• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini meliputi 1. Manfaat teoritis

Diharapkan pada penelitian ini mampu memberikan bantuan pemikiran dan perkembangan ilmu pengetahuan pada studi ilmu administrasi negara tentang bentuk pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Makassar.

2. Manfaat praktis

Sebagai upaya memperluas pengetahuan bagi penulis di bidang ilmu administrasi negara khususnya pada pengawasan Tenaga Kerja Asing di Kota Makassar

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dijadikan referensi dalam suatu penelitian. Penelitian terdahulu dijadikan sebagai acuan pembeda dalam penelitian untuk menganalisis perbedaan maupun persamaan di dalam penelitian. Dalam penelitian terdahulu yang terkait dalam penelitian ini adalah :

NO Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Penelitian Engli Irama Siagan (2016) berjudul Pelaksanaan Pengawasan Izin mempekerjakan Tenaga Kerja Asing di kantor Imigrasi Kelas I Pekanbaru.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan, dampak pelaksanaan pemantauan izin tinggal TKA kategori I Pekanbaru di Kantor Imigrasi belum berjalan secara maksimal. Hal ini dapat dilihat bahwa kantor imigrasi hanya menerima laporan dari perusahaannya tentang adanya Tenaga Kerja Asing dengan mengurus surat izin.

Di Kantor imigrasi kelas I Pekanbaru ditemukan juga beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu sumber daya manusianya perlu ditingkatkan baik secara kuantitas maupun kualitas. Kemudian perlunya pemaksimalan komunikasi melalui sosialisasi yang diberikan terhadap perusahaan yang menggunakan Tenaga Kerja Asing dan

sosialisasi terhadap masyarakat agar berpartisipasi dalam mengawasi Tenaga Kerja Asing. Agar dapat melancarkan tugas kantor imigrasi dalam mengawasi Tenaga Kerja Asing.

Faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan yaitu kurangnya sarana dan prasarana yang ada di kantor imigrasi sehingga perlu penambahan unit kendaraan agar pelaksanaan pengawasan berjalan sesuai dengan yang telah dilaksanakan selanjutnya perlunya dilakukan pengawasan secara berkala oleh kantor imigrasi di kota Pekanbaru untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pelaksanaan pengawasan yang dilakukan oleh kantor imigrasi tentang izin tinggal Tenaga Kerja Asing di kota Pekanbaru.

2. Penelitian Abharina

atikah sari (2017) yang berjudul pengawasan Tenaga Kerja Asing di kota Cilegon.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan Tenaga Kerja Asing di kota Cilegon rata-rata bekerja di perusahaan swasta asing atau Perseroan Terbatas (PT) yang beroperasi di bidang industri. Dalam kegiatan pengawasan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing yang

berada di kota Cilegon harus dilakukan dengan cara akurat dan tepat waktu, serta pengawasan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan dalam perencanaan pengawasan baik pada pelaksanaan kegiatan pengawasan administratif maupun di lapangan. Namun dalam pengawasan penggunaan Tenaga Kerja Asing yang bekerja pada perusahaan-perusahaan di kota Cilegon masih belum bisa dikatakan maksimal Diantaranya. kurangnya sumber daya manusia yang memadai, masih banyaknya perusahaan yang melakukan paket\borongan dalam hal tenaga kerja, kurangnya jadwal pengawasan yang dilakukan oleh Tim Pora (tim pengawasan orang asing), 3. Hasil penelitian Diello

wigra hardinata (2018) berjudul pengawasan keimgrasian terhadap Tenaga Kerja Asing

dalam kegiatan

penanaman modal asing.

hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengaturan Tenaga Kerja Asing dalam penanaman modal asing di Indonesia diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan pasal 42, setiap pemberi kerja yang mempekerjakan tenaga asing wajib memiliki izin tertulis dari Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sedangkan Dalam pengawasan terhadap Tenaga Kerja Asing dalam

kegiatan penanaman modal asing, yaitu dilakukan oleh Keimgrasian, regulasi pengawasan Tenaga Kerja Asing diatur dalam pasal 68 ayat 1 UU Keimgrasian, dimana pengawasan Keimgrasian terhadap orang asing dilaksanakan dalam permohonan visa masuk atau keluar. Namun dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur pengawasan dan pengendalian terhadap orang asing dan Tenaga Kerja Asing belum dijalankan secara maksimal, terutama koordinasi antara Lembaga yang terkait sehingga dapat meningkatkan jumlah pelanggaran peraturan keimgrasian oleh orang asing.

B. Konsep Teori Pengawasan

Pengawasan merupakan sebuah proses ataupun sebuah Langkah-langkah pencegahan dari Tindakan penyimpangan fatal dan mengoreksi apabila terjadi sebuah penyimpangan-penyimpangan kecil yang dilakukan oleh karyawan dalam proses penerapan aktivitas organisasi serta menjamin tujuan organisasi yang telah tercapai sesuai dengan apa yang telah diharapkan sebelumnya (Situmeang, 2017).

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen. Sehingga pengawasan ditujukan untuk memastikan bahwa kegiatan dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan guna untuk mencapai tujuan. Melalui pengawasan, dimungkinkan untuk menilai apakah suatu entitas telah melaksanakan aktivitas sesuai dengan tanggung jawab dan fungsinya secara efektif, efisien dan sesuai dengan regulasi yang berlaku (Kusnadi, 2017).

Menurut Situmorang dalam (Islamiah et al., 2016). Adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk merealisasikan kebijakan yang telah dirumuskan. Pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah merupakan salah satu fungsi departemen manajemen pemerintah untuk mengevaluasi ketepatan pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan.

Sedangkan menurut (Amiruddin, 2016). pengawasan merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan secara rasional yang diperlukan dan pola perilaku standar yang umum di komunitas tertentu sehingga efektivitas dan efisien pekerjaan yang dilakukan antar manajer dapat terwujud.

Menurut Permendikbud RI No. 0415/U/1987 tentang pedoman pelaksanaan pengawasan di lingkungan Depdikbud menjelaskan bahwa. Pengawasan adalah salah satu fungsi organisasi administrasi serta manajemen yang meliputi pemeriksaan, pengkajian, dan pemantauan untuk menjaga agar kegiatan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi departemen dapat dilakukan secara berdaya guna, berhasil guna sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Handoko dalam (Situmeang, 2017). mengutarakan karakteristik pengawasan yang baik dan efektif :

1. Akurat yaitu informasi tentang pelaksanaan kegiatan harus akurat, apabila jika informasi tersebut tidak akurat, sistem pemantauan dapat menyebabkan organisasi melakukan Tindakan perbaikan yang salah, atau bahkan menimbulkan masalah yang sebenarnya tidak ada.

2. Tepat waktu yaitu data yang telah dikumpulkan harus disederhanakan dan dievaluasi secepat mungkin.

3. Berfokus pada titik pemantauan strategis, sistem pengawasan harus berfokus pada area dimana penyimpangan dari standar paling sering terjadi atau yang akan menyebabkan kerusakan yang paling fatal

4. Objektif serta merata, informasi harus mudah dimengerti serta bersifat objektif dan lengkap

5. Realistis secara ekonomi, biaya penerapan sistem pengawasan harus lebih rendah atau setidaknya sama dengan manfaat yang diperoleh dari sistem tersebut.

6. Praktis dalam organisasi, sistem kendali harus sesuai dan berkoordinasi dengan kenyataan kenyataan dalam organisasi

7. Terkoordinasi dengan proses kerja organisasi, karena setiap tahapan proses kerja dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan seluruh operasi, dan informasi pengawasan harus menjangkau semua orang yang membutuhkannya.

8. Fleksibel, pengawasan harus memiliki fleksibilitas untuk membagikan asumsi ataupun respons terhadap ancaman maupun peluang dari lingkungan.

9. Bersifat panduan dan operasional, sistem pengawasan yang efisien harus menunjukkan deteksi atau penyimpangan dari standar dan Tindakan yang

korektif yang harus diambil.

10. Sistem pengawasan harus diterima oleh anggota organisasi agar dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan dan mampu menggerakkan pelaksanaan pekerjaan dalam anggota organisasi.

C. Fungsi Pengawasan

Menurut Sule dan saefullah mengemukakan pendapat tentang fungsi pengawasan, pada dasarnya adalah proses yang telah direncanakan berjalan dengan semestinya. Fungsi pengawasan meliputi mengidentifikasi berbagai faktor yang menghambat suatu kegiatan dan mengambil Tindakan korektif yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Singkatnya fungsi pengawasan diperlukan untuk memastikan bahwa pekerjaan yang direncanakan terkoordinasi dan dilakukan sebagaimana mestinya. Jika tidak berfungsi dengan baik maka fungsi pengawasan juga akan melakukan proses untuk mengoreksi kegiatan yang sedang berjalan agar tetap dapat mencapai tujuan yang direncanakan. Fungsi pengawasan itu sendiri adalah untuk meningkatkan rasa tanggung jawab pegawai yang diberi tugas dan diberi wewenang untuk bekerja, mendidik pegawai untuk bekerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan serta mencegah kelalaian, kelemahan dan penyimpangan sehingga dapat menghindari kerugian yang tidak diinginkan dan memperbaiki kesalahan dan penyalahgunaan, agar pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan (Takaendengan, 2018).

Pelaksanaan fungsi pengawasan perlu menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas yang dilakukan dalam suatu organisasi, pengawasan harus bersifat preventif, artinya pengawasan yang dilakukan untuk menghindari

penyimpangan-penyimpangan dari rencana yang direncanakan dan berorientasi saat ini, artinya pemantauan hanya mencakup kegiatan yang sedang berlangsung, hanyalah alat yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan kontrol dan tidak boleh dilihat sebagai akhir, maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah pencapaian tujuan. Proses pelaksanaan pengawasan harus efisien agar tidak ada pengawasan yang menghambat upaya peningkatan efisiensi (Sigar et al., 2018).

Menurut Sule dan saefullah mengemukakan tiga fungsi pengawasan sebagai berikut :

1. Mengambil Langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin ditemukan

2. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan pencapaian tujuan perusahaan

3. Mengevaluasi keberhasilan dan pencapaian tujuan serta target sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan.

D. Bentuk Dan Tujuan Pengawasan

Berdasarkan Bentuk dan tujuan pengawasan yang dikutip dari (Kusnadi, 2017) dikelompokkan menjadi dua yaitu Pengawasan Preventif dan Pengawasan Represif..

1. Pengawasan Preventif

Pengawasan Preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan selama beraktivitas dan memberikan pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan kegiatan secara efektif dan efisien. Selain itu juga untuk memastikan target serta tujuan yang hendak dicapai serta memastikan

kewenangan dan tanggung jawab selaku Lembaga sehubungan dengan tugas wajib yang telah diberikan. Dan menentukan sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menentukan kewenangan dan tanggung jawab terhadap instansi sehubungan dengan tugas yang telah diberikan.

2. Pengawasan Represif/detektif

Pada prinsipnya pengawasan ini dilaksanakan setelah dilakukannya Tindakan dengan membandingkan apa yang telah terjadi dengan hal apa yang telah direncanakan terjadi. Dalam perihal pembuatan produk hukum wilayah serta aksi tertentu dalam pemerintah daerah. Menurut bagi Hanan pengawasan ini berupa pembatalan otorisasi (vernietiging) atau skorsing (schorsing).

Teknik pengawasan adalah cara untuk melaksanakan pengawasan dengan terlebih dahulu menentukan titik titik pengawasan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan mengenai keadaan keseluruhan kegiatan yang dilakukan.

Adapun tujuan pengawasan yakni :

1. Untuk mengetahui apakah terjadi kelemahan, kesulitan dan kegagalan pada suatu kegiatan yang direncanakan

2. Membandingkan antara pelaksana dengan standar yang telah dibuat.

3. Pengawasan dilakukan bukan hanya untuk memperbaiki kesalahan yang baru terjadi akan tetapi juga terhadap masa-masa yang akan datang.

4. Untuk mengetahui apakah pekerjaan berjalan dengan baik.

5. Memperbaiki kesalahan karyawan dan menghindari mengulangi kesalahan yang sama

6. Mengetahui apakah penggunaan anggaran yang telah ditetapkan dalam rencana

berorientasi pada tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

7. Membandingkan dengan rencana yang ditentukan dalam rencana standar untuk memahami standar hasil pekerjaan.

8. Untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan sesuai dengan prosedur atau kebijakan yang telah ditentukan.

E. Jenis Pengawasan

Menurut Handoko yang dikutip dari (Anggraini, 2019). membagi tiga jenis pengawasan yaitu :

1. Pengawasan pendahuluan (steering controls)

Dirancang untuk memprediksi masalah atau penyimpangan dari standar atau target, dan memungkinkan koreksi dilakukan sebelum fase tertentu dari aktivitas selesai. Pengawasan ini bersifat preventif, artinya merupakan Tindakan preventif yang dilakukan sebelum terjadi masalah atau penyimpangan.

2. Pengawasan (concurrent)

Pengawasan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan. Jenis pengawasan ini sering disebut dengan pengawasan “ya, tidak” screening control berhenti”, terus” dilakukan selama kegiatan berlangsung. Oleh karena

itu diperlukan proses yang harus diselesaikan sebelum kegiatan dapat dilanjutkan.

3. Pengawasan umpan balik (past-action controls)

Yang bertujuan untuk mengukur hasil kegiatan yang diselesaikan. Sebab dari penyimpangan atau kesalahan yang dicari tahu kemudian penemuan tersebut diterapkan pada kegiatan-kegiatan pada masa yang akan datang.

F. Proses Pengawasan

Menurut Handoko Proses pengawasan merupakan serangkaian kegiatan untuk melaksanakan pengawasan terhadap suatu tugas kerja terhadap pekerjaan dalam organisasi maupun instansi. Dalam proses pengawasan terdiri dari beberapa Tindakan yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan (Anggraini, 2019).

1. Penetapan standar perencanaan/pelaksanaan Langkah pertama dalam pengawasan adalah menetapkan standar implementasi, yang berarti ukuran yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengevaluasi hasil.

2. Penentuan pengukuran penerapan, penetapan standar akan menjadi sia-sia Ketika pengukuran tidak disertai dengan berbagai cara mengukur pelaksana kegiatan nyata. Pada tahap ini menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara cepat.

3. Untuk mengukur kinerja kegiatan, ada beberapa cara untuk mengukur kegiatan yaitu :

a. Pengamatan

b. Metode-metode otomatis

c. Laporan-laporan baik secara tertulis maupun lisan d. Pengujian atau dengan pengambilan sampel.

4. Perbandingan penerapan dengan standar analisis penyimpangan, sesi kritis dari proses pengawasan adalah membandingkan penerapan nyata dengan

penerapan yang sudah direncanakan ataupun standar yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Pengambilan Tindakan koreksi bila diperlukan, jika hasil analisis menunjukkan bahwa Tindakan korektif telah dilakukan, maka Tindakan tersebut harus dilakukan. Tindakan korektif dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Dapat mengubah standar, meningkatkan implementasi, atau menerapkan dua standar pada saat yang bersamaan.

G. Konsep Tenaga Kerja Asing

Tenaga kerja Asing (TKA) Merupakan warga negara asing pemegang visa dengan bertujuan bekerja di Indonesia. Dan setiap pemberi kerja bagi Tenaga Kerja Asing harus memiliki surat izin yang tertulis dalam instansi/Lembaga berwenang yang menaungi Tenaga Kerja Asing dalam bidang ketenagakerjaan. Tenaga Kerja Asing yang bekerja di Indonesia hanya dalam bentuk kerja untuk jabatan-jabatan tertentu dan waktu tertentu (Septianingrum, 2018).

Menurut Hakim Tenaga Kerja Asing merupakan tiap orang yang bukan warga negara Indonesia yang bekerja di wilayah Indonesia yang mampu melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja, guna untuk menghasilkan jasa atau barang sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tenaga Kerja Asing menurut Sumarprihatiningrum adalah orang asing yang bukan warga negara Indonesia, mempunyai kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya sehingga dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan di dalam negeri guna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (Nurhidayati, 2019).

Adapun dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa Tenaga Kerja Asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Dalam Undang-Undang tersebut juga mengatur tentang penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dalam bab VIII pasal 42 sampai 49 tersebut menyebutkan bahwa pemberi kerja yang akan menggunakan Tenaga Kerja Asing harus mempunyai rencana penggunaan tenaga asing dan mencakup jabatan yang akan diduduki, jangka waktu dan harus didampingi oleh tenaga kerja dari warga negara Indonesia. Dalam pembuatan rencana penggunaan tenaga asing harus disahkan oleh Menteri sebagai persyaratan untuk mendapatkan izin bekerja di Indonesia. Tenaga Kerja Asing harus memiliki standar kompetensi dan kualifikasi di bidang pengetahuan, keahlian, keterampilan di bidang tertentu serta pemahaman tentang budaya Indonesia. Pendampingan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing mengutamakan pada alih keahlian dan alih teknologi sehingga pendamping Tenaga Kerja Asing tersebut dapat menggantikan Tenaga Kerja Asing di yang telah didampinginya. Tenaga Kerja Asing dilarang memegang posisi tertentu dan harus tunduk pada keputusan Menteri.

Setelah pemutusan kerja, pemberi kerja wajib memulangkan Tenaga Kerja Asing ke negara asalnya. Peraturan Menteri tenaga kerja Nomor 16 Tahun 2015 tentang tata cara penggunaan Tenaga Kerja Asing. Persyaratan Tenaga Kerja Asing dimuat dalam Bab V pasal 6 antara lain disebutkan bahwa Tenaga Kerja Asing harus memperoleh Pendidikan lima tahun dan sertifikat Kompetensi serta pengalaman kerja sesuai dengan jabatannya, dan harus mentransfer pengetahuan profesionalnya kepada tenaga kerja pendamping, serta disertifikasi oleh laporan penyelenggara

Pendidikan dan pelatihan untuk memiliki NPWP dan pengalaman kerja serta kartu jaminan sosial untuk pekerja diatas enam bulan. Persyaratan diatas tidak berlaku bagi pekerjaan yang bersifat darurat atau mendesak. Pemberi kerja yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing harus mendapatkan izin mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang juga berlaku untuk anggota direksi dewan komisaris atau anggota Pembina sebagai pengurus dan bertempat tinggal di luar negeri. Pemberi kerja yang mempekerjakan satu Tenaga Kerja Asing harus merekrut paling sedikit sepuluh tenaga kerja Indonesia di perusahaan penyedia Tenaga Kerja Asing.

H. Pengawasan Tenaga Kerja Asing

Hakikat pengawasan ketenagakerjaan adalah sebuah sistem dalam mengawasi serta menggerakkan pelaksanaan peraturan di bagian ketenagakerjaan.

pengawasan mengenai pelaksanaan pendidikan dan pelatihan tenaga kerja pendamping dikerjakan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan pada kementerian tenaga kerja dan transmigrasi serta dinas pada divisi ketenagakerjaan di provinsi dan kabupaten/kota selaku pemegang tanggung jawab (Suhandi, 2016).

Penerapan pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan merupakan faktor penting dalam penggunaan Tenaga Kerja Asing maupun tenaga kerja lokal sebagai upaya penegakan hukum ketenagakerjaan secara merata baik dalam instansi ketenagakerjaan sebagai penyelenggara pengawasan serta industri yang menyertai tenaga kerja dimulai dari awal penggunaan tenaga kerja tersebut

Pelaksanaan kegiatan pengawasan terhadap Tenaga Kerja Asing di Indonesia tidak lain merupakan dari penerapan selective sercive atau kebijakan selektif.

Dengan kata lain hanya orang asing yang menawarkan keuntungan dan tidak membahayakan ketertiban dan keamanan masyarakat, yang diperbolehkan masuk dan berada di wilayah Indonesia. Untuk melaksanakan kebijakan selektif, perlu dilakukan pengawasan terhadap kegiatan orang asing yang bertempat tinggal dan beroperasi di wilayah Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan berdasarkan sistem hukum yang berlaku di Indonesia (Mirwanto, 2016).

Adapun berdasarkan bentuk kegiatan pengawasan orang asing yang dilaksanakan sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 180 dan 181 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 terdiri atas :

1. Pengawasan Administratif 2. Pengawasan Lapangan

Pengawasan ketenagakerjaan dilakukan dalam satu kesatuan sistem pengawasan ketenagakerjaan yang terpadu terkoordinasi dan terintegrasi yang terdiri dari unit kerja pengawasan ketenagakerjaan, pengawasan dan tata kerja pengawasan ketenagakerjaan (Amiruddin et al., 2018).

Adapun dalam Undang-Undang No 13 Tahun 2003 pasal 176 menjelaskan tentang pengawasan ketenagakerjaan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang mempunyai kompetensi dan independen guna menjamin pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan, berkaitan dengan Tenaga Kerja Asing pengawasan dilakukan terhadap norma hukum ketenagakerjaan bagi penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia, dengan cara

melakukan pemeriksaan norma ketenagakerjaan secara rutin dan periodik terhadap perusahaan yang mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.

I. Kerangka Pikir

Pengawasan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam memberikan penegakan hukum dan perlindungan hukum dalam bidang ketenagakerjaan. Dalam kajian pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan maka terdapat beberapa aspek yang dilakukan dalam pengawasan tersebut terhadap penerapan peraturan Menteri ketenagakerjaan Nomor 16 tahun 2015.

Dalam melaksanakan tujuan dan fungsi pengawasan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing maka terdapat dua tujuan dalam melaksanakan pengawasan yaitu Pengawasan Preventif dan Pengawasan Represif di mana pada Pengawasan Preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya penyimpangan selama beraktivitas dan memberikan pedoman bagi terselenggaranya pelaksanaan pengawasan terhadap penggunaan Tenaga Kerja Asing secara efektif dan efisien. Sedangkan Pengawasan Represif dilakukan dengan membandingkan apa yang terjadi dengan apa yang telah terjadi dalam pengawasan ini dilakukan untuk melihat serta memantau Tenaga Kerja Asing yang sudah memiliki izin mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA) yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

J. Fokus Penelitian

Berdasarkan kerangka pikir diatas maka dalam penelitian ini memfokuskan pada dua indikator yaitu :

1. Pengawasan Preventif

2. Pengawasan Represif /Detektif

Pengawasan Tenaga Kerja Asing Di Kota Makassar

Pengawasan Preventif

Pengawasan Repsresif/Detektif

Meningkatkan Pengawasan Terhadap Penggunaan Tenaga Kerja Asing Di Kota Makassar

K. Deskripsi Fokus Penelitian 1. Pengawasan Preventif

a. Melakukan pengawasan secara akurat dan kejelasan dalam melaksanakan pengawasan Terhadap Tenaga Kerja Asing di Kota Makassar.

b. Melaksanakan Pengawasan dengan pedoman yang telah direncanakan.

Melaksanakan pengawasan dengan melihat apa yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Mencegah terjadinya Tindakan yang penyimpangan selama beraktivitas/pengawasan yang dilakukan di lapangan.

2. Pengawasan Represif

a. Terpusat pada titik-titik pengawasan yang strategis

b. Pengawasan yang dilakukan setelah pekerjaan atau kegiatan telah dilaksanakan.

31 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama dua bulan terhitung dari bulan juli sampai dengan bulan sepetember 2021 setelah peneliti melakukan semininar Proposal. Adapun lokasi dan tempat penelitian yaitu pada Dinas TenagaKerja dan Tranmigrasi Provnsi Sulawesi Selatan. Alasan pemelihan lokasi ini dikarenakan intansi tersebut terlibat langsung dalam mengawasi tenaga kerja asing di Kota Makassar.

B. Jenis Dan Tipe Penelitian 1. Jenis Penelitian

Adapun dalam penlitian ini menggunkan deskripsi kualitatif yaitu penliti memberikan segala infomarmasi yang didapatkan di lapangan dengan pengamatan langsung, wawancara serta mengumpulkan data terkait permasalahan yang diteliti yakni pengawasan Tenaga Kerja Asing Di Kota Makassar.

2. Tipe Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yakni kuliatatif dekriptif yaitu jenis penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh dan mengolah berbagai macam data yang telah dikumpulan melalui hasil wawancara maupun pengamatan langsung dilapangan sehingga data yang didapatkan dapat memberikan gambaran tentang permasahalahan yang diteliti yaitu pengawasan terhadap penggunaan tenaga kerja asing di Kota Makassar.

C. Sumber Data 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan terhadap hasil wawancara langsung yang dilakukan oleh peneliti yang didapatkan pada informan yang berkaitan dengan pengawasan tenaga kerja asing di kota makassar.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang didapatkan pada peraturan-peraturan dan dokumen-dokumen maupun buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan merupakan orang-orang yang berada dalam ruang lingkup dalam pengawasan tenaga kerja asing, dimana pengambilan informan ini

Informan merupakan orang-orang yang berada dalam ruang lingkup dalam pengawasan tenaga kerja asing, dimana pengambilan informan ini

Dokumen terkait