• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manga Dan Proses Konstruksi Identitas Penggemarnya

BAB III PEMBAHASAN

B. Manga Dan Proses Konstruksi Identitas Penggemarnya

Manga dijadikan sebagai suatu yang sangat penting bagi sebagian besar penggemarnya. Dari data yang telah dikumpulkan penggemar menganggap manga sebagai media pembelajaran, hiburan, hingga semangat hidup (Wawancara pribadi Informan: 2019). Mereka merasa sangat bergantung pada manga dalam kehidupan mereka, Hal ini karena pengaruh yang ditimbulkan dari konsumsi manga yang dilakukan setiap hari oleh penggemar.

Salah satu konsumsi yang dilakukan oleh penggemar manga yaitu, mereka sangat senang dan menikmati waktu mereka ketika sedang membaca manga yang mereka sukai. Pada era modern ini manga tidak hanya dapat dibaca melalui media cetak (komik berbentuk buku), karena kemajuan teknologi, manga khususnya manga terjemahan dapat diakses secara gratis melalui website dan aplikasi yang tersedia, seperti Mangaku.web.id, Komik Fox, Mangakita.net, Otakuindo.net, MangaRock, MangaID Mangapanda.com, serta masih banyak lagi web dan aplikasi yang menyediakan komik secara gratis. “kalo sekarang lebih prefer baca di-online, baik secara manga maupun bacaan yang lain, apalagi dengan segala fitur free-nya.” (Wawancara pribadi dengan Anis, tanggal 24 September 2019)

Web dan aplikasi tersebut menjadi salah satu media untuk membaca manga yang sangat digemari oleh penggemar oleh karena adanya beberapa aspek yang menguntungkan untuk mereka sebagian besar penggemar manga menyatakan bahwa mereka lebih nyaman dan senang membaca manga melalui media online karena praktis, nyaman, dan mudah. “… kalo baca dikomik rada ribet, lebih nyaman pake HP, jadi bisa gampang biasa dibawa kemana-mana.” (Wawancara pribadi dengan Ilham,

55

tanggal 18 September 2019). Selain fitur free, mudah di akses, dan update atau lirisnya lebih cepat daripada komik yang dijual di toko-toko buku.

Waktu yang mereka luangkan hanya untuk membaca dan menikmati manga biasanya paling sedikit lima jam per harinya, manga yang biasa mereka baca bukan hanya manga yang baru rilis, namun mereka juga membaca manga yang sudah pernah mereka baca, dan biasanya mereka akan membacanya berulang kali. Tania yang merupakan salah satu informan berkata bahwa setiap hari dia akan menyempatkan waktu membaca manga baik itu secara online atau melalui media komik cetak karena menurutnya jika dalam sehari tidak membaca manga dia merasa ada hal yang kurang dan merasa harinya belum lengkap (Wawancara pribadi dengan Tania, tanggal 16 September 2019). Anis juga mengungkapkan hal yang sama,

“kalo ditanya waktunya seharian gua juga bisa baca manga aja kalo lagi gak ada kerjaan, ya misalnya aja lima buku itu bisa abis dalam satu hari, soalnya kalo dikit-dikit bacanya gimana gitu nanggung pengen lanjut terus sampe ngantuk.” (Wawancara pribadi dengan Anis, tanggal 24 September 2019).

Saat membaca manga biasanya mereka merasa larut dalam cerita yang disajikan dan tanpa sadar memengaruhi konsumtifitas mereka terhadap barang-barang yang berhubungan dengan manga. Hal ini dikarenakan adanya ketertariakan yang membangun komunikasi antara manga dan penggemarnya secara terus menerus. Dalam persfektif culture studies, dimana membaca, membeli, dan kegiatan konsumsi lainnya dikatakan bukan hanya sekedar kegiatan ekonomi (mengkonsumsi atau menggunakan produk untuk memuaskan kebutuhan material), namun aktivitas ini berhubungan

56

dengan mimpi, hasrat, identitas, dan komunikasi yang disebut sebagai budaya populer (Storey, 2007).

Dari hasil wawancara dan penelusuran lapangan yang telah dilakukan, meskipun banyak penggemar lebih memilih membaca melalui media online, mereka masih membeli dan mengoleksi manga dalam bentuk media cetak (buku komik), bahkan dari hasil wawancara pribadi dengan Marseilly (tanggal 30 September 2019), didapati bahwa dia tidak hanya memiliki manga terjemahan Indonesia saja, namun dia juga membeli manga dari Negeri Sakura-nya langsung.

Gambar III.B.1. Beberapa Koleksi Manga yang Dimiliki Oleh Marseilly

Sumber: Dokumetasi pribadi penulis

Terdapat beberapa alasan yang membuat penggemar masih mau membeli dan mengoleksi manga berbentuk media cetak di jaman elektronik ini, diantaranya adalah (Hasil wawancara pribadi informan, 2019):

57

Pertama, mereka lebih senang dan nyaman membaca menggunakan media cetak dibandingkan online. Faktor kenyamanan ini lah yang membuat penggemar rela mengeluarkan uangnya untuk membeli komik Jepang (manga) dalam bentuk media cetak. “… lebih suka ama komik buku, soalnya baca dibuku tuh nyaman, kalo di HP lama-lama bikin pusing.” (Wawancara pribadi dengan Fauzia, tanggal 11 September 2019).

Kedua, experience (pengalaman) yang dirasakan. Menurut para informan experience yang mereka rasakan saat membaca komik dengan media online baik itu melalui laptop, HP, Komputer, Tab, dan lain sebagainya, sangat berbeda dengan experience saat membaca lewat media cetak seperti komik yang berbentuk media cetak (buku). Mereka lebih merasakan petualangan yang sesungguhnya dan berada dalam dunia tersebut ketika membaca melalui media cetak.

“… meskipun gua udah baca di-online tapi gak enak aja kalo gak baca dikomiknya langsung, kaya ada yang beda aja kaya lebih seru dan nyata kalo baca bukunya langsung.” (Wawancara pribadi dengan Isal, tanggal 20 September 2019)

Ketiga, Rasa Puas dan bangga ketika memiliki komik. Rasa puas, bangga, tertarik, dan senang yang dirasakan oleh penggemar karena telah membeli dan memiliki manga mereka sendiri. Ketika dapat membeli manga yang mereka inginkan dan mereka incar biasanya para penggemar akan sangat merasa senang dan bangga atas apa yang dia miliki, “kepuasan tersendiri, karena kita suka, senang aja pas kita punya sendiri.” (Wawancara pribadi dengan Fauzia, tanggal 11 September 2019)

Keempat, men-support mangaka. selain faktor-faktor di atas yang membuat penggemar mau membeli dan mengoleksi manga dalam bentuk media cetak adalah

58

untuk men-support atau mendukung mangaka-nya, mereka melakukan hal tersebut karena rasa bangga dan cinta mereka pada manga, dan mendukung mangaka agar dapat terus berkarya. Hal inilah yang membuat mereka mau membeli komik tersebut secara official. Meskipun dapat dipastikan mereka akan mengeluarkan uang yang lebih banyak dibandingkan mereka membaca manga melalui media online.

“Karna meskipun lebih enak baca online, seneng aja gitu punya komik secara fisiknya dan menurut gua bisa mengapresiasi si mangakanya.” (Wawancara pribadi dengan Anis, tanggal 24 September 2019)

Para penggemar biasanya membeli manga di Gramedia dengan harga kisaran Rp22.000,00 – Rp35.000,00 dalam sekali beli biasanya mereka menghabiskan uang kisaran Rp100.000,00 hal ini diungkapkan oleh Isal yang sangat menyukai komik Conan dan One Piece;

“ya kalo ada manga yang baru liris biasanya sih beli, tapi kadang suka ngelantur jadi kebeli komik yang lain, jadi kalo beli itu gak cukup 50 ribu” (Wawancara pribadi dengan Isal, tanggal 20 September 2019).

Selain itu ketika ditanya berapa harga total manga yang dia miliki dia tidak dapat memperkirakannya karena banyaknya komik yang dia miliki. Berdasarkan observasi lapangan yang dilakukan oleh penulis di beberapa Gramedia di Jakarta, sekitar 70% penjualan komik dikuasai oleh Komik Jepang Terjemahan dengan serial Detective Conan yang menjadi komik terlaris yang dijual (observasi yang dilakukan pada tanggal 24 November 2019).

59

Gambar III.B.2. Gramedia; Salah Satu Toko Buku yang Menjual Komik Jepang

Sumber: Dokumentasi pribadi penulis

Selain di Gramedia, biasanya mereka juga membeli komik bekas di pasar tradisional seperti toko buku yang ada di daerah Kwitang, Pasar Senen dan di daerah Jatinegara. Mereka memilih membeli di Pasar karena harganya yang tergolong lebih murah, meski komik yang mereka beli kebanyakan merupakan komik bekas. Menurut mereka lebih baik membeli komik bekas dari pada membeli komik palsu, karena mereka berusaha menghargai karya para mangaka. “… kalo lagi gak ada duit lebih baik beli di pasar aja kan banyak yang bekas tuh lebih murah,” (Wawancara pribadi dengan Elsa, tanggal 18 September 2019).

Gambar III.B.3. Salah Satu Toko Buku Di Daerah Pasar Jatinegara yang Menjual Manga Bekas

60

Konsumsi barang yang dilakukan oleh penggemar bukan hanya manga dalam bentuk fisik (komik buku) saja, namun mereka juga membeli dan mengoleksi merchandise seperti: pin, gantungan kunci, action figure, poster dan lain sebagainya. Selain barang-barang tersebut penggemar juga senang membeli sesuatu yang dapat digunakan untuk mendukung penampilan mereka agar dapat memperlihatkan ciri khas mereka sebagai penggemar manga contohnya: Jaket, kaos, sweater, dan lain sebagainya, yang jika dijumlah total koleksi yang mereka miliki bisa mencapai kisaran Rp100.000,00 - Rp1.000.000,00. Salah satunya Seperti:

Isal yang membeli membeli jaket One Piece seharga Rp150.000,00 kemudian, beberapa kaos yang One Piece yang dia punya biasanya harga satuannya Rp80.000,00 - Rp100.000,00. Dia juga memiliki softcase handphone yang bertema manga One Piece seharga Rp100.000,00 dan beberapa gantungan kunci serta pin yang dia miliki yang jumlahnya bisa mencapai > Rp200.000,00 dan tidak lupa dengan komik yang dia beli hingga bisa memenuhi satu lemari penuh (Wawancara pribadi dengan Isal, tanggal 20 September 2019).

Gambar III.B.4. Beberapa Koleksi Manga yang Dimiliki Oleh Isal

61

Marseilly banyak membeli komik Jepang baik itu yang asli berasal dari Jepang maupun yang terjemahan. Biasanya dia akan membeli komik setidaknya sebulan atau dua bulan sekali dengan nominal Rp100.000,00 – Rp150.000,00 setiap membeli komik terjemahan. Komik asli Jepang yang dia beli dengan cara menitip ke murid atau kenalannya yang ingin pergi ke Jepang biasanya dia akan membeli sebanyak tiga atau empat komik dengan harga komik per satuan Rp120.000,00 – Rp150.000,00 rupiah. Selain komik dia juga mengoleksi berbagai macam action figure yang harganya mulai dari Rp100.000,00 – Rp300.000,00 tergantung kualitasnya. Dia juga membeli gambar dan poster karakter manga kesukaannya yang dia tempel di lemarinya dengan harga Rp100.000,00 per lima lembar. Beberapa baju karakter manga favoritnya yang dia miliki harga satuannya bisa mencapai >Rp300.000,00 bahkan ada yang harganya mencapai Rp500.000,00. Selain itu juga dia membeli merchandise bahkan peralatan makan seperti cangkir yang berkarakter manga dengan harga Rp150.000,00. Marseilly mengaku setiap kali membeli merchandise dan komiknya, dia bisa menghabiskan uang >Rp1.000.000,00 (Marseilly, Wawancara pribadi, 30 September 2019).

Gambar III.B.5. Beberapa Koleksi Merchandise yang Dimiliki Marseilly

62

Meski Fauzia tidak memiliki banyak barang koleksi akibat larangan dari orang tuanya, namun barang-barang koleksi yang dimilikinya sangat dia jaga dan dia rawat dengan baik bahkan dia menganggap barang-barang tersebut adalah harta karunnya yang tidak boleh kotor atau pun lecet.

“… itu hal yang penting banget buat aku karena itu tuh kaya barang yang berharga, yang aku jaga banget bahkan aku taro dalam kotak gitu dan selalu aku bersihin.” (Wawancara pribadi dengan Fauzia, tanggal 11 September 2019).

Selain itu juga ada beberapa merchandise yang kadang dia pakai sebagai ciri khasnya, seperti: Gantungan kunci, pin, dan poster yang dia selalu beli ketika pergi ke event jejepangan. Biasanya dalam sekali beli saat berada di-event tersebut dia bisa menghabiskan Rp100.000,00 – Rp200.000,00. Selain itu dia juga membeli beberapa baju yang sangat mirip dengan karakter manga kesukaanya yang harganya Rp150.000,00 (Wawancara pribadi dengan Fauzia, tanggal 11 September 2019).

Yoengki sangat menyukai action figure, dia menjamin bahwa semua action figure yang dia punya adalah kualitas yang bagus dan original. Biasanya dia membeli action figure tersebut khususnya gundam harganya ada yang Rp300.000,00 – Rp1.000.000,00. Dia juga membeli pin yang satuannya seharga Rp15.000,00 lalu poster yang seharga Rp15.000,00 dan gantungan kunci yang harganya Rp15.000,00 biasa dia beli setiap sekali dia menghabiskan Rp100.000,00 – Rp150.000,00. Dia juga membeli baju dan kaos yang bergambar atau bertema karakter manga favoritnya dengan harga Rp100.000,00 – Rp150.000,00 (Wawancara pribadi dengan Yoengki, tanggal 14 September 2019).

63

Gambar III.B.6. Koleksi Gundam yang Dimiliki Oleh Yoengki

Sumber: Dokumentasi pribadi informan

Tania memiliki banyak gantungan kunci, pin, poster, dan action figure dirumahnya yang jika ditotal harga keseluruhannya bisa mencapai lebih dari Rp2.000.000,00. Ketika membeli sesuatu biasanya dia akan menghabiskan Rp100.000,00 – Rp200.000,00 untuk merchandise tersebut (Wawancara pribadi dengan Tania, tanggal 16 September 2019).

Elsa lebih senang mengoleksi komik dibandingkan dengan merchandise manga yang lainnya, biasanya untuk membeli merchandise dia hanya akan menghabiskan Rp50.000,00 – Rp100.000,00 hanya untuk pin, gantungan kunci, dan poster. Kalau untuk komik biasanya dia akan membeli setiap komik Jepang atau manga favoritnya baru liris dan kadang suka membeli komik lain yang hanya one shoot (Wawancara pribadi dengan Elsa, tanggal 18 September 2019).

Ilham meskipun tidak terlalu tertarik membeli manga dalam bentuk media cetak (buku), dia sangat tertarik dengan barang-barang yang bertemakan manga, khususnya barang yang bisa dipakai atau digunakan. Barang-barang yang dia beli biasanya seperti kaos, jaket, tas, dan lain sebagainya yang menurutnya dapat digunakan sehari-hari.

64

Contohnya adalah jaket dari manga Death Note seharga Rp255.000,00 kemudian jaket Shikano Shuya yang harganya Rp300.000,00 dan beberapa kaos yang bertemakan karakter manga favoritnya dengan harga Rp80.000,00 – Rp100.000,00 sesuai dengan kualitasnya (Wawancara pribadi dengan Ilham, tanggal 18 September 2019).

Anis memiliki komik hampir satu lemari besar yang merupakan koleksinya sejak SMA hingga sekarang. Dia juga masih sering membeli komik baru jika ada manga kesukaannya yang baru liris, harga yang dia keluarkan untuk membeli komik tersebut beragam mulai dari Rp22.000,00 - Rp35.000,00 per satu komik untuk komik terjemahan Indonesia. Selain itu dia juga mengoleksi banyak gantungan kunci, pin, gambar atau poster, yang dia katakan biasa mencapai Rp600.000,00 dalam sekali beli, dengan rincian seperti ketika membeli poster atau gambar per tiga buah seharga Rp65.000,00 pin per tiga buah Rp50.000,00 belum lagi tas yang harganya lebih dari Rp80.000,00 (Wawancara pribadi dengan Anis, tanggal 24 September 2019).

Meski harga komik manga terus naik setiap tahunnya dan harga merchandise yang dijual setiap diadakannya event Jejepangan lebih mahal dari harga pasaran, hal itu tidak membuat penggemar menghentikan konsumsifitas mereka terhadap barang-barang yang bertemakan manga tersebut. Fenomena ini terjadi karena adanya pengaruhi dari media, dimana secara tidak sadar penggemar merasa ketergantungan dengan aktifitas yang mereka lakukan tersebut. Menurut mereka dengan mengonsumsi barang-barang tersebut mereka dapat merasakan kepuasan dan kebanggaan diri akan apa yang mereka miliki.

65

Gambar III.B.7. Toko Atau Stand Merchandesi Yang Ada Di Jak-Japan Matsuri 2019 yang Tidak Pernah Sepi Pengunjung

Sumber: dokumentasi pribadi penulis

Hal-hal di atas adalah beberapa konsumsi yang dilakukan oleh penggemar untuk memenuhi keinginan dan kepuasan mereka akan manga yang mereka sukai. Konsumsi ini dilakukan penggemar karena berbagai alasan seperti:

Marseilly merupakan salah satu informan yang sangat menyukai manga sejak kecil hingga dia berumur 29 tahun ini. Dia menganggap manga sebagai sebuah penyemangat hidup. Penyataan tersebut menjadi sebuah alasan yang membuat manga masih populer dan bertahan hingga sekarang. Dalam wawancara pribadi dengan Marseilly yang dilakukan tanggal 30 September 2019,

“kalo aku pribadi sih manga itu udah kaya hidupku sih jatuhnya, ya soalnya gimana ya, hiburan aku bisa dibilang, istilahnya kan aku udah cape-cape apa, ini itu masalah hidup uang, jadi ya hiburanku cuman baca-baca manga aja.”

Hal ini juga dirasakan oleh Putra yang juga sangat senang membaca manga terutama One Piece, “Arti manga tuh semangat hidup, soalnya kan One Piece belom

66

tamat, Jadi jangan suicidal,” (Wawancara pribadi dengan Putra, tanggal 16 September 2019).

Kecintaan para penggemar terhadap manga, membuat mereka sangat tertarik pada hal-hal yang berkaitan dengan manga. Oleh karena itu, manga dijadikan sebagai acuan mereka dalam melakukan berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Storey dalam Saniyah (2019) menjelaskan bahwa keterlibatan yang erat antara makna dan materialnya membuat penggemar dapat mengonsumsi fiksi dan menjadikannya sebagai sumber daya aktif. Manga yang dijadikan sebagai sumber daya aktif oleh penggemarnya, maksudnya adalah manga menjadi sumber acuan untuk melakukan aktifitas yang dilakukan penggemar setelah menjadi penggemar manga, seperti menggambar karakter, membuat cerita, melakukan cosplay, mengoleksi merchandise atau action figure, membuat komik sendiri, bahkan menjadi acuan dalam pekerjaan, dan lain sebagainya (wawancara pribadi dengan informan: 2019).

Beberapa informan menjelaskan bahwa manga menjadi sumber acuan mereka dalam melakukan berbagai hal. Contohnya seperti Rey yang sangat suka menulis menjadikan manga sebagai referesinya dalam menulis cerpen-cerpennya, “…saya suka bikin cerpen ya manga buat jadi imajinasi aja gitu” (Wawancara pribadi dengan Rey, tanggal 16 September 2019).

Kemudian hal itu juga dilakukan Nurul saat dia masih bersekolah di Jurusan desain mode, bahkan jurusan yang dia pilih saat itu juga dikarenakan ketertarikannya pada model-model baju yang ada dalam komik Jepang tersebut (manga),

“…banyak kan manga yang ngebahas fashion juga, ngeliat bajunya lucu-lucu dan dijadiin inspirasi. Setiap ada tugas desain inspirasi model aku

67

pasti dari manga, dan model busananya pasti jejepangan banget…” (Wawancara pribadi dengan Nurul, tanggal 15 September 2019).

Fauzia juga menjadikan manga sebagai pemacu dan inspirasinya untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang komikus, “…sejujurnya aku pengen banget buat karya cerita komik dan menjadi komikus” (Wawancara pribadi dengan Fauzia, tanggal 11 September 2019).

Hal ini karena manga memiliki simbol-simbol dan makna tersendiri yang dapat direpresentasi oleh masing-masing penggemarnya, hingga penggemar manga merasa memiliki manga sepenuhnya. Nurul dan Rey juga mengaitkan manga dengan kehidupan sehari-harinya. Begitu juga dengan beberapa informan lainnya yang mendapatkan penghasilan dari kegemarannya terhadap manga. Yoengki dan Fauzia, adalah salah satunya, mereka melakukan freelance sebagai komisi manga (istilah yang digunakan untuk jasa gambar manga) untuk menambah penghasilan mereka dan hal tersebut terjadi karena ketertarikannya pada manga,

“aku sesekali nerima komisi sih ka, buat ulang tahun ama wisuda, lumayan lah buat nambah uang saku sama beli komik, gundam, pin, atau gantungan kunci,” (Wawancara pribadi dengan Yoengki, tanggal 14 September 2019).

Wawancara yang dilakukan dengan Fauzia pada tanggal 11 September 2019, “aku juga buka komisi sih, buat nambah-nambah penghasilan lumayan, meski masih baru-baru.” Beberapa informan yang menjadi joki gamers, guru bahasa Jepang, dan lain sebagainya yang pada awalnya terinspirasi dari manga tersebut, selain dijadikan sebagai sumber acuan dalam beraktifitas oleh penggemar, manga bagi penggemar juga menjadi pembentuk identitas diri yang akan memengaruhi gaya hidup mereka

sehari-68

hari. Impuls yang diberikan oleh manga-lah yang menjadi sebuah media yang mensimulasi para penggemarnya, sehingga mereka mengikuti hal-hal yang disajikan dalam manga tersebut, bahkan menjadikannya sebagai role mode mereka.

Dari keterangan di atas informan menunjukkan bahwa pengalaman mereka saat membaca manga membuat mereka larut di dalam cerita dan enggan untuk menyudahi lembar terakhirnya. Hal ini juga memengaruhi kehidupan sehari-hari para penggemar. John Storey (2007: 157) menjabarkan bahwa konsumsi atas sebuah produk dari adanya budaya populer dapat memunculkan kelompok-kelompok pennggemar. Para penggemar berkumpul atas konsumsi produk yang sama dan akhirnya mulai memiliki aktivitas-aktivitas yang digerakkan oleh penggemar yang ada di dalamnya. Pada penelitian ini meskipun para penggemar tidak banyak bahkan dapat dikatakan tidak ada yang bergabung dengan sebuah fandom yang berkaitan dengan manga atau budaya Jepang secara resmi, namun beberapa dari mereka memilih fandom yang banyak di dunia maya. Mereka juga lebih banyak atau lebih senang dan nyaman berkumpul dengan teman-teman mereka yang memilih kegemaran yang sama dengan mereka dibandingkan dengan teman mereka di lingkungan kampus, sekolah, atau pun kantor.

Pembentukan identitas penggemar berawal dari aktivitas yang dilakukan terus menurus oleh penggemar dan mengalami perubahan yang dinamis. Aktivitas-aktivitas yang berlangsung biasanya sedikit banyaknya akan mengalami perubahan makna bagi setiap penggemar hingga memunculkan identitas yang berbeda bagi setiap kelompok penggemar. Dalam hal ini Baker (2004) mengatakan bahwa identitas dapat dikaitkan dengan kondisi pribadi seseorang dan dimana dia menjadi seorang pribadi, melekatkan dirinya pada kelompok sosial-sosial tertentu. Terdapat perspektif yang untuk memahami hal tersebut yaitu memandang bahwa aktivitas penggemar terjadi karena aktivitas kultural (aktivitas budaya) yang berasal dari lingkungan, keluarga, agama,

69

Bahasa, wilayah maupun organisasi. Pada penelitian ini penulis mendapatkan data bahwa awal mula penggemar mengenal manga, yaitu: penggemar mengenal manga dari internet (searching) saja, rekomendaasi dari teman sebaya, bahkan ada yang direkomendasikan oleh keluarganya (kakak, adik, atau sepupu). Hal ini deperkuat dengan salah satu potongan wawancara pribadi dengan Elsa pada tanggal 18 September 2019: “Awalnya iseng-iseng nyari dan baca manga dari website…”.

Aktivitas penggemar yang dijabarkan di atas seperti, membaca dan mengkonsumsi manga tidak hanya sekedar aktivitas berburu kebutuhan tetapi lebih pada bagaimana para penggemar tersebut mengekspersikan dan membentuk identitas diri mereka dalam ruang publik.

Dokumen terkait