• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manga Menjadi Salah Satu Budaya Populer Jepang

BAB II GAMBARAN UMUM

B. Manga Menjadi Salah Satu Budaya Populer Jepang

Budaya populer adalah produk dari masyarakat industrial. Pada awal kajian tentang budaya populer merujuk pada negara Amerika Serikat yang berperan dalam memproduksi dan menyebarkan budaya populer, namun dalam perkembangannya muncul negara lain yang menjadi pusat budaya populer, seperti Hongkong, Korea Selatan, dan Jepang. Budaya populer telah banyak dikaji oleh banyak ahli di berbagai bidang. Budaya populer dapat diartikan sebagai kebudayaan yang diproduksi secara komersial untuk dikonsumsi secara massal. Dianggap sebagai budaya yang mudah untuk dinikmati terutama oleh kalangan muda, dan merupakan produk dari adanya globalisasi. Budaya populer juga dapat diartikan sebagai budaya yang medominasi budaya yang lain (sub-culture).

Menurut Brummett (2014), sebagaimana yang dikutip dalam Jurnal Dinh (2016), menyatakan bahwa;

”Budaya masyarakat yang mendominasi masyarakat pada suatu titik waktu, karena melibatkan semua aspek kehidupan sosial, dan ditentukan oleh interaksi di antara kegiatan sehari-hari masyarakat seperti, gaya berpakaian, penggunaan bahasa gaul, ritual ucapan dan makanan yang mereka konsumsi”

31

Buadaya populer dapat disebut sebagai ‘trend’, karena banyaknya masyarakat yang menyetujui, menyerap bersama, menerima atau menyukai sebuah kebudayaan tersebut. Dalam jurnal Dinh (2016) mengungkapkan bahwa,

“Studi tentang budaya populer memerlukan diskusi sosiologi dan analisisi semua komponen seperti seni, musik, bahasa, media massa, dan sebagainya (Fine,1977). Mempelajari budaya populer mencakup keyakinan, praktis, dan objek yang “populer” berasal dari kebiasaan tradisional, serta “massa” yang dihasilkan dari pusat-pusat politik dan komersial (Mukerji&Schudson, 1986)”.

Mengutip dari jurnal Dinh (2016: 8-9), menjelaskan bahwa terdapat beberapa karakeristik yang dapat menyimpulkan suatu budaya dikatakan sebagai budaya populer diantaranya:

(1) Ditentukan oleh pasar, merupakan proses bottom-up tanpa dipandu secara langsung oleh negara.

(2) Distribusi budaya populer berpusat pada kota besar, membuat penyebaran yang tidak merata dan tidak semua dapat menikmati budaya populer tersebut, terutama pada wilayah pedesaan. Menyebabkan hubungan antara orang kota dan desa tidak sama.

(3) Pertumbuhan teknologi yang menjanjikan akan terus mendorong kemajuan budaya populer. Ada berbagai sumber budaya populer, salah satu yang sangat berpengaruh dalam penyebaran budaya populer adalah media massa seperti televisi, radio, dan internet. Selain itu budaya populer juga dapat menyebar ke publik oleh kelompok profesional, seperti media berita atau publikasi ilmiah, dikarenakan orang cenderung menyukai pendapat para ahli.

32

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa budaya populer merupakan budaya yang muncul dari interaksi sehari-hari, keinginan, kebutuhan, dan fenomena sosial dalam masyarakat tertentu yang disebarkan melalui media massa.

Menurut Ben Agger yang dikutip dari Bungin (2006: 100) menyatakan bahwa; “Sebuah budaya yang masuk ke dunia hiburan, umumnya menempatkan unsur populer sebagai unsur utamanya dan budaya itu akan memiliki kekuatan manakala media massa digunakan sebagai penyebar pengaruh di masyarakat” . Dilihat dari penjelasan tersebut maka media massa hampir tidak terlepas dari unsur komersialisasi dimana setiap media berlomba-lomba mendapatkan khalayak sebanyak-banyaknya. Maka dapat dikatakan bahwa budaya populer adalah budaya yang diproduksi secara komersil. Dalam persfektif industri budaya, budaya populer dapat dikatakan sebagai budaya yang lahir atas kehendak media dan segala macam jenis produk budaya populer akan disebar luaskan melalui jaringan global sehingga masyarakat tanpa sadar menyerapnya.

Penyebaran informasi tanpa batas yang dilakukan oleh media massa merupakan salah satu dampak dari globalisasi. Menurut Anthony Giddens, globalisasi adalah “sebuah hubungan sosial yang intens secara mendunia sampai menghubungkan tempat satu kejadian yang telah terjadi ditempat yang satu dengan lainnya, dan menjadi penyebab perubahannya” (Ritzer, 2012:979). Budaya populer merupakan efek dari globalisasi, dan dalam pengertiannya globalisasi sendiri merupakan suatu fenomena khusus yang terus berkembang dalam masyarakat global. Hal ini membuat globalisasi dapat meleburkan dan melemahkan budaya yang ada di dunia, sehingga mempermudah budaya populer menyebar keseluruh dunia, salah satunya adanya Budaya Populer Jepang (J-Pop).

33 2. Budaya Populer Jepang

Budaya Populer Jepang mulai muncul dan berkembang pada Jaman Edo. Dimana pada saat itu kondisi Jepang yang dapat dikatakan relatif damai, sehingga pada masa itu konsentrasi masyarakat lebih difokuskan pada bidang sosial, ekonomi, serta seni dan budaya. Craig (2000:7) menyatakan bahwa;

“The blood-lines of today’s popular culture go back in palticularto the vibrant bourgeois culture, born of the common people nd aimed at the new urban middle class, which developed and flourished during Japan’s Edo Period (1603-1867)”.

Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa budaya populer Jepang yang berkembang saat ini memiliki hubungan dengan budaya populer Jepang pada masa feodal yaitu pada Jaman Tokugawa. Budaya populer Jepang terus mengalami perkembangan sejak tahun 1990-an, pada saat Jepang mengalami keterpurukan di bidang ekonomi dan militernya sehingga mereka membangun negaranya pada aspek budaya khususnya budaya populer, dimana budaya ini mendapat perhatian besar di dunia internasional dan memberikan pengaruh baru secara global. Keberhasilan Jepang dalam menyebarkan budaya populernya bukan berasal dari budaya tradisionalnya (karate, kendo, judo, geisha, dan yang lainnya), tetapi berasal dari manga, anime dan budaya-budaya populer lainnya (Andam, 2009).

3. Pengertian dan Sejarah Munculnya Manga

Manga merupakan salah satu budaya populer Jepang yang paling lama dan juga masih bertahan hingga saat ini. Manga yang sekarang dikenal merupakan manga yang

34

berkembang sejak pasca Perang Dunia Ke II dan dipelopori oleh Osamu Tenzuka. Tenzuka inilah yang membuat gambar manga menjadi lebih ‘hidup’ yang membuat para pembacanya merasakan sebuah pengalaman membaca yang emosional melalui gambar dan tokoh dalam manga tersebut. Hal inilah yang membuat Tezuka dijuluki sebagai “manga no kamisama” yang berarti dewa manga. Pengertian manga (baca: ma-ng-ga) dalam istilah bahasa Jepang berarti komik. Di luar negara Jepang istilah manga lebih digunakan untuk komik yang berasal dari Jepang.

Ciri khas dari manga sendiri menurut Poole adalah dari cara membacanya yaitu dari kanan ke kiri, yang berbeda dengan komik lainnya, seperti komik gaya Eropa atau Amerika yang biasanya dibaca dari kiri ke kanan. Dalam alur atau jalan cerita, biasanya manga merefleksikan realitas dari kehidupan sosial di Jepang pada umumnya yang dikaitkan dengan kepercayaan, mitos, kebudayaan, ritual-ritual tertentu, fantasi, hingga cara hidup orang Jepang. Manga juga menggambarkan fenomena kehidupan sosial yang lainnya, contohnya kelainan bersosialisasi, hirarki, sexism, ageism, classism, dan masih banyak lagi (Ivanka,2018). Manga bukan hanya hiburan untuk anak-anak (Kodomo), hal ini dijelaskan oleh Kinsella (2000:45) yang menyatakan ada empat kategori utama dalam membagi target pembaca manga, diantaranya yaitu; manga untuk remaja perempuan (shojo manga), manga untuk remaja laki-laki (shonen manga), manga untuk wanita dewasa (ladies comic, Josei, atau redikomi), dan manga untuk pria dewasa (seinen manga).

4. Tema-Tema Manga

Berdasarkan tema manga secara umum manga juga dibagi dalam beberapa tema diantaranya; tema mecha (tema robot), tema fighting (pertarungan), adventure (petualangan), romance (percintaan), hingga hentai yang merupakan manga bertema seks, namun dalam praktiknya manga tidak hanya memiliki satu tema khusus, tetapi

35

dalam satu manga terdapat beberapa tema yang saling tumpang tindih. Menurut Susan Napier yang dikutip dari Ahmad dan Zpalazani, (2009:63-65) dalam jurnalnya menjelaskan beberapa tema lain yang ada dalam manga diantaranya;

- Tema apokaliptik, merupakan tema yang banyak bermunculan pada masa pasca Perang Dunia II, setelah pengeboman Nagasaki-Hiroshima, dan perkembangan masyarakat Jepang setelah masa itu diataranya, kondisi keterasingan pada masyarakan urban di era industrial, perbedaan yang mencolok antar generasi, tekanan antar gender, serta problematika ekonomi yang melanda Jepang pada tahun 1989. Sehingga, tema ini banyak mengungkapkan ekspresi pesimisme masyarakat Jepang, menjadi media bagi pemikiran pesimis tentang kehidupan masyarakat Jepang. Melalui tema ini dapat pembaca dapat melihat dan membayangkan sebuah gambaran tentang masalah yang tengah dihadapi oleh Jepang atau dunia pada umumnya. Hingga saat ini manga dengan tema apokaliptik masih marak dan banyak disukai, salah satu contoh manga yang terbit di Indonesia dengan mengangkat tema ini adalah manga Black Jack, bercerita tentang kesuraman dunia kedokteran Jepang yang dikendalikan oleh kaum kapitalis.

- Tema matsuri atau festival, merupakan elemen internal dalam kehidupan sosial serta keagamaan masyarakat Jepang, sebagai sebuah ‘realisme, permainan, dan ritual’ karena banyaknnya festival atau perayaan yang dilakukan oleh masyarakat Jepang. Festival menimbulkan kekacauan yang terkontrol, dimana masyarakat dapat bertindak tidak biasa, sehingga sesekali terbebas dari keseharian. Tema ini mengandaikan suasana festival di Jepang yang bisanya orang bisa bersenang-senang dan membebaskan diri dari aturan namun hanya berlangsung selama masa festival berlangsung.

36

Biasanya tema ini dalam manga digambarkan dengan humor liar, permainan, ungkapan seksual, dan tema kekerasan.

- Tema elegi, menurut istilah umum kata elegi merujuk pada syair atau nyayian yang mengungkapkan rasa dukacita. Pada tema ini diterapakan secara luas untuk memperlihatkan mood berkabung dan melankolis, yang bercampur dengan nostalgia. Mood (suasana hati) disini memainkan peran yang penting dalam budaya ekspresi masyarakat Jepang. Elegi berhubungan dengan tradisi pada budaya Jepang pra-modern dan kerap dikaitkan dengan dunia yang alami, musim, dan perubahan.

Manga seperti yang dijelaskan di atas memiliki tema dan cerita yang menarik, biasanya menggambarkan dan menceritakan alur dengan latar belakang Jepang. Membuat para pembaca atau penggemar manga akan merasa tertarik dan penasaran akan kehidupan, budaya, dan gaya hidup orang Jepang. Hal ini membuat para penggemar atau penikmat manga mempelajari bahkan ada yang mengikuti gaya hidup dalam serial manga kegemarannya dan membeli produk yang berhubungan dengan manga tersebut.

5. Perbedaan manga dengan cerita bergambar dari negara lain

Tidak hanya Jepang yang memiliki cerita bergambar khas negaranya, beberapa negara di dunia juga memiliki cerita bergambar dari negara meraka dengan ciri khasnya masing-masing bahkan dapat dikatakan lebih dulu populer dibandingkan dengan manga itu sendiri, diantaranya:

a) Amerika

Komik yang bergaya Amerika disebut dengan Comics. Komik atau cerita bergambar di Amerika mulai dikenal pada tahun 1912 dengan New

37

York Evening Journal menjadi koran pertama yang memuat komik strip dan kartun single panel pada halamannya. Komik buatan Amerika mencapai masa keemasannya pada Juni 1938 saat Superman debut yang diikuti dengan Batman. Dalam keberhasilannya membuat lebih banyak komik yang bertemakan superhero. Hal ini membuat kebanyakan konsep atau tema dari cerita bergambar dari Amerika ini mengandung unsur pahlawan. Hingga pada tahun 1938 sampai 1940-an komik buat Amerika menduduki masa emasnya dengan penjualan buku komik Superman, Batman, dan Captain Marvel mencapai 1,5 juta kopi perbulannya.

Pada cirinya, komik buatan Amerika biasanya memiliki gambar yang lebih proposional yang menyesuaikan dengan gambar sesungguhnya. Penekanan yang diberikan oleh komik buatan Amerika biasanya lebih pada ciri khas yang dibangun oleh karakter tersebut, sehingga segala kelakuan yang dilakukan oleh suatu karakter dikatakan masuk akal. Contohnya pada tokoh Spider-Man dimana karakter tokoh yang digambarkan seperti serangga tersebut yang dapat dikatakan baik namun dibenci oleh orang. b) Eropa

Perkembangan komik Eropa di awali dengan Teknik ukir kayu hingga pada akhir abad ke-15 saat ditemukannya mesin cetak yang membantu penyebaran komik sehingga komik tidak hanya dinikmati oleh kalangan tertentu saja tetapi dapat dinikmati oleh hampir seluruh kalangan masyarakat pada setiap lapisan sosial. Kemudian pada abad ke-18 muncul seni caricature yang dalam Bahasa Itali berarti melebih-lebihkan. Seni ini mebuat wajah manusia dengan melebih-lebihkan bagian tertentu diwajah. Caricature dikatakan sebagai awal dari kemunculan film animasi atau

38

kartun yang bersifat representatif dan mengandung unsur humor atau sindiran. William Hogarth pada tahun 1731 memperkenalkan gaya pictorial storytelling dimana pada pada karyanya yang berjudul A Horlost Progress yang merupakan satu set lukisan yang terdiri dari enam lembar dan dibuat untuk dipandang secara berdampingan. Pada pertengahan abad ke-18 bapak komik modern Radolphe Topffer memperkenalkan penggunaan panel pembatas dan penyelarasan kata dengan gambar dengan maksut untuk memperkuat gagasan satu dengan yang lainnya.

Di Indonesia Komik Eropa mulai masuk dan dikenal pada tahun 1980 hingga awal 1990-an. Ciri dari komik Eropa seperti memiliki filosofi dan sejarah di dalamnya. Gaya gambar pada komik Eropa cukup khas dimana Teknik yang banyak digunakan adalah realistik yang menggambarkan manusia pada umumnya biasanya gaya ini digunakan pada komik yang bertemakan petualangan, aksi, dan sains fiksi. Selain itu gaya komik dinamis juga sering digunakan dalam komik Eropa dimana karakter yang dibuat seperti kartun dengan menggunakan garis bantu yang dimaksudkan untuk menggambarkan gerak karakter. Komik dari Eropa yang terkenal hingga kini diberbagai belahan dunia khususnya Indonesia misalnya, Tintin, Smurf, Pirlouit, Si Bob, dan masih banyak lagi.

c) Korea

Komik yang berasal dari Korea biasanya disebut dengan istilah Manhwa (Hangul:만화, Hanja: 漫畫) yang berarti komik yang berasal dari Korea. Manhwa awalnya berbentuk ukir kayu yang pertama kali ada pada tahun 1908. Manhwa biasanya dipengaruhi oleh sejarah modern Korea, yang membuat gaya penggambarannya menyerupai manga yang pada saat

39

itu sedang populer di Korea. Namun menurut Christopher Hart dalam bukunya yang berjudul ‘Cara Menggambar Manga dan Manhwa’ menyatakan bahwa gaya menggambar manhwa lebih realistis daripada manga, dimana penggambaran rambut dan garis wajah pada manhwa lebih natural dan alami, serta terlihat lebih Asia daripada manga. Di Indonesia manhwa juga mulai mendapat perhatian dari para penikmat komik, seperti Who Made Me A Princess dan Suddenly “I Became A Princess” yang menjadi manhwa terjemahan dan banyak dibaca.

d) China

Komik yang berbahasa mandarin dan berasal dari China bisanya disebut dengan Manhua. Secara Bahasa manhua berarti sketsa dadakan yang awalnya ditujukan untuk lukisan sastra Tiongkok pada abad ke-18, namun saat manga mulai populer di Jepang istilah ini secara modern menjadi istilah untuk komik buatan China. Majalah manhua pertama sukses dan diterbitkan lebih dari 17 manhua di Shanghai kisaran tahun 1934 hingga 1937. Pada manhua gaya menggambar karakter yang ditampilkan pasti akan selalu tampan dan cantik. Hal ini mengikuti budaya masyarakan China yang mengagungkan dan menginginkan ketampanan atau kecantikan, sehingga beberapa karakter terlihat terlalu sempurna. Selain itu pada manhua banyak ditemukan tema-tema yang berisi pertarungan kung-fu.

e) Indonesia

Di Indonesia cerita bergambar biasa disebut dengan komik atau cergam. Pada tahun 1930-an cergam banyak ditemukan dalam bentuk komik strip pada surat kabar seperti, Put On karya Kho Wan Gie yang merupakan karakter utama komik Indonesia dan dimuat dalam harian Sin Po. Kemudian

40

pada tahun 1940-1950-an saat maraknya komik buatan Amerika yang bertemakan superhero di Indonesia dan hal ini lah yang membuat R.A. Kosasih yang merupakan bapak komik Indonesia membuat karakter Sri Asih. Pada masa kejayaannya tahun 1960 sampai 1970-an banyak komik buatan Indonesia yang populer saat itu seperti, Si Buta Dari Gua Hantu (Ganes TH), Jaka Sembung (Djair), Gundala Putra Petir (Hasim), dan lain sebagainya. Meskipun pada tahun 1980-an komik Indonesia mengalami masa kelamnya pada tahun 1990-2000-an komik Indonesia mulai bangkit kembali hingga kini. Kebanyakan komik yang dibuat oleh Indonesia memiliki gaya gambar yang beragam dimana gaya gambar komik Indonesia adalah adaptasi dari berbagai gaya gambar negara lain. Contohnya, pada saat masa kejayaan komik Amerika di Indonesia kebanyakan komik terbitan komikus Indonesia memiliki karekter yang hampir sama dengan komik Amerika.

Beragam cerita bergambar yang berasal dari berbagai belahan dunia ini memiliki ciri khas dari negara masing-masing, begitu pula dengan manga. Manga yang telah mempertahankan kepopulerannya hingga kini memiliki tempat tersendiri bagi para penggemarnya. Hal ini karena gaya menggambar manga yang dapat dikatakan unik dimana penggambaran karakter yang ada di manga lebih terasa tidak proposional dan tidak mengikuti bentuk anatomi pada manusia seperti mata yang dibuat lebih besar, kemudian pada manga biasanya penekanannya terlihat pada emosi dimana setiap karakter yang ada dalam manga bisa saja memiliki karakter yang berubah-ubah. Jalan cerita yang dibuat pada manga lebih mengutamakan pada proses seperti, pada manga Sailor Moon menggamarkan bagaimana karakter yang bernama Usagi Tsukino dapat menjadi Sailor Moon. Pada penggambaran sifat dari karakternya pun dapat dikatakan

41

unik dimana pada manga biasa saja karakter yang memiliki tubuh yang kecil dan ramping tapi memiliki kekuatan yang luar biasa contohnya pada manga Attack On Titan, karakter yang bernama Levi meskipun memiliki perawakan kurus tanpa otot yang besar dan seperti anak-anak, namun dia telah membunuh banyak Titan (Raksasa) dan dijuluki sebagai Tentara Kemanusiaan Terkuat.

Menurut data yang ada hal-hal di ataslah yang membuat manga masih dicintai, bertahan dan memiliki penggemar hingga sekarang. Seperti yang dikatakan oleh Elsa dalam wawancara pribadi yang dilakukan oleh informan pada tanggal 18 September 2019: “Manga tuh unik punya ciri sendiri yang beda dari komik-komik lain, pilihan temanya juga beragam dan menarik banget…”

6. Awal mula manga berkembang di Indonesia

Ketertarikan penerbit Indonesia untuk menerjemahkan dan menerbitkan manga di Indonesia, tidak terlepas dari tingginya konsumsi masyarakat di negara asalnya terhadap karya para mangaka dan membuat industri penerbitan yang terus berkembang secara stabil. Manga pertama yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia secara resmi berjudul Akira pada tahun 1990, kemudian Candy Candi pada tahun yang sama. Pada tahun 1991 barulah manga Doraemon diterbitkan dalam bahasa Indonesia dan pada tahun 1992 diterbitkannya manga Dragon Ball. Manga yang ternyata memiliki daya tarik di awal peluncurannya hingga sekarang, Membuatnya masih memiliki penikmat setia. Manga juga menjadi gerbang yang membuat banyak kebudayaan Jepang terkenal di Indonesia.

Meskipun manga sudah beredar di Indonesia sejak lebih dari dua dekade terakhir, namun dia masih memiliki daya tarik yang sangat memikat bagi masyarakat. Hal ini bisa dikatakan karena manga memiliki cerita yang beragam dan menarik. Dilihat pada data yang dikutip dari website resmi Gramedia menyatakan terdapat lima komik

42

yang terjual laris dipasaran dan menjadi best seller pada tahun 2018, diantaranya adalah LC: Attack on Titan 24 diurutan ke-5, My Hero Academic 6 diurutan ke-4, One Piece 85 diurutan ke-3, Hai Miiko 30!! Pada diurutan ke-2, dan Detective Conan yang menjadi urutan pertama (diunduh pada laman www.gramedia.com. Pada tanggal 22/07/2019 pukul 23:19). Semua komik yang terjual tersebut merupakan manga yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Data penjualan resmi manga terjemahan yang diterbitkan oleh Elexmedia dan dijabarkan dalam website resminya pada tahun 2018 menjelaskan bahwa manga menduduki peringkat sepuluh teratas penjualan eksemplar komik terbanyak dengan manga yang berjudul "Detektive Conan vol.94" yang menjadi peringkat pertama. Ada beberapa alasan yang membuat manga masih dicintai, salah satunya yang diungkapkan oleh sebagian besar informan dalam wawancara yang dilakukan oleh penulis, menyatakan bahwa ketertarikannya terhadap manga, salah satu alasannya karena cerita dan gambar yang disuguhkan, "aku suka manga ya karna ceritanya seru aja, terus gambarnya juga menarik" (Wawancara pribadi dengan Elsa, tanggal 18 September 2019).

Dokumen terkait