BAB I PENGANTAR
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi konstribusi atau kegunaan bagi berbagai penelitian, yaitu
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian dari hasil penelitian berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penelitian ini diharapkan menambah kemampuan bagi guru dalam menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, dapat menjadi acuan baru bagi guru dalam menyusun rancangan pembelajaran analisis bahasa dalam drama di SMA kelas XI Semester II.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat bagi guru, bagi peserta didik, bagi sekolah, dan bagi peneliti.
3. Bagi Guru
Melalui penelitian ini, guru dapat memberikan pilihan alternatif mengenai media yang digunakan dan metode pembelajaran. Guru lebih efektif dalam mengajar sehingga proses belajar mengajar menjadi menyenangkan.
4. Bagi Peserta Didik
Bagi peserta didik penelitian ini dapat memberikan kemudahan dalam memahami setiap materi yang disampaikan guru dengan metode pembelajaran yang secara sistematis oleh guru. Sehingga peserta didik akan lebih mudah menganalisis teks drama yang ada.
5. Bagi Akademisi
Manfaat bagi akademis adalah menambah literatur dan teori untuk mengembangkan mengenai analisis unsur intrinsik dan kebahasaan serta Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) khususnya pembelajaran dengan menganalisis bahasa dalam drama di SMA kelas XI semester II.
1.5 Batasan Istilah
Penelitian ini terdapat batasan istilah yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam mendiskripsikan.
1. Drama
Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan sikap manusia yang harus melahirkan kehendak manusia dengan aktion dari perilaku (Toni, 2006: 17).
2. Struktur Drama
Menurut Endraswara (2011: 20-23) menjelaskan bahwa dalam drama selalu mengikuti struktur alur yang tertata. Jadi yang dimaksud Endraswara struktur baku dalam drama adalah babak, adegan, dialog, prolog, dan epilog.
3. Unsur Intrinsik Drama
Tri Priyanti (2010: 109), mengemukakan bahwa unsur intrinsik drama adalah unsur yang berkaitan dengan eksistensi sastra sebagai struktur verbal yang otonom. Unsur intrinsik drama seperti tokoh, tema, amanat, alur, dan latar.
4. Kebahasaan Teks Drama
Kosasi (2017: 376), menjelasakan bahwa fitur-fitur kebahasaan pada drama memiliki banyak kesamaan dengan drama. Drama menggunakan kata ganti orang ketiga pada bagian epilog atau prolog. Karena melibatkan banyak perlaku tokoh, kata ganti yang lazim digunakan adalah mereka.
Sementara kebahasaan banyak menggunkan kata menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis), kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa, banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan pikiran dan perasaan tokoh, dan menggunakan kata kerja sifat.
6. Silabus
Menurut Mulyasa (2007: 190), silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok pembelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi. Kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satu pendidikan.
7. Rancangan Pelaksanan Pembelajaran (RPP)
Rancangan Pelaksanan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar ini dan dijabarkan dalam rancangan pembelajaran (Mulyasa, 2007: 212).
1.6 Sistematika Penyajian
Sistematika penyajian dalam penelitian ini akan disajikan dalam lima bab. Bab I akan membahas pendahulun yang akan menguraikan (a) latar belakang, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) batasan istilah, dan (f) sistemantika penyajian.
Bab II akan membahas landasan teori yang digunakan sebagai acuan yang terbagi dalam (a) penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, (b) kajian pustaka.
Bab III adalah metodelogi penelitian yang terdiri dari (a) jenis penelitian, (b) data penelitian, (teknik pengumpulan data), dan (d) teknik analisis data. Bab IV berisi hasil dan pembahasan, yang melipui (a) deskripsi data (b) RPP sebagai rancangan pembelajaran drama guna menunjang keterampilan di SMA kelas XI. Bab V membahas tentang (a) kesimpulan, (b) implikasi, dan (c) saran. Bagian akhir skripsi ini terdapat daftar pustaka.
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab dua akan disampaikan beberapa kajian pustaka yang mengkaji drama.
Terdapat empat penelitian yang relevan dan memiliki kesamaan dengan topik yang akan diteliti. Penelitian tersebut dilakukan oleh Agnia Sabitah (2017), Magdalena Yeni (2017), Ambarwati (2014), dan Mahmudah (2015).
2.1 Penelitian yang Relevan
Pertama, penelitian Agnia Sabitah (2017) berjudul “Pembelajaran Menganalisis Isi dan Kebahasaan Teks Drama Dengan Menggunakan Metode Discovery Learning Di Kelas XI SMAN 1 Ciparay Tahun Pembelajaran 2016/2017”. Tujuan penelitian untuk memberikan konstribusi dalam menulis, merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mengenai analisis isi dan kebahasaan teks drama dengan menggunakan metode Discovery Learning di Kelas XI SMAN 1. Metode yang digunakan adalah eksperimen one grup prestes-posttest design. Subjek dalam penelitian berupa peserta didik dengan model penelitian tindakan kelas. Hasil penelitian yang dilakukan Sabitah adalah produk RPP dimana peneliti merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran menganalisis isi dan kebahasaan teks drama dengan menggunakan metode discovery learning.
Kedua, penelitian Magdalena Yeni (2017) berjudul “Unsur Intrinsik Drama Tangis Karya P. Hariyanto dan Rancangan Pembelajaran Berbentuk Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Di SMA”. Tujuan penelitian untuk memberikan kontribusi dalam penyusunan rancangan pembelajaran di SMA. Subjek penelitian yang digunakan adalah guru Bahasa Indonesia di SMA dan objek penelitian adalah rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dan hasil penelitian ini berupa produk RPP.
Ketiga, penelitian Ambarwati (2014) berjudul “Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya: Arifin C Noer : Kajian Stilistika dan Makna Yang Terkandung Di Dalamnya Serta Implementasinya Dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Di SMA”. Tujuan penelitian untuk memberikan kontribusi bahan ajar sastra di SMA yakni terhadap standar kompetensi mendengarkan. Subjek penelitian adalah naskah drama yang berjudul “Citraan Dalam Naskah Drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya: Arifin C Noer”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka, simak, dan catat. Hasil penelitian adalah produk RPP.
Keempat, penelitian Mahmudah (2015) berjudul “Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Guru Bahasa Indonesia Di SMP Negeri 2 Bantul” penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Bantul, dengan mendeskripsikan kendala guru dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) beserta upayanya, mendeskripsikan kesesuaian komponen (RPP) guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan data primer. Subjek penelitian adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Bantul, yang terdiri dari 4 guru Bahasa Indonesia dan objek penelitian adalah rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat guru. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa semua guru di SMP Negeri 2 Bantul sudah menyusun RPP dari semester ganjil dan semester genap serta menggunakan buku panduan pedoman dalam menyusun RPP.
Fokus penelitan Magdalena Yeni (2017) adalah menyusun Rancangan Pembelajaran di SMA. Mahmudah (2015) fokus menganalisis rancangan pembelajaran yang telah disusun guru Bahasa Indonesia di SMP 2 Bantul. Ambarwati (2014) mengfokuskan analisis makna
dalam drama Matahari Di Sebuah Jalan Kecil Karya: Arifin C Noer, dan analisis kesesuaian terhadap standar kompetesni. Agnia Sabitah (2017) mengfokuskan penelitian analisis isi dan kebahasaan teks drama menggunakan metode discovery learning. Penelitian yang dilakuan oleh peneliti berfokus pada analisis unsur intrinsik dan kebahasaan teks drama dan diimplementasikan dalam rancangan pembelajaran.
Mengacu pada penelitian sebelumnya, penelitian ini mengembangkan sasaran, tujuan, dan teori yang berbeda dalam konteks analisis unsur intrinsik. Dalam buku guru khusus untuk kelas XI menjelaskan ananlisis isi sementara unsur yang digunakan dalam menganalisis adalah unsur intrinsik drama seperti tema, amanat, tokoh, latar, dan alur jadi analisis isi dan unsur intrinsik hanyalah penafsiran kata yang berbeda tetapi intinya sama. Drama yang telah dianalisis diimpelementasikan pada Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) di SMA Kelas XI Semester II.
2.2 Landasan Teori
Sugiyono (2013: 52) berpendapat bahwa landasan teori layaknya fondasi pada sebuah bangunan, sehingga bangunan tersebut terlihat kokoh begitu pula dengan penulisan skripsi, tanpa adanya landasan teori peneliti dan metode yang digunakan tidak akan berjalan lancar.
Landasan teori pada penelitian ini adalah unsur intrinsik, tema dan amanat, tokoh dan penokohan, latar, alur, kebahasaan, urutan waktu, kata kerja yang menyatakan peristiwa, kata menyatakan pikiran, dan kata kerja sifat.
2.2.1 Unsur Intrinsik Teks Drama
Menurut Tri Priyanti (2010: 109), unsur intrinsik drama merupakan unsur yang berkaitan dengan eksistensi sastra sebagai struktur verbal yang otonom. Unsur intrinsiklah yang utama dalam sebuah drama. Unsur intrisik merupakan unsur penting yang membangun naskah drama karena teks drama yang dikatakan baik memiliki unsur intrinsik yang jelas
sehingga mudah dipahami oleh pembaca. Unsur intrinsik yang dimaskud adalah tokoh, tema, alur, latar, dan bahasa.
2.2.2 Tema dan Amanat
Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 173) mengemukakan, unsur penting yang ada pada sebuah karya sastra yakni tema yang merupakan gagasan sentral yang mencakup semua permasalahan yang ada dalam cerita. Hasanuddin (1996: 103) mengemukakan bahwa tema adalah inti permasalahan yang hendak dikemukan oleh pengarang dalam karyanya. Tema merupakan gagasan dan ide dalam karya sastra atau inti dari dari karya sastra itu sendiri yang diungkapkan baik secara tersurat ataupun tersirat.
Waluyo (2002: 24) menjelaskan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam drama. Waluyo (2002:28), membedakan tema dan amanat yakni tema karya sastra berhubungan dengan arti, sedangkan amanat berhubungan dengan makna dari karya sastra tersebut. Tema bersifat sangat lugas, objektif, dan khusus, sedangkan amanat bersifat kias, subjektif, dan umum. Tema berhubungan dengan cerita yang ditulis dan bagaimana penulis menuangkan imajinasi sehingga adanya sudut pandang yang dikemukakan oleh pengarang.
Amanat dalam sebuah drama akan lebih tersampaikan kepada penikmat karya sastra apabila drama tersebut dipentaskan. Pesan yang terdapat dalam drama tersebut secara praktis akan lebih mudah diterima oleh penikmat. Satoto (2012: 9) menjelaskan bahwa tema berupa pokok pikiran atau dasar suatu cerita yang diperoalkan atau dipermasalahkan serta dicari jawabannya, maka amanat adalah pemecah atau jawabannya. Dapat disimpulkan bahwa tema dan amanat adalah pesan yang ingin di sampaikan pengarang kepada pembaca baik secara tersurat maupun tersirat. Dalam amanat, pembaca atau penonton diminta mencari sendiri pesan yang disampaikan baik dari dialog para tokoh bahkan dari gerak gerik para tokoh, sehingga penonton bias menyimpulkan isi drama tersebut dan pesan moral dari drama yang
dibaca atau dipentaskan. Amanat bersifat kias dalam lakon drama banyak memiliki kata-kata kiasan yang berisikan pesan moral yang secara tersirat atau disampaikan secara tidak langsung tetapi pembaca akan mengetahui pesan yang ingin disampaikan melalui alur cerita yang dibaca.
2.2.3 Tokoh dan Penokohan
Menurut Kosasih (2017: 205) penokohan merupakan cara pengarang di dalam menggambarkan karakter tokoh. Dalam pementasan drama, drama mempunyai posisi yang penting. Tokohlah yang mengakutualisasikan naskah drama di atas pentas. Tokoh yang didukung oleh latar peristiwa dengan aspek lainnya akan menampilkan cerita dan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Berdasarkan perannya, tokoh terbagi atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Jadi, tokoh merupakan orang yang berperan dalam bermain drama, misalnya tokoh utama dan tokoh pendukung. Sementara penokoh merupakan sifat dari tokoh-tokoh yang bermain drama misalnya, sifat dari tokoh utama baik, dan sifat tokoh pembantu kasar dan jahat. Dalam tokoh dan penokohan memang tidak bisa dipisahkan karena setiap tokoh mempunyai karakter masing-masing dalam berperan, tetapi harus diingat bahwa tokoh dan penokoh merupakan sesuatu yang berbeda karena sifat melekat pada orang dan orang bukanlah sifat.
Dewojati (2010: 169), menjelaskan bahwa karakter atau yang biasa disebut tokoh adalah bahan atau bagaian yang paling aktif untuk menggerakan alur. Satoto (2012: 13) mengatakan ada tiga jenis tokoh berdasarkan sifat peran watak protagonis, antagonis, dan tritagonis.
1. Tokoh Protagonis: peran utama merupakan pusat atau sentral cerita.
2. Tokoh Antagonis: peran lawan, ia suka menjadi musuh atau penghalang tokoh protagonis yang menyebabkan timbulnya tikaian (konflik).
3. Tokoh Tritagonis: peran penegah, tugas menjadi pelerai, pendamaiatau pengantar protagonis dan antagonis.
Dengan adanya tokoh maka alur drama akan tersampaikan dengan baik serta terbentuknya alur cerita yang jelas.
2.2.4 Latar
Satoto (2014: 14) menjelasakan setting sering diterjemahkan latar namun menurut Satoto kurang tepat karena setting pengertiannnya mencakup tidak hanya latar tetapi mencakup aspek ruang, waktu, dan dalam keadaan action di tempat. Waluyo (2010: 12) menjelaskan bahwa latar atau setting mengandung pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa. Kosasih (2017: 206), latar adalah keterangan mengenai ruangan dan waktu. Penjelasan latar dalam drama dinyatakan dalam petunjuk pementasan. Bagian itu disebut kramagung. Latar juga dapat dinyatakan dalam melalui percakapan para tokohnya. Dalam pementasannya, latar dapat dinyatakan dalam tata panggung ataupun tata cahaya. Latar merupakan tempat kejadian di mana para tokoh melakukan perannya dan mencakup aspek ruang dan waktu. Misalnya, pagi hari, siang hari, dan malam hari. Latar tempat merupakan tempat di mana terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita misalnya, Ari belajar di kamarnya sambil mendengarkan musik. Latar suasana misalnya, salah satu anggota polisi melepaskan tembakannya ke salah satu bandar narkoba, membuat warga sekitar ketakutan, saat itu suasana sangat mencekam karena bandar narkoba juga membalas tembakan polisi.
2.2.5 Alur
Menurut Hasanuddin (1996: 90), plot atau alur merupakan hubungan antar satu peristiwa atau kejadian atau kelompok peristiwa lainnya. Jadi, plot atau alur menurut Hasanuddin merupakan kejadian atau urutan peristiwa yang terjadi disetiap babak sehingga
dengan adanya alur pembaca akan lebih mudah memahami setiap kejadian atau pestiwa yang ada dalam cerita.
Endraswara (2011: 24) menjelaskan plot adalah alur atau jalan cerita. Alur yang mengantarkan lakon mejadi semakin menarik. Dengan adanya plot, teks drama yang dibaca akan memiliki alur cerita yang jelas sehingga pembaca akan lebih memudah memahi isi cerita dalam drama. Plot harus ditata dengan sebaik mungkin melalui struktur yang jelas.
Menurut Endraswara, plot memiliki lima struktur yaitu Eksposisi, konfilik, komplikasi, resolusi dan klimaks.
Sejalan dengan pendapat Endraswara, Tarigan (2011: 90) menjelaskan bahwa plot dalam drama dikenal eksposisi, komplikasi, dan resolusi. Eksposisi lakon yang menentukan aksi dalam waktu dan tempat; memperkenalkan para tokoh; menyatakan situasi suatu lakon, menunju konflik yang akan dikembangkan dalam cerita dan sesekali membayangkan resolusi yang akan dilakukan. Konfik atau bagian tengah lakon sementara resolusi merupakan bagian penemuan titik penyelesaian masalah dan pada titik temu penyelesaian masalah serta memisahkan resolusi yaitu klimaks maka akan terjadi perubahan nasip para tokoh dalam cerita. Berikut penjabaran kelima struktur yang dimaksudkan oleh Endraswara dan Tarigan.
1. Eksposisi
Eksposisi adalah suatu kesatuan awal atau pembuka dari suatu karya sastra. Jadi, eksposisi merupakan keterangan mengenai tokoh-tokoh cerita dan eksposisi biasanya dibacakan oleh pembawa acara.
2. Komplikasi
Komplikasi merupakan awal atau pengembangan konflik. Komplikasi lanjutan dari eksposisi di mana peristiwa yang mulai dimunculkan dalam cerita.
3. Klimaks
Klimaks adalah tahap terakhir setelah terjadinya konflik yang menetukan para nasib para tokoh. Setelah terjadinya pergejolakan atau konflik maka para tokoh akan menemukan titik terang dari konfik yang mereka hadapi.
4. Resolusi
Resolusi adalah peleraian masalah yang terjadi anatar para tokoh sehingga dengan resolusi akan mentukan titik terang dari permasalahan serta mampu menentukan ending dari sebuah konflik dan akan menjawab pertanyaan-pertanyaan pembaca mengenai kejadiaan-kejadian dalam cerita.
5. Konklusi
Konklusi adalah sebuah penyelesaian konflik-konflik yang menjadi akhir sebuah cerita. Tahap terakhir dalam sebuah cerita pastinya konflik-konflik sudah terselesaikan dan memberikan kesan dan pesan kepada pembaca secara ekplisit.
Dapat disimpulkan bahwa plot merupakan jalan cerita yang dialami oleh tokoh sehingga peristiwa yang diangkat dalam cerita mendapat titik tengah dan penyelesaian. Alur sangat menetukan dalam cerita karena dengan adanya alur yang baik maka akan membuat pembaca penasaran akan akhir dari cerita yang ada.
2.3. Kebahasaan Teks Drama
Kosasih (2017: 379) menjelaskan bahwa ada empat ciri kebahasaan dalam drama, yaitu (1) urutan waktu, (2) kata kerja menyatakan peristiwa, (3) kata kerja menyatakan pikiran, (4) kata kerja menyatakan sifat (Descriptive Language). Kebahasaan dalam drama berperan penting karena membantu pembaca dalam memahami setiap kejadian atau peristiwa yang dialami oleh tokoh.
2.3.1. Urutan Waktu
Chaer (2008: 101) menjelaskan bahwa menghubungkan menyatakan waktu, yakni konjungsi ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, tatkala, sejak, sambil, dan selama. Sementara Kosasi (2017: 376) menjelaskan bahwa kebahasaan dalam drama lebih banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi kronologis). Misalnya: sebelum, sekarang, setelah itu, mula-mula, kemudian. Jadi, dengan menganalisis kata yang menyatakan urutan waktu peserta didik akan memahami setiap urutan peristiwa dalam drama dengan demikian perserta didik akan mudah memahami alur cerita dalam drama.
2.3.2. Kata Kerja Menyatakan Peristiwa
Kosasi (2017: 376) berpendapat bahwa kebahasaan dalam drama lebih banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, menobuatkan, menyingkirkan, menghadap, beristirahat. Dengan adanya peristiwa yang ada dalam drama peserta didik akan semakin tertarik membaca dan lebih mudah mengingat isi drama dan adanya pembelajaran drama peserta didik akan lebih mengsyukuri serta menghargai proses pendidikan yang masih peserta didik jalani.
2.3.3. Kata Menyatakan Pikiran
Kebahasaan yang banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau yang dirasakan oleh tokoh. Contohnya: merasakan, menginginkan, mengharapkan, mendambakan, mengalami. Kosasih (2017: 377).
Dalam menganalisi drama peserta didik diminta menemukan kata yang menyatakan pikiran. Kata menyatakan pikiran yang dirasakan oleh tokoh dalam drama ketika tokoh mengalami kejadian yang menyenangkan atau pun yang mengharukan, sehingga komunikasi atanra tokoh dan apa yang dirasakan oleh tokoh seolah-olah dirasakan oleh pembaca
2.3.4. Kata Kerja Sifat (Descriptive Language)
Kosasi (2017: 377) menjelaskan bahwa kata kerja sifat (Descriptive Language) menggunakan kata-kata sifat untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana. Misalnya:
rapi, bersih, baik, gagah, kuat. Adanya kata sifat peserta didik atau pembaca drama akan lebih mengenal setiap sifat dari tokoh dalam drama. Peserta didik akan lebih mengenal dan mengetahui setiap kejadian dalam drama.
2.4. Rancangan Pembelajaran Unsur Intrinsik dan Kebahasaan Drama di SMA
Revisi kurikulum 2013 tahun 2017 tidak terlalu signifikan. Namun, perubahan difokuskan untuk meningkatkan hubungan atau keterkaitan diantaranya kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dan penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang guru harus rangkum adalah PPK, 4C, dan HOTS sehingga guru harus kreatif dalam mendesain rancangan pembelajaran (Kemendikbud, 2017: 07). Jadi, Kurikulum 2013 Revisi 2017 merupakan kurikulum baru yang ditetapkan pada pembelajaran 2017/2018. Kurikulum ini adalah pengembangan dari kurikulum yang sebelumnya, baik kurikulum 2013. Kurikulum berbasis kompetensi yang dirintis pada tahun 2004 maupun kurikulum tingkatan satuan pendidikan pada tahun 2006.
Hal yang ditekankan pada kurikulum 2013 revisi 2017 adalah fokus penguatan pendidikan karakter (PPK) yang meliputi strategi membangun budaya literasi di sekolah dan Hinghe Order of Thingking Skill (HOTS) yang merupakan kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan kurikulum 2013 revisi 2017, peserta didik mampu berpikir kritis dalam belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah didapat serta mampu merefleksikan diri dari semua proses pembelajaran dan mampu berpikir kreatif dalam menghadapi kesulitan belajar.
Sementara kurikulum 2013 menekankan pada peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hand skill yang meliputi aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Rancangan pembelajaran merupakan suatu alat yang digunakan dalam proses pembelajaran peserta didik, tetapi dalam hal ini rancangan pembelajaran lebih difokuskan untuk meningkatkan keterampilan pembelajaran peserta didik (Uno, 2007: 2). Rancangan pembelajaran adalah seperangkat rencana dan pengatuan kegiatan pembelajaran, media pembelajaran, waktu, pengelolaan kelas, dan nilai hasil pembelajaran (Triwiyanto, 2015: 97).
Peneliti sependapat dengan pendapat Triwiyanto karena rancanan yang disebutkan lebih lengkap dan sesuai dengan penyusunan RPP dengan komponen-komponen yang ada suatu rancangan bisa disusun dengan baik. Rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang mengembangkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabar dalam silabus (Anwar, 2011: 180).
2.4.1. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP
Prinsip pengembangan RPP atau Penyusunan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat dijelaskan sebagai berikut. Perencanaan pembelajaran atau bisa disebut rancangan pelasanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan ditetapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53). Rancangan pembelajaran mencakup komponen-komponen sebagai berikut:
1. Standar komponen, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar.
2. Tujuan pembelajaran.
3. Materi pembelajaran.
4. Pendekatan dan metode pembelajaran.
5. Langkah-langkah kegiatan pembelajran.
6. Alat dan sumber belajar.
7. Evaluasi pembelajaran.
2.4.2. Langkah-Langkah Pengbangan RPP
Cara mengemangkan RPP dan garis bersarnya, sebagai berikut (Majid, 2014: 261).
1. Mencantumkan identitas
2. Mencantumkan tujuan pembelajaran.
3. Mencantumkan materi pembelajaran
4. Mencantumkan metode atau model pembelajaran.
5. Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran.
6. Mencantumkan media, alat, bahan, dan sumber belajar.
7. Mencantumkan penilaian.
Dilihat dari prinsip pengembangan RPP dan langkah-langkah pengembangan RPP menurut Majid dan Muslich diharapkan guru dipermudah dalam menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran yang mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan adalah di mana guru mempersiapkan peserta didik supaya fokus dalam mengikuti pembelajaran yang akan dilaksanakan dan mumulai pembelajaran dengan doa, serat guru memberikan kegiatan literasi, dan mengajukan pertanyaan yang bersangkutan dengan materi pembelajaran.
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dari kurikulum yang telah ditentukan serta dilakukan dengan kegiatan yang menyenangkan, interatif, inisiatif, memotivasi, dan mendapat informasi yang aktual dari pembelajaran yang dilakukan.
Kegiatan penutup adalah di mana peserta didik dan guru menyimpulkan materi pembelajaran
Kegiatan penutup adalah di mana peserta didik dan guru menyimpulkan materi pembelajaran