• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI IKATAN KIMIA

Dalam dokumen Volume XI / Nomor 02 / Agustus 2020 (Halaman 72-84)

Sri Suciati SMK Negeri 1 Sanden E-mail: [email protected]

Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar materi ikatan kimia menggunakan metode tutor sebaya. Subjek penelitian yaitu peserta didik kelas X Rekayasa Perangkat Lunak SMK N 1 Sanden Tahun Pelajaran 2019/2020. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari tiga pertemuan. Data motivasi belajar peserta didik diambil menggunakan lembar observasi, sedangkan data hasil belajar peserta didik diambil menggunakan tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode tutor sebaya pada pembelajaran materi ikatan kimia dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar peserta didik. Motivasi belajar meningkat dari 47% kategori rendah saat prapenelitian menjadi 76,25% kategori tinggi pada siklus I, 81,875% kategori tinggi pada siklus II dan telah mencapai indikator keberhasilan tindakan. Ketuntasan hasil belajar klasikal meningkat dari kondisi awal 35,3%

predikat rendah menjadi 64,7% predikat tinggi pada siklus I, 76,5% predikat tinggi pada siklus II dan telah mencapai indikator keberhasilan tindakan.

Kata kunci: tutor sebaya, motivasi, hasil belajar

Abstract: This classroom action research intent to improve students’ motivation and learning outcomes on chemical bonding material using the peer tutoring method. The research subjects were students of class X of Engineering Software SMK N 1 Sanden 2019/2020 Academic Year. This research consisted of two cycles with three meetings per cycle. Data on learning motivation of students is taken using observation sheets, while data on student learning outcomes uses tests. The results showed that the application of peer tutoring methods in learning chemical bonding materials could increase student motivation and learning outcomes. Pre-study learning motivation 47% (low category) increased to 76.25% (high category) in the first cycle, 81.875% (high category) in the second cycle and has reached an indicator of the success of the action. Completeness of classical learning outcomes in the initial conditions of 35.3% (low category) increased to 64.7% (high category) in the first cycle, 76.5% (high category) in the second cycle and has reached the indicator of the success of the action.

Keywords: peer tutor, motivation, learning outcome PENDAHULUAN

Visi SMK N 1 Sanden yakni menyiapkan peserta didik yang menguasai IPTEK dan IMTAQ serta mampu bekerjasama dan berkompetensi profesional mandiri sesuai dengan dunia kerja.

Berdasarkan visi tersebut, peserta didik SMK N 1 Sanden diharapkan kompeten pada semua mata pelajaran yang diajarkan.

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SMK N 1 Sanden yaitu mata pelajaran kimia.

Pada mata pelajaran kimia peserta didik

SMK N 1 Sanden dinyatakan kompenten atau tuntas apabila peserta didik dapat mencapai nilai batas minimal (KKM) 75 (tuntas perorangan). Satu kelas dinyatakan kompeten atau tuntas klasikal apabila peserta didik yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75 mencapai lebih dari atau sama dengan 75 %.

Berdasarkan data hasil ulangan harian konsep lambang unsur, rumus kimia, dan persamaan reaksi pada kelas X RPL baru mencapai ketuntasan klasikal sebesar 35,3%

kategori rendah (Tabel 1). Karena pencapaian tuntas klasikal baru 35,5% maka pada hasil ulangan harian konsep lambang unsur, rumus kimia, dan persamaan reaksi pada kelas X RPL belum mencapai ketuntasan klasikal. Ketuntasan klasikal sebesar 35,3%, artinya dari jumlah peserta didik klas X RPL yaitu 16 peserta didik, hanya 6 peserta didik yang memperoleh nilai di atas atau sama dengan 75. Sepuluh peserta didik sisanya belum tuntas atau belum mencapai nilai 75.

Agar bisa tuntas 10 peserta didik mengikuti pengulangan atau remidial.

Rendahnya perolehan hasil belajar peserta didik dipengaruhi banyak faktor, antara lain guru. Guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran konvensional yaitu ceramah. Pada saat guru menyampaikan materi dengan ceramah, berdasarkan hasil observasi, tidak lebih dari 47% peserta didik yang memperhatikan penjelasan guru, sedangkan 53% peserta didik yang lain memanfatkan kesempatan untuk bermain dengan temannya atau melakukan

aktivitas lain (bermain HP). Karena hanya 47% peserta didik yang memperhatikan berdasarkan Tabel 1 dapat dikatakan kategori motivasi belajar peserta didik rendah.

Dengan metode konvensional ceramah peserta didik kurang tertarik atau kurang termotivasi. Rendahnya motivasi dan tingkat pemahaman terhadap materi yang diajarkan oleh guru mengakibatkan ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal yang dicapai juga rendah.

Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik diperlukan alternatif metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik, menarik minat belajar peserta didik, tidak menyebabkan peserta didik bosan atau peserta didik menjadi antusias, melibatkan peserta didik secara langsung, dan menuntut peran serta peserta didik untuk aktif yaitu metode tutor sebaya.

Metode tutor sebaya adalah metode yang digunakan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dimana sumber belajar dalam metode ini ialah teman sebaya yang lebih pandai sebagai tutor. Banyak penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan rekan sebaya (peer-teaching) ternyata lebih efektif dari pada pengajaran oleh guru (Lie dalam Tri Rachmiati, 2010:2). Masalah yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah apakah melalui penggunaan metode tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar materi ikatan kimia dan bagaimana penggunaan metode tutor sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar materi ikatan kimia? Tujuan

penelitian ini yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar materi ikatan kimia menggunakan metode tutor sebaya.

Belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:156) adalah adanya interaksi antar individu sehingga terjadi perubahan baik pengetahuan, keterampilan, maupun sikap. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu (Robbins, 2007:69).

Motivasi belajar (Clayton Alderfer dalam Nashar, 2004:42) adalah kecenderungan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai hasil belajar sebaik mungkin.

Mulyasa (2003:112) mengatakan motivasi merupakan tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Menurut Sardiman (2011:83) ciri-ciri seseorang/

peserta didik mempunyai motivasi tinggi yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah belajar, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin/antusias pada tugas yang baru, dapat mempertahankan pendapatnya, tidak mudah melepas hal yang diyakini, serta senang mencari dan memecahkan soal-soal.

Hasil belajar merupakan ukuran keberhasilan peserta didik berdasarkan pengalaman yang diperoleh setelah dilakukan ulangan dan biasanya diwujudkan dengan angka (Dimyati dan Mudjiono, 2009:250).

Menurut Briggs (dalam Taruh, 2003:17) hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses pembelajaran di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Hamalik (2004:49) menyatakan hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Faktor-faktor yang mem-pengaruhi hasil belajar peserta didik menurut Caroll (dalam Sudjana, 2009: 40) yaitu: bakat peserta didik, kemampuan peserta didik, waktu bagi peserta didik untuk menguasai materi pelajaran, waktu bagi guru untuk menyampaikan materi pelajaran, dan kualitas pembelajaran.

Tutor sebaya adalah peserta didik sebaya berprestasi yang ditunjuk untuk membantu temannya yang mengalami kesulitan (Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, 2013: 184). Suherman (2003:276) mengemukakan bahwa tutor sebaya adalah sekelompok peserta didik yang telah tuntas terhadap bahan pelajaran, memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Manfaat metode tutor sebaya menurut Dossuwanda (Dossuwanda wordpress.com) adalah memberikan pengaruh positif baik guru maupun tutor sebaya, merupakan cara praktis untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, dengan tutor sebaya hasil yang dicapai akan lebih baik, dan jumlah waktu yang diperlukan peserta didik untuk belajar akan meningkat.

Syarat-PENGGUNAAN METODE TUTOR - Sri Suciati

syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi tutor sebaya menurut Suharsimi Arikunto (1988:62-63) antara lain: berprestasi baik, dapat diterima atau disetujui oleh peserta didik yang mendapat bantuan sehingga peserta didik leluasa bertanya, dapat menerangkan dengan jelas bahan pengajaran yang dibutuhkan oleh peserta didik, berkepribadian ramah, lancar berbicara, luwes dalam bergaul, tidak sombong serta memiliki jiwa penolong, dan memiliki daya kreativitas yang cukup untuk membimbing temannya.

Menurut Suryo dan Amin (1982:51), terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan pada metode tutor sebaya. Kelebihan metode tutor sebaya yaitu: adanya suasana hubungan yang lebih dekat dan akrab antara peserta didik yang dibantu dengan peserta didik sebagai tutor yang membantu, bagi tutor sendiri, kegiatan remedial ini merupakan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar dan juga dapat menambah motivasi belajar, bersifat efisien artinya bisa lebih banyak yang dibantu, dan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri.

Adapun kekurangan metode tutor sebaya yaitu peserta didik yang dipilih sebagai tutor dan berprestasi baik belum tentu mempunyai hubungan baik dengan peserta didik yang dibantu dan peserta didik yang dipilih sebagai tutor belum tentu bisa menyampaikan materi dengan baik.

Menurut Dale H. Schunk (2012:199-201) tahapan pembelajaran dengan tutor sebaya pada umumnya mengikuti pola sebagai berikut: guru menyusun kelompok

belajar, setiap kelompok beranggotakan 4 atau 5 orang yang memiliki kemampuan beragam, guru mengidentifikasi beberapa peserta didik yang memiliki kemampuan yang lebih baik daripada temannya di kelas yang sama untuk dijadikan tutor. Jumlah tutor sama dengan jumlah kelompok belajar yang akan dibentuk. Guru melatih tutor dalam materi yang akan dipelajari di kelas dan menjelaskan latihan serta evaluasi yang akan dilakukan, guru menjelaskan materi pelajaran secara ringkas pada semua peserta didik dan memberikan kesempatan tanya jawab, guru memberikan tugas yang harus dikerjakan dan tata cara melakukan evaluasi, tutor sebaya membantu temannya dalam mengerjakan tugas dan memberikan penjelasan materi yang belum dipahami oleh temannya dalam satu kelompok, serta guru mengamati aktivitas belajar dan memberi penilaian kompetensi. Pada peneltian tindakan kelas ini digunakan tahapan menurut Dale H. Schunk.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SMK N 1 Sanden. Subjek penelitian kelas X Rekayasa Perangkat Lunak, dengan jumlah peserta didik 17 terdiri dari 10 peserta didik laki-laki dan 7 peserta didik perempuan.

Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus s.d Oktober 2019. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam sebuah siklus melalui 4 tahapan utama sebagaimana dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (dalam Arikunto Suharsimi, Suhardjono, Sapardi, 2007:74)

yaitu perencanaan, pelaksanaan, obeservasi, dan refleksi, seperti tertera pada Gambar 1.

Pada penelitian tindakan kelas ini dirancang dua (2) siklus dan tiap-tiap siklus terdiri dari (tiga) 3 kali pertemuan.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Pertama yaitu perencanaan yang meliputi kegiatan: 1) memilih materi yang bisa diterapkan dengan metode tutor sebaya; 2) menyusun dan menyiapkan rencana persiapan pembelajaran; 3) menyusun dan menyiapkan lembar observasi motivasi belajar; 4) menyusun dan menyiapkan instrumen tes ulangan harian;

5) mengidentifikasi peserta didik sesuai dengan jumlah kelompok untuk dijadikan tutor, dalam memilih tutor disesuaikan dengan persyaratan yang disyaratkan menurut Suharsimi Arikunto (1988:62-63); 6) mendidik dan melatih tutor perihal materi. Tahap kedua yaitu pelaksanaan mencakup: 1) Guru membentuk kelompok belajar yang beranggotakan 4 - 5 peserta didik; 2) Guru menjelaskan materi ikatan kimia secara ringkas pada semua peserta

didik dan memberikan kesempatan tanya jawab; 3) Guru memberikan tugas/ soal yang harus dikerjakan; 4) Tutor sebaya membantu temannya dalam mengerjakan tugas/ soal dan memberikan penjelasan materi ikatan kimia yang belum dipahami oleh temannya dalam satu kelompok.

Tahapan ketiga yaitu observasi.

Observer mengamati dan mencatat semua kejadian selama proses pembelajaran berlangsung menggunakan lembar observasi.

Tahap terakhir, refleksi. Dalam refleksi ini guru, observer, perwakilan peserta didik, dan kepala sekolah memberikan evaluasi pada pelaksanaan proses pembelajaran dengan menerapkan metode tutor sebaya yang nantinya merupan refleksi guna memperbaiki pertemuan/ siklus berikutnya. Siklus akan dihentikan jika hasil yang diperoleh sudah mencapai indikator keberhasilan.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini digunakan observasi dan tes.

Alat yang digunakan untuk mengobservasi berupa lembar observasi. Observasi yang digunakan adalah observasi terbuka yaitu observasi yang dilakukan dengan melihat, mengamati, dan mencatat perilaku peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dan observasi terstruktur yaitu dengan membubuhkan checklist (v) pada lembar observasi motivasi belajar peserta didik. Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif, yaitu mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai materi setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode tutor sebaya. Alat yang digunakan berupa

PENGGUNAAN METODE TUTOR - Sri Suciati

soal ulangan harian yang berbentuk essai.

Indikator keberhasilan penelitian yaitu peningkatan motivasi belajar 80% dan peningkatan hasil belajar peserta didik 75%

yang memperoleh nilai ≥75.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. Untuk motivasi belajar, teknik analisis datanya: 1) Dihitung persentase hasil observasi motivasi belajar masing-masing kelompok; 2) Di-cari reratanya persentase hasil observasi motivasi belajar; 3) Rerata persentase hasil observasi motivasi belajar dikonsultasikan tabel kategori motivasi belajar, sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 1.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Motivasi Belajar

Pada saat pratindakan guru menggunakan metode pembelajaran konvensional yaitu metode ceramah.

Menurut Wina Sanjaya (2006:148) kekurangan metode ceramah salah satunya yaitu metode pembelajaran yang membosankan. Metode ceramah juga membuat peserta didik pasif. Interaksi cenderung bersifat centred (berpusat pada guru). Berdasarkan pengamatan kondisi awal 47% peserta didik yang berkemauan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Persentase motivasi peserta didik pada kondisi awal 47% termasuk kategori rendah (sebagaimana Tabel 1). Solusi untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik digunakan metode pembelajaran alternatif yang cooperative, salah satunya yaitu metode pembelajaran tutor sebaya.

Metode pembelajaran tutor sebaya adalah suatu strategi pembelajaran yang kooperatif dimana rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama (Yopi Nisa Febianti, 2004:84). Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar peserta didik dengan menerapkan metode tutor sebaya pada siklus I pertemuan ke-1, rerata skor yang diperoleh 30 atau 75% (dikonsultasikan pada Tabel 1) termasuk kategori tinggi. Pada pertemuan ke-2 rerata skor yang diperoleh 31 atau 77,5%

(dikonsultasikan pada Tabel 1) termasuk juga kategori tinggi. Dari jumlah skor/persentase hasil observasi motivasi belajar peserta didik yang dicapai pada siklus I pertemuan ke-1 dibanding dengan pertemuan ke-2 Teknik analisis data hasil belajar ikatan

kimia peserta didik: 1) Dipersentase nilai ketuntasan klasikal; 2) Predikat ketuntasan klasikal dapat dilihat pada Tabel 2.

mengalami peningkatan hanya 2,5%. Hal ini disebabkan karena perlakuan pertemuan ke-1 dan ke-2 pada siklus I hampir sama.

Skor atau persentase yang diperoleh baik pertemuan ke-1 dan ke-2 meskipun sudah mengalami peningkatan tetapi belum mencapai indikator keberhasilan.

Perbandingan persentase siklus I pertemuan ke-1 dan ke-2 tertera pada Gambar 2.

Rerata persentase hasil motivasi belajar pada siklus I (pertemuan 1 dan ke-2) sebesar 76,25% kategori motivasi belajar tinggi. Rerata persentase hasil motivasi belajar pada siklus I dibanding dengan persentase hasil motivasi belajar kondisi awal mengalami peningkatan dari 47%

menjadi 76,25% yaitu meningkat sebesar 29,25%. Dari segi kategori juga mengalami peningkatan dari kategori motivasi belajar rendah meningkat menjadi motivasi belajar tinggi. Meskipun dibandingkan dengan kondisi awal, hasil motivasi belajar peserta didik siklus I mengalami peningkatan yang signifikan, tetapi persentase yang diperoleh yaitu 76,25% belum memenuhi indikator keberhasilan. Dengan demikian penelitian tindakan kelas harus dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II. Perbandingan persentase motivasi belajar peserta didik kondisi awal dengan siklus I tertera pada Gambar 3.

Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ada tiga (3) masalah yang menyebabkan persentase hasil observasi motivasi belajar peserta didik belum bisa mencapai indikator keberhasilan. Pertama tutor belum terbiasa atau kurang lancar dalam berbicara saat menerangkan, sehingga untuk memahamkan kepada teman sekelompoknya butuh waktu yang relatif lama. Kedua yaitu jumlah anggota kelompok yang relatif masih banyak (4-5 peserta didik) sehingga tutor kewalahan dalam membimbing dan mengajari anggotanya. Akibatnya ketika tutor sedang mengajari salah satu anggota, anggota yang lain kurang sabar menunggu kemudian bertanya kepada tutor lain pada kelompok lain, sehingga mengganggu tutor yang sedang membimbing dan mengajari teman kelompoknya. Ketiga, soal-soal latihan yang diberikan guru untuk ditutorsebayakan. Soal-soal latihan yang diberikan guru untuk ditutorsebayakan pada siklus I dikerjakan kelompok, artinya pengerjaan soal-soal latihan merupakan tanggung jawab kelompok. Kelemahannya ada anggota kelompok yang pasif dan bersikap santai karena sudah ada teman yang mengerjakan.

PENGGUNAAN METODE TUTOR - Sri Suciati

Untuk mengatasi masalah pada siklus I dan sebagai upaya perbaikan pada siklus II maka dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut. Pertama, menambah waktu untuk bimbingan pada tutor, yang semula 30 menit menjadi 45 menit. Menekankan tutor untuk benar-benar menguasai materi dan percaya diri. Kedua, pengurangan jumlah anggota kelompok/menambah jumlah kelompok dan juga menambah tutor. Pada siklus I jumlah kelompok ada tiga (3) kelompok dan setiap kelompok beranggotakan 4-5 peserta didik. Pada siklus II jumlah anggota kelompok 3-4 peserta didik, jumlah kelompok menjadi empat (4), dan jumlah tutor menjadi 4. Ketiga, soal-soal latihan yang ditutorsebayakan pada siklus I dikerjakan kelompok, untuk siklus II soal-soal latihan wajib dikerjakan setiap peserta didik, tetapi tetap berkelompok yang dibimbing dan dipandu tutor sebaya.

Berdasarkan hasil observasi motivasi belajar peserta didik pada siklus II pertemuan ke-1 rerata skor yang diperoleh 32,5 atau 81,25% kategori motivasi belajar tinggi dan pertemuan ke-2 rerata skor yang diperoleh 33 atau 82,5% kategori motivasi belajar tinggi. Dari persentase hasil observasi motivasi belajar peserta didik yang dicapai pada siklus II pertemuan ke-1 dan pertemuan ke-2 mengalami peningkatan hanya 1,25%. Hal ini disebabkan karena perlakuan pertemuan ke-1 dan ke-2 hampir sama. Skor atau persentase yang diperoleh pada siklus II baik pertemuan ke-1 dan ke-2 telah mencapai indikator keberhasilan.

Perbandingan persentase siklus II pertemuan

ke-1 dan ke-2 tertera pada Gambar 4.

Rerata persentase hasil motivasi belajar peserta didik pada siklus II sebesar 81,875% termasuk kategori motivasi belajar tinggi. Rerata persentase hasil motivasi belajar peserta didik pada siklus II dibanding dengan persentase hasil motivasi belajar peserta didik siklus I mengalami peningkatan dari 76,25% menjadi 81,875%

atau meningkat sebesar 5,625%. Dari segi kategori tidak mengalami peningkatan, masih sama kategori motivasi belajar tinggi.

Perbandingan persentase motivasi belajar siklus I dengan siklus II tertera pada Gambar 5.

Rerata hasil observasi motivasi belajar peserta didik dengan menerapkan metode tutor sebaya pada siklus II yaitu 81,875%, artinya dari 17 peserta didik kelas X RPL yang belum termotivasi sekitar empat (4) peserta didik atau 18,125%. Pencapaian motivasi belajar peserta didik pada siklus II tertera pada Gambar 6. Dengan demikian pada siklus II hasil observasi motivasi belajar peserta didik dengan menerapkan metode tutor sebaya telah mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena pada siklus II persentase hasil observasi motivasi belajar peserta didik dengan menerapkan metode tutor sebaya telah mencapai indikator keberhasilan atau dengan kata lain tujuan penelitian sudah berhasil yaitu meningkatkan motivasi belajar peserta didik kelas X RPL di SMK N 1 Sanden tahun pelajaran 2019/2020, maka penelitian tindakan kelas dinyatakan telah berhasil untuk variabel motivasi belajar peserta didik.

Hasil Belajar

Menurut Briggs (dalam Taruh, 2003:17) hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui proses pembelajaran di sekolah yang

dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-nilai berdasarkan tes hasil belajar. Hasil belajar peserta didik pada kondisi awal (Hasil ulangan harian lambang unsur, rumus kimia, dan persamaan reaksi) ketuntasan belajar klasikal sebesar 35,3%, artinya dari 17 peserta didik kelas X RPL yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan KKM (75) ada 6 peserta didik. Predikat ketuntasan hasil belajar klasikal sebesar 35,3% dikonsultasikan pada Tabel 1.

Predikat ketuntasan hasil belajar termasuk dalam kategori rendah.

Menurut Nana Sudjana (2010: 39-40) hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri peserta didik (motivasi belajar) dan dari luar diri peserta didik (pembelajaran berkualitas), artinya pembelajaran berkualitas dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik yang akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Solusi untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas X RPL yaitu dengan diterapkannya pembelajaran berkualitas salah satunya dengan menerapkan metode tutor sebaya.

Metode tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Dengan meningkatnya motivasi belajar peserta didik akan berpengaruh dengan meningkatnya hasil belajar peserta didik.

Pada siklus I pertemuan ke-3 dilakukan penilaian, yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran dengan menerapkan metode tutor sebaya materi kaidah duplet, oktet, dan ikatan ion. Persentase hasil

PENGGUNAAN METODE TUTOR - Sri Suciati

ketuntasan belajar klasikal pada siklus I mencapai 64,7%, artinya dari 17 peserta didik kelas X RPL yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan KKM sebanyak 11 peserta didik. Predikat persentase hasil ketuntasan belajar klasikal pada siklus I mencapai 64,7% termasuk dalam kategori tinggi.

Persentase hasil ketuntasan belajar klasikal peserta didik pada kondisi awal dibandingkan dengan persentase hasil ketuntasan belajar klasikal peserta didik pada siklus I mengalami peningkatan yaitu dari 35,3% menjadi 64,7% atau sebesar 29,4%. Dari segi predikat juga mengalami peningkatan dari rendah menjadi tinggi.

Perbandingan persentase hasil ketuntasan belajar klasikal peserta didik pada siklus I dibandingkan dengan persentase hasil ketuntasan belajar klasikal peserta didik

Perbandingan persentase hasil ketuntasan belajar klasikal peserta didik pada siklus I dibandingkan dengan persentase hasil ketuntasan belajar klasikal peserta didik

Dalam dokumen Volume XI / Nomor 02 / Agustus 2020 (Halaman 72-84)