersebut remaja dapat melakukan semua kegiatanya dengan baik. (Gilligan dalam Santrock, 2003; 384 ) Giligan Juga menyatakan bahwa anak perempuan menghadapi masa kritis dalam perkembangan mereka ketika mencapai masa remaja. Gilligan mengatakan bahwa pada remaja awal (

biasanya sekitar usia 11-12 tahun), anak perempuan menjadi sadar bahwa minat yang kuat dalam hubungan intim tidak dihargai oleh budaya dominasi laki-laki, walaupun perempuan itu mengasihi dan mendahulukan kepentingan orang lain.

Beberapa perkembangan dalam masyarakat selama 30 tahun terakhir memiliki pengaruh yang lebih besar pada remaja, televisi adalah salah satunya.

Kemampuan persuasif televisi ternyata mengejutkan. Seiring dengan perkembanganya, banyak remaja sekarang menghabiskan lebih banyak waktu di depan televisi daripada dengan orang tua mereka maupun di dalam kelas. Radio, kaset, musik rock dan video musik adalah media-media lain yang memiliki pengaruh penting di dalam hidup banyak remaja (Santrock, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan persentase yaitu sembilan orang siswa dan siswi (9%) merasa tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tiga orang siswa(5%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan 6 orang siswi (9%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Siswi lebih tertarik dari pada siswa karena siswi memiliki kemampuan membaca, menulis yang lebih baik terutama kemampuan visual sedangkan siswa tidak tertarik karena lebih senang kepada hal-hal yang membutuhkan ketrampilan atau lebih kepada kegiatan praktek hal ini di dukung oleh teori Dezolt Hull (dalam Santrock, 2007: 230).

Tiga belas orang siswa dan siswi (10%) tertarik pada mata pelajaran Fisika. Enam orang siswa (7%) tertarik pada mata pelajaran Fisika dan 7 orang siswi (10%) tertarik pada mata pelajaran Fisika. Siswi lebih tertarik dari pada siswa karena siswi lebih mampu menyelesaikan tugas akademis, sedangkan siswa

kurang tertarik karena merupakan hal yang rumit dan membutuhkan waktu untuk mempelajarinya hal ini di dukung oleh teori Dezolt Hull (dalam Santrock, 2007:

230).

Enam belas orang siswa dan siswi (13% ) tertarik pada mata pelajaran Geografi. Sepuluh orang siswa (17%) tertarik pada mata pelajaran Geografi dan 6 orang siswi (9%) tertarik pada mata pelajaran Geografi. Siswa lebih tertarik karena siswa ingin meningkatkan performa lebih tinggi sedangkan siswi ingin memperoleh rangking lebih tinggi hal ini di dukung oleh teori Coley (dalam Santrock, 2007: 230).

Empat belas orang siswa dan siswi (11%) tertarik pada mata pelajaran Matematika. Lima orang siswa (8%) tertarik pada mata pelajaran Matematika dan 9 orang siswi (13%) tertarik pada mata pelajaran Matematika. Siswi lebih tertarik karena ingin menyelesaikan tugas akademis dengan baik dalam mata pelajaran matematika, sedangkan siswa berlandaskan kenyakinan bahwa kepandaian dibidang matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang menguntungkan dan bergengsi didunia usaha hal ini didukung (dalam Santrock, 2007: 230).

Dua belas orang siswa dan siswi (10%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris. Empat orang siswa(5%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris dan 8 orang siswi (12%) tertarik pada mata pelajaran Bahasa Inggris.

Siswi lebih tertarik dari pada siswa karena ingin memperoleh rangking lebih tinggi, dan memiliki kemampuan membaca ataupun menulis yang baik.

Sedangkan siswa memperlihatkan performa sedikit lebih tinggi dibidang bahasa hal ini di dukung oleh teori Coley (dalam Santrock, 2007: 230).

Sembilan orang siswa dan siswi (7%) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes. Empat orang siswa (7%) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes dan 5 orang siswi ( 8% ) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes. Siswi lebih tertarik daripada siswa karena faktor kognitif berkontribusi terhadap cara remaja berpikir dan bertindak begitu pun dengan siswa karena dengan menggunakan fisik pengetahuan bisa dicapai. Faktor kognitif merupakan pengetahuan tentang mata pelajaran Penjaskes. Salah satu cara memastikan semua remaja mendapatkan olah raga yang cukup adalah dengan meningkatkan partisipasi di dalam pendidikan jasmani di semua tingkatan sekolah hal ini di dukung oleh teori

Sembilan orang siswa dan siswi (7%) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes. Empat orang siswa (7%) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes dan 5 orang siswi ( 8% ) tertarik pada mata pelajaran Penjaskes. Siswi lebih tertarik daripada siswa karena faktor kognitif berkontribusi terhadap cara remaja berpikir dan bertindak begitu pun dengan siswa karena dengan menggunakan fisik pengetahuan bisa dicapai. Faktor kognitif merupakan pengetahuan tentang mata pelajaran Penjaskes. Salah satu cara memastikan semua remaja mendapatkan olah raga yang cukup adalah dengan meningkatkan partisipasi di dalam pendidikan jasmani di semua tingkatan sekolah hal ini di dukung oleh teori

Dokumen terkait