• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

2. Manfaat Praktis

pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan.

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 2. Titing Peran Pemerintah Metode Penelitian ini Untuk

purnama

adanya pembentukan kelompok, mekanisme perguliran dana penyerapan dana bantuan yang dapat terlaksana dengan baik

B. Pengertian Peran Pemerintah

Setiap manusia dalam kehidupannya masing-masing memiliki peran dan fungsi dalam menjalankan kehidupan. Dalam melaksanakan perannya, setiap manusia memiliki cara atau sikap yang berbeda-beda. Hal ini sangat dipengaruhi oleh oleh latar belakang kehidupan sosialnya.

Menurut (Berry, 2003), mendefenisikan peran sebagai harapan- harapan yang di kenakan pada individu yang menempat kedudukan sosial tertentu.

Harapan – harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat. Dalam peranan itu terdapat dua harapan yaitu harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang yang menjalankan peranannya atau kewajiban- kewajibannya. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peran adalah prilaku-prilaku yang ditunjukan oleh seseorang karena kewajibannya dari jabatan atau pekerjaannya.

Menurut (Veithzal, 2004)peranan di artikan sebagai perilaku yang di atur dan diharapkan seseorang dalam posisi tertentu. Selanjutnya menurut Ali (2000),

peranan adalah sesuatu yang menjadi bagaian yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya suatu hal atau peristiwa.

Menurut (Rumlus et al., 2019)Peran adalah seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu sikap, tindakan atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau sekelompok orang terhadap seseorang yang memiliki status atau kedudukan tertentu. Berdasarkan hal-hal diatas dapat diartikan bahwa apabila dihubungkan dengan pemerintah desa, peran tidak berarti sebagai hak dan kewajiban individu, melainkan merupakan tugas dan wewenang pemerintah desa.

(Lantaeda et al., 2017),mengemukakan: “Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan seseorang dan karena kedudukan itu ia melakukan suatu tindakan atau gerak perubahan yang dinamis dimana dari usaha itu diharapkan akan tercipta suatu keadaan atau hasil yang diinginkan. Tindakan tersebut dijalankan dengan memanfaatkan kewenangan, kekuasaan, serta fasilitas yang dimiliki karena kedudukannya”.

(Syahri, 2018)menyebutkan ada lima aspek penting dari peran, yaitu:

1. Peran itu bersifat impersonal: posisi peran itu sendiri akan menentukan harapannya, bukan individunya.

2. Peran itu berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) – yaitu, perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu.

3. Peran itu sulit dikendalikan – (role clarity dan role ambiguity)

4. Peran itu dapat dipelajari dengan cepat dan dapat menghasilkan beberapa perubahan perilaku utama.

5. Peran dan pekerjaan (jobs) itu tidaklah sama – seseorang yang melakukan satu pekerjaan bisa saja memainkan beberapa peran.

Menurut (Tahir, 2015)membagi peran pemerintah ada tiga aspek peran, yaitu:

1. Keberlanjutan (sustainability) Visi dan misi yang kuat dari pemerintah kota dalam mengembangkan dan membangun kawasan perkotaan sudah berjalan dengan baik.

2. Transparansi dan Akuntabilitas (Transparency and Accountability) Efisiensi dalam tranparansi dan akuntabilitas tidak tercapai hal ini terlihat dengan banyaknya pembangunan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada dan bahkan menimbulkan masalah baru yang malah mengeluarkan banyak biaya.

3. Keadilan (Equity) Efektifitas akan rasa keadilan itu sudah terwujud dengan baik sebab sudah melibatkan masyarakat pada setiap kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah.

Menurut (Lantaeda et al., 2017)peran dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut:

1. Peran Aktif Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya didalam kelompok sebagai aktifitas kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan lainnya sebagainya.

2. Peran Partisipatif Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok kepada kelompoknya yang memberikan sumbangan yang sangat berguna bagi kelompok itu sendiri.

3. Peran Pasif Peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif, dimana anggota kelompok menahan dari agar memberikan kesempatan kepada fungsi-fungsi lain dalam kelompok sehingga berjalan dengan baik.

Dari berbagai uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan seseorang maupun sekelompok orang (organisasi) apabila melaksanakan hak-hak serta kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka ia telah melakukan sebuah peranan. Jika dikaitkan dengan tindakan pemerintah maka dapat dikatakan bahwa peran adalah tindakan-tindakan yang dilakukan pemerintah terkait kedudukannya dalam pemerintahan. Sedangkan jika peran dihubungkan dengan pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat adalah posisi terkait pelaksanaan tugas pokok dan fungsi maupun kewajiban yang seharusnya pemerintah daerah lakukan dalam menunjang pemberdayaan masyarakat nelayandi Kabupaten Ende.

C. Pemberdayaan

Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakatlapisan bawah terhadap dimaknai dalam konteks menempatkan posisi berdiri masyarakat.Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat (beneficiaries) yang tergantung pada kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektorkehidupan. Konsep

pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan dua cara pandang.Pertama,pemberdayaan pemberian dari pihak luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan, perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas (kewajiban) negara secara given.

Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam proses pembangunan dan pemerintahan (Eko, 2002). Permendagri RI Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat,dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ).

(Adimihardja & H, 2001) “pemberdayaan masyarakat merupakan strategi besar dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat (people based development)”. Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk

meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal, melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal atas sumber daya material dan non-material yang penting melalui redistribusi modal atau kepemilikan. Pendekatan ini melihat

bahwa permasalahan sosial yang ada dalam masyarakat bukan semata-mata akibat penyimpangan prilaku atau masalah kepribadian, tetapi juga sebagai akibat masalah struktural, kebijakan yang keliru, inkonsistensi dalam implementasi kebijakan dan tidak adanya partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Pembangunan yang bersifat sentralistik dapat menghambat tumbuhnya kesadaran masyarakat bahwa masalah sosial yang ada merupakan masalah masyarakat, sehinga mereka tidak mampu memanfaatkan potensi dan sumber daya sosial yang ada untuk mengatasinya. Selain itu, kondisi struktural yang ada tidak memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengartikulasikan aspirasi serta merealisasikan potensinya, sehingga masyarakat berada dalam kondisi yang tidak berdaya. Dalam situasi inilah reorientasi paradigma pembangunan menjadi kebutuhan yang mendesak.

Menurut Hikmat (2001) “konsep pemberdayaan dapat dilihat sebagai akibat dari dan reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat dan budaya yang berkembang dalam sebuah masyarakat”. Pada awal kelahirannya, konsep pemberdayaan bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat. Proses pemberdayaan dengan demikian merupakan depowerment dari sistem kekuasaan yang bersifat absolut. Konsep pemberdayaan

menggantikannya dengan sebuah sistem yang baru, yang memberikan perhatian penting pada gagasan manusia dan kemanusiaan (humanisme).

(Rumlus et al., 2019)merumuskan tiga upaya pokok dalam setiap pemberdayaan masyarakat, yang disebut sebagai Tri Bina, yaitu: Bina Manusia,

Bina Usaha, dan Bina Lingkungan. Membicarakan konsep pemberdayaan, tidak dapat dilepaspisahkan dengan konsep sentral, yaitu konsep Power (daya)

Prinsip dan Dasar Pemberdayaan Prinsip utama dalam mengembangkan konsep pemberdayaan masyarakat menurut (Ulumiyah et al., 2013)ada lima macam, yaitu:

1. Pendekatan dari bawah pada kondisi ini pengelolaan dan para stakeholder setuju pada tujuan yang ingin dicapai untuk kemudian mengembangkan gagasan dan beberapa kegiatan setahap demi setahap untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

2. Partisipasi dimana setiap aktor yang terlibat memiliki kekuasaan dalam setiap fase perencanaan dan pengelolaan.

3. Konsep keberlanjutan: merupakan pengembangan kemitraan dengan seluruh lapisan masyarakat sehingga program pembangunan berkelanjutan dapat diterima secara sosial dan ekonomi.

4. Keterpaduan: yaitu kebijakan dan strategi pada tingkat lokal, regional dan nasional.

5. Keuntungan sosial dan ekonomi: merupakan bagian dari program pengelolaan.

Bertolak dari pendapat ini, berarti pemberdayaan tidak saja terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan tetapi pada masyarakat yang masih memiliki daya yang masih terbatas, dapat dikembangkan hingga mencapai kemandirian (Winarni, 1998). Upaya pemberdayaan masyarakat harus dilakukan

di semua aspek baik politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, agama, dan lain-lain.

Menurut Hikmat (2001), “Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi masyarakat saja, namun juga harus mampu meningkatkan harkat dan martabat, rasa percaya diri dan harga diri, serta terpeliharanya tatanan nilai budaya masyarakat itu sendiri. Inti dari gerakan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat, yang meliputi: (1) Perumusan konsep; (2) Penyusunan pola; (3) Proses perencanaan; (4) Pelaksanaan gerakan pemberdayaan; (5) Pemantauan dan penilaian hasil pelaksanaan; dan (6) Pengembangan pelestarian gerakan pemberdayaan”Inti pengertian pemberdayaan masyarakat merupakan strategi dan upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

Menurut Ristinura (2017) Pemberdayaan masyarakat sangat penting dan merupakan hal yang wajib wajib dilakukan mengingat pertumbuhan economic and teknologyyang demikian pesatnya belakangan ini akan sangat mempengaruhi

kemampuan tiap individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

1. Tujuan Pemberdayaan

Tujuan dari pemberdayaan masyarakat menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu meningkatkan masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya dan memperkuat kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti mempunyai kepervayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas kehidupannya (Edi Suharto 2005).

Secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa pemberdayaan masyarakat yaitu membuat masyarakat berdaya dan mempunyai pengetahuan serta keterampilan yang digunakan dalam kehidupan untuk meningkatkan taraf hidup. Upaya pemberdayaan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat.

2. Proses Pemberdayaan

Pembedayaan masyarakat telah menjadi mainstream upaya peningkatan kesejahteraan serta pengentasan kemiskinan. Dengan pemberdayaan masyarakat maka pembangunan tidak mulai dari titik tidak ada, tetapi berawal dari sesuatu yang sudah ada pada masyarakat.

Pemberdayaan berarti apa yang telah dimiliki oleh masyarakat adalah sumberdaya pembangunan yang perlu dikembangkan sehingga makin nyata kegunaannya bagi masyarakat sendiri.

Menurut (Sunartiningsih, 2016)Proses pemberdayaan kelompok usaha bersama yaitu sebagai berikut;

a. Menganalisis situasi yang ada dilingkungannya serta memecahkan masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki.

b. Penyuluhan Kelompok Usaha Bersama c. Pelatihan Penangkapan

d. Pelatihan Budidaya

e. Bantuan Dana

f. Bantuan Alat dan Mesin g. Evaluasi

D. Masyarakat Nelayan

Konsep atau pengertian nelayan memiliki pengertian yang luas dan beragam, sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda. Sementara di lapangan banyak subyek hukum lain yang bisa saja masuk dalam kategori nelayan antara lain seperti nelayan pemilik, nelayan penggarap, nelayan tradisional, dan nelayan kecil. Pengertian nelayan tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang memberikan makna berbeda, yaitu:

1. UU No. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, Pasal 1 angka 10 yang mendefinisikan bahwa “nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan”, serta ketentuan Pasal 1 angka 11 yang mendefinisikan “nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT)” Dalam UU ini juga disebutkan pengusaha perikanan.

2. UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan pertanian, perikanan, dan kehutanan mendefiniskan nelayan dalam Pasal 1 angka 13 yaitu perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang

mata pencahariannya atau kegiatan usahanya melakukan penangkapan ikan.

3. UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mendefinisikan nelayan kecil adalah nelayan masyarakat tradisional Indonesia yang menggunakan bahan dan alat penangkapan ikan secara tradisional, dan terhadapnya tidak dikenakan surat izin usaha dan bebas dari pajak, serta bebas menangkap ikan diseluruh pengelolaan perikanan dalam wilayah Republik Indonesia.

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 27 tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil jo. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil Pasal 17 ayat (2) menjelaskan pengertian nelayan tradisional yaitu nelayan yang menggunakan kapal tanpa mesin, dilakukan secara turun temurun, memiliki daerah penangkapan ikan yang tetap, dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. UU ini juga menyebutkan mengenai nelayan modern dan pengusaha perikanan sebagai pemangku kepentingan utama dalam pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil.

5. UU Nomor 16 Tahun 1964 tentang Bagi Hasil Perikanan memberikan definisi nelayan menjadi beberapa kategori:

a. Pasal 1 huruf huruf b menjelaskan Nelayan pemilik ialah orang atau badan hukum yang dengan hak apapun berkuasa atas sesuatu

kapal/perahu yang dipergunakan dalam usaha penangkapan ikan dan alat-alat penangkapan ikan.

b. Pasal 1 huruf c menjelaskan definsi nelayan penggarap ialah semua orang yang sebagai kesatuan dengan menyediakan tenaganya turut serta dalam usaha penangkapan ikan laut. Batasan atau definisi nelayan banyak dikemukakan oleh pakar, seperti Panayotou, Berkes, Satria, Ostrom dan Schlager, serta Kusnadi.

Panayotou (1985) mengelompokan nelayan ke dalam empat kelompok utama, yaitu subsistence, indigenous, commercial dan recreation. Sementara itu nelayan komersial dikelompokan lagi menjadi dua kelompok, yaitu nelayan artisanal dan nelayan industri.

Menurut Kusnadi (2003), penggolongan sosial dalam masyarakat nelayan dapat ditinjau dalam tiga sudut pandang, yaitu:

1. Dari segi penguasaan alat-alat produksi dan alat tangkap (perahu, jaringdan perlengkapan lain), struktur masyarakat nelayan terbagi dalam masyarakat pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh.Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi dan dalam kegiatan produksi unit perahu, nelayan buruh hanya menggunakan jasa tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas. Dalam masyarakat pertanian nelayan buruh identik dengan buruh tani. Secara kuantitatif nelayan buruh lebih besar dibanding dengan nelayan pemilik.

2. Ditinjau dari segi skala investasi modal usahanya struktur masyarakat nelayan terbagi ke dalam nelayan besar dan nelayan kecil. Disebut nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha perikanan relatif lebih banyak, sedangkan nelayan kecil justru sebaliknya.

3. Dipandang dari tingkat teknologi peralatan tangkap yang digunakan masyarakat nelayan terbagi dalam nelayan modern dan tradisional.

Nelayan-nelayan modern menggunakan teknologi yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional. Jumlah nelayannelayan modern jauh lebih kecil dibanding dengan nelayan tradisional.

E.Kerangka Pikir

Pada era saat ini, masi sering kita jumpai keluhan nelayan yang tidak mendapatkan bantuan peralatan laut terkhusus perberdayaan ikan keramba jaring apung (KJA).Realita yang terjadi di Desa Mukusaki Kecamatan wewaria Kabupaten Ende. masayarakat di desa tersebut kurang atau hanya sebagian yang mendapatkan bantuan nelayan, dengan hal tersebut tidak terjadiya pemerataan bantuan nelayan di Desa mukusaki terkhususnya pada bantuan keramba jaring apung (KJA). Diangkat dari permasalahan diatas maka peneleti perlu melakukan penyuluhan terhadap Pemerataan bantuan nelayan terhadap pemberdayaan masyarakat nelayan melalui program budidaya ikan keramba jaring apung (KJA), sehingga masayarakat di Desa Mukusuki mendapatkan pemerataan bangtuan nelayan.

Kerangka Pikir

F.Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende. Yang dimana fokus penelitian ini memfokuskan tiga indikator yaitu : Keberlanjutan, Transparansi,Keadilan.

Indikator Peran Pemerintah ( Tahir, M. 2015) 1. Keberlanjutan

2. Transparansi dan Akuntabilitas 3. Keadilan

Peran Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung(KJA)

Faktor Penghambat

Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Melalui Program Budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA)

G.Deskriptif Fokus Penelitian

Sesuai dengan fokus penelitian maka yang menjadi deskripsi dalam fokus penelitian yang dijelaskan sebagai berikut :

1. Keberlanjutan Visi dan misi yang kuat dari pemerintah kota dalam mengembangkan dan membangun kawasan perkotaan sudah berjalan dengan baik.

2. Transparansi dan Akuntabilitas Efisiensi dalam tranparansi dan akuntabilitas tidak tercapai hal ini terlihat dengan banyaknya pembangunan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada dan bahkan menimbulkan masalah baru yang malah mengeluarkan banyak biaya.

3. Keadilan Efektifitas akan rasa keadilan itu sudah terwujud dengan baik sebab sudah melibatkan masyarakat pada setiap kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah.

4. Faktor pendukung

Yang mendukungb atau mendorong terjadinya Peran Pemerintah Desa yang baik pemberdayaan nelayan di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende ,serta dukungan dari mayarakat karena tanpa masyarakat pemerintah desa juga tidak akan dapat mendeteksi atau mengetahui kendala – kendala yang dialami oleh masyarakat nelayan.

5. Faktor penghambat

Faktor yang sifatnya menghambat dan menahan terjadinya segala sesuatu dapat dilihat dari kendala yang ditemukan dalam proses peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat nelayan di Desa kaloling Kabupaten Ende. Yaitu kurangnya kepudulian masyarakat dan tidak mudahnya meninggalkan yang instan dan kurangnya kesadaran masyarakat.

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan kurang lebih 2 (dua) bulan selesai seminar pra penelitian. Penelitian ini akan dilakukan Di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende. Adapun alasan saya memilih lokasi penelitian tersebut karena ingin mengetahui sudah sejauh mana peran pemerintahDesa dalam pemberdayaan masyarakat melalui program budidaya Ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat melalui program budidaya ikan Keramba Jaring Apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende.Dalam mengatasi angka kemiskinan nelayan di kabupaten Ende maka jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu sudah penelitian kualitatif yang berusaha untuk menemukan makna, menyelidiki proses, individu maupun kelompok.Situasi dan mencari tau peran apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat nelayan melalui program budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende.

Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif (menggambarkan) dengan melakukan pendekatan kualitatif. Tipe penelitian melakukan penggambaran

tentang situasi atau kejadian. penelitian ini menghasilkan data-data berupa informasi dari informan apa adanya dan sesuai dengan penelitian yang berkaitan dengan peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat melalui program budidaya ikan keramba jaring apung (KJA) di Desa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data ada dua sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Data Primer

Data primer yaitu data empiris yang didapatkan peneliti dari informan berdasarkan hasil wawancara. Jenis data yang ingin diperoleh adalah bagaimana peran pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat nelayan melalui program budidaya ikan (KJA) mengatasi angka kemiskinan nelayan diDesa Mukusaki Kecamatan Wewaria Kabupaten Ende serta data-data lain yang dibutuhkan untuk melengapi skripsi.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen/catatan, tulisan-tulisan karya ilmiah dari berbagai media, arsip-arsip resmi yang dapat mendukung kelengkapan data primer.

D. Informan

Dalam penelitian kualitatif, informasi merupakan data yang diperoleh di lokasi penelitian, dalam naskah atau sumber data. Dalam penelitian ini informasi secara tidak acak, tetapi dengan pertimbangan dan kriteria tertentu. Untuk kedalaman penelitian kualitatif pemilihan informan penelitian didasarkan pada beberpa kriteria. Sebagai mana dikemukakan oleh Moleong (2005), yaitu:

1. Subyek telah lama dan intensif menyatudengan kegiatan atau aktivitas yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti dan biasanya ditandai dengan kemampuan memberikan informasi mengenai hal yang ditanya peneliti.

2. Subyek masih terikat secara penuh aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian peneliti

3. Subyek yang mempunyai cukup waktu atau kesempatan untuk dimintai informasi

4. Subyek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dikemas terlebih dahulu. Adapun yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini antaralain:

Table 3.1 Informan Peneliti

No Nama Inisial Jabatan Keterangan

1. Fabinus Sandis Siaga,

S.P FS Kepala Desa 1 orang

2. Samsudin Opu SO Sekdes 1 orang

3. Ahmad Saleh AS Kelompok

Nelayan 1 orang

4. Abdul Kadir AK Kelompok

Nelayang 1orang

5. Daniel Elias DE Masyarakat 1 orang

Jumlah 5 orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif, sumber data primer adalah penelitian yang melakukan tindakan dan anak yang menerima tindakan.

Sedangkan sekunder berupa data hasil wawancara, observasi, dokumentasi serta triangulasi.

1. Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang sesuai dengan sifat penelitian karena mengadakan pengamatan secara langsung atau disebut pengamatan terlibat dimana peneliti juga menjadi instrumen atau alat dalam penelitian sehingga peneliti harus mencari data sendiri dengan secara langsung atau mengamati dan mencari langsung ke beberapa informan yang telah ditentukan sebagai sumber data.Metode

observasi ini peneliti memilih jenis observasi partisipatif adalah observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu. Hal ini agar memudahkan peneliti memperoleh data atau informasi dengan mudah dan leluasa.

observasi ini peneliti memilih jenis observasi partisipatif adalah observasi yang sekaligus melibatkan diri selaku orang dalam pada situasi tertentu. Hal ini agar memudahkan peneliti memperoleh data atau informasi dengan mudah dan leluasa.

Dokumen terkait