• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.6 Teknik Analisis Data

4.1.3 Penggunaan Instagram di Kalangan Mahasiswa

Instagram sebagai media sosial yang mengkhususkan konten pada foto, kini menjadi media sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat luas bahkan sudah memiliki 400 juta pengguna di seluruh dunia. Mahasiswa sebagai orang-orang yang peka terhadap adanya perubahan-perubahan baru, terutama mahasiswa Ilmu Komunikasi yang memiliki ketertarikan lebih pada hal baru yang berhubungan dengan komunikasi tidak mau tertinggal akan kehadiran media sosial Instagram ini. Peneliti telah melakukan observasi sebelum melakukan penelitian dan menemukan bahwa hampir seluruh mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara memiliki akun dan menggunakan Instagram. Keempat informan yang peneliti wawancarai, seluruhnya adalah pengguna aktif Instagram. Berikut adalah uraian wawancara peneliti dengan informan mengenai penggunaan Instagram.

Informan 1

Mutiara Tahier menggunakan cukup banyak media sosial diantaranya Facebook, Twitter, Instagram, Path, Snapchat, dan Periscope, namun media sosial yang paling sering ia gunakan adalah Instagram. Muti menggunakan Instagram mulai dari tahun 2011 saat ia masih duduk di bangku SMA Negeri 1 Medan. Nama akun Instagram Muti adalah @mutitahier. Ia mengetahui sendiri adanya media sosial Instagram saat melihat adanya media sosial baru di Application Store yaitu aplikasi yang menyediakan dan memberikan ruang untuk mengunduh media sosial tersebut. Saat itu di kalangan teman-temannya belum banyak yang menggunakan Instagram namun Muti tetap mengunduh Instagram karena ia memang ingin mencoba media sosial yang baru.

Muti memilih mengunduh Instagram karena ia tertarik dengan konsep yang ditawarkan media sosial ini yaitu ia dapat memposting banyak foto dan juga menambahkan filter digital dimana Instagram merupakan media sosial pertama

yang saat itu menawarkan penambahan filter digital sehingga foto tersebut menjadi lebih bagus dan menarik. Seiring dengan perkembangannya, Instagram menambah banyak fitur baru yang akhirnya membuat Muti semakin tertarik dengan media sosial ini dan menjadikannya sebagai media sosial yang paling sering ia gunakan.

Masa awal menggunakan Instagram, Muti sering sekali mebagikan fotonya di Instagram. Ia dapat memposting fotonya setiap hari bahkan dalam satu hari ia dapat memposting beberapa foto. Hal ini ia lakukan karena ia menganggap jika sering membagikan foto di Instagram maka pengguna Instagram lain menjadi mengetahui bahwa ia adalah pengguna yang aktif sehingga foto-foto yang ia bagikan bisa mendapatkan banyak like ataupun comment dari pengguna Instagram lainnya. Berbeda dengan sekarang, Muti tidak lagi membagikan fotonya setiap hari di Instagram tetapi hanya dua hari sekali. Foto yang akan dibagikan pun dipilih lebih selektif dan sudah dipersiapkan dengan baik, bisa foto yang sudah diambil di hari sebelumnya atau jika foto yang baru diambil lebih bagus maka foto tersebut yang akan bagikan ke Instagram.

“kalo dulu-dulu sih tiap hari, cuma kalo sekarang dua hari sekali dan itu udah dipersiapkan fotonya ha ha ha. Kadang foto kemarin yang di posting, tapi kalo yang hari itu bagus,lebih bagus dari yang kemarin, itu yang duluan di posting. Terus dulu sering posting biar banyak yang ngelike, orang jadi tahu oh orang ini aktif. Kalo jarang-jarang posting dikirain nggak aktif, orang pasti

unfollow”.

Perempuan berjilbab ini memilih untuk membatasi frekuensinya dalam memposting foto karena ia tahu dan sadar akan aturan bahwa dengan menggunakan jilbab seharusnya tidak boleh terlalu banyak membagikan fotonya dirinya sendiri di media sosial dan Muti bertanggung jawab dengan pilihannya sehingga dia mengurangi frekuensi untuk posting foto, selain itu dia juga tidak ingin orang lain merasa bosan karena terlalu banyak foto yang dibagikan di akun Instagramnya karena saat ini dia sudah mendapatkan banyak followers dan like.

Banyak foto yang diposting Mutiara ke dalam Instagramnya, seperti foto diri sendiri atau selfie, foto seluruh badan, foto dengan teman-temannya, foto untuk promosi usahanya, dan lain sebagainya. Jumlah foto yang sudah dia posting di

Instagramnya adalah sebanyak 380 foto. Sekian banyak objek foto yang ia bagikan, foto selfie merupakan yang paling banyak diposting di Instagram. Saat peneliti menanyakan mengapa dia lebih suka memposting foto tersebut, alasannya adalah karena setiap Muti memposting foto selfie dirinya, jumlah like yang didapatkan bisa mencapai lebih dari 800 like, jauh lebih banyak daripada

postingan foto seluruh badan atau foto dengan teman-temannya. Hal ini disadari

oleh Muti, karena itu dia lebih suka memposting foto selfie. Muti sendiri tidak mengetahui alasan pasti mengapa foto selfie tersebut yang paling banyak disukai oleh followersnya, namun menurut asumsinya sendiri, ia mengatakan bahwa mereka lebih suka dengan foto selfie karena wajahnya yang cantik terlihat jelas dan dekat sehingga banyak orang lebih menyukai, dan ia juga berasumsi mungkin kebanyakan yang memberikan tanda suka pada foto tersebut adalah kaum laki-laki karena kecenderungan dari mereka yang suka melihat wajah wanita yang cantik.

“karena kalo selfie like nya lebih banyak, nggak tau, bingung kenapa, tapi kalo foto selfie pasti orang yang like lebih banyak, dibanding fotonya jauh. Mungkin kalo selfie otomatis mukanya langsung jelas, jadi orang lebih seneng, cowok-cowok kali terutama, kalo cantik langsung like”.

Muti juga banyak di endorse oleh online shop. Endorse adalah bentuk kegiatan promosi yang dilakukan oleh para wirausaha yang menjualkan produknya melalui media online atau online shop, dimana mereka memberikan produk yang dijual secara gratis kepada seseorang yang terkenal agar orang tersebut mempromosikan produknya di media sosial miliknya, dengan harapan semakin banyak orang yang menjadi tahu dan tertarik produk tersebut sehingga semakin banyak orang yang membeli produknya. Endorse bisa juga menerima bayaran dimana pemilik online

shop selain memberikan produk secara gratis juga membayar oang yang akan

mempromosikan tersebut. Hal tersebut berbeda-beda pada setiap orang tergantung persyaratan yang sudah ditetapkan dan kesepakatan mereka bersama. Pemilik

online shop memilih orang-orang yang terkenal di Instagram dan memiliki banyak

sekali followers karena mereka dianggap mampu mempersuasi followersnya untuk ikut menggunakan apa yang mereka pergunakan sehingga mereka membeli produk yang dipromosikan tersebut.

Mutiara sudah diendorse lebih dari 20 online shop. Mulai dari produk makanan, pakaian, sepatu, pashmina, jilbab, dan lain sebagainya. Tetapi dia paling banyak di endorse untuk produk pakaian muslim dan jilbab. Muti tidak menetapkan persyaratan khusus jika ingin memintanya mempromosikan produk-produk tersebut. Hanya kesepakatan antara kedua belah pihak, jika Muti ditawarkan untuk endorse dan Muti merasa mampu untuk mempromosikan produk tersebut maka terjadi kesepakatan. Produk yang diberikan kepada Muti bisa dia pilih sendiri atau sudah dipilihkan dari pihak online shop. Muti tidak meminta bayaran untuk kegiatan promosi ini. Selama dia dipercayakan oleh banyak online shop untuk mempromosikan barang mereka di Instagramnya, Muti tidak pernah mendapatkan feedback negatif ataupun keluhan, bahkan ada online shop yang sampai dua kali mengendorse barangnya kepada Muti. Hal ini berarti Muti memberikan dampak positif bagi usaha online shop tersebut.

Informan 2

Media sosial yang digunakan Alya adalah Twitter, Instagram, dan Path. Alya juga menggunakan Facebook tetapi ia tidak lagi dapat membuk akunnya karena ada orang yang tidak bertanggung jawab merusak atau meng-hack akun Faceooknya tersebut. Alya bukanlah seseorang yang sangat tergantung dengan media sosial dan tidak menggunakan media sosial hanya karena trend. Terlihat dari media sosial yang ia gunakan termasuk sedikit dibandingkan dengan media sosial yang dipakai oleh orang-orang pada zaman sekarang ini. Dia pernah menggunakan media sosial Snapchat namun hanya ia gunakan selama dua minggu, setelah itu dia tidak lagi menggunakannya.

Saat peneliti menanyakan alasannya mengapa dia tidak lagi menggunakan media sosial tersebut, Alya menjawab karena dia tidak tertarik dengan Snapchat. Ia tidak tertarik dengan konsep dan fitur yang ditawarkan media sosial tersebut sehingga memutuskan untuk memberhentikannya, padahal saat ini Snapchat merupakan media sosial yang baru muncul dan banyak orang-orang yang menggunakannya. Bagi Alya, menggunakan media sosial seharusnya sesuai dengan kebutuhan penggunanya sehingga pengguna benar-benar mendapatkan

manfaat dari media sosial tersebut dan bukan hanya karena mengikuti apa yang sedang trend.

“sempet pake tapi pakenya juga baru kayak dua minggu yang lalu, tapi kayak

apa ya, kayak nggak tertarik gitu. Alya bukan yang kalo semua orang pake terus Alya pake. Buat Alya, Alya suka nggak, perlu nggak ngegunainnya gitu.

Peneliti melihat Alya memiliki prinsip yang berbeda dalam menggunakan media sosial dibandingkan dengan penggunaan media sosial oleh informan yang lainnya. Selain menggunakan media sosial karena memang benar-benar tertarik dan bukan karena trend, ia juga memiliki frekuensi yang sama dalam menggunakan media sosial tersebut, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil frekuensi penggunaanya baik itu pada Instagram, Path, maupun Twitter. Ia mengungkapkan bahwa seimbangnya porsi penggunaan media sosial ini karena setiap media sosial yang dia gunakan memiliki manfaat tersendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk Twitter misalnya dia pergunakan jika ingin mencari informasi, Instagram untuk memposting foto-fotonya, dan Path untuk mengupdate kegiatan yang sedang ia lakukan. Alya menambahkan bahwa dia tidak ingin terlalu terikat dan berlebihan dalam menggunakan media sosial, karena itu dia menggunakan semuanya dengan porsi yang sama dan sesuai dengan waktu jika dia membutuhkannya.

Alya menggunakan Instagram pertama sekali pada tahun 2011 saat dia masih duduk di kelas satu SMA. Nama akun Instagram Alya adalah @tengkualya. Ia mengetahui adanya media sosial Instagram karena melihat dari Application Store

smartphonenya yang memasukkan Instagram sebagai salah satu media sosial yang

baru. Pada saat melihatnya, Alya merasa tertarik dan akhirnya mengunduh Instagram lalu membuat akun dan mulai menggunakannya. Saat itu belum banyak teman-temannya yang menggunakan Instagram, namun Alya tetap menggunakan Instagram karena konsep dan fitur yang ditawarkan Instagram sangat menarik perhatiannya dan mampu memenuhi apa yang dibutuhkan olehnya.

Bagi Alya Instagram merupakan media sosial yang berpengaruh bagi banyak orang. Alya mengatakan hal tersebut karena dia melihat orang-orang saat ini yang sangat terikat dengan Instagram, dalam satu hari bisa beberapa kali mengecek

akun Instagram bahkan sudah menjadikannya sebagai rutinitas untuk setiap saat mengecek Instagram. Alya mengerti hal ini karena dia juga mengakui konsep dan fitur yang ditawarkan Instagram berhasil menarik perhatian banyak orang dimana mereka bisa memposting foto yang mereka inginkan, berbagi video, bahkan menjadikan Instagram sebagai wadah untuk membuat usaha atau bisnis seperti

online shop dan juga sebagai wadah untuk mempromosikan event atau acara yang

akan diselenggarakan. Ia juga menambahkan, setiap orang memiliki hak untuk membagikan foto apa saja di Instagram sesuai dengan keinginan penggunanya dan hak pengguna untuk setiap saat membuka Instagram, tetapi ada baiknya jika pengguna membuat batasan agar tidak terikat dan terlalu bergantung dengan media sosial.

“Instagram itu sebenarnya salah satu sosial media yang lumayan berpengaruh

juga sih kak. Pengaruhnya gini, kalo orang kan sekarang pake sosial media itu udah banyak, nggak keharusan sih tapi udah mereka jadiin kayak rutinitas sehari-hari buka Instagram. Bagusnya gini sih menurut Alya, kalo buat jualan bagus kan, terus juga buat informasi, kalo dia mau posting foto-fotonya aja juga gapapa karena kan sosial media itu juga kebebasan orang buat posting

apa yang dia mau, tapi harus ada batasnya, kita harus tau batasannya”.

Jumlah foto yang sudah dibagikan Alya di akun Instagramnya adalah 72 foto, yang menunjukkan Alya bukanlah seseorang yang terlalu sering memposting fotonya di Instagram. Alya membenarkan hal tersebut. Dia tidak menetapkan adanya waktu-waktu tertentu dalam memposting foto. Semua tergantung pada keinginannya sendiri, jika saat itu dia merasa ingin membagikan fotonya di Instagram maka dia melakukannya, tetapi jika tidak, Alya tidak akan memposting foto bahkan sampai satu bulan. Alya juga merupakan seseorang yang sangat selektif dalam memilih foto apa yang akan dia bagikan di Instagramnya. Foto yang diposting di Instagram haruslah foto dengan angle yang tepat, posenya tampak bagus, pencahayaan yang baik, atau bahkan foto yang sudah dikonsep seperti foto pemotretannya. Objek foto yang paling banyak dibagikan di akun Instagram Alya adalah foto dirinya sendiri, dan kebanyakan dari foto tersebut adalah foto yang sudah dikonsep pemotretannya misalnya foto pemotretan untuk majalah remaja yang sudah disebutkan di atas, foto pemotretan untuk merek pakaian, pemotretan untuk barang-barang yang dia endorse.

Alya memberi penjelasan, dia lebih memilih untuk memasukkan foto-foto yang seperti itu karena sifat selektif yang dia miliki. Foto-foto pemotretan tersebut lebih bagus daripada foto yang dia ambil sendiri karena difoto oleh fotografer profesional, ada pengatur gaya, dan pemotretan dilakukan di tempat yang sudah dipilih sehingga mendapatkan hasil yang terbaik. Dia tidak memposting foto selfie biasa seperti yang dilakukan oleh banyak orang, karena foto selfie yang diambil oleh diri sendiri tidak bisa menangkap keseluruhan badan dan tidak leluasa untuk berpose karena satu tangan harus memegang kamera. Inilah yang membuat Alya merasa khawatir jika memposting foto seperti itu akan terlihat tidak bagus.

“karna yang tadi Alya bilang Alya pemilih itu, kalo selfie Alya ngerasa ih nggak apa kali ini kalo dimasukkin, jadinya pilih yang Alya benar-benar suka kali, kalo pemotretan kan udah terkonsep, difoto sama fotografer jadi pasti

lebih bagus”.

Foto-foto yang dia posting lebih banyak tidak menggunakan filter digital yang sudah disediakan Instagram melainkan hanya mengatur keterangan cahayanya saja jika foto tersebut dirasa kurang pencahayaan. Dia tidak terlalu suka menggunakan filter tersebut karena beberapa kali dia mencoba menggunakannya ternyata tidak membuat foto tersebut semakin baik, melainkan komposisi foto menjadi tidak seimbang. Ini sejalan dengan foto yang akan dia masukkan di Instagram kebanyakan adalah foto pemotretan yang hasilnya sudah sangat bagus sehingga tidak lagi memerlukan penambahan atau editan. Alya juga tidak menyambungkan (link) foto yang dia bagikan di Instagram ke media sosial lain seperti Facebook atau Twitter karena sesuai dengan pernyataannya di atas bahwa setiap media sosial yang dia gunakan sudah memiliki porsi dan kegunaannya masing-masing.

Alya tidak memanfaatkan Instagram sebagai wadah untuk berwirausaha, namun ia yang dipercayakan oleh para wirausaha untuk mempromosikan produk mereka. Ia dipercayakan banyak online shop untuk melakukan promosi endorse dan sampai ssekarang sudah lebih dari dua puluh online shop yang memberikan produk-produknya kepada Alya untuk dipromosikan di akun Instagramnya. Alya mengakui dia termasuk kurang baik dalam urusan endorse tersebut karena ia bukanlah orang yang sering memposting foto. Hal ini membuat banyak

barang-barang yang sudah dikirimkan pada Alya tetapi belum dia foto dan belum dimasukkan ke Instagramnya. Beberapa online shop sampai mengutarakan keluhan mereka dan bertanya kapan dia akan memprosmosikan produk yang sudah mereka kirimkan. Dalam hal endorse, dia tidak menetapkan persyaratan khusus. Jika sebuah online shop meminta dirinya untuk mempromosikan produknya dan Alya menyetujui, maka terjadi kesepakatan. Perihal pembayaran, baginya itu bukanlah sebuah keharusan. Apabila online shop tersebut tidak menanyakan pembayaran maka ia tidak meminta bayaran apapun, tetapi jika online shop tersebut menanyakan apakah ada pembayaran maka Alya menjawab ada dan memberitahukan nominalnya. Nominal yang dia berikan masih relatif murah yaitu Rp 50.000 (lima puluh ribu rupiah) dan ia menyamakan pembayaran tersebut untuk seluruh online shop baik yang dari Medan maupun dari luar Kota Medan.

Informan 3

Media sosial yang digunakan Echa saat ini adalah Instagram, Path, Twitter, dan Snapchat. Sekian banyak media sosial yang dia punya, Instagram merupakan media sosial yang paling sering digunakan. Ia menggunakan Instagram dari tahun 2012 saat dia duduk di kelas 2 SMA. Nama akun Instagram Echa adalah @tasyandv. Echa sebelumnya sudah mengetahui adanya media sosial baru yaitu Instagram dan saat itu sudah ada beberapa temannya yang menggunakan Instagram bahkan adiknya sendiri sudah terlebih dahulu mempunyai akun Instagram. Dia melihat saat itu belum terlalu banyak orang yang mempunyai akun Instagram, akhirnya dia mengurungkan niatnya untuk mengunduh media sosial tersebut. Seiring berjalannya waktu, semakin banyak orang yang menggunakan Instagram dan di tahun 2012 tersebut akhirnya ia mengunduh media sosial tersebut, membuat akun dan mulai menggunakan Instagram. Echa mengakui bahwa dirinya merupakan seseorang yang menggunakan media sosial karena

trend dan melihat banyak orang yang juga menggunakannya. Jika suatu media

sosial sedang menjadi trend yang meledak di masyarakat, digunakan oleh banyak orang, maka dia akan ikut menggunakan media sosial tersebut.

“kadang kan orang gitu kak, dia nggak buat karena masih dikit yang main,

Echa mikirnya kayak gitu. Jadi karna udah rame, yaudah baru dibuat karena

saking banyaknya yang pake”.

Echa mengatakan Instagram merupakan media sosial yang sudah mulai beralih fungsi. Pertama kali ia menggunakan Instagram, dia melihatnya sebagai media sosial yang memberikan wadah bagi penggunanya untuk memposting foto-foto, dapat menambahkan filter pada foto, dapat memberikan tanda suka atau komentar jika menyukai foto tersebut. Berbeda dengan sekarang Echa melihatnya sebagai media sosial yang memberikan fitur lebih, dimana Instagram sudah beralih fungsi menjadi media yang memiliki nilai bisnis. Instagram kini menjadi wadah bagi para wirausahawan untuk berjualan secara online dan mereka dapat mempromosikan produknya secara online. Akun berbasis informasi juga semakin banyak, yaitu yang khusus memberikan informasi tentang apa yang sedang terjadi di suatu daerah atau wilayah, sehingga para pengguna Instagram bisa mendapatkan informasi secara cepat dari akun Instagram tersebut.

“media sosial yang ya ngeshare foto aja paling, tapi kan sekarang udah jadi

tempat jualan online, terus sekarang kan banyak akun-akun yang bagus gitu kayak info-info, jadi lebih tau juga dari Instagram”.

Foto-foto yang diposting Echa di Instagramnya beragam, mulai dari foto dirinya sendiri, fotonya dengan teman-temannya, dan ada juga foto yang ditujukan untuk keperluan endorsement produk online shop. Echa juga sering memposting video. Sebagai salah satu pendiri Medanvidgram, tidak heran bila perempuan ini juga suka membagikan video-video dirinya di Instagram. Beberapa video yang dipostingnya adalah video saat dia sedang bernyanyi mengcover lagu atau video lucu dimana ia seolah-olah bernyanyi menggunakan suara asli penyanyinya sambil melakukan gerakan mengikuti lagu tersebut.

Objek foto yang paling sering dia posting adalah foto dirinya sendiri atau

selfie. Echa mengatakan dia lebih suka foto selfie karena dengan begitu dia bisa

mengatur pose dan ekspresinya wajahnya sendiri. Dia bisa melihat apakah ekspresi wajah maupun senyumnya sudah terlihat bagus di kamera. Berbeda jika difoto oleh orang lain, dia tidak bisa melihat bagaimana ekspresi wajahnya saat itu apakah sudah bagus atau tidak. Echa bukanlah seseorang yang terlalu pemilih dan

selektif dalam memilih foto apa yang akan dia bagikan ke akun Instagramnya. Dia tidak bimbang untuk menentukan foto mana yang akan dia posting. Foto yang menurut dirinya bagus, itulah yang akan dimasukkannya ke Instagram. Dia tidak memusingkan apakah bagi orang lain foto tersebut bagus atau tidak, selama dia merasa foto tersebut bagus dan layak untuk ditunjukkan kepada orang, maka foto tersebut akan dia masukkan ke Instagramnya.

“kalo Echa pribadi sebenarnya enggak, kalo menurut Echa bagus yaudah diposting. Kadang kan ada orang suka nanya bagus foto yang ini atau yang ini ya, kalo Echa nggak gitu, Echa nggak bimbang, karena Echa mikir kan ini

Instagram aku, terserah aku”.

Frekuensi untuk memposting foto ternyata berubah dari saat pertama kali Echa menggunakan Instagram dengan saat sekarang. Awal penggunaan Instagram dia memposting foto sekali dalam tiga hari, tetapi sekarang ia sudah semakin jarang membagikan fotonya di Instagram bahkan bisa sampai satu bulan sekali. Terjadinya perubahan ini dia katakan karena mulai merasa bosan jika terlalu sering memposting foto. Ia mengatakan rasa kebosanan tersebut muncul karena jika selalu memposting foto dia akan cepat kehabisan ide dan memikirkan foto baru yang seperti apa lagi yang akan dia bagikan ke Instagramnya, sehingga tidak

Dokumen terkait