• Tidak ada hasil yang ditemukan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Ekosistem Lahan Basah Muaragembong

4.1.1. Mangrove

Kondisi mangrove ditinjau terhadap; (1) perubahan luas penutupan mangrove tahun 1946, 1998, 2004, 2008 dan Ramsar (1987) yang mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan mangrove dan; (2) jumlah jenis mangrove yang hilang untuk tahun 2000, tahun 2003, tahun 2004, tahun 2005 dan tahun 2008; yang mengacu pada kriteria Ramsar tahun 1987. Kriteria tersebut menyatakan lahan basah Muaragembong adalah daerah yang khas atau mewakili dataran rendah pasang

surut dan rawa air tawar dengan kelompok mangrove yang relatif baik. Dan yang

memenuhi syarat di lokasi ini adalah mangrove (Rhizophora sp., Avicennia sp.,

Sonneratia sp., Bruguera sp., dan Nypa fruticans) (Silvius et al. 1987).

1. Luas penutupan mangrove

Luas penutupan mangrove berkurang dari tahun ke tahun, diakibatkan oleh perubahan peruntukan penggunaan lahan. Kondisi ini disebabkan oleh eksploitasi berlebihan oleh masyarakat dan kebijakan pemerintah yang berubah-ubah untuk penggunaan lahan basah, misalnya merubah kawasan hutan tetap menjadi kawasan hutan produksi tetap seluas 5 170 ha (Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 475/MENHUT-II/2005). Hasil overlay beberapa kebijakan dengan kondisi lahan basah tahun 2008, menggambarkan prosentasi luas penutupan mangrove pada kondisi tahun 2008 di beberapa kebijakan sangat kecil (Tabel 14 dan Gambar 8).

39

41

43 Tabel 12 adalah hasil overlay peta Ramsar tahun 1987 seluas 10 481 ha (100%) dengan penggunaan lahan tahun 2008 didapat, luasan mangrove jika mengacu pada Ramsar, tahun 2008 penutupan mangrove tinggal seluas 535 ha atau sebesar 5 % dari 10 481 ha. Tabel 13 adalah overlay peta Tata Ruang Tahun 2003 – 2013 Kabupaten Bekasi seluas 600 ha (100%) dengan penggunaan lahan tahun 2008 didapat, luasan mangrove jika mengacu pada Tata Ruang, tahun 2008 penutupan mangrove hanya tinggal seluas 75 ha atau sebesar 13 % dari 600 ha. Tabel 14 adalah hasil overlay peta Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 475/MENHUT-II/2005 tahun 2005 seluas 8 390 ha (100%) dengan penggunaan lahan tahun 2008 didapat, luasan mangrove jika mengacu pada Keputusan Menteri Kehutanan tersebut, tahun 2008 penutupan mangrove hanya tinggal seluas 405 ha atau 5 % dari 8 390 ha. Serta Tabel 15 adalah hasil overlay peta Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2008 seluas 4 494 ha (100%) dengan penggunaan lahan tahun 2008 didapat, luasan mangrove jika mengacu pada Peraturan Presiden tersebut, maka penutupan mangrove tahun 2008 hanya tinggal seluas 387 ha atau 8% dari 4 494 ha.

Hal ini menunjukan, luas lahan penutupan mangrove (lahan basah alami) pada tahun 2008, hanya 5% sampai dengan 13% jika dibandingkan dengan luasan penutupan mangrove yang terdapat pada Ramsar, Tata Ruang 2003-2013 dari Pemerintah Kabupaten Bekasi dan Keputusan Menteri Kehutanan tahun 2005 serta Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008. Resume hasil analisis luas penutupan mangrove kondisi saat ini (2008), pada beberapa kebijakan pada lahan basah Muaragembong pada Tabel 16.

Tabel 12. Hasil analisis penggunaan lahan tahun 2008 terhadap Ramsar. Hasil Analisis

Lahan Basah Alami

(Mangrove) (ha) (%)

Luasan Ramsar 10 480 10 480 100

(Silvius et al., 1987)

Hasil Analisis 535 535 5

Penggunaan lahan basah alami tahun 2008 (Mangrove)

Total Mangrove pada Lahan Basah

Alami Penggunaan Lahan Bassah Tahun 2008

Terhadap Luasan Ramsar (ha) Lahan Basah Non Alami

Tabel 13. Hasil analisis penggunaan lahan tahun 2008 terhadap RTR 2003 – 2013.

Hasil Analisis

Lahan Basah Alami

(Kawasan Lindung) Pariwisata Kawasan Kawasan Pemukiman Perkantoran Pelabuhan (ha) (%)

Hutan Tambak & KPI

Peta Tata Ruang Kabupaten 600 932 9 286 1 462 673 72 535 600 100 Bekasi Tahun 2003-2013

Hasil Analisis 75 16 435 9 75 13 Penggunaan lahan basah

alami tahun 2008 (Mangrove)

Total Mangrove pada Lahan Basah

alami Penggunaan Lahan Basah Tahun 2008

Terhadap Peta Tata Ruang Kabupaten Bekasi Tahun 2003-2013 (ha) Lahan Basah Non Alami

Tabel 14. Hasil analisis penggunaan lahan tahun 2008 terhadap SK 475/MENHUT-II/2005.

Hasil Analisis

Lahan Basah Alami

(Hutan Lindung) (ha) (%)

KEPMEN No. 475/Menhut-II/2005 8 390 5 170 8 390 100 Hasil Analisis 405 130 405 5 Penggunaan lahan basah

alami tahun 2008 (Mangrove)

Hutan Produksi Lahan Basah Non Alami Terhadap KEPMEN No.54/Menhut-II/2005 (ha)

Penggunaan Lahan Bassah Tahun 2008 Total Mangrove pada Lahan Basah

Alami

Tabel 15. Hasil analisis penggunaan lahan tahun 2008 terhadap PP 54/2008. Hasil Analisis

Lahan Basah Alami

(Hutan Lindung) Hutan Hutan Pemukiman Pemukiman (ha) (%)

Produksi Produksi Terbatas Hunian Padat Hunian Sedang

Perpres 54/2008 4 954 5 989 2 080 45 492 4 954 100

Hasil Analisis 387 131 17 387 8 Penggunaan lahan basah

alami tahun 2008 (Mangrove)

Total Mangrove pada Lahan Basah

Alami Penggunaan Lahan Basah Tahun 2008

Terhadap Perpres 54/2008 (ha) Lahan Basah Non Alami

Tabel 16. Hasil overlay luas penutupan mangrove (2008) dengan kebijakan- kebijakan di lahan basah Muaragembong.

Kebijakan pada lahan basah Muaragembong Luas penutupan mangrove

berdasarkan kondisi saat ini (peta tahun 2008) (%)

Ramsar 1987 (Silvius et al.) 5

Tata Ruang Kabupaten Bekasi (2003-2013) 13

KEPMEN 475/Menhut-II/2005 5

Perpres 54/2008 8

Luas kawasan hutan mangrove setiap tahun semakin menurun (Tabel 17 dan Gambar 9). Tahun 1946 luas kawassan hutan mangrove seluas 10 955 ha (104%) dan berdasarkan Ramsar tahun 1987 seluas 10.481 ha (100%), namun pada tahun 1998 menurun tajam menjadi seluas 704 ha (7%), tahun 2004 seluas

45 198 ha (2.3%) dan tahun 2008 menjadi tinggal 1.92 ha (2.17%). Perubahan pada pantai bagian utara akibat kegiatan penduduk. Berkurangnya luas kawasan mangrove akibat adanya pengaruh konversi lahan menjadi tambak dan sawah. Tabel 17. Luas penggunaan lahan basah untuk mangrove tahun 1946 s/d 2008.

Tahun 1946 1987

(Ramsar)

1998 2004 2008

Luas (ha) 10 955 10 481 704 198 192

Persentase (%) 104 100 8 2.3 2.17

Gambar 8. Luas penutupan mangrove kondisi saat tahun 2008 pada kebijakan yang berlaku di lahan basah Muaragembong.

- 2 000 4 000 6 000 8 000 10 000 12 000 1946 1987 (Ramsar) 1998 2004 2008

Perubahan Luas Kawasan Mangrove pada Lahan Basah Muaragembong Tahun 1946 - 2008 (ha)

Luas kawasan mangrove (ha) T a hun (ha)

2. Perubahan Jenis Mangrove.

Jenis mangrove yang terdapat di lahan basah ini, umumnya terdiri dari

Avicennia sp., Sonneratia sp., Rhizophora sp., Bruguiera sp., dan Nypa fruticans.

Pada tahun 1998 dilakukan penanaman mangrove oleh Fakultas Kehutanan IPB,

Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi (Biro Lingkungan Hidup) dan Perhutani. Hasil penanaman sebagai berikut: pada daerah pantai cukup baik, sedangkan daerah lainnya mempunyai kondisi yang sangat buruk. Pada 30 m dari garis pantai terdapat jenis Avicennia sp., Sonneratia sp., Rhizophora sp., dan Bruguiera sp.

Pada daerah tersebut, didominasi oleh Avicennia sp. yang merupakan permudaan

alam dan mempunyai pertumbuhan yang cukup cepat (LPP Mangrove 2000). Permudaan hutan terus berlangsung dengan adanya pertambahan daratan yang terus-menerus sepanjang tahun. Mangrove tumbuh lebat di Muara Bendera dan Muara Sorongan. Mangrove tumbuh jarang di Tanjung Wetan. Di Muara Beting mempunyai dua jenis mangrove yang mempunyai ketebalan mangrove terluas

yaitu jenis Avicennia sp. dan Rhizopora sp., namun sebagian besar lokasi lain,

mangrove berkurang bahkan terancam hilang dengan tergantikannya dengan tanaman-tanaman daratan.

Di lokasi permudaan alam, didominasi oleh Avicennia sp. Di Muara

Bendera, komposi jenis didominasi oleh Avicennia sp., dan Rhizophora sp. Jenis

Avicennia sp. mempunyai pertumbuhan yang cukup cepat dan merupakan

permudaan alam. Pada bagian pantai sebagian besar adalah Avicennia sp.,

sedangkan dekat muara banyak dijumpai jenis Rhizophora sp. Pada bagian tengah

tambak atau pada pinggir tambak dan sepanjang sungai banyak dijumpai jenis

Sonneratia sp. (Pidada). Sedangkan pada areal bekas pertambakan, persawahan

yang tidak terurus ataupun daratan yang terbuka yang sedikit digenangi oleh air

banyak dijumpai pohon Nipah (Nypa fruticans). Perubahan kawasan mangrove

menjadi kawasan pemanfaatan (tambak, sawah dan pemukiman), menyebabkan

berkurangnya satu jenis jenis mangrove yaitu jenis Bruguiera sp. dari lima jenis

mangrove yang ada (Tabel 18 dan Gambar 10), disebabkan oleh Bruguiera sp.

tumbuh pada bagian hulu lahan basah. Mangrove yang ada saat ini hanya pada daerah pantai. Jenis mangrove didominasi oleh Api-Api.

47 Tabel 18. Perubahan jenis mangrove di lahan basah Muaragembong.

No Jenis Mangrove Tahun

1987 2000 2003 2004 2005/2008

1. Avicennia sp. (Api-api) √ √ √ √ √

2. Bruguiera sp. (Tancang) √ √ √ - -

3. Rhizophora sp. (Bakau) √ √ √ √ √

4. Sonneratia sp. (Prapat) √ √ √ √ √

5. Nypa fruticans (Nipa) √ √ √ √ √

Sumber: Silvius et al. (1987), LPP Mangrove (2000 dan 2003), Handayani et al.

(2004), Suhaeri (2005) dan Observasi lapangan (2004, 2005 dan 2008).

Besarnya penutupan lahan alami sebesar 1.7% < 50% dari total luas lahan, maka berdasarkan kriteria kerusakan mangrove pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 201 tahun 2004, kondisi mangrove dinyatakan rusak.

Gambar 10. Jenis mangrove yang ada di lahan basah Muaragembong.

Dokumen terkait