• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I II METODOLOGI PENELITIAN

3.6 Teknik Analisis Data

Menurut Moleong (1989: 220), teknik analisis kajian isi merupakan teknik yang digunakan untuk menarik kesimpilan melalui usaha menemukan, karekteristik pesan, dilakukan secara objektif dan sistematis. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti akan menghasilkan analisis kebahasaan dalam drama Karya: Ign Arya Sanjaya.

Analisis data yang akan dilakukan untuk mengolah hasil dari penelitian ini dibagi menjadi dalam beberapa langkah:

1. Peneliti harus membaca teks drama "Symphoni Anak Jalanan” Karya Ign Arya Sanjaya.

2. Mengidentifikasi keseluruhan tokoh, alur, latar, bahasa, tema, sudut pandang, dan amanat.

3. Analisis kebahasaan yang digunakan dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” Karya Ign Arya Sanjaya.

4. Menjelaskan fungsi dan penerapan kebahasaan dalam drama untuk pembelajaran di sekolah.

5. Peneliti akan membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan memasukan drama “Symphoni Anak Jalanan” Karya Ign Arya Sanjaya dalam materi pembelajaran yang di susun dalam bentuk RPP.

6. RPP yang telah disusun akan dikoordinasikan ke guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas XI.

7. Masukan dan permasalahan yang ada dalam pengamatan akan di deskripsikan peneliti dalam bab empat (IV).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab empat ini peneliti memaparkan hasil penelitian yaitu unsur intrinsik dan kebahasaan teks drama “Symphoni Anak Jalanan” karya Ign Arya Sanjaya serta Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran di SMA dengan menggunakan Kurikulum 2013.

4.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan berbagai unsur intrinsik teks drama yang ditemukan dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” karya Ign Arya Sanjaya, diantaranya tema atau amanat, tokoh dan penokohan, latar, latar, serta kebahasaan teks drama. Analisis tokoh dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” ada berbagai macam tokoh diantaranya adalah tokoh utama yang diperankan oleh Atet, Iwo, dan Kamal, sementara antagonis yaitu Abdul, Nasar serta tokoh sentaral yang diperankan oleh Komandan.

Tema merupakan bagian yang mendasari suatu karya sastra, khususnya dalam teks drama. Tema juga dapat disampaikan melalui lakon dan dialog antar tokoh-tokoh. Analisis tema dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” dapat sesuaikan dengan kejadian yang dialami oleh para tokoh. Tema dari drama yang “Symphoni Anak Jalanan” adalah kemiskinan yang dialami oleh tokoh Iwo, Kamal, dan Abdul.

Latar merupakan gambaran mengenai tempat kejadian yang alami oleh para tokoh dalam setiap peristiwa. Latar dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” terdapat latar tempat, latar waktu. Analisis latar itu dapat diperoleh keterangan tempat terjadinya peristiwa. Hal ini akan mempermudah peserta didik dalam menganalisi unsur intrinsik drama. Oleh karena itu, latar dapat dijadikan dalam bahan pembelajaran dengan tujuan supaya peserta didik terbantu dalam menganalisi drama. Drama yang berjudul “Symphoni Anak Jalanan” berlatar

tempatkan trotoar jalan dan rumah komandan. Latar waktu dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” ini terjadi pada malam hari, pagi, dan siang hari yaitu saat matahari mulai meninggi Abdul dan Nasir berjalan mencari Atet, Iwo, dan Kemal.

Alur merupakan rangkaian peristiwa dalam drama dengan demikian setiap peristiwa yang dimunculkan selalu berhubungan. Alur sangat penting karena menghantarkan setiap tokoh dalam setiap kejadian yang menimbulkan konflik serta sampai pada tahap penyelesaian konflik tersebut. Dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” terdiri empat babak dan memiliki alur maju dalam setiap babak memiliki sebab akibat yang membuat suatu peristiwa menjadi logis. Pembagian alur dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” menjadi lima yaitu eksposisi, komplikasi, klimaks, resolusi, dan konklusi.

Kebahasaan sangat penting dipelajari terutama dalam teks drama “Symphoni Anak Jalanan”. Kebahasaan teks drama terdapat kata dan kalimat yang digunakan oleh para tokoh dalam berkomunikasi sehingga pesan tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Teks drama “Symphoni Anak Jalanan” akan lebih mudah dipahami peserta didik karena kebahasaan yang di gunakan adalah percakapan sehari-hari dan peserta didik akan lebih mudah saat menganalisis teks drama “Symphoni Anak Jalanan” misalnya dalam menganalisis urutan waktu, kata kerja yang menyatakan peristiwa, kata kerja yang meyatakan pikiran, dan kata kerja sifat.

Kata kerja yang menyatakan urutan waktu mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuat karya sastra terlebih dalam drama. Urutan waktu dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” membantu para tokoh dan pembaca untuk memahami alur cerita sehingga setiap kejadian atau peristuwa di dalam drama mudah diingat oleh pembaca. Urutan waktu yang runtut ditentukan oleh peristiwa yang dialami oleh tokoh di dalam drama. Kata kerja meyatakan urutan waktu selalu berhubungan dengan kata kerja yang menyatakan peristiwa

oleh sebab itu, kata kerja menyatakan peristiwa dalam drama “Symphoni Anak Jalanan”

menggambarkan peristiwa yang dialami oleh tokoh baik peristiwa menyenangkan atau pun peristiwa menyedihkan.

Kata kerja menyatakan pikiran atau yang dirasakan oleh tokoh dalam drama biasanya ketika tokoh mengalami peristiwa yang menyenangkan dan menyedihkan sehingga terkadang munculnya harapan dalam pikiran tokoh. Dalam drama “Symphoni Anak Jalanan”

tokoh mengungkapkan rasa lapar dan haus saat mengamen dengan demikian pembaca seolah-olah melihat dan merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh dalam drama. Kata kerja yang menyatakan pikiran dapat ditemukan ketika antar tokoh satu dengan tokoh lain saling bertukar pikiran.

Kata Kerja Sifat (Descriftiv Language) sangatlah penting dalam drama karena dengan kata kerja sifat pembaca diperkenalan dengan tokoh dalam drama dan tempat serta suasana yang terjadi dalam drama. Kata sifat menjelaskan ciri-ciri tokoh seperti dalam drama bawa tokoh Iwo, Atet, dan Kamal berpenampilan sederhana saat menghibur tamu undangan. Kata sifat mampu mendeskripsikan sertiap tokoh dalam drama sehingga nampak perbedaan antar tokoh atagonis dan protagonis.

4.1.1. Gambaran Drama

Drama “Symphoni Anak Jalanan” menceritakan tiga orang anak yang menjadi pengamen. Iwo, Atet, dan Kamal merupakan anak yang terlantar dan harus mencari makan dengan cara mengamen di jalan. Kamal senantiasa menepuk-nepuk perutnya yang selalu kelaparan sementara Atet dan Iwo tidak menghiraukan perutnya yang lapar Atet dan Iwo tetap fokus bernyanyi lagu yang berjudul “lagu pengamen”. Setelah mereka ngamen meraka bertiga berhenti sejenak untuk menghitung uang receh yang mereka dapat. Atet, Iwo, dan Kamal mendapat uanng tiga ribu dua ratus rupiah, uang tersebut berencana untuk membeli

nasi bunkus namun tiba-tiba datang dua orang petugas yang berlari kearah mereka sambil meniup peluit.

Pengamen dan petugas sempat kejar-kejaran sampai akhirnya Iwo, Kamal, dan Atet tertangkap disebuah. Pada saat tertangkap sempat terjadi perdebatan antara pengamen dan petugas karena pengamen tidak tahu kenapa mereka harus dikejar dan ditangkap. Namun mendengar penjelasan bahwa petugas sebelumnya sudah melarang pengamen untuk mengamen di daerah tersebut Iwo, Kamil, dan Atet melakukan pembelaan bahwa mereka tidak mengetahui pemberitahuan tersebut dan mereka mengaku bahwa bukan mereka yang diperingatkan petugas pada waktu itu namun pengamen lain. Petugas tidak mendengarkan pembelaan yang dilakukan Iwo, Kamal, dan Atet mereka langsung dibawa ke kantor pada saat itu juga untuk diproses.

keesokan harinya Iwo, Kamal, dan Atet duduk dibangku panjang untuk menunggu apakah mereka dibebasakan atau tidak sambil dijaga oleh Abdul. Namun, tidak lama kemudian datang Nasir menjelaskan jika meraka dibebaskan tetapi meraka dilarang mengamen di daerah tersebut karena dekat rumah pejabat. Saat Nasir menjelaskan meraka tidak boleh ngamen di daerah tersebut, tiba-tiba telepon berdering ternyata yang menelpon adalah komandan yang meminta Abdu datang menghadap. Abdul bergegas ke ruang komandan setelah datang Abdul dipersilahkan duduk lalu komandan menyampaikan maksud dan tujuan kenapa ia memanggil Abdul.

Komandan menceritakan permasalahan yang dihadapinya ke Abdul dan meminta bantuan Abdul untuk mencari orang yang bisa mengisi acara ulang tahun anaknya. Abdul bingung mencari orang yang bisa mengisi acara ulang tahun anak komandan dan akhirnya Abdul menawarkan pengamen yang ditangkap yaitu Iwo, Kamal, dan Atet tetapi mereka harus di tes terlebih dulu apakah mereka layak atau tidak. Atet, Iwo, dan Kamal berhasil di tes, mereka tampil diacara ulang tahun anak komandan setelah tapi mereka langsung pergi

tanpa sepengetahuan komandan dan petugas lainya. Komandan mencari mereka dan menanyakan kepada petugasa namun petugas tidak tahu juga sampai akhirnya komandan menitipkan rasa terima kasi dan memberikan amplop kepada petugas untuk diberikan kepada pengamen yang telah mengisi acara ulang tahun anaknya.

Petuga mencari Iwo, Kamal, dan Atet untuk menyerahkan amplop yang dititipkan kepada mereka. Namun, di dalam perjalana Abdul dan Nasir penasaran apa yang di amplop, mereka membukanya dan melihat uang dua ratus ribu tanpa berpikir Nasir dan Abdul mengambil lima puluh ribu satu orang. Setelah itu mereka melihat Atet dan Kamal sedang ngamen Abdul dan Nasir menghampiri mereka dan memberikan amplop tersebut sementara Iwo pergi ke WC. Pada saat Atet, Iwo, dan Kamal melihat uang yang di dalam amplop mereka langsung pergi ke rumah makan untuk membeli nasi bungkus.

4.2.2. Unsur Intrinsik Teks Drama “Symphoni Anak Jalanan”

Kosasih (2012: 132) mengatakan, drama adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui lakuan dan dialog. Drama mewadahi seseorang untuk mengekspresikan emosinya agar menjadi lebih positif, karena ketika seseorang yang biasanya dikenal tegas maka orang tersebut bisa memerankan karakter antagonis. Drama dapat menggambarkan suatu kejadian yang sudah pernah terjadi dan bisa menyadarkan seseorang akan suatu permasalahan yang ada disekitarnya. Sebagian orang yang menanggap drama sebagai karya sastra dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah ’sastra lakon’ akan tetapi fokus pada naskah drama “Symphoni Anak Jalanan” merupakan wujud seni bahasa tulis. Sebaliknya, orang yang menganggap drama sebagai seni pertunjukan akan membuang fokus tersebut akan terbagi rata dengan unsur lainnya, misalnya, alur cerita, gerak, dan ekpresi.

4.2.2.1. Tema dan Amanat

Kernodle (dalam Dewojati, 2010: 173) mengemukakan unsur penting yang ada pada sebuah karya sastra ialah tema yang merupakan gagasan sentral yang mencakup semua permasalahan yang ada dalam cerita. Tema menjadi dasar dari sebuah alur cerita atau drama karena tema berkaitan dengan cerita yang ditulis dan bagaimana penulis menuangkan imajinasi di dalam cerita. Tema dan amanat merupakan gagasan atau ide dalam karya sastra yang diungkapkan dengan secara tersirat, dalam hal ini tema dan amanat karya “Symphoni Anak Jalanan” dapat disiratkan melalui pelukisan tokoh yang diciptakan berdasarkan alur ceritadan latar. Oleh karena itu dalam analisis tema atau amanat akan dikaji dengan menganalisis tokoh, analisis alur, dan analisis latar.

Langkah awal dalam menganalisis harus dilihat berdasarkan lakuan tokoh didasarkan pada tokoh utama dalam cerita. Tokoh utama dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” adalah Iwo, Atet, dan Kamal yang merupakan tokoh protagonis dengan peran yang sangat penting dalam drama “Symphoni Anak Jalanan”. Tema yang ingin disampaikan adalah mengenai kemiskinan yang dialami oleh Iwo, Atet, dan Kamal. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan sebagai berikut.

1) Atet :Sudah, sudah ! Eh, Wo, Mal, lumayan juga penghasilan kita hari ini.

Iwo dan Kemal: Berapa ?!

Atet : Tiga ribu dua ratus rupiah.

Kemal : “Berarti kita bisa makan sama-sama sebungkus nasi kuah sayur dong”

Dari kutipan di atas dapat simpulan bahwa tema dalam drama “Symphoni Anak Jalanan”

menceritakan kemiskinan karena mereka harus ngamen terlebih dahulu untuk mendapatkan duit untuk beli nasi bungkus.

4.2.2.2. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” adalah Iwo, Kamal, Atet, Abdul, Nasir, dan Komandan. Menurut Kosasih (2017: 205) penokohan merupakan cara pengarang di dalam menggambarkan karakter tokoh. Dalam pementasan drama, drama mempunyai posisi yang penting. Penokohan dalam drama “Symphoni Anak Jalanan”

menggambarkan karakter yang terlibat dalam drama, penokohan dalam drama ini meliputi tokoh protagonis yaitu peran utama atau sentral cerita, tokoh antagonis yaitu peran lawan yang menjadi musuh dan menyebabkan timbulnya tikaian (konflik), kemudian tokoh tritagonis yaitu peran penengah yang bertugas melerai, pendamai atau pengantar protagonis dan antagonis.

4.2.2.2.1. Iwo, Kamal, dan Atet

Tokoh Iwo, Kamal dan Atet merupakan tokoh utama atau tokoh protagonis dalam drama

“Symphoni Anak Jalanan”. Iwo, Kamal dan Atet memegang peran utama dalam drama

“Symphoni Anak Jalanan”. Kemunculan Iwo, Kamal dan Atet lebih banyak dari pada tokoh lain karena alur cerita yang menceritakan tentang 3 anak jalanan, tingkat keterlibatan Iwo, Kamal dan Atet dalam struktur cerita cukup tinggi. Iwo, Kamal dan Atet merupakan tokoh yang sedang mendapatkan masalah. Masalah yang mereka hadapi muncul saat ada tokoh lain muncul yaitu tokoh Abdul dan Nasir yang berperan sebagai petugas. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan sebagai berikut.

2) Abdul :(Tiba-tiba dua orang petugas datang sambil meniup peluit)

“Eh, eh, mau lari kemana kalian, hah?” (halaman 2) Bertiga :(pengaman tertangkap di salah satu pojok)

“Maaf pak, apa salah kami?” (halaman 2) Nasir

: Sudah sering dikasih tahu masih bandel juga, memangnya kalian mau jadi jagoan ya? (halaman2)

: Ampun pak, kami sungguh tidak mengerti.(halaman 2) : Kalian dilarang ngamen di sekitar tempat ini, tahu!

(halaman 2)

: Maaf pak, kami tidak tahu, pak!(halaman 2) : Dasar anak brekele kamu (halaman 2)

: Betul pak, kami bener-bener tidak tahu. Baru pertama kali ini kita bertiga ngamen disini! (halaman 2)

:Baru pertama-baru pertma eh, kalian kira kita berdua buta apa? Sudah sering aku lihat kalian pada genjrang-genjreng di sekitar sini.(halaman 2).

4.2.2.2.2. Nasir dan Abdul

Tokoh Nasir dan Abdul merupakan tokoh antagonis. Abdul dan Nasir disebut tokoh antagonis karena bersikap merugikan Iwo, Kamal, dan Atet. Sifat Nasir dan Abdul tidak mencerminkan sikap seorang petugas yang baik karena mereka mengambil keuntungan yang bukan hak milik mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

3) Abdul : “Dosa-dosa, buruan ah!” (Nasir mengeluarkan dan membuka amplop) (halaman 7)

Nasir : Duit, isinya duit Dul!! (halaman 8)

Abdul : Berapa banyak? (Nasir menghitung).(halaman 8) Nasir : Dua ratus ribu!! (halaman 8)

Abdul : Dua ratus ribu?! Wah banyak juga, ya!(halaman 8) Nasir : Iya, banyak (halaman 8)

Abdul : Bagaimana kalau kita meminjamnya sedikit untuk sarapan?

(halaman 8)

Nasir : Meminjam bagaimana maksud kamu? (halaman 8)

Abdul : “Ya, kita kan tidak mencuri atau merampoknya, kita hanya meminjamnya. Ya, hitung-hitung ongkos pengantaran.Nanti kalau kita ada rezeki kita kembaliin kepada mereka.”

Anu,ngomong- ngomong perutku sudah keroncongan, nih!! (halaman 8)

Nasir : Boleh juga ide kamu. Tapi, dosanya kita bagi dua, ya?! ( halaman 8)

Abdul : “Dosa-dosa, buruan!” (Nasir mengambil satu lembar 50 ribuan, segera dirampas oleh Abdul, dengan malu-malu dia mengambil 50 lagi untuk dirinya).(halaman 8)

kemudian ribuan satu

Kemudian, masuk Atet dan Kemal sambil berdendang. Kedua petugas itu buru-buru menyelipkan uang kutipan serta amplop itu kedalam kantung baju mereka. (halaman 8) 4.2.2.2.3. Komandan

Tokoh komandan merupakan tokoh tritagonis karena tokoh komandan bersikap wibawa dan sebagai pengantar protagonis dan antagonis dalam drama “Symphoni Anak Jalanan”. Komandan merupakan tokoh yang membantu tokoh utama atau tokoh sentral untuk mendapatkan kesempatan untuk mengisi acara ulang tahun anaknya. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut.

3) Komandan

: “Kalau begitu mari kita temui mereka”. (mereka berdua pergi ke ruang sebelah). (halaman 4)

: Siap, selamat pagi komandan! (halaman 4) : Pagi, semua baik-baik saja Sir? (halaman 4) : Baik, komandan. (halaman 4)

: Terima kasih. Begini Sir, tadi aku sudah cerita sama Abdul, aku butuh penyanyi untuk ulang tahun anakku Ria nanti malam. Aku ingin anak- anak ini bisa tampil, tapi sebelumnya aku ingin mendengarkan mereka menyanyikan sebuah lagu dulu. (halaman 4)

: “Siap, komandan!” (terus mendekati para pengamen). Kalian bertiga, kalian betul-betul beruntung, kalian bertiga mendapat kesempatan yang bagus kali ini. Kalian diminta tampil dalam

acara ulang tahun anaknya bapak komandan. (halaman 4).

4.2.2.3. Latar

Latar menurut Kosasih (2017: 206) adalah keterangan mengenai ruangan dan waktu. Jadi latar merupakan tempat kejadian dalam cerita dan kapan terjadinya suatu peristiwa dalam

cerita. Latar tempat dan waktu akan memberikan kesan bahwa kejadian yang di dalam cerita seolah-olah sungguh terjadi serta bisa dibayangkan oleh pembaca sehingga mudah dipahami dalam setiap kejadian. Latar pada naskah drama dapat dilihat pada petunjuk teknis yang terdapat pada teks drama dan latar pada drama juga harus memberi kemungkinan untuk dipentaskan sehingga drama tersebut dapat dikatakan baik karena drama yang baik bisa dipentaskan serta mendapat keritikan dari pembaca.

4.2.2.3.1. Latar Tempat

Latar tempat merupakan lokasi terjadinya suatu peristiwa di dalam cerita dalam karya sastra. Dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” latar kejadian di trotoar sebuah jalan di kota, kantor petugas, dan rumah komandan. Hal ini ditunjukan dalam kutipan berikut.

4) Di sepotong trotoar sebuah jalan di sebuah kota, tiga remaja tanggung, Atet, Iwo dan Kemal sedang mengamen. Iwo sering bermimpi, Atet sangat acuh dengan dirinya dan Kemal senantiasa menepuk-nepuk perutnya yang selalu kelaparan. Mereka sedang menyanyikan sebuah lagu berirama dangdut.

(halaman 1)

Setting pertama yaitu di sebuah trotoar sebuah jalan di sebuah kota. Pengamen biasanya berjalan dan berkeliling untuk mengamen dan tidak jarang trotoar digunakan para pengamen, yang dimakasud trotoar dalam hal ini adalah jalan yang seharusnya digunakan oleh pejalan kaki.

5) Keesokan harinya di kantor petugas. Iwo, Kemal dan Atet duduk di bangku panjang, dua petugas, Abdul dan Nasir mendampingi mereka. Abdul duduk di belakang meja, sementara Nasir berdiri mondar-mandir dengan pentungan karet di tangannya. (halaman 3).

Setting kedua yaitu pada saat Iwo, Kamal, dan Atet dibawa ke kantor petugas. Hal ini dapat dilihat pada kutipan kelima.

6) Komandan: “Begini Dul, aku sedang bingung nih. Hari ini anakku yang nomor dua akan berulang tahun. Dan kami ingin sedikit ada perayaan di rumah, karena dia ingin mengundang beberapa temannya.

Selain makan-makan ala kadarnya, aku juga minta seorang pemusik, organ tunggal untuk memeriahkannya. Tapi dasar apes, tadi pagi dia telpon, katanya nggak bisa tampil karena bapaknya meninggal.” Nah, aku jadi bingung mencari gantinya ?! Kira-kira kamu punya kenalan yang bisa nyanyi nggak ?! (halaman 3)

Setting ketiga yaitu di rumah komandan pada saat perayaan ulang tahun anaknya. Hal ini dapat dilihat pada kutipan keenam.

4.2.2.3.2. Latar Waktu

Latar waktu dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” pada malam, pagi, dan siang hari.

Latar waktu yang menunjukan pada pagi hari dapat dilihat dalam kutipan beriku.

7) Nasir : “Siap, selamat pagi komandan!” (halaman 4) Komandan : “Pagi, semua baik-baik saja Sir?”

(halaman4)

Nasir : Baik, komandan. (halaman 4)

Later waktu pada pagi hari mengambarkan saat nasir bertugas dikantor dan komandan datang ke kantor walaupun malamnya sudah merayakan pesta ulang tahun anaknya.

Latar waktu pada siang hari dalam drama “Symphoni Anak Jalanan” Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

8) Sepotong trotoar di sebuah jalan, di sebuah kota. Abdul dan Nasir berjalan mencari Atet, Iwo dan Kemal.Terlihat keringat mulai menitik di dahi mereka, karena mentari mulai meninggi. Sambil berjalan mereka mendendangkan potongan lagu.(halaman 6).

Keterangan waktu memberikan gambaran keadaan pada saat Abdul dan Nasir mencari Atet, Iwo, dan Kamal untuk memberikan amplop yang dititipkan komandan.

9) Komandan : “Terima kasih. Begini Sir, tadi aku sudah cerita sama Abdul, aku butuh penyanyi untuk ulang tahun anakku Ria nanti malam.” Aku ingin anak- anak ini bisa tampil, tapi sebelumnya aku ingin mendengarkan mereka menyanyikan sebuah lagu dulu. (halaman 4)

Latar waktu yang menyatakan pada malam hari iyalah saat komandan mencari orang yang bisa mengisi acara ulang tahun anaknya dan memanggil Nasir ke ruanganya untuk melakukan tes bernyanyi serta melakukan apakah mereka layak atau tidak.

4.2.2.4. Alur

Alur atau plot menurut Endraswara (2011: 24) ada lima struktur yaitu eksposisi, konflik, komplikasi, resolusi dan klimaks. Alur dalam drama “Symphoni Anak Jalanan”

adalah alur maju, karena dari awal terjadinya masalah sampai akhir tokoh tidak pernah flashback sehingga cerita berkembangan dengan runtut. Dalam alur drama “Symphoni Anak Jalanan” terdapat empat babak sampai akhir menuju peristiwa yang kronologis. Alur akan memudahkan pembaca dalam memahami setiap kejadian dalam drama setra mempu menjelaskan setiap situasi di dalam lakon dan memberikan titik temu terhadap masalah yang dialami tokoh. Berikut tahap dalam alur drama.

4.2.2.4.1. Eksposisi

Tarigan (2011: 90) menjelaskan bahwa eksposisi merupakan awal atau pembuka dari suatu karya sastra yang biasanya berisi keterangan menegani tokoh dan latar. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

10) Tokoh dalam drama:

1. Atet = pengamen 2. Iwo = pen gamen 3. Kemal = pengamen 4. Abdul = petugas 5. Nasir = petugas 6. Komandan (halaman 1)

Pementasan: Menggambarkan sepotong trotoar sebuah jalan di satu kota. (halaman 1).

4.2.2.4.2. Komplikasi

Tarigan (2011: 90) menjelaskan bahwa komplikasi merupakan awal terjadinya suatu peristiwa yang menimbulkan konflik antar tokoh antagonis dan protagonis. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.

Dokumen terkait