• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kajian Pustaka

2.2.6 Media Baru

Media baru adalah konsep yang menjelaskan kemampuan media yang dengan dukungan perangkat digital dapat mengakses konten kapan saja, di mana saja sehingga memberikan kesempatan bagi siapa saja-baik sebagai penerima/pengguna-untuk berpartisipasi aktif, interaktif, dan kreatif terhadap umpan balik pesan yang pada gilirannya membentuk komunitas/masyarakat

“baru” melalui isi media (Liliweri, 2015: 284).

Teori media baru atau new media merupakan sebuah teori yang dikembangkan oleh Pierre Levy, yang mengemukakan bahwa media baru merupakan teori yang membahas mengenai perkembangan media. Dalam teori media baru, terdapat dua pandangan, pertama yaitu pandangan interaksi sosial, yang membedakan media menurut kedekatannya dengan interaksi tatap muka.

Media baru atau new media didefinisikan sebagai produk dari komunikasi yang termediasi teknologi yang terdapat bersama dengan komputer digital. Definisi lain

new media adalah media yang di dalamnya terdiri dari gabungan berbagai elemen.

Itu artinya terdapat konvergensi media di dalamnya, dimana beberapa media dijadikan satu. New media merupakan media yang menggunakan internet, media

online berbasis teknologi, berkarakter fleksibel, berpotensi interaktif dan dapat berungsi secara private maupun secara publik (Mondry, 2008: 13). Menurut R. Cahyo Prabowo mengenai new media atau media baru adalah suatu alat sebagai sarana komunikasi yang dimana saling berinteraksi, berpendapat, tukar informasi, mengetahui berita melalui saluran jaringan internet serta informasinya selalu terbaru secara kilat dan juga lebih efisien ringkas memberikan informasi kepada pembaca/khalayaknya.

Andrew L. Saphiro (1999) berpendapat bahwa munculnya media baru yang memanfaatkan sinyal teknologi digital berpotensi secara radikal menggeser peran media lama sehingga memunculkan media baru tampil untuk mengendalikan informasi sekaligus mengubah kerja manusia. Croteau dan Hoynes (2005) juga menyebutkan bahwa kita menyaksikan evolusi jaringan interkoneksi universal audio, video, dan komunikasi teks yang berbasis elektronik yang semuanya telah mengaburkan perbedaan antara komunikasi antarpersonal dan massa, juga komunikasi publik dan privat. Mereka mengatakan, media baru berhasil mengubah makna jarak geografis, memungkinkan peningkatan volume informasi secara besar-besaran, memungkinkan peningkatan kecepatan komunikasi, memberikan kesempatan bagi terjadinya komunikasi interaktif, dan memungkinkan bentuk komunikasi, yang sebelumnya terpisah dan tumpang tindih, kini dapat melakukan interkoneksi. (Liliweri, 2015: 284).

Media baru memiliki kecepatan untuk melakukan sebuah interaksi, lebih efisien, lebih murah, lebih cepat untuk mendapatkan sebuah informasi terbaru dan ter-update. Kelemahannya pada jaringan koneksi internet saja, jika jaringan internet lancar dan cepat maka informasi dapat dengan cepat didapatkan, tetapi jika jaringan internet lambat maka akan mengalami gangguan dan hambatan untuk mendapatkan informasi, serta harus juga ada koneksi internet dimana pun berada bersama media baru.

2.2.6.1 Media Sosial

Media sosial merupakan media baru dalam komunikasi. Media sosial pada

hakikatnya merupakan sarana interaksi antara sejumlah orang melalui “sharing

informasi dan ide-ide melalui jaringan internet untuk membentuk semacam komunitas virtual.

Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum, dan dunia virtual. Blog, jejaring sosial, dan wiki merupakan bentuk media sosial yang paling umum digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia. Menurut Antony Mayfield dari iCrosing, media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa. Manusia biasa yang saling membagi ide, bekerjasama dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan dan membangun sebuah komunitas. Intinya, menggunakan media sosial menjadikan kita sebagai diri sendiri. Selain kecepatan informasi yang bisa diakses dalam hitungan detik, menjadi diri sendiri dalam media sosial adalah alasan mengapa media sosial berkembang pesat, tak terkecuali keinginan untuk aktualisasi diri. Teknologi ini memudahkan semua orang untuk membuat dan yang terpenting menyebarluaskan konten mereka sendiri baik di blog maupun jejaring sosial dan dapat dilihat oleh jutaan orang secara gratis (Zarella, 2010 : 2).

Sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa media sosial hadir sebagai bagian dari perkembangan media baru yang kontras dengan media tradisional/industri seperti media cetakan dan media audio-visual. Perbedaan yang menonjol antara

media sosial sebagai media baru dengan “media lama” antara lain dalam hal

kualitas, jangkauan, frekuensi, kegunaan, kedekatan, dan sifatnya yang permanen. Sebagian besar kritik terhadap media sosial berkisar tentang eksklusivitas situs, kesenjangan informasi yang tersedia, masalah kepercayaan, dan keandalan informasi yang disajikan, konsentrasi konten, kepemilikan konten, dan makna interaksi yang diciptakan oleh media sosial. Di sela-sela kritik terhadap media sosial ada pula pengakuan bahwa media sosial juga memiliki efek positif karena

memungkinkan terjadinya demokratisasi atau memungkinkan individu untuk mengiklankan diri mereka sendiri (Liliweri, 2015: 288).

Heidi Cohen mengatakan definisi media sosial terus berubah/berkembang seiring dengan perkembangan penggunaan media sosial itu sendiri. Mengingat

sifat dinamis media sosial ini, maka Cohen menampilkan beberapa “makna definisi” media sosial menurut para ahli diantaranya menurut Michelle

Chmielewski, media sosial adalah media yang tidak bicara tentang apa yang orang lakukan atau orang katakan tetapi tentang apa yang orang lakukan dan katakan

“bersama-sama” tentang sesuatu di dunia dan dipertukarkan ke seluruh dunia atau

media yang dapat mengkomunikasikan sesuatu pada saat yang sama ke segala arah karena dukungan oleh teknologi digital. Gin Dietrich juga mengemukakan defenisi media sosial yaitu pergeseran cara kita mendapatkan informasi melalui cara lama-seperti membaca koran di pagi hari, menelepon kawan dari rumah-ke komunikasi dengan cara baru yang di mana kita menciptakan jaringan sosial untuk menemukan orang-orang dengan minat yang sama dan membangun persahabatan dengan mereka (Liliweri, 2015: 288-289).

Media sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Pesan yang disampaikan tidak hanya untuk satu orang saja namun bisa keberbagai banyak orang.

b. Pesan yang disampaikan bebas tanpa harus melalui Gatekeeper.

c. Pesan yang disampaikan cenderung lebih cepat dibanding media lainnya. d. Penerima pesan yang menentukan waktu interaksi.

Media sosial juga dibagi dalam beberapa kategori menurut jenisnya. Pembagian ini merupakan upaya untuk melihat bagaimana jenis media sosial itu, karena secara dasar dan teori semestinya harus ada landasan awal untuk melihat jenis-jenis media siber tersebut. Ada enam kategori besar untuk melihat pembagian jenis media sosial, yakni (Nasrullah, 2015: 39):

1. Media jejaring sosial (social networking). 2. Jurnal online (blog).

4. Media berbagi (media sharing). 5. Penanda sosial (social bookmarking). 6. Media konten bersama atau Wiki.

2.2.6.3 Fungsi Media Sosial

Menurut Jan H. Kietzmann fungsi media sosial ibarat “sarang lebah” yang membentuk kerangka jaringan yang terdiri dari “blok-blok” yang berhubungan

satu sama lain, sebagai berikut (Liliweri, 2015: 292-293) :

1. Idendity. Identitas sebagai sebuah blok dari media sosial merinci

bagaimana para pengguna mengungkapkan identitas diri dia di tengah-tengah koneksi dengan penguna lain. Beberapa informasi penting tentang identitas adalah nama, usia, jenis kelamin, profesi, dan lokasi.

2. Conversation adalah blok yang berisi aktivitas pengguna berkomunikasi

dengan pengguna lain. Banyak situs media sosial yang dirancang untuk memfasilitasi percakapan antarpersonal maupun personal dengan kelompok atau komunitas lain. Dalam percakapan inilah para pengguna dapat menemukan kawan baru, membangun harga diri, menyajikan ide-ide baru, atau mendorong diskusi tentang topik yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat.

3. Sharing. Media sosial membantu para pengguna melakukan “sharing

yakni melakukan distribusi pesan, menerima pesan, dan bertukar pesan, bahkan lebih penting dari itu di mana para pengguna melakukan

sharing” atas pesan untuk mendapatkan konten dalam makna bersama.

Karena itu maka istilah „sosial‟ dalam media sosial selalu disiratkan

sebagai pertukaran pesan antara manusia secara online.

4. Presence. Media sosial berfungsi untuk menyadarkan kita tentang

kehadiran para pengguna baik sebagai pribadi maupun sebagai individu dari mana pengguna berasal. Media sosial berfungsi membantu para pengguna agar mereka membuka akses dengan mudah melalui dunia maya dan sepakat untuk berkomunikasi secara langsung.

Dokumen terkait