• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

F. Matematika Sekolah Menengah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ikut

mempengaruhi penyusunan kurikulum pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar

pendidikan dapat berjalan seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Kurikulum yang berlaku saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan, di mana salah satu mata pelajarannya adalah matematika. Materi

matematika yang ada pada jenjang Sekolah Menengah Pertama merupakan

pengembangan dari materi matematika yang ada pada jenjang Sekolah Dasar,

di antaranya aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, peluang, dan statistik.

Matematika yang diajarkan di jenjang persekolahan, yaitu di jenjang

pendidikan dasar dan menengah dinamakan matematika sekolah. Pada

dasarnya matematika sekolah merupakan unsur – unsur atau bagian – bagian matematika yang dipilih berdasarkan atau berorientasi pada kepentingan

pendidikan dan tuntutan perkembangan lingkungan alam dan seiring dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri – ciri matematika sekolah yang penting, sehingga membedakan matematika sebagai ilmu

1. Penyajian matematika sekolah.

Penyajian matematika sekolah selalu disesuaikan dengan tingkat

intelektual dan pemikiran dari peserta didik. Penyajian materi matematika

sekolah dilaksanakan dengan mengkaitkan butir – butir yang akan disampaikan dengan realitas di sekitar peserta didik atau disesuaikan

dengan fungsi matematika dalam kehidupan sehari – hari. Sedangkan penyajian matematika sebagai ilmu, dimulai dengan definisi kemudian

teorema dan bahkan didahului dengan aksioma.

2. Pola pikir matematika sekolah

Pola pikir matematika sebagai ilmu adalah deduktif, dimana sifat dan

teorema yang ditemukan secara induktif atau empirik harus dibuktikan

kebenarannya dengan langkah – langkah deduktif sesuai dengan struktur. Sedangkan dalam pembelajaran matematika sekolah, peserta didik

diharapkan mampu berfikir deduktif, namun dalam proses

pembelajarannya dapat digunakan pola pikir induktif. Pola pikir induktif

yang digunakan dimaksud untuk menyesuaikan dengan tahap

perkembangan intelektual peserta didik.

3. Keterbatasan semesta

Sebagai akibat dipilihnya unsur–unsur atau elemen–elemen matematika untuk matematika sekolah, dengan memperhatikan aspek pendidikan dapat

terjadi penyederhanaan dari konsep matematika yang kompleks.

Pengertian semesta pembicaraan tetap diperlukan, namun mungkin sekali

berarti meningkat juga perkembangan intelektualnya, maka semesta

pembicaraan akan diperluas.

4. Tingkat keabstrakan matematika sekolah

Sifat keabstrakan matematika tetap ada pada matematika sekolah dan

sering disebut objek mental yang terdiri dari fakta, konsep, operasi / relasi,

prinsip. Dalam pembelajaran matematika sekolah, merupakan tugas dan

tanggung jawab guru untuk mengurangi sifat abstrak dari objek

matematika sehingga memudahkan peserta didik untuk menangkap apa

yang sedang dipelajari. Dengan kata lain, guru matematika, dengan

melihat perkembangan penalaran peserta didik harus mengusahakan agar

fakta, konsep, operasi, dan prinsip dalam matematika terlihat konkrit atau

nyata. Pada jenjang sekolah dasar sifat konkrit dari matematika diusahakan

lebih besar dari jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Semakin tinggi

jenjang sekolahnya, semakin tinggi tingkat keabstrakannya ( Soedjadi, R.

2000 dalam Honi : 2003).

Melihat kenyataan yang ada, maka sebaiknya matematika sekolah

diberikan kepada peserta didik lebih diarahkan untuk dapat menumbuhkan

kemampuan yang dapat ditransfer dalam kehidupan peserta didik yang akan

yang akan datang. Kemampuan – kemampuan yang dapat ditransfer, yang dapat timbul melalui pembelajaran matematika tidak hanya kemampuan atau

keterampilan untuk menggunakan matematika atau menerapkan matematika

atau berupa keterampilan untuk menyelesaikan soal–soal matematika, namun lebih ditekankan pada usaha untuk mengembangkan pribadi peserta didik

untuk menjadi lebih baik. Kemampuan transferable yang dicapai melalui

pembelajaran matematika adalah :

1. Kemampuan menerapkan, menggunakan matematika dalam bidang lain.

Kemampuan ini sudah diketahui secara umum, baik dalam bentuk yang

amat sederhana maupun bentuk yang kompleks. Kemampuan inilah yang

umumnya dipandang nyata dan penting, sehingga seorang berpendapat

bahwa seorang anak tidak dapat berhitung, maka pembelajaran matematika

di Sekolah Dasar dianggap tidak berhasil.

2. Kemampuan berfikir, antara lain melakukan analisis, sintesis, dan

mengkontruksi ataupun menggunakan satu model matematika.

3. Kemampuan membedakan yang benar dan yang salah serta kemampuan

menggunakan alasan - alasan yang logis serta sikap konsisten.

4. Kemampuan bekerja keras, berkonsentrasi, dan mandiri.

5. Kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pemikiran

matematika.

Untuk dapat mencapai kemampuan –kemampuan tersebut, maka proses pembelajaran tidak perlu bertumpu pada banyaknya materi yang harus

diajarkan, tetapi lebih ditekankan pada materi essensial yang dapat diolah

sedemikian rupa sehingga mampu mendorong tumbuhnya kemampuan – kemampuan tersebut di atas. Namun, kecukupan atau memadainya cakupan

materi juga perlu diperhatikan. Memadainya cakupan aspek materi dari suatu

materi pembelajaran akan sangat membantu tercapainya penguasaan

dimaksudkan untuk memberikan kemampuan kepada peserta didik di bidang

aritmatika sosial ( jual beli ) di jenjang Sekolah Menengah Pertama, maka

uraian materinya mencakup antara lain :

1. Penguasaan atas konsep pembelian, penjualan, laba, dan rugi.

2. Rumus menghitung laba dan rugi jika diketahui pembelian dan

penjualan.

3. Penerapan / aplikasi rumus menghitung laba dan rugi.

Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah

materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai

sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.

Sedangkan mata pelajaran matematika untuk jenjang Sekolah

Menengah Pertama sendiri mempunyai tujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut ( Depdiknas, 2008 ):

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki nilai menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Ruang lingkup dari mata pelajaran matematika pada satuan

pendidikan SMP meliputi aspek–aspek sebagai berikut : 1. Bilangan

2. Aljabar

3. Geometri dan Pengukuran