• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LANGIT TERBUKA KARYA RAYNI N. MASSARDI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH YUNIARTI SILALAHI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LANGIT TERBUKA KARYA RAYNI N. MASSARDI: KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI OLEH YUNIARTI SILALAHI"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LANGIT TERBUKA KARYA RAYNI N. MASSARDI:

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA

SKRIPSI

OLEH

YUNIARTI SILALAHI

150701001

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)
(3)
(4)

ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LANGIT TERBUKA KARYA RAYNI N. MASSARDI:

PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA

YUNIARTI SILALAHI

FAKULTAS ILMU BUDAYA USU

ABSTRAK

Penulisan skripsi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Langit Terbuka dengan menggunakan teori psikonalasis Karen Horney. Sumber data penelitian ini adalah novel Langit

Terbuka karya Rayni N. Massardi yang diterbitkan pada tahun2014. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Berdasarkan analisis psikologi dapat diungkapkan, Bentuk konflik batin yang dirasakan tokoh utama berupa perbedaan pendapat, percekcokan, rasa cemas, dan perasaan ditinggalkan, di dunia yang siap untuk menyiksa, menipu, menyerang, mempermalukan, mengkhianati, dan iri.

Konflik batin yang dirasakannya berawal dari perlakuan orang tua yang tidak menghargai serta tidak memperdulikan anaknya. Kedua, faktor yang

mempengaruhi konflik batin tokoh utama karena kurangnya perhatian dari orang tua. Selain itu perbedaan pandangan sosial tokoh utama dengan lingkungan sosial.

Tokoh utama yang tidak mau bersosialisasi dengan orang menjadikan tokoh utama susah untuk beradaptasi dan mendapatkan teman yang cocok bagi dirinya.

Ketiga, cara tokoh utama untuk mengatasi konflik batinnya adalah dengan cara.

mendekati orang lain untuk melindungi dri dari perasaan ketidakberdayaan dan menjauhi orang lain dengan tujuan mengurangi perasaan sendirian atau terpisah.

Kata Kunci: novel, konflik batin, tokoh utama, dan psikologi sastra.

(5)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Analisis Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Langit Terbuka Karya Rayni N. Massardi: Pendekatan psikologi Sastra” Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra

Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penyelesaian skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik

dukungan secara moril maupun materil. Oleh karena itu, tiada satu kata pun yang pantas untuk disampaikan kepada semua pihak yang terkait selain rasa hormat dan ungkapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis ucapkan kepada:

1. Dr. Budi Agustono, M.S sebagai Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Prof. Drs.

Mauly Purba, M.A.,PhD sebagai Wakil Dekan I, Dra. Heristina Dewi, M.Pd sebagai Wakil Dekan II, Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si sebagai Wakil Dekan III.

2. Drs. Haris Sutan Lubis, M.S.P sebagai Ketua Program Studi Sastra Indonesia sekaligus sebagai dosen pembimbing yang sangat sabar membimbing dan memberikan arahan dari awal penulis menentukan judul hingga penyelesaian skripsi ini. Bapak Drs. Amhar Kudadiri, M.Hum., sebagai Sekretaris Program Studi Sasta Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak dan Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas

(6)

ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama mengikuti masa perkuliahan.

4. Bapak Joko yang banyak membantu penulis dalam menyelesaikan segala urusan keperluan administrasi di Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

5. Kepada kedua orang tua saya yang selalu ada di hati dan yang selalu saya sayangi, Ayahanda Josmarto Silalahi dan Ibunda Flora Purba yang senantiasa selalu mendoakan dan merestui penulis dari awal perkuliahan sampai akhir penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas motivasi, nasihat, dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga saya bisa memenuhi segala harapan dan dapat menjalankan amanat yang telah diberikan kepada saya.

6. Kepada sahabat yang saya sayangi, yaitu Fadillah Aini Saragih dan Sri Damaiyanani Nst. Terima kasih atas segala doa, semangat dan dukungan yang kalian berikan selama ini kepada saya.

7. Kepada teman-teman yang telah banyak membantu dan menyemangati penulis dari awal perkuliahan hingga saat ini, yaitu Juli Ristiana Dewi, Retno Andriani, Yeni Lerista, Nikmah, dan kepada teman-teman angkatan 2015 yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang menjadi teman untuk berjuang bersama-sama selama masa kuliah dan proses pembuatan skripsi.

8. Untuk senior 2014 yang selalu membagi pengalaman dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

(7)

9. Semua pihak yang pernah membantu penulis. Terima kasih atas segala bentuk bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Juli 2019

Yuniarti Silalahi NIM 150701001

(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN……….. 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.2 Manfaat Penelitian ... 4

1.4.2.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.4.2.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA .. 5

2.1 Konsep ... 5

2.1.1 Novel ... 5

2.1.2 Psikologi Sastra…...5

2.1.3 Konflik Batin ... 5

2.1.4 Tokoh Utama ... 7

2.2 Landasan Teori... 8

2.2.1 Pendekatan Psikologi Sastra ... 8

2.2.2 Teori Psikonalisis Karen Horney ... 9

2.3 Tinjauan Pustaka ... 11

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Metode Penelitian ... 15

3.2 Sumber Data ... 15

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 16

3.4 Teknik Analisis Data ... 17

BAB IV ANALISIS KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LANGIT TERBUKA KARYA RAYNI N. MASSARDI ... 18

4.1 Bentuk Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi ... 19

4.1.1Konflik Batin Tokoh Utama Saat Terjadi Perbedaan Pendapat 19 4.1.2 Konflik Batin Tokoh Utama Saat Terjadi Percekcokan ... 22

4.1.3 Konflik Batin Tokoh Utama Saat Merasa Cemas ... 25

4.1.4 Konflik Batin Tokoh Utama Saat Merasa Ditinggalkan ... 27

(9)

4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Batin Tokoh Utama

dalam Novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi ... 31

4.2.1 Kurangnya Perhatian Dari Orang Tua ... 32

4.2.2 Perbedaan Pandangan Sosial Tokoh Utama dengan Lingkungan Sosial ... 34

4.3 Cara Tokoh Utama Mengatasi Konflik Batin dalam novel dalam Novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi ... 35

4.3.1 Mendekati Orang Lain ... 36

4.3.2 Menjauhi Orang Lain ... 39

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 42

5.1 Simpulan ... 42

5.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 46

1. Biografi Penulis ... 46

2. Sinopsis Novel Langit Terbuka ... 47

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah suatu karya seni yang bersifat imajinatif dan mengandung keindahan yang dapat dinikamati oleh manusia. Sastra dianggap cerminan dari kehidupan manusia yang didalamnya tersurat sikap, tingkah laku, pemikiran, pengetahuan, tanggapan, perasaan, serta spekulasi mengenai manusia itu sendiri.

Karya sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman , pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Karya sastra memiliki objek yang berdiri sendiri, terikat oleh dunia dalam kata yang diciptakan pengarang berdasarkan realitas sosial dan pengalaman pengarang.

Menurut Meredith dan Fitzgerald (dalam Nurgiantoro, 2007:122) dijelaskan bahwa konflik merupakan sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balasan.

Konflik adalah bagian dari unsur intrinsik yang terdapat dalam sebuah novel.

Konflik yang muncul dalam novel merupakan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh. Ketika mengalami konflik, tokoh menghadapi bermacam-macam motif dan tedapat beberapa respon yang dipilih oleh tokoh yang bersangkutan, seperti pemilihan atau penolakan, kompromi atau ragu-ragu.

(11)

Dalam novel ditemukan gambaran bahwa konflik merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dipahami, sehingga itulah alasan mengapa novel ini dianalisis dan diketahui oleh pembaca sebagai sebuah pembelajaran kehidupan.

Novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi merupakan novel pertama yang ditulis dan diterbitkan oleh pengarang. Novel ini bercerita tentang perjuangan hati yang hening dari seorang perempuan bernama Sila. Terhempas oleh beragam masalah, sarat akan acaknya cinta, hati, dan pikiran; ia ingan bangkit kembali dari titik nol pada sisa waktu dan umurnya. Dalam kesendiriannya di tempat baru, Sila mengharapkan keajaiban dalam perjalanan hidupnya untuk dapat bertemu dengan seseorang yang berbeda. la ingin berjumpa lagi dengan hati yang baik, dan ia rindu akan ketulusan. Tidak mudah! Ada panorama, benda, pikiran, amarah, dan kegembiraan yang mengantar Sila pada arti sebuah hati, perasaan, hak asasi, dan penghormatan.

Penelitian ini mengacu pada konflik batin yang terjadi pada sosok tokoh.

Penelitian ini juga mengungkapkan berbagai konflik batin yang terjadi pada tokoh utama novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi yang menimbulkan banyak kecemasan dalam dirinya.

Penulis memilih novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi sebagai objek penelitian karena tertarik menganalisis konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam novel Langit Terbuka yang ditinjau dari psikologi sastra. Selain itu sepanjang pengetahuan penulis novel ini belum pernah dianalisis, terutama dari tinjauan psikologi sastra.

(12)

1.2 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah hanya pada konflik batin tokoh Sila sedangkan tokoh lainnya tidak ikut dibicarakan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas ditemukan masalah sebagai berikut:

10. Bagaimanakah bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi ?

11. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya konflik batin tokoh utama dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi?

12. Bagaimana cara tokoh utama mengatasi konflik batin dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan konflik batin tokoh utama yang terjadi dalam novel Langit Terbuka.

2. Mendeskripsikan faktor yang menyebabkan terjadinya konflik batin tokoh utama dalam novel Langit Terbuka.

3. Mendeskripsikan cara tokoh utama dalam mengatasi konflik batin dalam novel Langit Terbuka.

(13)

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk memperluas khasanah ilmu pengetahuan, khususnya tentang berhubungan dengan konflik batin tokoh utama yang diwujudkan dalam bentuk karya sastra.

b. Manfaat Praktis

1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan bagi pembaca mengenai konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi penelitian psikologi sastra berikutnya.

(14)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep

Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep, sebagai berikut : 2.1.1 Novel

Menurut Nursisto (2000:168) novel adalah media penuang pikiran, perasaan dan gagasan penulis dalam merespon kehidupan disekitarnya. Ketika di dalam kehidupan muncul permasalahan baru, nurani penulis novel akan terpanggil untuk segera menciptakan sebuah cerita.

2.1.2 Psikologi Sastra

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia (Ahmadi, 2009: 3).

Psikologi sastra membahas masalah-masalah kejiwaan seorang tokoh dalam cerita. Psikologi sastra bertujuan untuk melihat konflik-konflik yang dapat mempengaruhi kepribadian. Mempelajari psikologi sastra sebenarnya sama halnya mempelajari manusia dari sisi dalam.

Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Pengarang akan menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Karya sastra yang dipandang sebagai fenomena psikologis, akan menampilkan aspek-aspek kejiwaan melalui tokoh-tokoh jika kebetulan teks berupa drama maupun prosa (Endraswara, 2008: 96).

2.1.3 Konflik Batin

Menurut Horney (dalam Alwisol, 2011: 135) konflik adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, yang tidak dapat

(15)

dihindari. Konflik batin adalah bagian yang integral dari kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keinginan yang arahnya berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban atau antara dua perangkat nilai.

Menurut Sayuti (dalam Wicaksono, 2014: 135) konflik terbagi menjadi tiga jenis. (1) konflik batin (tokoh dengan dirinya sendiri), (2) konflik sosial, (tokoh dengan tokoh lain), (3) konflik alamiah (tokoh dengan alam dan lingkungan sekitar.

Konflik batin adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita. Jadi, ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri, ia lebih merupakan permasalahan intern seorang manusia. Misalnya, hal itu terjadi akibat adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda, harapan-harapan, atau masalah-masalah lainnya (Nurgiantoro, 2007:

124).

Jenis konflik disebutkan oleh Dirgagunarasa dalam (Sobur, 2003:292) bahwa konflik mempunyai beberapa bentuk, antara lain sebagai berikut:

1. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict)

Konflik mendekat-mendekat timbul jika suatu ketika terdapat dua motif yang kesemuanya positif (menyenangkan atau menguntungkan), sehingga muncul kebimbangan untuk memilih satu diantaranya. Memilih satu motif berarti mengorbankan atau mengecewakan motif lain yang tidak dipilih.

2. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict)

Konflik mendekat-menjauh terjadi apabila dalam waktu yang sama terdapat dua motif berlawanan mengenai satu objek, motif yang satu positif (menyenangkan), yang lain negatif (merugikan, tidak menyenangkan) karena itu

(16)

ada kebimbangan, apakah akan mendekati atau menjauhi objek itu. Misalnya seorang ingin naik kuda karena menyenangkan (motif positif), tetapi ia takut jatuh (motif negatif).

3). Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict)

Konflik menjauh-menjauh terjadi apabila timbul dua motif yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

Pada umumnya konflik dapat dikenai karena beberapa ciri, adalah sebagai berikut :

1) Terjadi pada setiap orang dengan reaksi berbeda untuk rangsangan yang sama. Hal ini bergantung pada faktor-faktor yang sifatnya pribadi.

2) konflik terjadi bilamana motif-motif mempunyai nilai yang seimbang atau kira-kira sama sehingga menimbulkan kebimbangan dan ketegangan.

3) konflik dapat berlangsung dalam waktu yang singkat, mungkin beberapa detik, tetapi bisa juga berlangsung lama, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.

2.1.4 Tokoh Utama

Pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh.

Tokoh utama adalah tokoh yang memiliki peranan penting dalam suatu cerita. Tokoh utama juga merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya (Aminuddin, 2000: 79).

(17)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pendekatan Psikologi Sastra

Sastra sebagai gejala kejiwaan, di dalamnya terkandung fenomena- fenomena kejiwaan yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya. Dengan demikian, karya sastra dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra dan psikologi terlalu dekat hubungannya (Endraswara, 2008:87).

Psikologi sastra merupakan suatu disiplin ilmu yang mengandung masalah-masalah psikologis dalam suatu karya yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan tokoh yang imajiner atau faktual yang ada di dalam karya sastra. Fenomena konflik dapat ditelaah melalui psikologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan seorang tokoh (Sangidu, 2004: 30).

Psikologi sastra adalah kolaborasi antara ilmu sastra dengan ilmu psikologi sebagai ilmu bantu. Psikologi sastra memiliki tiga pendekatan yaitu: (1) pendekatan ekspresif yang mengkaji psikologi sang penulis ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karya ciptaannya, (2) pendekatan tekstual yang mengkaji aspek psikologi sang tokoh dalam karya sastra, (3) pendekatan reseptif pragmatis yang mengkaji aspek psikologi pembaca yang terbentuk setelah melakukan dialog dengan karya sastra yang dinikmatinya, serta proses rekreatif yang ditempuh dalam menghayati teks sastra (Endraswara, 2008: 99).

Berdasarkan uraian tersebut pendekatan tekstual lebih sesuai menjadi pendekatan dalam penelitian ini karena penelitian ini mengkaji aspek psikologi tokoh dalam novel.

(18)

2.2.2 Teori Psikonalisis Karen Horney

Dalam penelitian ini digunakan teori psikonalisis sosial Karen Horney. Konsep kepribadian Horney sangat menitikberatkan pada pengaruh- pengaruh sosial dibandingkan pengaruh-pengaruh biologis. Perbedaan psikologis antara pria dan wanita, contohnya, lebih disebabkan oleh harapan-harapan kultural dan sosial dibandingkan dengan perbedaan anatomi (Feist dan Feist, 2010: 220).

Teori psikonalisis sosial Horney menyediakan perspektif menarik pada gambarannya yang jelas tentang kepribadian neurotik. Penjelasannya yang sangat lengkap tentang kepribadian neurotik menyediakan ide-ide yang sangat baik untuk memahami orang-orang yang kurang sehat secara mental ( Feist dan Feist, 2010: 218). Kepribadian neurotik adalah pola tingkah laku yang tertekan akibat pengalaman trauma pada masa kanak-kanak.

Teori Horney dibentuk berdasarkan asumsi bahwa kondisi sosial dan kultural, terutama pengalaman masa kanak-kanak, sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian seseorang. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak mengembangkan rasa permusuhan dasar terhadap orang tua mereka dan sebagai akibatnya mengalami kecemasan dasar (Feist dan Feist 2010 :192).

Kecemasan dan permusuhan cenderung direpres, atau dikeluarkan dari kesadaran, karena menunjukkan rasa marah beresiko dihukum dan kehilangan cinta dan keamanan. Orang dengan kecemasan dasar mungkin memulai hidup dengan konflik yang sangat berat, konflik antara kebutuhan rasa aman dan kebutuhan menyatakan kebebasan emosi dan pikiran, semuanya dimulai dari

(19)

hubungan anak dengan ibunya dan hubungan antar manusia (Alwisol, 2009:135).

Rasa cinta yang tidak terpenuhi pada masa kanak-kanak mendorong berkembangnya kecemasan dan permusuhan dasar setiap orang. Sikap orang tua yang sering kali mendominasi, mengabaikan, terlalu melindungi, menolak, atau terlalu memanjakan menimbulkan perasaan tidak aman dalam diri seorang anak.

Apabila seorang anak tidak dapat memenuhi kebutuhan akan keamanan dan kepuasan, maka sang anak akan mengembangkan perasaan permusuhan dasar terhadap orang tuanya. Rasa permusuhan yang ditekan kemudian mengarah kepada perasaan tidak aman yang kuat dan kecemasan yang samar-samar.

Kondisi ini disebut kecemasan dasar (Basic anxiety).

Horney menyebutkan kecemasan sebagai perasaan kecil, tidak berarti, tidak berdaya, ditinggalkan, terancam bahaya, di dunia yang siap untuk menyiksa, menipu, menyerang, mempermalukan, mengkhianati, dan iri (Feist dan feist, 2010: 198).

Penelitian ini menyangkut konflik batin yang dialami tokoh utama.

Konflik yang ada didalamnya berupa kecemasan. Permusuhan dasar dalam diri seseorang akan memunculkan kecemasan dasar, kecemasan dasar akan menciptakan perasaan permusuhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa permusuhan dan kecemasan dasar memiliki hubungan keterkaitan atau timbal balik antara keduanya.

Horney (dalam Feist dan Feist, 2010: 202) telah mengidentifikasikan tiga sikap dasar yang digunakan seorang sebagai strategi bertahan dalam mengatasi konflik, yaitu:

(20)

1. Mendekati Orang Lain

Mendekati orang lain sebagai usaha untuk melawan perasaan tak berdaya. Orang merasa selalu kalah atau mudah kalah(compliant), menjadi sangat membutuhkan kasih sayang-penerimaan, dan membutuhkan partner yang kuat yang dapat mengambil tanggung jawab dalam kehidupannya.

2. Melawan Orang Lain

Orang yang agresif memandang orang lain sebagai musuh, dan memakai strategi melawan orang lain untuk meredakan kecemasannya.

3. Menjauhi Orang Lain.

Untuk mengatasi konflik dasar isolasi, orang justru memisahkan diri dan menjauhi orang lain. Strategi ini adalah ekspresi kebutuhan keleluasan pribadi, kemandirian, dan kecukupan diri sendiri.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan beberapa saja, diantaranya, mendekati orang lain dan menjauhi orang lain.

2.3 Tinjauan Pustaka

Novel Langit Terbuka karya Rayni Massardi sangat menarik sekali untuk dikaji, diteliti, dan diulas dalam beberapa forum diskusi lainnya karena isi dari novel ini terdapat masalah-masalah kehidupan yang tidak asing lagi bagi pembaca.

Penelitian dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra telah banyak dilakukan oleh para peneliti sastra sebelumnya, khususnya para mahasiswa sastra yang ingin meraih gelar sarjananya. Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian dengan menggunakan Teori Psikologi Sastra terhadap novel tersebut dapat

(21)

dilakukan.

Atik Kusumawati (IKIP PGRI, 2011) dalam skripsinya yang berjudul

“Konflik Batin Tokoh Utama dalam novel Orang Ketiga karya Yudhita Hardini Serta Alternatif Pembelajaran”. Konflik batin pada novel tersebut dialami oleh tokoh utama yang bernama Anggi. Konflik batin tokoh terjadi karena kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki tidak terpenuhi. Rasa cinta terhadap Angga membuatnya menjadi orang ketiga. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama mengkaji konflik batin tokoh.

Joko Saputra (USU, 2015) dalam skripsinya yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama dalam novel Saman karya Ayu Utami: Pendekatan Psikonalisis Sigmund Freud”. Mendeskripsikan bahwa Psikologi dalam sastra mengandung kejadian-kejadian yang tampak lewat perilaku tokoh-tokohnya.

Melalui perilaku tokoh-tokohnya akan tampak konflik batin yang dialami oleh masing-masing tokoh dalam karya sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik batin tokoh utama berdasarkan peristiwaperistiwa yang dialaminya dalam novel Saman Karya Ayu Utami. Untuk memperoleh hasil tersebut dipergunakan teori psikologi sastra dengan penerapan teori-teori psikoanalisis Sigmund Freud. Metode penelitian yang dipergunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan mendeskripsikan data-data yang sudah diidentifikasi lewat proses pembacaan berulang-ulang (hermeneutik). Dalam analisis deskriptif ini, data yang diperoleh dicatat dan dipilih berdasarkan masalah yang akan dibahas. Analisisnya dilakukan dengan menganalisis dan mendeskripsikan konflik batin tokoh utama dalam novel Saman. Konflik batin yang dimaksud dalam hal ini adalah konflik yang dialami tokoh utama yang

(22)

dipengaruhi oleh alam ketidaksadaran seperti, id, ego, superego. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis solusi yang digunakan tokoh utama untuk menyelesaikan konflik batin yang dialaminya. Berdasarkan hasil analisis tersebut ditemukan bahwa tokoh-tokoh utama mengalami konflik batin yang didominasi oleh id, ego, dan super ego. Kepribadian tokoh yang didominasi oleh id biasanya mengalami kecemasan bawaan lahir, kepribadian tokoh yang didominasi oleh ego biasanya mengalami kecemasan sesuai kenyataan (kesadaran), dan kepribadian tokoh yang didominasi oleh super ego biasanya mengalami kecemasan moral. Persamaan dalam penelitian ini sama-sama mengkaji tentang konflik batin tokoh utama. Namun yang membedakannya adalah teori yang digunakan.

Siti Aisyah (USU, 2014) dalam skripsinya yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Aisyah dalam novel Ada Tasbih di Hati Aisya karya Wien Oktadatu Setyawati”. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan konflik batin tokoh utama dalam novel Ada Tasbih di Hati Aisya. Sumber data penelitian ini adalah novel Ada Tasbih di HatiAisyakarya Wien Oktadatu Setyawati yang diterbitkan pada tahun 2013. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teori psikolgi dan teori sosial psiko analitik Karen Horney.

Metode/pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan psiko analisis. Penelitian ini menghasilkan hal-hal berikut. Berdasarkan analisis psikologis dapat diungkapkan, pertama, munculnya konflik batin tokoh utama berupa kecemasan. Kedua, konflik batin yang terjadi dipicu oleh berbagai peristiwa yaitu pertengkaran orang tua Aisya.Ketiga, solusi yang dilakukan tokoh utama untuk mengatasi konflik batinnya adalah berbagi rasa dengan orang lain,

(23)

penyaluran emosi dengan positif, membantu orang lain, mengalah, rekreasi, dan keyakinan.

Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul“ Analisis Konflik Batin Tokoh Utama dalam novel Langit Terbuka Karya Rayni N. Massardi.:

Pendekatan Psikologi Sastra” ini belum pernah dikaji sebelumnya, baik dalam kajian psikologi sastra maupun kajian lainnya.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek tertentu dan, karenanya, harus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu sebagaimana dinyatakan oleh teori (Faruk, 2017: 55).

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya (Ratna, 2015: 47).

Metode penelitian kualitatif dilakukan dengan tidak mengutamakan angka-angka, tetapi data-data yang telah diperoleh akan dibaca dan diseleksi untuk mencari hubungan dan keterkaitannya dengan penelitian.

3.2 Sumber Data

Sumber yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah Judul Novel : Langit Terbuka

Pengarang : Rayni N. Massardi Tahun Terbit : 2015

Tebal Buku : 130 Halaman

Penerbit : Kaki Langit Kencana

Warna Sampul : Hitam, orange, merah, dan kuning, dengan judul berwarna putih.

Gambar Sampul : Sampul novel Langit Terbuka berupa gambar seorang wanita yang berdiri sendiri di tepi pantai.

Desain Sampul : Tambra

(25)

Sumber data yang dipaparkan merupakan data sebenarnya yang dinalisis sebagai data utama. Dalam penelitian ini juga diperlukan data sekunder, yaitu buku-buku, internet, dan sebagainya.

3.3 Tenik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh dari sumber data.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka yaitu mencari data mengenai hal-hal berupa buku, teks, buku referensi dan sebagainya. Data yang didapat berbentuk tulisan, maka harus dibaca, disimak, dicatat, dan kemudian dijadikan acuan dalam hubungannya dengan subjek yang akan diteliti. Data yang dikumpulkan adalah deskriptif kualitatif yaitu pengumpulan data yang berupa kata-kata dan bukan angka-angka (Moleong, 1984: 7).

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan mendata semua kata-kata, kalimat ataupun dialog tentang dari tokoh utama yang terdapat dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi.

Secara rinci teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan:

1. Melakukan pembacaan terhadap novel Langit Terbuka karya Rayni N.

Massardi secara cermat dan teliti.

2. Melakukan pendataan terhadap dialog-dialog dan paragraf yang terdapat dalam novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi.

3. Setelah dialog dan paragraf didata, kemudian dicari kata-kata atau kalimat yang termasuk ke dalam konflik batin dalam novel novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi.

(26)

3.4 Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Noor (2011: 33-34) mengatakan deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, kejadian yang saat sekarang.

Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlangsung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan pelaku khusus terhadap peristiwa tersebut. Ciri utama deskriptif adalah unitasi, artinya analisis dikerjakan berdasarkan tiap-tiap topik, tema, konsep, atau unsur (Siswantoro, 2016: 81).

Langkah-langkah penulis menganalisis data :

1). Memabaca data primer yaitu novel Langit Terbuka Karya Rayni N.

Massardi.

2). Menyimak dan memahami data yang telah dibaca yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3). Menyimak dan mengelompokkan data yang di dalamnya mengandung konflik batin tokoh utama yang terdapat dalam novel Langit Terbuka Karya Rayni N. Massardi untuk memudahkan pengecekan ketika diperlukan.

(27)

BAB IV

KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA DALAM NOVEL LANGIT TERBUKA KARYA RAYNI N. MASSARDI

4.1 Bentuk Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Langit Terbuka

Konflik batin adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan dalam fungsi manusia, yang tidak dapat dihindari. Konflik dalam diri sendiri merupakan bagian yang integral dari kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keinginan yang berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban.

Pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah bentuk konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel Langit Terbuka. Konflik batin yang dialami tokoh utama adalah berupa kecemasan. Horney menyebutkan kecemasan sebagai perasaan kecil, tidak berarti, tidak berdaya, ditinggalkan, terancam bahaya, di dunia yang siap untuk menyiksa, menipu, menyerang, mempermalukan, mengkhianati, dan iri (Feist dan Feist, 2010: 198).

Novel ini menceritakan tentang perjuangan hati yang hening dari seorang perempuan bernama Sila. Terhempas oleh beragam masalah, sarat akan acaknya cinta, hati, dan pikiran: ia ingin bangkit kembali dari titik nol pada sisa waktu dan umurnya. Perempuan itu sepanjang hari hanya sendirian.

Dalam kesendiriannya di tempat baru, Sila mengharapakan keajaiban dalam perjalanan hidupnya untuk dapat bertemu dengan seseorang yang berbeda.

Ia ingin berjumpa lagi dengan hati yang baik, dan ia rindu akan ketulusan. Tidak mudah!. Ada panorama, benda, pikiran, amarah, dan kegembiraan yang mengantar sial pada arti sebuah hati, perasaan, hak asasi, dan penghormatan.

(28)

Hidupnya adalah hidupnya saja. Tidak ada seorang pun yang mengelilinginya. Karena perempuan yang bernama Sila itu sudah enam bulan tinggal sendirian dalam sepi. Penuh ketenangan. Dan, ia sendirilah yang memutuskan begitu. Karena baginya tidak ada lagi manusia yang bisa menerima keinginan, rasa, kehendak, dan filosofi hidupnya. Tidak ada satu pun orang yang mengerti atau sebaliknya. Ia merasa sudah tidak punya kemampuan untuk memahami, atau bertoleransi dengan orang lain. Makanya ia memutuskan untuk menjauh dari permasalahan yang akan menyakiti dirinya, sekaligus membuat orang lain jadi benci, berburuk sangka melulu, dan marah pada dirinya.

Tokoh utama sering sekali mendapatkan perlakuan yang tidak layak dari orangtuanya, tidak seperti anak-anak lain pada umumnya. Pengalaman masa kanak-kanak sangat besar pengaruhnya dalam membentuk kepribadian seseorang.

Orang-orang yang tidak mendapatkan kebutuhan akan cinta dan kasih sayang yang cukup selama masa kanak-kanak akan mengalami kecemasan. Tokoh utama mengalami konflik batin saat terjadi perbedaan pendapat, percekcokan, perasaan cemas, dan ditinggalkan yang mengakibatkan tokoh utama mengalami konflik batin. Dalam novel Langit Terbuka dapat ditemukan beberapa bentuk konflik batin yang terjadi pada tokoh utama.

4.1.1 Konflik Batin Tokoh Utama Saat terjadi Perbedaan Pendapat

Perbedaan pendapat yang terjadi antara orangtua dan tokoh utama membuat tokoh utama sulit untuk menentukan pilihan hidupnya. Semua aturan- aturan yang dibuat oleh orangtuanya harus bisa ia terima dengan lapang dada, meskipun dalam hatinya sulit untuk bisa menerima semua pendapat yang disampaikan oleh orangtuanya.

(29)

Dari kecil sampai dewasa, tokoh utama hidup dengan perintah orangtuanya karena harus mematuhi keinginan kedua orangtuanya. Sila tidak pernah bisa bebas memberi pendapatnya sendiri, ia harus mematuhi semua aturan- aturan yang yang dibuat oleh kedua orangtuanya. Kedua orangtua Sila tidak pernah peduli dengan perasaan Sila karena kedua orangtuanya hanya memikirkan diri mereka sendiri. Sila kadang merasa kesal kepada orangtuanya yang selalu sesuka hati terhadap dirinya. Sila mampu untuk tidak melawan dan bersikap mengalah demi menjaga nama baik keluarganya di depan semua orang karena keluarga mereka harus terlihat sebagai keluarga yang bahagia. Jiwanya yang merasa tertekan dengan sikap kedua orangtuanya membuatnya mengalami konflik batin. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Sikon kadang ada timbul rasa kesal, penuh tekanan agar mengalah atau menerima pendapat dan keinginan orang lain. Tapi sila sering berdialog dengan hatinya yang penuh kompromi itu. Banyak hal yang sebenarnya ingin ia lawan. Tetapi semua harus selalu ia mengalah dan punya persediaan hati yang penuh pengertian. Ada rasa sedikit penyesalan karena ia tidak bisa leluasa bersikap sehari- hari, layaknya anak seusianya. Karena ia harus sempurna, harus pintar, harus menjaga citra. Gerak-geriknya juga wajib terkendali, agar keluarga Wijaya Munar bias dibilang, dibicarakan dimana- mana, sebagai contoh keluarga yang paling ideal.”(LT:11).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Sila harus bersikap sesuai dengan kehendak orang lain karena dia tidak ingin menyakiti hati orang lain. Melihat perasaan tokoh utama yang mengatakan bahwa ia tertekan, pilihan hidupnya membuat dirinya tidak mendapat kebahagiaan yang sebenarnya sangat ia butuhkan. Sila memilih untuk berperan dengan baik tanpa ada rasa dendam karena ia mempunyai segudang toleransi dalam dirinya meskipun terkadang ia merasa bahwa itu akan menimbulkan kesedihan dalam dirinya. Sejak kecil tokoh Utama

(30)

mengalami ketidaknyamanan hubungan dengan kedua orangtuanya. Hal inilah yang menjadi penyebab utama munculnya kecemasan pada tokoh yang terus- menerus menekan jiwanya. Di dalam dirinya terjadi pertentangan antara kekuatan yang berhadapan dengan fungsi yang tidak dapat dihindari sehingga menimbulkan konflik batin yang berkepanjangan. Hal lain yang mengakibatkan Sila mengalami konflik batin dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Perasaan sering tertekan, bertentangan dengan sanubarinya, tetapi selalu rasa tersebut mendahuluinya, agar ia yakin untuk membuat keputusan sesuai hatinya. Dan, Sila ternyata mempunyai segudang rasa toleransi. Sampai ia sendiri kadang bingung, kok ia bisa menerima semua tekanan yang tidak sesuai dengan hati dan otaknya? Kenapa ia mampu kuat sebagai anak sampai dewasa , berperan dengan baik dan benar tanpa rasa dendam?”(LT:11).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa Sila sering merasa resah dan gelisah, urusan rasa di hatinya selalu campur aduk dengan isi perintah otaknya. Ia harus menahan sesak nafasnya beberapa waktu untuk akhirnya sepakat kompak dengan isi kepala dan hatinya. Tokoh utama merasa bingung dengan dirinya sendiri karena keputusan yang diambilnya tidak bisa dipahaminya.

“Sila semakin uring-uringan. Terlalu banyak misteri. Terlalu banyak tekanan dan pertanyaan yang seharusnya tidak ada kisah semacam itu lagi. Ia tidak tahu kenapa ia begitu larut pada sosok seorang Sigap, yang sebenarnya juga tidak dikenalnya sama sekali.”(LT:124).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama semakin hari tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, begitu banyak pertanyaan yang terlintas di pikirannya yang tidak terjawab dan sulit untuk diatasinya. Dia terlalu memikirkan Sigap yang membuatnya mendapat banyak tekanan dalam dirinya sehingga tokoh utama mengalami konflik batin.

(31)

4.1.2. Konflik Batin Tokoh Utama Saat terjadi Percekcokan

Percekcokan adalah suatu keadaan dimana seseorang terlibat dalam persoalan dan menjurus ke arah perkelahian. Tokoh utama merasa bahwa hubungannya dengan kekasihnya Bima membuat dia kesal dan berniat untuk melakukan tindak kekerasan kepada kekasihnya. Sikap Bima yang tidak peduli dan acuh tak acuh membuat Sila sulit untuk menerima semua perlakuan Bima kepada dirinya. Sila tidak bisa lagi mengatasinya dengan kepala dingin sehingga membuatnya kesal dan mengalami konflik batin yang begitu berat. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Setiap malam Sila berjuang berdebat kencang dengan rasa, perasaannya, agar pertemanannya dengan Bima menjadi sebuah hal yang tepat. Namun isi kepala lebih marah dan tidak ingin semua kesepakatan rasa menjadi sebuah keputusan yang bulat. Ini hanyalah persetujuan sepihak. “(LT:21).

“Bim! Sangat mudah mestinya dibicarakan dengan jujur, karena belakangan ini kamu selalu mengeluh! Jangan sampai kita larut lebih dalam untuk saling menyakiti. Dan juga jangan sampai aku masuk penjara karena membunuh X kekasih...! Jangan sampai aku menjadi dungu dan menuruti pada rasa ini untuk memilikimu sekaligus menendangmu”(Langit Terbuka:31).

Tokoh utama yang merasa sudah yakin akan rencana hidupnya akan bahagia dengan Bima, tidak sesuai dengan harapannya. Harapannya yang ingin mendapatkan kebahagiaan dari hubungannya dengan Bima tidak didapatkannya.

Bima sama sekali tidak peduli akan perasaan Sila, perkataan Bima yang terlalu menyakitkan membuat Sila merasa kecewa. Ia merasa kesal, ia tidak mampu lagi untuk mengatakan kepada kedua orangtuanya bahwa hubungannya dengan Bima telah berakhir. Ia tidak ingin ada orang lain yang tahu bagaimana hubungannya

(32)

tokoh utama mengalami konflik batin dalam hatinya yang membuat dia merasah sedih. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Terlalu banyak kalimat yang dilemparkan Bima seenaknya tanpa alasan kepada kekasihnya. Sila yang merasa sudah yakin akan rencana hidupnya akan bahagia dengan Bima, menjadi bingung satu juta persen. Semua begitu cepat terbalik. Sila tidak siap sama sekali menghadapi model sikap seperti Bima. Tidak ada satupun saudara, teman yang ia beritahu tentang kekacauan hubungan mereka. Apalagi mengadu kepada orang tuanya.” (LT:27).

Tokoh utama sudah tidak ingin membahas dan memikirkan hubungannya dengan Bima karena itu akan berakhir dengan percuma. Itulah yang harus dilakukannya untuk menyelamatkan sisa hati dan pikirannya yang telah tersakiti.

Sila sadar bahwa ketulusan hati dan cintanya memang tidak dianggap oleh Bima.

Bima sama sekali tidak mengahargai hubungan mereka sehingga membuat Sila tidak berdaya dan tidak mampu untuk mengatakan apapun lagi. Sila harus bisa menerima semua keputusan yang dibuat Bima. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Sila merasa ia sudah tidak bisa lagi membuat Bima peduli kepadanya. Ia malas membahas atau memikirkan apa dan kenapa.

Karena waktu kebersamaan mereka yang terbilang lumayan panjang, hanya akan berakhir dengan begini saja. Tidak seperti bayangan Sila dalam mengarungi dunia berpasangan, yang seharusnya indah atau berakhir menarik. Itu sebabnya Sila tidak mau mendramatisir, atau mencari jawaban atau membujuk kekasihnya untuk lebih kalem dan lebih bijak. Semua rencana hidupnya adalah untuk dirinya sendiri, bukan karena disuruh, dipaksa orang lain, apalagi oleh kedua orang tuanya.”(LT:30)

“Sila juga bukan pengangguran. Masalah hati perasaan menyita pikiran, membuatnya muak meladeni emosi-emosi yang tidak penting. Sesuatu yang seharusnya sudah dipahami Bima sebagai orang dewa. Ia hanya mengisi kesibukan hari-hari dengan ragu dan tak bergairah sama sekali. Teman sekantor, kolega yang biasa menemani Sila kala senggang, masih kadang bersama saling mendukung dalam kesibukan kesehariannya. Hanya Sila sendiri yang tahu rasa kosong, hening, kebingungan, ketidakberdayaan dalam dirinya. Hiruk pirik dukungan sekitar, hanya sebagai

(33)

permukaan datar yang lurus, tanpa ujung yang pasti. Semua terasa hanya sementara, sup[aya ia tidak terlalu cepat menjadi gila.”

(LT:30).

Tokoh utama yang sama sekali tidak mendapatkan kebabahagian dari hubungannya dengan Bima membuat dia merasa kecewa dan tidak berdaya Hal itu terjadi karena ia telah merasa dikhianati dan tidak bisa mengambil keputusan yang benar. Ia selalu teringat dengan kata-kata Bima yang menyakitkan selama mereka menjalin hubungan. Perlakuan Bima kepada dirinya membuat dia mengalami konflik batin. Hal itu dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Kegalauannya saat ini lebih kepada kejengkelannya pada diri sendiri, yang sulit mengatasi rasa kehilangan, kesendirian, rasa tanpa siapa-siapa lagi yang ia percayai dan cintai. Dan, Bima itu terlalu yakin, percaya diri, berani, dan sekaligus kurang ajar meninggalkannya begitu cepat. Meninggalkannya sebagai penghianatan hati, penghianatan cintanya.” (LT:34).

Rasa kecewa yang menghampirinya membuat dia tidak dapat mengatasi masalah yang terjadi dalam hidupnya. Ia jenuh dengan semua yang dilaluinya.

Tokoh utama tidak bisa lagi memahami orang-orang yang membuat ia merasa sedih dan ia ingin melupakan semua masalah-masalah yang tidak bisa lagi diatasinya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Sila sebenarnya tidak putus asa. Hanya amarah dan rasa sedih tak terkira, yang menjadi sebuah titik jenuh. Disertai sedikit rasa ketidakberdayaan yang menghampirinya. Itu juga yang membuatnya mengambil keputusan untuk kabur dari kerumunan manusia yang tidak ingin dipahaminya lagi.”(LT:33).

Sakit hati yang dirasakan Sila membuatnya sulit untuk melupakan semua kenangan buruknya bersama Bima. Ia tidak tahu harus bagaimana lagi untuk menyelamatkan sisa hatinya yang sudah hancur. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

(34)

“Sila sudah tidak merasa penting lagi ada sikap normal dan tidak normal. Yang ingin ia lakukan adalah apa saja yang tersirat, terpikir olehnya saat ini. Ditempat pilihannya yang baru. Berderet pertanyaan yang belum terjawab oleh Bima. Itu yang membuat Sila jenuh, kesal, sakit hati, dan sedih. Semuanya seenaknya berlalu tanpa jawab. Kalau sudah begini kejadiannya, yang tersisa hanya duka cita, belas kasihan orang-orang sekitar.” (LT:35).

Mengingat semua yang terjadi dalam kisah hidupnya membuat tokoh utama merasa sedih, hatinya sangat terluka dan tidak mampu untuk mengatakan apapun lagi. Ia mencoba megeluarkan kata-kata tapi ia tidak bisa melakukannya, ia merasa tidak berdaya lagi. Pergalautan batin yang sedang dilaluinya begitu berat. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Air mata Sila mengalir deras, ia tidak bisa bicara. Hanya badannya terasa bergetar, entah ada apa. Ia berusaha mengeluarkan kata. Tapi yang terdengar Cuma raungan dan rintihan pedih seorang perempuan yang merasa sepi, hancur, marah, tidak berdaya…”(LT:100).

Tokoh utama tidak mampu lagi untuk memutuskan apa yang baik untuk hidupnya, ia merasa semuanya sudah tidak ada gunanya lagi untuk mengerti dengan apa yang sedang dilaluinya. Dia tidak mempunyai keberanian untuk mengambil keputusan mana yang baik bagi dirinya sehingga membuatnya mengalami konflik batin. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Sila merasa, semua yang sudah terjadi itu adalah karena ulahnya yang tidak berani memutuskan apa pun lagi. Baginya, keputusan apa pun hanyalah kebijakan yang akan tidak pernah dipahaminya.”(LT:101).

4.1.3 Konflik Batin Tokoh Utama Saat Merasa Cemas

Perasaan cemas terjadi karena ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman. Tokoh utama mengalami kecemasan yang diakibatkan oleh

(35)

konflik yang terjadi dalam diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan, seperti yang dirasakan oleh tokoh utama. Ketika tokoh utama berada ditempat yang baru, tokoh utama menemukan seorang lelaki di dalam rumahnya yang tidak ia kenal.

Dia tidak tahu mengapa laki-laki itu ada dan tiba-tiba hadir dikehidupannya.

Tokoh Utama merasa cemas, takut dan bertanya-tanya dalam hatinya siapa sebenarnya laki-laki itu. Mengapa ada laki-laki masuk seenaknya kedalam rumahnya? Sila bingung apa yang harus dilakukannya pada lelaki tersebut yang membuat dia merasa cemas dan terancam bahaya hingga menimbulkan konflik batin dalam dirinya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Sila ragu jelas di depannya berdiri seorang lelaki yang sama sekali tidak dikenalnya. Namun dalam beberapa detik rasa takut sila hilang. Yang tersisa hanya keraguan. Sila penasaran tapi ia berada di posisi yang tidak tahu harus melakukan apa. Membiarkan Sigap bicara layaknya kawan, atau mengusirnya, atau membayangkan ombak lautan yang bergulung kuat, atau harus merasa dia positif gila?” (LT:43).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama tidak tahu siapa sebenarnya laki-laki yang ada di dalam rumahnya dan mengapa dia bisa masuk begitu saja tanpa sepengetahuan Sila. Kejadian itu membuat Sila seperti orang yang kebingungan dan tidak tahu harus melakukan apa, dia harus menerima atau mengusir orang tersebut. Kutipan lain dapat dilihat sebagai berikut:

“Ini ada yang enggak beres..! saya mimpi atau dihipnotis atau saya ada di dunia lain atau saya ini sudah mati…!” desak Sila.”(LT:44).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama merasa cemas dan tidak tahu harus berbuat apa lagi terhadap lelaki tersebut. Ia menganggap bahwa ada yang tidak beres dalam dirinya dan ia sudah tidak bisa merasakan jati dirinya yang sesungguhnya.

(36)

“Hari pagi kesekian. Sila merasa ada yang tidak beres di dalam hatinya. ia begitu merasa resah. Bahkan tanpa ada sebab. Tidak ada alasannya mestinya untuk kecewa atau depresi. Hari ke hari berjalan baik-baik saja. Cuaca belakangan bagus. Sigap selalu ada.

Pekerjaan normal. Entah rasa ini tidak bisa berbohong untuk mengatakan tidak ada sesuatu. Semua terasa suntuk.”(LT:79).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama merasa resah akan semua yang terjadi dalam dirinya, pikiran dan hatinya tidak bisa mengetahui apa sebenarnya yang dialami olehnya saat ini. Menjalin hubungan dengan orang yang baru dikenalnya tanpa mencari tahu lebih detail siapa sebenarnya orang yang bernama Sigap itu. Hubungannya dengan Sigap membuat tokoh utama mengalami konflik batin yang begitu berat.

4.1.4 Konflik Batin Tokoh Utama Saat Merasa Ditinggalkan

Ditinggalkan oleh orang yang disayang membuat tokoh utama merasa sedih dan kesepian. Seseorang yang ditinggalkan akan sangat merasa kehilangan dan membuatnya mengalami kesedihan yang mendalam.

Mendengar suara Sigap yang tiba-tiba menghubungi Sila dan memberi kabar melalui telepon, membuatnya terkejut sekaligus kecewa. Tokoh utama merasa kecewa atas tindakan sigap kepadanya. Kenapa selama ini Sigap tidak memberikan kabar apapun kepadanya dan pergi meninggalkannya begitu saja.

Tokoh utama merasa semuanya itu tidak ada gunanya lagi. Ia hanya membiarkan sigap bicara tanpa memberi respon sedikitpun kepadanya, walaupun dalam hatinya ia sangat merindukan sigap, tetapi hal itu tidak bisa dilakukannya. Hatinya terpukul, ia tidak tahu harus mengatakan apa kepada Sigap. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

(37)

Sigap: “Hi, non, aku Sigap. maaf baru bisa kontak sekarang. Aku pergi terlalu lama. Ada beberapa lokasi tempatku bekerja, tidak memungkinkan ada signal yang baik. Are you oky, dear?”

(LT:100).

“Sila hanya diam. Ia terkejut. Terdengar suara yang sangat akrab dan dirindukannya, namun sekaligus tidak diinginkannya sama sekali. Panggilan telepon itu diterimanya dengan pikiran kosong dan hati yang dingin.”(LT:100).

Keinginan tokoh utama untuk terus bisa bersama Sigap ternyata jauh dari perkiraannya, semuanya itu seperti mengguncang perasaan Sila. Sila merasa sedih dan kecewa. Kejadian itu membuat Sila mengalami konflik batin. Sigap yang tiba- tiba menghilang dan tidak memberikan kabar apapun kepadanya, membuat ia bingung dan merasa cemas karena Sigap pergi begitu saja dan meninggalkannya tanpa ada alasan. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Kabar dari sigap terdengar sangat asing ditelinganya. Hatinya menjadi kosong. Semacam hantaman terpaan angin kuat dan merubuhkan apa saja, serta selesai tak ada lainnya. Sigap adalah bagian hidupnya yang kini sudah hilang. Dan sila merasa ia tidak punya siapa-siapa lagi.” (LT:101).

Tokoh utama selalu merasa tidak dianggap oleh orang-orang yang disayanginya. Ia berpikir bahwa ia akan ditinggalkan oleh orang yang ia sayangi.

Sila sudah mengganggap bahwa Sigap akan menjadi bagian dri hidupnya. Tokoh utama merasa cemas karena ketulusan yang ia berikan kepada sigap terabaikan begitu saja, ia merasa diabaikan. Dia mengalami pergaulatan batin yang membuatnya letih akan semua yang terjadi di kisah hidupnya. Hatinya terasa hancur, ia hanya menginginkan sigap dan menolak orang yang jelas-jelas selalu ada untuknya dalam suka maupun duka. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Sila bingung, kenapa sigap bisa bersikap aneh dan seperti

(38)

yang baik hati, yang seharusnya ada disisinya, justru ditolaknya.

Pergaulatan batin atau cara berpikir apakah yang sedang dilaluinya? Permainan apa yang sedang terjadi di dunia ini?

Kenapa begitu banyak urusan hati yang harus dilalui dengan letih?

Kenapa ketulusan hanya beredar, kala kita berada pada saat kita tidak tahu, dan tidak sadar?” (LT:101).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa perlakuan Sigap membuat hati Sila merasa hancur. Tokoh utama merasa terpukul sekaligus bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi dalam kisah hidupnya.

“Apa Sigap pantas untuk dicari, ditanyai, atau digelisahkan? Ini semacam rasa penasaran saja. Agak diluar perkiraan Sila, ia merasa kehilangan. Bukan masalah cinta. Ia merasa ada yang hilang dari separuh jiwanya. Membuat keseimbangan hidupnya pincang.

Semua yang indah bak ditelan bumi.” (LT:115).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama mengalami kegelisahan yang terus-menerus. Sigap yang menemaninya selama beberapa bulan belakangan tiba-tiba menghilang tanpa kabar. Sila tidak tahu kemana Sigap pergi meninggalkannya. Pikirannya penuh dengan pertanyaan tentang sigap yang mengakibatkan tokoh utama mengalami konflik batin.

Sila mengalami konflik batin yang berat, ketika dirinya merasa khawatir akibat perasaannya terhadap sigap. Saat ia mulai jatuh cinta kepada sigap, mengapa sigap melakukan itu kepadanya. Hatinya ingin mencari tahu keberadaan sigap saat ini. Kemana ia pergi. Ia tidak ingin sebodoh saat ditinggal Bima, yang pergi begitu saja dengan pengejut. Ia tidak mau lagi menjadi bodoh untuk kesekian kalinya, karena ditinggal begitu saja oleh orang yang dipercayainya, tanpa ada penjelasan. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Beberapa malam, kegelisahan sila pun semakin menumpuk.

Akhirnya, ia memutuskan untuk mencari Sigap. Ia yakin bahwa ia harus bersikap begitu. Putusan yang tidak serampangan, karena itu

(39)

menyangkut masalah dan hak pribadinya. Haknya untuk mendapatkan sebuah kepastian. Bukan untuk bermanja atau mengemis hati dan waktunya.” (LT:119).

Kegelisahannya membuat dia merasa cemas dan takut karena ia merasa ditinggalkan. Sila merasa bahwa semuanya itu tidak adil bagi dirinya, dia tidak dapat menerima semua keputusan yang dilakukan Sigap. disini tokoh utama mengalami konflik batin yang cukup berat. Ketika rasa ketakutannya yang dianggapnya sudah biasa berada di dalam dirinya malah membuat dia semakin gelisah dan cemas. Menurut tokoh utama, ia merasa hidupunya akan baik-baik saja tanpa orang lain. Sila merasa bahwa ia rela kehilangan orang-orang terdekat untuk sementara, walaupun itu membuatnya sakit hati. Hai ini ditunjukkan pada kutipan berikut ini:

“Apapun alasanku bersikap seperti ini, dari dulu sampai sekarang, itulah aku! Aku sangat menghargai kebaikanmu selama ini, sepanjang napas ini masih ada. Ketakutan, dan kegelisahan hati ini adalah milikku sendiri, dan ia akan selalu ada. Aku bukanlah perempuan jahat. Tapi aku adalah perempuan yang tidak membutuhkan siapa pun untuk mengasihani diri ini, dan tidak perlu ada lelaki yang mencintaiku. Cintaku sudah terkubur dan menghasilkan sebuah bentuk yang lain, dear. Hidupku tidak hancur bahkan belum berhenti sampai disini! Hidup ini adalah perjuangan hati, sikap yang pernah terpuruk dan sakit.” (LT:114).

Hati tokoh utama merasa sedih, karena ia seakan kembali kekehidupan yang sebelumnya. Dimana seharusnya ia ingin mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan ditempat yang baru, tetapi tidak didapatkannya. Ia berharap akan mendapatkan kebahagiaan di suatu tempat yang indah dimana semuanya akan baik-baik saja tetapi itu tidak semudah yang dibayangkannya. Justru ia kembali mendapatkan kesedihan sehingga menimbulkan konflik batin dalam diri tokoh utama. Hal itu dapat dilihat darikutipan berikut:

(40)

“Sila hanya kembali bersedih. Ia tidak paham sama sekali akan apa yang terjadi. Tapi, haruskah ia bereaksi sehebat ini? Tampak seperti tidak ada apa-apa, namun ia merasa hidupnya sangat rumit.

Pilihannya untuk sendiri disuatu tempat yang indah, itu seharusnya membuatnya senang. Tetapi sejak berinteraksi dengan beberapa orang, hatinya mulai ikutan gelisah. Pikiran juga sudah tidak bisa terlalu fokus kepada segala ketenangan sekitar.” (LT:113).

Semua yang dialami sila membuat ia merasa tersakiti dan melupakan semua kebahagian yang ingin ia mulai kembali. Semua kebahagian yang dirasakannya selama ini hanya sebentar saja dan berakhir tanpa ada alasan dan menghilang begitu saja. Rasa ketidapercayaannya yang membuat dia mengalami konflik batin. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Sila merasa dikhianati oleh semua yang telah ia percayai.

Ketidakpercayaan pada dirinya membuat semua menghilang.

Angin gelombang lautan membawa itu semua tanpa alasan, dan tanpa sebab. Serta tanpa membawa kenangan pada siapa pun.

Pembalasan yang dirasakannya adalah kehilangan semua rasa cinta dan respek dunia. Sila merasa telah tersakiti oleh permainan dunia ini! Mungkin, ini saja yang akan tersisa sebagai luka pada dirinya, hingga ia kelak mati sendiri.” (LT:129).

4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Batin Tokoh Utama dalam Novel Langit Terbuka

Faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik batin tokoh utama dilatarbelakangi oleh kurangnya perhatian dari orang tua. Seorang anak yang kekurangan kasih sayang dari sang Ayah dan hubungannya yang kurang akrab dengan sang Ibu, pastinya mempunyai pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadiannya.

Selain itu perbedaan pandangan sosial tokoh utama dengan lingkungan sosial juga mempengaruhi terjadinya konflik batin pada seseorang. Lingkungan sosial tokoh utama yang kurang mendukung. Anggapan banyak orang bahwa

(41)

tokoh utama yang tidak mau bersosialisasi dengan orang menjadikan tokoh utama susah untuk beradaptasi dan mendapatkan teman yang cocok.

4.2.1 Kurangnya Perhatian Dari Orang Tua

Sikap orang tua yang yang sering kali mendominasi, mengabaikan, dan menolak mengakibatkan seorang anak merasa tidak aman dan mempengaruhi perkembangan anak di masa depan. Orang tua yang tidak memberikan cinta dan kasih sayang pada seorang anak akan membuat anak merasa tidak dianggap dan akan memberi efek yang buruk pada anak. Kurangnya perhatian dari orang tua membuat tokoh merasa terabaikan karena harus memaklumi keinginan kedua orang tuanya. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut ini:

“Tiga anak yang dibesarkan dengan biasa, mereka hidup menjadi dewasa dengan tekanan. Karena harus selalu memaklumi keinginan kedua orang tuanya. Ibu mereka Sierra Munar, juga memiliki sikap yang membingungkan bagi mereka. Seorang ibu dan istri yang selalu berada di pihak suaminya. Karena ayah mereka sangat keras memperlakukan anak-anaknya, disiplin, pelit, kaku. Dan, istrinya pun demikian. Sierra munar seolah tidak punya pendapat sendiri.

Tidak berpikir luwes. Ia sepertinya tidak ingin banyak perdebatan, mengharap anak-anaknya menuruti saja apa kemauan ayah mereka.” (LT:13).

Kurangnya perhatian dari orang tua membuat tokoh utama merasa dirinya tidak mendapatkan kasih sayang yang semestinya diberikan kepadanya. Jika seorang anak tidak mendapat kasih sayang dari orang tua mereka maka ia akan merasa terasingkan. Ibu tokoh utama tidak mau mendengar ceritanya dan begitu sebaliknya ibunya tidak mau berbagi cerita kepada dirinya maupun mengobrol lama bersama dirinya. Hal itu membuat Sila merasa kesepian, dan membuatnya kurang percaya diri. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut:

“Pelit dengan kata-kata. Itupun masih selalu pro sama suaminya.

(42)

ibu pun ikutan marah. Kadang hal semacam itu membuat ketiga anak manis-manis itu enggak paham. Menurut mereka, ibu semacam punya kepribadian ganda. Mereka punya ibu. Itu saja.

Dan mereka punya seorang Ayah, namun mereka hanya tahu punya dua orang tua yang wajib dihormati: ayah dan Ibu. Sedari kecil, ketiga anak itu, sampai dewasa, tidak punya sama sekali tempat berlindung, atau tempat untuk menyampaikan curahan hati.

Mereka harus mengatasi persoalan apa pun sendirian. Baik itu masalah tetek bengek sampai masalah pelik.” (LT:15).

“Sila ingin bercakap lama dengan ibunya, mau banget ngobrol membicarakan apa saja dengan ibunya. Tetapi situasi tidak pernah pas. Ibu selalu menghindar. Memang pada akhirnya, apapun reaksi ibunya pada mereka harus diterima.” (LT:16).

Pada kutipan di atas tokoh utama mengalami pergelutan dan pergaulatan hati yang berantakan, itulah yang harus diterimanya. Orang tua yang seharusnya selalu ada menemani hari-harinya tidak ada saat ia membutuhkannya. Sikap orang tuanya yang tidak mau memberi perhatian kepada tokoh utama membuat dia merasa hidup sendirian dan tidak tahu mengadu kepada siapa. Orang tuanya hanya sibuk mengurus kehidupan pribadinya masing-masing. Hal ini mengakibatkan tokoh utama mengalami konflik batin. Kutipan lain dapat dilihat seperti berikut:

“Karena ayah mereka sibuk, bekerja keras seluruhnya untuk keluarga. Jadi ia tidak ingin anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang bodoh, gagal, dan manja. Maka tumbulah Sila, menjadi perempuan yang mempunyai hati, pikiran, emosi yang tertata dengan baik. Namun hampa.” (LT:16).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa sila memang tidak pernah mendapatkan perhatian yang lebih dari orang tuanya. Memliki ayah yang hanya sibuk bekerja dan bekerja setiap harinya, tak pernah ada waktu untuk anaknya.

Sikap seorang ayah yang tegas dan terlalu memaksakan kehendaknya sendiri membuat Sila seperti anak yang menjalani hidupnya atas permintaan ayahnya.

(43)

“Bagi mereka ayahnya hanyalah sebuah mesin yang bisa bicara!

Mereka menganggap ayah mereka tidak punya hati. Hanya jantung yang berbilik dan berdegup. Perasaan kepada anak-anak hanya sebuah sikap yang kaku nyaris tanpa sentuhan. Tidak ada kasih sayang sejati layaknya seorang ayah pada anaknya. Hanya ada aba- aba.” (LT:12).

Kutipan di atas menggambarkan bahwa kurangnya kasih sayang dari sang Ayah membuat tokoh utama tidak bahagia. Tokoh utama merasa terabaikan oleh sikap ayahnya yang tidak pernah mau memberi perhatian dan cinta yang tulus layaknya seorang ayah pada umumnya.

4.2.2 Perbedaan Pandangan Sosial Tokoh Utama dengan Lingkungan Sosial Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan serta perubahan-perubahan perilaku setiap individu.

Ketidakmampuan seseorang untuk memahami atau menerima bentuk hidup bersosialisasi dialami oleh tokoh utama. Perbedaan pandangan sosial tokoh utama dengan lingkungan sosial terjadi karena kepribadiannya yang tertutup, merasa rendah diri, dan kurang memiliki rasa percaya diri. Ia tidak ingin memiliki teman, ia selalu saja mencoba menghindar jika ada orang yang ingin mendekatinya. Perasaan untuk tetap sendiri sudah sangat dinikmatinya. Tokoh utama selalu menghindar jika ada orang lain yang mencoba untuk mendekatinya, baik itu sebagai teman maupun pacar. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:

“Sila semakin dewasa. Pergaulannya semakin luas, walau tidak ada seorang temanpun yang bisa mendekatinya untuk menjadi sahabat apalagi pacar. Sila selalu langsung mengambil jarak kalau ada seseorang yang kelihatan gelagatnya ingin berteman lebih dekat.

Baik itu teman perempuan apalagi lelaki.” (LT:17).

(44)

“Sila tampaknya saja seperti perempuan yang keras dan egoistis.

Tapi ia adalah perempuan yang penuh kompromi. Hidupnya penuh kesendirian. Ia selalu menghindari kerumunan, melewati dengan gagah deretan kaki-kaki yang menghalangi langkahnya, dengan kepala tegak lurus. (LT:17).

Menjalani hari-hari tanpa ada teman atau orang terdekat dijalaninya tanpa beban karena dia sudah menetapkan untuk hidup sendiri. Tidak ada satu orang pun yang mampu mendekati hati dan tubuh Sila. Hatinya sudah terkunci pada hal- hal yang bersifat pribadi. Tokoh utama merasa hidupnya akan baik-baik saja jika tidak diganggu oleh orang lain. Perbedaan pandangan sosial tokoh utama dapat dilihat pada kutipan lain berikut ini:

“Banyak keraguan pada diri Sila. Apakah ia harus membuang waktu dan energinya untuk orang lain? Apakah ia harus menyita waktu untuk berpacaran? Sedangkan kondisi dan konsentrasinya penuh pada pekerjaan yang memerlukan waktu lebih dari 24 jam.

Apa bisa ia membagi waktunya untuk orang lain? Kenapa kalau selama ini ia bisa hidup bahagia sendiri lalu sekarang harus berpecah segalanya dengan melibatkan orang lain?.” (LT:21).

Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama tidak menginginkan ada orang lain untuk mengisi kekosongan dihatinya karena tanpa ada orang lain dia merasa hidupnya akan baik-baik saja. Tokoh utama tidak ingin menghabiskan waktu dengan orang lain. Baginya hidup yang selama ini dijalaninya dengan kesendirian membuatnya merasa bahagia.

4.3. Cara Tokoh Utama Mengatasi Konflik Batin dalam Novel Langit Terbuka karya Rayni N. Massardi

Mengatasi konflik merupakan pengeluaran usaha sadar untuk memecahkan masalah dan berusaha untuk menguasai, mengurangi atau mentolerir stress atau konflik yang terjadi. Tokoh utama mengatasi konflik batinnya dengan

(45)

cara mendekati orang lain untuk melindungi dri dari perasaan ketidakberdayaan dan menjauhi orang lain dengan tujuan mengurangi perasaan sendirian atau terpisah.

4.3.1 Mendekati Orang Lain

Dalam usaha untuk melindungi diri dari perasaan ketidakberdayaan orang- orang yang penurut mendapatkan kasih sayang dan penerimaan dari orang lain atau mereka mencari pasangan yang kuat yang akan bertanggung jawab atas kehidupan mereka. Konsep mendekati orang lain yang diutarakan Horney tidak berarti mendekati orang lain melalui cinta yang tulus. Melainkan, mendekati orang lain dalam hal ini mengacu pada sebuah kebutuhan untuk melindungi diri dari perasaan ketidakberdayaan.

Tokoh utama mengatasi konflik batinnya dengan cara mendekati orang lain untuk melindungi diri dari perasaan ketidakberdayaan. Tokoh utama mencoba menerima orang yang baru dikenalnya untuk masuk kekehidupannya. Dia begitu mudah menerima laki-laki itu dengan senang hati. Hal itu ditunjukkan pada kutipan berikut ini:

“Aku takut momen ini akan berakhir. Semua baik-baik saja kok. Ini pertama kalinya ada rasa bahagia, tenang dalam hati ini. Tetapi aku ragu ini semua hanya sebentar. Belum pernah aku merasa senyaman ini. Hampir tujuh bulan aku merasa kosong. Dan begitu Sigap muncul, dunia seolah terbalik. Aku tidak kenal dia, dan aku tidak tahu sama sekali dia itu siapa.

hantukah? Manusiakah? atau khayalanku?! Tapi dia hadir membawa semua kehilangan rasa yang dulu pernah aku miliki.” (LT:55).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama menerima kehadiran Sigap tanpa mempertanyakkan apa-apa lagi, ia merasa sudah

(46)

sangat nyaman berada di dekat Sigap yang selalu ada menemani Sila setiap harinya. Dapat dilihat bahwa tokoh utama menemukan orang yang pantas untuk mengisi keheningan hidupnya. Ia menganggap bahwa kehadiran Sigap mampu melawan perasaan ketidakberdayaannya selama ini. Kehadiran seorang laki-laki bernama Sigap bisa membuat dia bahagia dan ia tak ingin semuanya itu berakhir begitu saja. Ia seolah membutuhkan kasih sayang dari orang yang baru saja dikenalnya.

Sila: “Kak Sukat dan Kak Sulis, Sigap ini adalah malaikat penyelamatku. Ketika aku sakit dia yang menunggu, menolongku.

Dia ini muncul begitu saja…!

Sulis: “Muncul.. sulis setengah berteriak. Maksudnya dia ini siapa Sila?

Sila: “don’t worry kakakku. Dia adalah pria yang sangat santun.

kami berteman. Aku percaya Tuhan yang mengirimnya kesini untukku…! (LT:83).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh utama sangat membutuhkan orang lain. Tokoh utama menganggap bahwa Tuhan telah mengirimkan seseorang yang sangat ia butuhkan untuk menemani hari- harinya. Tokoh utama membutuhkan Sigap, karena ia merasa Sigap bisa memberikan perhatian kepadanya. Dia menganggap kedatangan Sigap di hidupnya membuat dia merasa dicintai dan diperhatikan orang lain. Ia membutuhkan partner yang kuat yang dapat mengambil tanggung jawab terhadap kehidupannya.

“Sila sudah kembali lagi rutin menjalankan kehidupannya.

Keheningan masih saja dimilikinya. Dan memang itulah yang didambakannya. Walau sigap masih ada disekitarnya, tetapi ia tidak merasa terganggu. Malah ia menganggap Sigap itu dirinya yang kedua. Cadangan dirinya tempat ia berkaca dalam sebuah kehidupan.”(LT:72).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mendeskripsikan tentang bagaimana penokohan dan konflik batin tokoh utama yang bernama Karla dalam novel Forgiven dengan mempergunakan teori psikologi sastra

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan latar sosial budaya Kirana Kejora, (2) mendeskripsikan struktur novel, (3) mendeskripsikan konflik batin tokoh utama

Bagaimana konflik batin tokoh utama dalam novel Hati Sinden karya Dwi. Rahayuningsih ditinjau dari segi

BAB IV Konflik Batin Tokoh Utama Novel Pusparatri karya Nurul Ibad Tinjauan Psikologi Sastra, merupakan bab inti dari penelitian yang meliputi konflik batin

Bagaimanakah upaya tokoh utama mempertahankan imannya dalam menghadapi godaan gadis-gadis Rusia dalam novel BC. 1.1 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.1.1

Hasil dari penelitian ini adalah bentuk konflik batin tokoh utama dalam novel Rindu karya Tere Liye adalah konflik mendekat-mendekat (approach-approach

A.01 Dari kutipan data tersebut menjelaskan konflik batin yang dialami tokoh utama yaitu Binta sangat kesal dengan Nugraha karena Nugraha memaksa Binta untuk mengaku bahwa

Bentuk-Bentuk Konflik Batin pada Tokoh Utama dalam Novel Rasa Karya Tere Liye Konflik batin terdiri dari berbagai macam jenis yang dapat terjadi dalam diri seseorang.. Bentuk konflik