• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperluas khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang berhubungan dengan konflik batin tokoh utama yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi pembaca mengenai konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian psikologi sastra berikutnya.

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep, sebagai berikut : 2.1.1 Novel

Menurut Nursisto (2000:168) novel adalah media penuang pikiran, perasaan dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan disekitarnya. Ketika di dalam kehidupan muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk segera menciptakan sebuah cerita.

2.1.2 Psikologi Sastra

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia (Ahmadi, 2009: 3).

Psikologi sastra membahas masalah-masalah kejiwaan seorang tokoh dalam cerita. Psikologi sastra bertujuan untuk melihat konflik-konflik yang dapat mempengaruhi kepribadian. Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya mempelajari manusia dari sisi dalam.

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa (Endraswara, 2008: 96).

2.1.3 Konflik Batin

Menurut Horney (dalam Alwisol, 2011: 135) konflik adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, yang tidak dapat

dihindari. Konflik batin adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keinginan yang arahnya berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban atau antara dua perangkat nilai.

Menurut Sayuti (dalam Wicaksono, 2014: 135) konflik terbagi menjadi tiga jenis. (1) konflik batin (tokoh dengan dirinya sendiri), (2) konflik sosial, (tokoh dengan tokoh lain), (3) konflik alamiah (tokoh dengan alam dan lingkungan sekitar.

Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau masalah-masalah lainnya (Nurgiantoro, 2007:

124).

Jenis konflik disebutkan oleh Dirgagunarasa dalam (Sobur, 2003:292) bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

1. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)

Konflik mendekat-mendekat timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan), sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya. Memilih satu motif berarti mengorbankan atau mengecewakan motif lain yang tidak dipilih.

2. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict)

Konflik mendekat-menjauh terjadi apabila dalam waktu yang sama terdapat dua motif berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan) karena itu

ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu. Misalnya seorang ingin naik kuda karena menyenangkan (motif positif), tetapi ia takut jatuh (motif negatif).

3). Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik menjauh-menjauh terjadi apabila timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

Pada umumnya konflik dapat dikenai karena beberapa ciri, adalah sebagai berikut :

1) Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi.

2) konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan.

3) konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlangsung lama, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

2.1.4 Tokoh Utama

Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh.

Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita. Tokoh utama juga merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya (Aminuddin, 2000: 79).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pendekatan Psikologi Sastra

Sastra sebagai gejala kejiwaan, di dalamnya terkandung fenomena-fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dan psikologi terlalu dekat hubungannya (Endraswara, 2008:87).

Psikologi sastra merupakan suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah-masalah psikologis dalam suatu karya yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra. Fenomena konflik dapat ditelaah melalui psikologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan seorang tokoh (Sangidu, 2004: 30).

Psikologi sastra adalah kolaborasi antara ilmu sastra dengan ilmu psikologi sebagai ilmu bantu. Psikologi sastra memiliki tiga pendekatan yaitu: (1) pendekatan ekspresif yang mengkaji psikologi sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karya ciptaannya, (2) pendekatan tekstual yang mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatis yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya sastra yang dinikmatinya, serta proses rekreatif yang ditempuh dalam menghayati teks sastra (Endraswara, 2008: 99).

Berdasarkan uraian tersebut pendekatan tekstual lebih sesuai menjadi pendekatan dalam penelitian ini karena penelitian ini mengkaji aspek psikologi tokoh dalam novel.

2.2.2 Teori Psikonalisis Karen Horney

Dalam penelitian ini digunakan teori psikonalisis sosial Karen Horney. Konsep kepribadian Horney sangat menitikberatkan pada pengaruh-pengaruh sosial dibandingkan pengaruh-pengaruh-pengaruh-pengaruh biologis. Perbedaan psikologis antara pria dan wanita, contohnya, lebih disebabkan oleh harapan-harapan kultural dan sosial dibandingkan dengan perbedaan anatomi (Feist dan Feist, 2010: 220).

Teori psikonalisis sosial Horney menyediakan perspektif menarik pada gambarannya yang jelas tentang kepribadian neurotik. Penjelasannya yang sangat lengkap tentang kepribadian neurotik menyediakan ide-ide yang sangat baik untuk memahami orang-orang yang kurang sehat secara mental ( Feist dan Feist, 2010: 218). Kepribadian neurotik adalah pola tingkah laku yang tertekan akibat pengalaman trauma pada masa kanak-kanak.

Teori Horney dibentuk berdasarkan asumsi bahwa kondisi sosial dan kultural, terutama pengalaman masa kanak-kanak, sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian seseorang. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak mengembangkan rasa permusuhan dasar terhadap orang tua mereka dan sebagai akibatnya mengalami kecemasan dasar (Feist dan Feist 2010 :192).

Kecemasan dan permusuhan cenderung direpres, atau dikeluarkan dari kesadaran, karena menunjukkan rasa marah beresiko dihukum dan kehilangan cinta dan keamanan. Orang dengan kecemasan dasar mungkin memulai hidup dengan konflik yang sangat berat, konflik antara kebutuhan rasa aman dan kebutuhan menyatakan kebebasan emosi dan pikiran, semuanya dimulai dari

hubungan anak dengan ibunya dan hubungan antar manusia (Alwisol, 2009:135).

Rasa cinta yang tidak terpenuhi pada masa kanak-kanak mendorong berkembangnya kecemasan dan permusuhan dasar setiap orang. Sikap orang tua yang sering kali mendominasi, mengabaikan, terlalu melindungi, menolak, atau terlalu memanjakan menimbulkan perasaan tidak aman dalam diri seorang anak.

Apabila seorang anak tidak dapat memenuhi kebutuhan akan keamanan dan kepuasan, maka sang anak akan mengembangkan perasaan permusuhan dasar terhadap orang tuanya. Rasa permusuhan yang ditekan kemudian mengarah kepada perasaan tidak aman yang kuat dan kecemasan yang samar-samar.

Kondisi ini disebut kecemasan dasar (Basic anxiety).

Horney menyebutkan kecemasan sebagai perasaan kecil, tidak berarti, tidak berdaya, ditinggalkan, terancam bahaya, di dunia yang siap untuk menyiksa, menipu, menyerang, mempermalukan, mengkhianati, dan iri (Feist dan feist, 2010: 198).

Penelitian ini menyangkut konflik batin yang dialami tokoh utama.

Konflik yang ada didalamnya berupa kecemasan. Permusuhan dasar dalam diri seseorang akan memunculkan kecemasan dasar, kecemasan dasar akan menciptakan perasaan permusuhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permusuhan dan kecemasan dasar memiliki hubungan keterkaitan atau timbal balik antara keduanya.

Horney (dalam Feist dan Feist, 2010: 202) telah mengidentifikasikan tiga sikap dasar yang digunakan seorang sebagai strategi bertahan dalam mengatasi konflik, yaitu:

1. Mendekati Orang Lain

Mendekati orang lain sebagai usaha untuk melawan perasaan tak berdaya. Orang merasa selalu kalah atau mudah kalah(compliant), menjadi sangat membutuhkan kasih sayang-penerimaan, dan membutuhkan partner yang kuat yang dapat mengambil tanggung jawab dalam kehidupannya.

2. Melawan Orang Lain

Orang yang agresif memandang orang lain sebagai musuh, dan memakai strategi melawan orang lain untuk meredakan kecemasannya.

3. Menjauhi Orang Lain.

Untuk mengatasi konflik dasar isolasi, orang justru memisahkan diri dan menjauhi orang lain. Strategi ini adalah ekspresi kebutuhan keleluasan pribadi, kemandirian, dan kecukupan diri sendiri.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan beberapa saja, diantaranya, mendekati orang lain dan menjauhi orang lain.

2.3 Tinjauan Pustaka

Novel Langit Terbuka karya Rayni Massardi sangat menarik sekali untuk dikaji, diteliti, dan diulas dalam beberapa forum diskusi lainnya karena isi dari novel ini terdapat masalah-masalah kehidupan yang tidak asing lagi bagi pembaca.

Penelitian dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra telah banyak dilakukan oleh para peneliti sastra sebelumnya, khususnya para mahasiswa sastra yang ingin meraih gelar sarjananya. Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra terhadap novel tersebut dapat

dilakukan.

Atik Kusumawati (IKIP PGRI, 2011) dalam skripsinya yang berjudul

“Konflik Batin Tokoh Utama dalam novel Orang Ketiga karya Yudhita Hardini Serta Alternatif Pembelajaran”. Konflik batin pada novel tersebut dialami oleh tokoh utama yang bernama Anggi. Konflik batin tokoh terjadi karena kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki tidak terpenuhi. Rasa cinta terhadap Angga membuatnya menjadi orang ketiga. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama mengkaji konflik batin tokoh.

Joko Saputra (USU, 2015) dalam skripsinya yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam novel Saman karya Ayu Utami: Pendekatan Psikonalisis Sigmund Freud”. Mendeskripsikan bahwa Psikologi dalam sastra mengandung kejadian-kejadian yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya.

Melalui perilaku tokoh-tokohnya akan tampak konflik batin yang dialami oleh masing-masing tokoh dalam karya sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik batin tokoh utama berdasarkan peristiwaperistiwa yang dialaminya dalam novel Saman Karya Ayu Utami. Untuk memperoleh hasil tersebut dipergunakan teori psikologi sastra dengan penerapan teori-teori psikoanalisis Sigmund Freud. Metode penelitian yang dipergunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diidentifikasi lewat proses pembacaan berulang-ulang (hermeneutik). Dalam analisis deskriptif ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang akan dibahas. Analisisnya dilakukan dengan menganalisis dan mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Saman. Konflik batin yang dimaksud dalam hal ini adalah konflik yang dialami tokoh utama yang

dipengaruhi oleh alam ketidaksadaran seperti, id, ego, superego. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis solusi yang digunakan tokoh utama untuk menyelesaikan konflik batin yang dialaminya. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa tokoh-tokoh utama mengalami konflik batin yang didominasi oleh id, ego, dan super ego. Kepribadian tokoh yang didominasi oleh id biasanya mengalami kecemasan bawaan lahir, kepribadian tokoh yang didominasi oleh ego biasanya mengalami kecemasan sesuai kenyataan (kesadaran), dan kepribadian tokoh yang didominasi oleh super ego biasanya mengalami kecemasan moral. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama mengkaji tentang konflik batin tokoh utama. Namun yang membedakannya adalah teori yang digunakan.

Siti Aisyah (USU, 2014) dalam skripsinya yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Aisyah dalam novel Ada Tasbih di Hati Aisya karya Wien Oktadatu Setyawati”. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan konflik batin tokoh utama dalam novel Ada Tasbih di Hati Aisya. Sumber data penelitian ini adalah novel Ada Tasbih di HatiAisyakarya Wien Oktadatu Setyawati yang diterbitkan pada tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikolgi dan teori sosial psiko analitik Karen Horney.

Metode/pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psiko analisis. Penelitian ini menghasilkan hal-hal berikut. Berdasarkan analisis psikologis dapat diungkapkan, pertama, munculnya konflik batin tokoh utama berupa kecemasan. Kedua, konflik batin yang terjadi dipicu oleh berbagai peristiwa yaitu pertengkaran orang tua Aisya.Ketiga, solusi yang dilakukan tokoh utama untuk mengatasi konflik batinnya adalah berbagi rasa dengan orang lain,

penyaluran emosi dengan positif, membantu orang lain, mengalah, rekreasi, dan keyakinan.

Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul“ Analisis Konflik Batin Tokoh Utama dalam novel Langit Terbuka Karya Rayni N. Massardi.:

Pendekatan Psikologi Sastra” ini belum pernah dikaji sebelumnya, baik dalam kajian psikologi sastra maupun kajian lainnya.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek tertentu dan, karenanya, harus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu sebagaimana dinyatakan oleh teori (Faruk, 2017: 55).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya (Ratna, 2015: 47).

Metode penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi data-data yang telah diperoleh akan dibaca dan diseleksi untuk mencari hubungan dan keterkaitannya dengan penelitian.

3.2 Sumber Data

Sumber yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah Judul Novel : Langit Terbuka

Pengarang : Rayni N. Massardi Tahun Terbit : 2015

Tebal Buku : 130 Halaman

Penerbit : Kaki Langit Kencana

Warna Sampul : Hitam, orange, merah, dan kuning, dengan judul berwarna putih.

Gambar Sampul : Sampul novel Langit Terbuka berupa gambar seorang wanita yang berdiri sendiri di tepi pantai.

Desain Sampul : Tambra

Sumber data yang dipaparkan merupakan data sebenarnya yang dinalisis sebagai data utama. Dalam penelitian ini juga diperlukan data sekunder, yaitu buku-buku, internet, dan sebagainya.

3.3 Tenik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa buku, teks, buku referensi dan sebagainya. Data yang didapat berbentuk tulisan, maka harus dibaca, disimak, dicatat, dan kemudian dijadikan acuan dalam hubungannya dengan subjek yang akan diteliti. Data yang dikumpulkan adalah deskriptif kualitatif yaitu pengumpulan data yang berupa kata-kata dan bukan angka-angka (Moleong, 1984: 7).

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mendata semua kata-kata, kalimat ataupun dialog tentang dari tokoh utama yang terdapat dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi.

Secara rinci teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan:

1. Melakukan pembacaan terhadap novel Langit Terbuka karya Rayni N.

Massardi secara cermat dan teliti.

2. Melakukan pendataan terhadap dialog-dialog dan paragraf yang terdapat dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi.

3. Setelah dialog dan paragraf didata, kemudian dicari kata-kata atau kalimat yang termasuk ke dalam konflik batin dalam novel novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi.

3.4 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Noor (2011: 33-34) mengatakan deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, kejadian yang saat sekarang.

Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan pelaku khusus terhadap peristiwa tersebut. Ciri utama deskriptif adalah unitasi, artinya analisis dikerjakan berdasarkan tiap-tiap topik, tema, konsep, atau unsur (Siswantoro, 2016: 81).

Langkah-langkah penulis menganalisis data :

1). Memabaca data primer yaitu novel Langit Terbuka Karya Rayni N.

Massardi.

2). Menyimak dan memahami data yang telah dibaca yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3). Menyimak dan mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam novel Langit Terbuka Karya Rayni N. Massardi untuk memudahkan pengecekan ketika diperlukan.

BAB IV

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LANGIT TERBUKA KARYA RAYNI N. MASSARDI

4.1 Bentuk Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Langit Terbuka

Konflik batin adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, yang tidak dapat dihindari. Konflik dalam diri sendiri merupakan bagian yang integral dari kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keinginan yang berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban.

Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah bentuk konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Langit Terbuka. Konflik batin yang dialami tokoh utama adalah berupa kecemasan. Horney menyebutkan kecemasan sebagai perasaan kecil, tidak berarti, tidak berdaya, ditinggalkan, terancam bahaya, di dunia yang siap untuk menyiksa, menipu, menyerang, mempermalukan, mengkhianati, dan iri (Feist dan Feist, 2010: 198).

Novel ini menceritakan tentang perjuangan hati yang hening dari seorang perempuan bernama Sila. Terhempas oleh beragam masalah, sarat akan acaknya cinta, hati, dan pikiran: ia ingin bangkit kembali dari titik nol pada sisa waktu dan umurnya. Perempuan itu sepanjang hari hanya sendirian.

Dalam kesendiriannya di tempat baru, Sila mengharapakan keajaiban dalam perjalanan hidupnya untuk dapat bertemu dengan seseorang yang berbeda.

Ia ingin berjumpa lagi dengan hati yang baik, dan ia rindu akan ketulusan. Tidak mudah!. Ada panorama, benda, pikiran, amarah, dan kegembiraan yang mengantar sial pada arti sebuah hati, perasaan, hak asasi, dan penghormatan.

Hidupnya adalah hidupnya saja. Tidak ada seorang pun yang mengelilinginya. Karena perempuan yang bernama Sila itu sudah enam bulan tinggal sendirian dalam sepi. Penuh ketenangan. Dan, ia sendirilah yang memutuskan begitu. Karena baginya tidak ada lagi manusia yang bisa menerima keinginan, rasa, kehendak, dan filosofi hidupnya. Tidak ada satu pun orang yang mengerti atau sebaliknya. Ia merasa sudah tidak punya kemampuan untuk memahami, atau bertoleransi dengan orang lain. Makanya ia memutuskan untuk menjauh dari permasalahan yang akan menyakiti dirinya, sekaligus membuat orang lain jadi benci, berburuk sangka melulu, dan marah pada dirinya.

Tokoh utama sering sekali mendapatkan perlakuan yang tidak layak dari orangtuanya, tidak seperti anak-anak lain pada umumnya. Pengalaman masa kanak-kanak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian seseorang.

Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak akan mengalami kecemasan. Tokoh utama mengalami konflik batin saat terjadi perbedaan pendapat, percekcokan, perasaan cemas, dan ditinggalkan yang mengakibatkan tokoh utama mengalami konflik batin. Dalam novel Langit Terbuka dapat ditemukan beberapa bentuk konflik batin yang terjadi pada tokoh utama.

4.1.1 Konflik Batin Tokoh Utama Saat terjadi Perbedaan Pendapat

Perbedaan pendapat yang terjadi antara orangtua dan tokoh utama membuat tokoh utama sulit untuk menentukan pilihan hidupnya. Semua aturan-aturan yang dibuat oleh orangtuanya harus bisa ia terima dengan lapang dada, meskipun dalam hatinya sulit untuk bisa menerima semua pendapat yang disampaikan oleh orangtuanya.

Dari kecil sampai dewasa, tokoh utama hidup dengan perintah orangtuanya karena harus mematuhi keinginan kedua orangtuanya. Sila tidak pernah bisa bebas memberi pendapatnya sendiri, ia harus mematuhi semua aturan-aturan yang yang dibuat oleh kedua orangtuanya. Kedua orangtua Sila tidak pernah peduli dengan perasaan Sila karena kedua orangtuanya hanya memikirkan diri mereka sendiri. Sila kadang merasa kesal kepada orangtuanya yang selalu sesuka hati terhadap dirinya. Sila mampu untuk tidak melawan dan bersikap mengalah demi menjaga nama baik keluarganya di depan semua orang karena keluarga mereka harus terlihat sebagai keluarga yang bahagia. Jiwanya yang merasa tertekan dengan sikap kedua orangtuanya membuatnya mengalami konflik batin. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Sikon kadang ada timbul rasa kesal, penuh tekanan agar mengalah atau menerima pendapat dan keinginan orang lain. Tapi sila sering berdialog dengan hatinya yang penuh kompromi itu. Banyak hal yang sebenarnya ingin ia lawan. Tetapi semua harus selalu ia mengalah dan punya persediaan hati yang penuh pengertian. Ada rasa sedikit penyesalan karena ia tidak bisa leluasa bersikap sehari-hari, layaknya anak seusianya. Karena ia harus sempurna, harus pintar, harus menjaga citra. Gerak-geriknya juga wajib terkendali, agar keluarga Wijaya Munar bias dibilang, dibicarakan dimana-mana, sebagai contoh keluarga yang paling ideal.”(LT:11).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Sila harus bersikap sesuai dengan kehendak orang lain karena dia tidak ingin menyakiti hati orang lain. Melihat perasaan tokoh utama yang mengatakan bahwa ia tertekan, pilihan hidupnya membuat dirinya tidak mendapat kebahagiaan yang sebenarnya sangat ia butuhkan. Sila memilih untuk berperan dengan baik tanpa ada rasa dendam karena ia mempunyai segudang toleransi dalam dirinya meskipun terkadang ia merasa bahwa itu akan menimbulkan kesedihan dalam dirinya. Sejak kecil tokoh Utama

mengalami ketidaknyamanan hubungan dengan kedua orangtuanya. Hal inilah yang menjadi penyebab utama munculnya kecemasan pada tokoh yang terus-menerus menekan jiwanya. Di dalam dirinya terjadi pertentangan antara kekuatan yang berhadapan dengan fungsi yang tidak dapat dihindari sehingga menimbulkan konflik batin yang berkepanjangan. Hal lain yang mengakibatkan Sila mengalami konflik batin dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Perasaan sering tertekan, bertentangan dengan sanubarinya, tetapi

“Perasaan sering tertekan, bertentangan dengan sanubarinya, tetapi