• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

4. Media Sandpaper Letter Kosa Kata Benda

Media pembelajaran Sandpaper letter merupakan alat peraga edukatif yang terbuat dari kertas ampelas dan membentuk huruf. Penggunaan kertas ampelas ini bertujuan untuk membuat media yang menarik dan bisa disentuh maupun dirasakan oleh peserta didik, sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana huruf ditulis (Mutiah, 2010: 167).

Sandpaper letter adalah sebuah media untuk mengajarkan kepada peserta didik bagaimana meniru huruf yang benar secara menyenangkan dan tentunya tidak menekan mereka. Media ini berupa huruf yang terbuat dari kertas ampelas dan ditempel pada papan halus berwarna. Sandpaper letter tepat diberikan untuk anak usia dini karena menurut montessori perkembangan anak usia 3-5 tahun terletak pada indera peraba dan kemampuan anak untuk mencoret-coret (Yus, 2011: 14).

Berdasarkan pengertian dari para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa media sandpaper letter adalah media edukatif yang terbuat dari kertas ampelas dan membentuk huruf yang ditempelkan pada papan halus berwarna. Media sandpaper letter terbuat dari kertas pasir yang memiliki tingkat perabaan yang halus. Peserta didik menjadi tertarik dengan media tersebut karena memiliki warna yang menarik.

b. Tujuan Sandpaper Letter

Media pembelajaran Sandpaper letter ini bertujuan mengajarkan peserta didik tentang pengenalan huruf abjad dengan cara merasakan bentuk-bentuk huruf dan menelusuri arah bagaimana huruf-huruf tersebut ditulis sehingga peserta didik bisa mengerti bagaimana cara menulis huruf yang benar (Mutiah, 2010: 167).

Tujuan media pembelajaran Sandpaper letter agar peserta didik menemukan gerakan skrip dari kertas ampelas secara lebih bebas dan alamiah. Lewat latihan ini, peserta didik belajar untuk membuat gerakan menuruti huruf.

Peserta didik akan mengulangi latihan ini, karena masih berada dalam periode kepekaan untuk mempelajari suara dan memperbaiki indera sentuhan (Crain, 2007: 114). Dari beberapa pendapat di atas, tujuan media Sandpaper letter ini agar peserta didik dapat melatih motorik, sensorik dan pemahaman huruf-huruf.

Peserta didik juga menggunakan media tersebut secara mandiri tanpa bantuan orang lain, sehingga ia tahu letak kesalahan dan kebenarannya.

c. Manfaat Media Sandpaper Letter

Media pembelajaran sandpaper letter, peserta didik akan dilatih otot jari-jari tangannya yang nantinya akan dipergunakan untuk menulis. Kegiatan ini dirancang agar peserta didik merasa tidak merasa jenuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik akan menyentuh ringan kertas ampelas sesuai dengan pola huruf. Media tersebut dapat melatih koordinasi mata dan tangan. Peserta didik menggunakan matanya untuk melihat bentuk huruf dan menggunakan huruf jari tangan untuk mengikuti pola huruf.

15

Hal ini berguna untuk persiapan peserta didik berbentuk huruf (Britton, 2017:

102). Manfaat media sandpaper letter adalah untuk melatih otot jari tangan, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dalam proses pembelajaran. Media sandpaper letter juga bermanfaat untuk mengokoordinasi mata dan tangan, dan melihat bentuk huruf jari.

Gambar 2.1 Sandpaper Letter dari media Montessori

d.Karakteristik Media Montessori

Lillard (2005) menyebutkan karakteristik media pembelajaran yang digunakan dalam Montessori antara lain:

1. Menarik

Unsur menarik dari media tersebut yaitu dari segi warna, bentuk media, dan kualitas media. Media yang peneliti gunakan berwarna hijau dan kuning, menunjukkan bahwa warna tersebut membangkitkan semangat dan motivasi terhadap peserta didik. Bentuk media berbentuk persegi, agar peserta didik mudah memegangnya.

2. Bergradasi

Bergradasi yang dimaksud ialah media dapat digunakan oleh peserta didik usia yang berbeda dan cara penggunaannya yang berbeda. Namun tidak hanya usia 3-5 tahun saja yang dapat menggunakan media pembelajaran ini, melainkan usia 5 tahun keatas dapat menggunakannya. Media pembelajaran ini dapat melibatkan indra peraba (sensorik), dan penglihatan dengan baik. Peserta didik juga dapat menggunakan media pembelajaran tersebut dengan menggunakan penyusunan kosa kata yang lainnya.

3. Auto-correction

Adanya auto-correction untuk membantu peserta didik mengoreksi kesalahannya sendiri, dan menunjukkan bagaimana jawaban yang benar.

4. Auto-education

Media ini membantu peserta didik agar dapat belajar secara mandiri dan mengurangi keterlibatan guru. Peserta didik juga mendapat arahan dari guru untuk menggunakan media tersebut. Saat menggunakan media tersebut, peserta didik mencari dan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata benda.

5. Kontektual

Media ini dibuat dengan pemilihan warna yang disukai oleh peserta didik.

Hal ini sesuai dengan ciri karakteristik yaitu kontekstual yang berbahan dasar yang dekat dengan lingkungan sekitar peserta didik.

Media pembelajaran yang dikembangkan ini memiliki karakteristik dalam montessori, kebutuhan dalam karakteristik tersebut ialah autocorrection dan menarik. Media ini memiliki ketertarikan dari segi warna, dan menggunakan pasir.

Memiliki autocorrection dari kartu kosa kata benda.

5.Kosa Kata Benda

Kosa kata merupakan (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, (2) kekayaan kata yang memiliki seorang pembicara, penulis, atau suatu bahasa, (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis Tarigan (dalam Febrisma, 1994: 446). Menggunakan kosa kata benda, karena kata benda terdiri dari 40 kata benda dengan panjang 6 huruf, sehingga memudahkan peserta didik untuk mengingat (Prakosa, 2001) . Kata benda ialah kata yang menunjukkan orang, tempat, hewan, benda, dan segala yang dibendakan.

Depdikbud (2010, 524) mengatakan kosa kata adalah perbendaharaan kata yang dapat diartikan sebagai berikut; (a) semua kata yang terdapat dalam suatu Bahasa, (b) kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau yang dipergunakan sekelompok orang dari suatu lingkungan yang sama,

17

(c) kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan, (d) seluruh morfen yang ada dalam suatu Bahasa, (e) sejumlah kata dan frasa dari suatu Bahasa yang disusun secara alfabet.

B. Penelitian yang Relevan

1. Peserta didik Keterlambatan Berbicara

Fitriyani, Syarif, & Supena (2018: 59-64) meneliti tentang lambat berbicara yang berujudul Gambaran Perkembangan Berbahasa Pada Peserta Didik Dengan Keterlambatan Bicara (Speech Delay): Study Kasus Pada Peserta Didik Usia sembilan Tahun Kelas III SDS Bangun Mandiri. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan peserta didik dengan masalah keterlambatan bicara dan bahasa (speech delay), dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta perilaku sosio emosionalnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perkembangan bahasa dan bicara khususnya pada peserta didik dengan gangguan terlambat bicara.

Perkembangan bicara yang terlambat biasanya disertai dengan perkembangan sensorik-motorik, perseptual motoric yang terlambat. Pada usia dini, peserta didik yang mengalami gangguan keterlambatan bicara harus dengan cepat diberikan intervensi berupa kegiatan terapi sebagai usaha preventif alam masa tumbuh kembangnya. Hasil dari penelitian tersebut ialah memberikan pemahaman secara luas mengenai perkembangan peserta didik terutama pada periode awal tumbuh kembang. Peran serta orang tua, lingkungan dan orang disekitar sangat menentukan kemampuan kognitif, motorik, dan psikomotorik peserta didik. Peran serta orang tua memberikan pemahaman bahwa tidak selamanya peserta didik terlambat bicara dengan gangguan sosio emosional tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.

Tasya & Lady (2016: 49-56) meneliti Pengaruh Keterlambatan Bicara Peserta Didik Usia tiga sampai empat tahun. Tujuan dari pembahasan ini ialah untuk mengenal apakah keterlambatan bicara peserta didik merupakan sesuatu yang fungsional atau nonfungsinal.

Subjek yang digunakan peserta didik berumur tiga sampai empat tahun.

Pengaruh keterlambatan bicara peserta didik sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Faktor keterambatan bicara peserta didik, ialah: bayi prematur, berat badan rendah, riwayat sering muntah, infeksi kehamilan TORCH pada ibu hamil. Adapun penyebab dan cara mengatasi peserta didik yang terlambat berbicara: seorang peserta didik digolongkan terlambat berbicara jika umur peserta didik sudah mencapai dua atau tiga tahun tetapi belum bisa berbicara dengan lancar atau hanya bisa mengucapkan potongan kata saja.

Peserta didik mengalami keterlambatan bicara mengalami sosial-emosional dan perkembangan intelegensi yang normal seperti peserta didik lainnya. Masalah peserta didik terlambat bicara dialami 5-10% peserta didik usia prasekolah dan cenderung lebih sering dialami peserta didik laki-laki dari pada perempuan.

2. Media Pembelajaran Sandpaper Letter

Eriana, Djaelani & Anayanti (2016: 1-7) meneliti Peningkatan Pengenalan Huruf Melalui Media Pembelajaran Sandpaper Letters Pada Peserta Didik Kelompok A TK ABA Thoyibah Banyuanyar Tahun Ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ialah peserta didik kelompok A TK ABA Thoyibah Banyuanyar.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pengenalan huruf melalui media sanpaper letter. Media pembelajaran tersebut juga memiliki pengaruh terhadap kemampuan meniru huruf. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yng dilaksanakan selama dua siklus. Siklus terdiri dari tiga pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan penugasan. Wawancara guru kelas dilakukan untuk mencari informasi mengenai peningkatan pengenalan huruf, kemudian observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana peningkatan pengenalan huruf peserta didik, mengamati bagaimana kinerja guru dalam memberikan pembelajaran serta untuk mengamati aktifitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

19

Hasil dari penelitian tersebut ialah pengenalan huruf melalui media sandpaper letters dapat dilihat hasilnya pada pratindakan diperoleh data dari 22 peserta didik terdapat 16 peserta didik sebesar 73% masih belum mampu sedangkan sisanya 6 peserta didik (27%) sudah tuntas. Hal tersebut diamati ketika guru meminta mengikuti pembelajaran pengenalan huruf melalui media sandpaper letter. Hasil observasi selama siklus I yang telah dilaksanakan pada peserta didik kelompok A mengenai pengenalan huruf diperoleh data dari 22 peserta didik terdapat 11 peserta didik (50%) masih belum mampu sedangkan sisanya 11 peserta didik (50%) sudah tuntas. Sedangkan untuk siklus ke II terlihat adanya peningkatan yaitu peserta didik memperoleh persentase peningkatan sebesar (81,8%) atau sekitar 18 orang peserta didik. Hal tersebut dikarenakan peserta didik sudah tuntas memenuhi aspek-aspek penilaian dari masing-masing indikator, yaitu: pengenalan nama huruf, pengenalan bunyi huruf, pengenalan bentuk huruf dan pengenalan menulis huruf. Sementara sisanya yaitu 4 peserta didik atau sekitar (18,2%) masih belum mampu menguasai pengenalan huruf dengan baik dan benar.

Ciara & Erny (2012: 1-7) meneliti Pengaruh Pengunaan Media Pembelajaran Sandpaper Letter Terhadap Kemampuan Meniru Huruf Kelompok A PAUD AR Rahman Jombang. Subjek dalam penelitian ini ialah kelompok A PAUD AR Rahman di Jombang. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran sandpaper letter terhadap kemampuan meniru huruf. Penelitian ini termasuk sebuah kuantitatif korelasi. Penelitian kuantitatif korelasi ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya suatu hubungan antar variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson.

Populasi dan sampel penelitin ini menggunakan teknik sampel jenuh yaitu dengan menggunakan seluruh populasi yang ada yaitu sejumlah kelompok A PAUD AR Rahman yang berjumlah 70 peserta didik. Hasil terdapat pengaruh positif atau kuat antara penggunaan media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman Jombang yang dibuktikan dengan perhitungan rumus korelasi product moment Pearson dan menggunakan program spss (Statistical Product and Service Solution) 17.00 for windows yang memiliki hasil yaitu r hitung > r tabel, 0,656 > 0,232.

Penggunaan media pembelajaran sandpaper letters yang dilakukan oleh peserta didik di PAUD Ar Rahman Jombang telah mampu dengan baik. Mereka mampu merasakan alur hurufnya secara runtut dan benar dengan menggunakan pemahaman garis miring, tidur, lurus, dan lengkung yang telah diajarkan. Selain itu pada PAUD AR Rahman Jombang ditemukan bahwa kemampuan peserta didik dalam meniru huruf cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang indikatornya berupa menjiplak dan meniru huruf sebagian besar kelompok A pada PAUD AR Rahman telah mampu meniru huruf dengan baik tanpa ada kesalahan yang biasanya dialami peserta didik yaitu terbalik-balik dalam menuliskan huruf.

3. Keterampilan Membaca

Wahyu & Haryanto (2016: 233-242) meneliti Pengembangan Media Komik Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Keterampilan Membaca Pemahaman Peserta Didik Kelas IV. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 27 orang. Tujuan penelitian tersebut untuk menghasilkan produk media pembelajaran berupa media komik yang dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia dan keterampilan membaca pemahaman peserta didik kelas IV SD. Pentingnya pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca, peserta didik juga mempelajari kosa kata agar pengembangan kemampuan peserta didik berbahasa semakin meningkat. Keterampilan membaca adalah sesuatu hal yang penting, karena dengan membaca tidak hanya meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan, tetapi dapat menggali lebih dalam lagi karena merupakan efek mendasar suatu perkembangan imajinasi. Model yang digunakan ialah model pengembangan Borg & Gall. Penelitian pengembangan R&D.

Hasil penelitian menunjukan bahwa media komik pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Padokan 2 Bantul. Hal ini senada dengan hasil penelitian Indriana Listiyani & Widayati (2012: 3) bahwa penggunaan komik untuk pembelajaran akuntasi di SMA kelas XI dapat meningkatkan nilai ratarata tes peserta didik relevansi dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan media komik sebagai media dalam proses pembelajaran.

21

Media komik pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia juga sesuai dengan pendapat dari Sudjana & Rivai (2013: 68) yang menyebutkan bahwa “peranan pokok dari media komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menimbulkan motivasi belajar para peserta didik, penggunaan media komik dalam pembelajaran yang dipadu dengan metode mengajar dapat menjadi alat pengajaran yang efektif yang diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan motivasi belajar baca peserta didik”. Dengan demikian, penggunaan media komik yang dipadukan dengan metode belajar merupakan media yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar membaca.

Utami (2015: 82-93) membahas tentang Peningkatan Penguasaan Kosa Kata Bahasa Indonesia Dalam Keterampilan Membaca Melalui Teka-Teki Silang.

Subjek yang dipakai ialah peserta didik kelas VI SDN Surakarta 2, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses peningkatan penguasaan kosa kata bahasa Indonesia dalam keterampilan membaca. Sebuah Penelitian Tindakan di Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Surakarta 2, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat adalah suatu penelitian tindakan yang bertujuan untuk mengetahui proses peningkatan penguasaan kosakata bahasa Indonesia dalam keterampilan membaca peserta didik di kelas VI SDN Surakarta 2, Cirebon, melalui teka-teki silang.

Penelitian ini dilakukan pada tiga puluh enam peserta didik yang dilakukan pada tahun ajaran 2009-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah tindak kelas atau Action Research dengan analisis data analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Hasil dari penelitian selama dua siklus memperlihatkan adanya peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosa kata bahasa Indonesia melalui teka-teki silang. Hasil tes awal (pretes) menunjukkan nilai rata-rat 45, tes di akhis siklus pertama menunjukkan nilai rata-rata 6, dan tes di akhir siklus kedua nilai rata-rata peserta didik mencapai 80,6.

4. Modul

Amara Sasmita & Khusnul Fajriyah (2018, 165-170) melakukan penelitian tentang Pengembangan modul berbasis quantum learning tema ekosistem untuk kelas V SD. Tujuan penelitian yaitu menghasilkan modul berbasis quantum learning tema 5 ekosistem yang layak digunakan sebagai penunjang bahan ajar.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) dan menggunakan model penelitian Borg and Gall (Sugiyono: 2009). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah dua belas peserta didik dari empat puluh dua peserta didik kelas V SD.

Instrumen pengumpulan data berupa angket wawancara dengan guru dan observasi di lingkungan sekolah di III SD, yaitu SDN Lamper Tengah 01, SDN Lamper Tengah 02, dan SDN Jomblang 01. Hasil dari penelitian ini ialah validasi materi tahap pertama mendapat hasil 61,7% dengan kategori “baik”, dan validasi tahap dua mendapat hasil nilai 82,7%. Hal ini menunjukkan bahwa modul termasuk dalam kategori “baik“ dan “ layak digunakan

”.

Validasi modul tahap 1 diperoleh hasil 75,00% dengan kategori “baik”, dan validasi tahap 2 diperoleh hasil nilai 94,3%. Hal ini menunjukan bahwa modul tematik berbasis Quantum Learning termasuk dalam katagori “sangat baik” dan “layak digunakan”. Hasil uji coba lapangan utama memperlihatkan rata-rata nilai siswa sebesar 81,5.

Ketujuh penelitian terdahulu memiliki ikatan dalam penerapan metode Montessori. Satu penelitian terdahulu memiliki ikatan dalam pengembangan modul

, l

alu enam penelitian terdahulu memiliki ikatan dalam pengembangan media Montessori dan modul. Perbedaan dalam penelitian terdahulu ini, terlihat dari pengembangan media, modul dan materi yang digunakan. Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian Pengembangan Media “Peter Kokben” untuk peserta didik terlambat berbicara, karena penelitian yang terdahulu belum ada yang membuat media pembelajaran untuk peserta didik yang mengalami terlambat berbicara.

Penelitian yang Bicara (Speech Delay): Study Kasus Pada Peserta Didik Usia 9 Tahun Kelas III SDS Bangun Mandiri

Ciara & Erny, 2012

Pengaruh Penguunaan Media Pembelajaran Sandpaper Letter Terhadap Kemampuan

Meniru Huruf Kelompok A PAUD AR

Rahman Jombang.

Eriana, Djaelani & Anayanti, 2016 Peningkatan Pengenalan Huruf Melalui Media Pembelajaran Sandpaper Letters Pada Peserta Didik Kelompok A TK ABA Thoyibah Banyuanyar Tahun Ajaran 2015/2016.

Wahyu & Haryanto, 2016

Pengembangan Media Komik Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Dan

Keterampilan Membaca Pemahaman

Peserta Didik Kelas IV.

Utami, 2015

Peningkatan Penguasaan Kosa Kata Bahasa Indonesia Dalam Keterampilan Membaca Melalui Teka-Teki Silang. Subjek yang dipakai ialah peserta didik kelas VI SDN Surakarta 2, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Amara Sasmita & Khusnul Fajriyah, 2018 Pengembangan Modul Berbasis Quantum Learning Tema Ekosistem Untuk Kelas V SD.

C. Kerangka Berpikir

Keterlambatan berbicara merupakan keluhan utama yang sering dicemaskan oleh orangtua. Keterlambatan berbicara pada peserta didik akan memiliki dampak pada tahap perkembangan selanjutnya yang dapat menyebabkan rasa rendah diri peserta didik, ketidakpercayaan diri, sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, dan sulit untuk menerima pemahaman dalam proses pembelajaran di sekolah. Adanya hambatan keterlambatan berbicara, dalam penelitian ini peneliti ingin membangkitkan keterampilan membaca dalam diri peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran Peter Kokben (Sandpaper letter Kosa kata benda).

Peserta didik terlambat berbicara yang berada di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, belum mampu mengenal huruf secara baik dan benar sehingga sering salah paham ketika diminta untuk menunjukkan huruf yang diminta oleh guru. Lalu guru di sekolah tersebut lebih fokus terhadap non akademik dan pendidikan karakter peserta didik, sehingga pembelajaran secara akademik di kelas kurang menonjol. Tidak hanya itu, peserta didik juga kurang dalam menangkap informasi yang dijelaskan oleh guru, dan peserta didik memiliki kekurangan terlambat berbicara, peserta didik juga mengalami fisik kaki yang berbentuk O, sehingga mengalami kesulitan dalam berjalan dan berlari.

Peneliti mengembangkan media Peter Kokben ini bertujuan agar guru lebih berkreasi dalam menggunakan media pembelajaran saat di kelas. Peserta didik juga menjadi bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Media Sandpaper letter merupakan media pembelajaran diciptakan oleh ahli Montessori. Media tersebut di buat agar peserta didik usia dini yang belum mampu mengenal huruf dapat mengenal secara detail. Media ini serupa dengan kartu huruf namun huruf yang terdapat di kartu ialah timbul berupa pasir, jadi mengajarkan untuk mengenal cara penulisannya. Tidak hanya media Peter Kokben saja yang dibuat oleh peneliti, melainkan ada modul dan video penggunaan agar guru lebih mudah menggunakan media tersebut. Di dalam modul panduan terdapat lembar kerja untuk dikerjakan peserta didik dan cara penilaian guru terhadap tugas peserta didik yang telah dikerjakan.

25

Kosa kata benda yang peneliti terapkan dalam cara penggunaan media ini, agar mempermudah peserta didik mengenal benda-benda yang berada di sekitar lingkungan kehidupan. Mengapa peneliti tidak menggunakan kata sifat dan kata kerja, karena untuk peserta didik kelas bawah lebih fokus terhadap kosa kata benda.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan di sekolah, media peter kokben perlu diterapkan terhadap peserta didik terlambat berbicara. Guru di sekolah tersebut belum menggunakan media pembelajaran di dalam kelas saat mengajarkan mata pelajaran, media ini juga menggunakan modul panduan untuk guru pakai ketika ingin menggunakan media tersebut.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana langkah-langkah perkembangan media pembelajaran Peter Kokben dan modul penggunaannya?

2. Bagaimana kualitas media pembelajaran Peter Kokben dan modul penggunaannya?

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D) metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2014: 407). R&D memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mengembangkan produk dan proses produksi yang lebih baik serta inovasi penjualan yang lebih efektif sehingga meningkatkan nilai perusahaan (Padgett dan Galan, 2010).

Prosedur penelitian yang digunakan peneliti yaitu prosedur penelitian yang didesain oleh Borg & Gall. Prosedur penelitian pengembangan yang dibuat oleh Borg

& Gall memiliki 10 langkah, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, uji coba pemakaian, revisi produk, uji coba produk, revisi desain, revisi produk, dan produksi masal (Sugiyono, 2010: 298-311).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu media Peter kokben untuk peserta didik yang mengalami terlambat berbicara dalam keterampilan membaca. Prosedur penelitian yang digunakan peneliti yaitu prosedur penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu media Peter kokben untuk peserta didik yang mengalami terlambat berbicara dalam keterampilan membaca. Prosedur penelitian yang digunakan peneliti yaitu prosedur penelitian

Dokumen terkait