• Tidak ada hasil yang ditemukan

(RPP) Kelas Uji Coba

B. Materi Pelajaran

1. Proses masuknya bangsa – bangsa Eropa ke Indonesia. A. Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia

Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.

rempah-rempah. Membeli dengan harga murah di Maluku, dan menjualnya dengan harga tinggi di Eropa.

b. Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama Nasrani. c. Tujuan petualangan, yaitu mencari daerah jajahan. Tujuan tersebut lebih dikenal dengan gold, glory, gospel.

a. Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan.

b. Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan. c. Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Kristen.

B. Kedatangan bangsa Spanyol di Indonesia

Tujuan kedatangan bangsa Spanyol ke Indonesia sama dengan tujuan bangsa Portugis, yaitu mencari kekayaan, menyebarkan agama Nasrani, dan mencari daerah jajahan. Pada tanggal 8 Nopember 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Di sini bangsa Spanyol diterima baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidak mau disaingi sesame bangsa Eropa, yang dianggap akan mengganggu monopolinya. Kemudian mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun 1526, yang menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore.

C. Kedatangan bangsa Inggris di Indonesia

Inggris mendirikan kongsi dagang yang diberi nama East Indian Company (EIC) pada tahun 1600. Pemerintah Inggris memberikan hak-hak istimewa kepada EIC. Pada abad ke-18, para pedagang Inggris juga sudah banyak yang berdagang di Indonesia. Bahkan sejak Belanda menjadi sekutu Perancis, Inggris selalu mengancam kedudukan Belanda di Indonesia. Pada tahun 1811, Thomas Stamford Raffles telah berhasil merebut seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia. Raflles yang diangkat sebagai pemimpin Inggris atas wilayah Indonesia, memberikan kesempatan pada penduduk Indonesia untuk melaksanakan perdagangan bebas. Namun, kekuasaan Inggris tetap bersifat menindas bangsa Indonesia.

mendorong Belanda untuk mencari daerah jajahan ke nusantara. Tujuan Belanda datang ke Indonesia, sama dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, yaitu mencari kekayaan, monopoli perdagangan, dan mencari daerah jajahan. Belanda datang pertama kali ke Indonesia pada tahun 1596, di bawah pimpinan Cornelis de Houtman, dan berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Namun kedatangan Belanda diusir penduduk pesisir Banten karena mereka bersikap kasar dan sombong. Belanda datang lagi ke Indonesia dipimpin Jacob van Heck pada tahun 1598. Pada tanggal 20 Maret tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie), dengan tujuan sebagai berikut.

a. Menghilangkan persaingan yang merugikan para pedagang Belanda.

b. Menyatukan tenaga untuk menghadapi persaingan dengan bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia.

c. Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol.

VOC menerapkan beberapa aturan paksa yang harus dilaksanakan oleh Indonesia. Bentuk-bentuk aturan paksa VOC yang diterapkan di Indonesia tersebut sebagai berikut.

a. Monopoli dagang.

b. Pajak yang harus dibayar dengan hasil bumi. c. Penjualan paksa hasil bumi kepada VOC.

d. Pelayaran Hongi, yaitu wajib mendayung perahu VOC di perairan Maluku. e. Aksi penebangan tanaman rempah-rempah milik rakyat.

f. Wajib menanam kopi di wilayah rakyat Priangan.

g. Wajib menyerahkan upeti berupa hasil bumi kepada kepala daerah yang telah menandatangani perjanjian dengan VOC.

2. Cara – cara yang digunakan bangsa Eropa untuk mencapai tujuannya. a. Membangun Benteng Pertahanan

Semula untuk mengelola urusan dagangnya, VOC mendirikan factorij di Maluku dan Banda. Selain untuk berunding dengan penguasa setempat, pos itu juga

selanjutnya karena didesak oleh kepentingan dan konflik dengan penduduk Indonesia maupun saingan Eropa, pos itu berubah menjadi benteng pertahanan. Benteng itu mereka gunakan untuk mengawasi pusat perdagangan di sepanjang jalur pelayaran. Dengan begitu, mereka bisa memungut pajak, memonopoli pembelian dan penjualan rempah, mengendalikan penghasil rempah Maluku, bahkan bisa mengusir Portugis dan Spanyol keluar dari pusat-pusat perdagangan Asia.

b. Membuat Perjanjian dengan Para Raja

Salah satu kelihaian yang dimiliki oleh VOC adalah kemampuannya dalam bernegosiasi dan berdiplomasi dengan para raja di Nusantara. Namun, di balik kelihaian itu juga tersimpan kelicikan. Pada tahun 1637 armada VOC di bawah van Diemen berhasil diperdaya oleh persekutuan anti-VOC yang dipimpin Kakiali (murid Sunan Giri yang berasal dari Hitu). Persekutuan ini terdiri atas orang-orang Hitu, Ternate/Hoalmoal, dan Gowa. Maksud persekutuan ini adalah mendorong dilakukannya perdagangan rempah secara ‘gelap‘. Secara lihai, VOC juga berhasil masuk di dalam kemelut yang melanda Kerajaan Mataram. Mereka mau mengakui Adipati Anom sebagai Amangkurat II yang sedang berperang dengan Trunojoyo untuk memperebutkan takhta Mataram. Sebuah kesepakatan akhirnya ditandatangani antara VOC dengan Amangkurat II pada tahun 1678.

Isinya antara lain Amangkurat II diakui sebagai raja di Mataram, VOC mendapat pelabuhan Semarang dan hak-hak untuk berdagang, serta Mataram harus mengganti biaya perang yang dikeluarkan VOC. Sebuah pukulan yang telak bagi kerajaan terbesar di Jawa, yang membuatnya limbung. Oleh karena itu, setapak demi setapak, Mataram masuk dalam perangkap VOC.

c. Monopoli Perdagangan

Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan istilah monopoli. Itulah salah satu ciri khas VOC yang mereka terapkan di mana pun mereka berada. Salah satu faktor kuncinya karena mereka mengacu pada Regerings- Reglement (asas tujuan perkumpulan) yang dibuat tahun 1650. Apabila diringkas, isi asas itu antara lain melenyapkan semua persaingan dengan jalan apa pun juga asal tercapai maksudnya, serta membeli semurahmurahnya dan menjual semahal-mahalnya. Pada tahun 1652–

rempah Maluku dengan tujuan agar bisa mengendalikan hasil dan menjaga harga tinggi rempah di Eropa. Kebijakan ini mendapat reaksi dari para pedagang Nusantara dengan mengadakan ‖perdagangan gelap‖. Inilah yang membuat para direktur VOC menganjurkan untuk membinasakan penduduk Banda dan menggantinya dengan penduduk yang berasal dari pulau lain.

Dalam melakukan kegiatan monopolinya, VOC menerapkan beberapa aturan. Aturan-aturan tersebut sebagai berikut:

1) Petani rempah-rempah hanya boleh bertindak sebagai produsen. Hak jual beli hanya dimiliki VOC.

2) Panen rempah-rempah harus dijual kepada VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.

3) Barang kebutuhan sehari-hari, seperti peralatan rumah tangga, garam, dan kain harus dibeli dari VOC dengan harga yang ditentukan oleh VOC.

d. Devide et Impera

Kamu tentu sudah sering mendengar istilah devide et impera, yaitu salah satu politik VOC untuk dapat menguasai suatu wilayah dengan cara pecah belah lalu kuasai. Sebagai contoh konkret, VOC menggunakan keperkasaan orang-orang Bugis untuk menghadapi kerajaan lain di Indonesia. Misalnya Aru Palaka (Raja Bone) digunakan Belanda untuk melakukan intervensi ke Kerajaan Mataram di bawah Sultan Amangkurat I. Untuk menghadapi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa tahun 1825–1830, Belanda menggunakan Legiun Mangkunegaran yang dibentuk tahun 1808 oleh Daendels dan Mangkunegoro II.